Anda di halaman 1dari 47

PRESID

JIOKO

PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
KEWARGANEGARAAN
Indonesia-ku tercinta……..
NKRI HARGA
NKRI HARGA MATI
MATI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN NASIONAL
( UU RI 20/2003)

“PENDIDIKAN NASIONAL BERFUNGSI


MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN MEMBENTUK
WATAK SERTA PERADABAN BANGSA YANG
BERMARTABAT DALAM RANGKA MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA”
(Ps 3 UU RI No 20 tahun 2003)

PENDIDIKAN NASIONAL BERTUJUAN :


“…UNTUK BERKEMBANGNYA POTENSI PESERTA DIDIK
AGAR MENJADI MANUSIA YANG BERIMAN BAN
BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, SEHAT,
BERILMU, CAKAP, KREATIF, MANDIRI, DAN MENJADI
WARGANEGARA YANG DEMOKRATIS DAN
BERTANGGUNG JAWAB”
( Ps 3 UU RI No.20 Tahun 2003)
“KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH” WAJIB
MEMUAT :
a. PENDIDIKAN AGAMA
b. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
c. BAHASA
(Ps 37 AYAT 1 UU No 20 tahun 2003)

“KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI” WAJIB MEMUAT :


a. PENDIDIKAN AGAMA;
b. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN;
c. BAHASA.
(Ps 37 AYAT 2 UU No.20 tahun 2003)
“Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI
No.20 Tahun 2003:

“Pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air”
VISI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )

~ SUMBER NILAI DAN


~ PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM STUDI DALAM MENGANTARKAN
MAHASISWA, UNTUK
~ MENGEMBANGKAN KEPRIBADIANNYA SELAKU
WARGANEGARA YANG BERPERAN AKTIF
~ MENEGAKKAN DEMOKRASI MENUJU
MASYARAKAT MADANI
MISI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002)

Membantu mahasiswa selaku warganegara, agar mampu :


~ mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa
Indonesia,
~ mewujudkan kesadaran berbangsa dan
bernegara,
~ menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab
terhadap kemanusiaan.
KOMPETENSI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI
(Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002 )

Mengantarkan mahasiswa
selaku warganegara, memiliki :
BERTUJUAN UNTUK MENGUASAI : a. Wawasan kesadaran bernegara, untuk :
- bela negara. -
~ Kemampuan berfikir,
cinta tanah air.
~ Bersikap rasional, dan dinamis,
b. Wawasan kebangsaan, untuk :
~ Berpandangan luas sebagai - kesadaran berbangsa -
manusia intelektual. mempunyai ketahanan nasional.
c. Pola pikir, sikap yang komprehensif-
Integral pada seluruh aspek kehidupan
nasional.
TUJUAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI PERGURUAN TINGGI (Menurut SKep
Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002)

Agar mahasiswa :
1. Memiliki motivasi menguasai materi pendidikan
kewarganegaraan,
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam
peranan dan kedudukan serta kepentingannya, sebagai
individu, anggota keluarga/masyarakat dan warganegara
yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-
kaidah nilai berbangsa dan bernegara untuk menciptakan
masyarakat madani.
Masyarakat Madani
• Masyarakat madani (almujtama’al-madani) adalah masyarakat
bermoral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan
individu dan stabilitas masyarakat, dimana masyarakat memiliki
motivasi dan inisiatif indivudual.
• Masyarakat madani adalah masyarakat yang secara umum
memiki ciri-ciri berbudaya, berperadaban, demokratis, dan
berkeadilan.
• Masyarakat madani adalah masyarakat masyarakat yang
berperadaban(ber-“madaniyah”), karena tunduk dan patuh pada
ajaran kepatuhan yang dinyatakan dalam supermasi hhukum dan
peraturan. 
• Masyarakat madani adalah suatu sistem sosial yang subur yang
didasarkan pada prinsip moral yang menjamin keseimbangan
antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat,
serta masyarakat mendorongkan daya usaha dan inisiatif
individu, baik dari segi pemikiran, seni, ekonomi, maupun
taknologi.
ATRIBUT MASYARAKAT MADANI INDONESIA

• BER-KETUHANAN YANG MAHA ESA,


• BERKEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB,
• BERSATU DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA,
• DEMOKRATIS-KONSTITUSIONAL,
• BERKEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA,
• BERBHINNEKA TUNGGAL IKA,
• MENJUNJUNG TINGGI HAK DAN KEWAJIBAN AZASI
MANUSIA,
• MENCINTAI PERDAMAIAN DUNIA.
HISTORIS
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA
SEJAK 1960-AN SAMPAI SAAT INI
 CIVICS/KEWARGAAN NEGARA : SMA/SMP 62, SD 68, SMP 1969,
SMA 1969
 PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA (PKN) : SD 68, PPSP 73
 PENDIDIKAN MORAL PANCASILA (PMP) : SD, SMP,SMU 1975, 1984.
 PENDIDIKAN PANCASILA : PT 1970-an - 2000-an
 PENDIDIKAN KEWIRAAN : PT 1960-an - 2001
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PT 2002 - Sekarang
 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) : SD,
SMP, SMU 1994-Sekarang
 PENDIDIKAN KEWARGAAN : IAIN/STAIN 2002 - sekarang
(rintisan)
 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) : SD, SMP, SMU, PT
(UU No.20 Thn 2003 ttg SISDIKNAS)
NOMENKLATUUR/TERMINOLOGI:
PENDIDIDKAN KEWARGANEGARAAN DI DUNIA

• CIVICS, CIVIC EDUCATION (USA)


• CITIZENSHIP EDUCATION (UK)
• TA’LIMATUL MUWWATANAH, (TIMTENG)
TARBIYATUL WATONIYAH
• EDUCACION CIVICAS (MEXICO)
• SACHUNTERRICHT(JERMAN)
• CIVICS, SOCIAL STUDIES (AUSTRALIA)
• SOCIAL STUDIES (USA, NEW ZEALAND)
• LIFE ORIENTATION (AFRIKA SELATAN)
• PEOPLE AND SOCIETY (HONGARIA)
• CIVICS AND MORAL EDUCATION (SINGAPORE)
• OBSCESVOVEDINIE (RUSIA)
• PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (INDONESIA)
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

1) Setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib


memuat Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan

2) Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah


hubungan antara warga negara dan negara serta
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.

3) Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan


Pendidikan Pendahuluan Bela Negara merupakan
salah satu komponen yg tidak dapat dipisahkan
dari Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian dalam susunan kurikulum inti
perguruan tinggi di Indonesia.
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
-SEPANJANG PERJALANAN SEJARAH BANGSA INDONESIA MENGALAMI
PASANG SURUT, MENGALAMI KONDISI DAN TUNTUTAN YG BERBEDA
SESUAI DENGAN ZAMANNYA.

- KONDISI & TUNTUTAN YANG BERBEDA TERSEBUT DITANGGAPI


BANGSA INDONESIA DENGAN KESAMAAN NILAI-NILAI PERJ. BGS YG
DILANDASI OLEH JIWA, TEKAD & SEMANGAT KEBANGSAAN.

- KESEMUANYA ITU TUMBUH MENJADI KUAT YG MAMPU MENDORONG


PROSES TERWUJUDNYA NKRI.

- SEMANGAT PERJUANGAN BANGSA INDONESIA YANG TAK KENAL


MENYERAH MERUPAKAN KEKUATAN MENTAL SPIRITUAL YANG DAPAT
MELAHIRKAN SIKAP & PERILAKU HEROIK & PATRIOTIK YANG HARUS
DIMILIKI OLEH SETIAP WARGA NEGARA NKRI.

- NILAI-NILAI PERJUANGAN BANGSA MASIH RELEVAN DALAM


PECAHKAN SETIAP PERMASALAHAN DALAM BERMASYRAKAT,
BERBANGSA & BERNEGARA SERTA SUDAH TERBUKTI KEANDALANNYA.
2

GLOBALISASI YANG DIWARNAI PERKEMBANGAN IPTEK (INFORMASI, KOM,


TANSP) MEMBUAT DUNIA MENJADI TRANSPARAN ( “BORDERLESS COUNTRY” )

OLEH SEBAB ITU ISU GLOBALISASI (DEMOKRASI, HAM, LH) AKAN PENGARUHI STR
KEHIDUPAN (POLA PIKIR, SIKAP DAN TINDAK) MASYARAKAT
INDONESIA TERMASUK MENTAL SPIRITUAL.

UNTUK MENGHADAPI GLOBALISASI DALAM MENGISI KEMERDEKAAN,


DIPERLUKAN PERJUANGAN NON FISIK SESUAI BIDANG PROFESI
MASING-MASING. PERJUANGAN INI HRS DILANDASI NILAI-NILAI
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA --> SEHINGGA KITA MEMILIKI WAWASAN,
CINTA TANAH AIR, UTAMAKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.

PERJUANGAN NON FISIK TERSEBUT MEMERLUKAN SARANA KEGIATAN


PENDIDIKAN BAGI SETIAP WNI KHUSUSNYA MAHASISWA SEBAGAI CALON
CENDEKIAWAN MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.
LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1) UUD 1945

a) Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita tujuan dan
aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
b) Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan
pemerintahan.
c) Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warga negara dalam upaya pembelaan
negara.
d) Pasal 30 (1), hak dan kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
e) Pasal 31 (1), hak warga negara mendapatkan pendidikan.

2) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu


Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.
OBJEK PEMBAHASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

a) Objek Material. Segala hal yang berkaitan dengan warga


negara baik yang empirik maupun yang non-empirik,
yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara
dalam kesatuan bangsa dan negara.

b) Objek Formal. Mencakup dua segi, yaitu segi hubungan


antara warga negara dan negara (termasuk hubungan
antar warga negara) dan segi pembelaan negara.

Rumpun Keilmuan. Pendidikan Kewarganegaraan bersifat


interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner,
karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu
Kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin ilmu.
Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan HAM & Rule of Law

Filsafat Pancasila Hak dan Kewajiban Warga Negara


MATERI

Geopolitik Indonesia
Identitas Nasional
Geostrategi Indonesia
Demokrasi Indonesia
Politik & Strategi Nasional
FILSAFAT PANCASILA
PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT

Ilmu pengetahuan yang mendalam dan mendasar


mengenai Pancasila, dan merupakan suatu kajian nilai-
nilai yang terdapat dalam masing-masing sila, mencari
intinya, hakikat dari inti dan pokok-pokok yang terkandung
di dalamnya yaitu :
Nilai Ketuhanan;
Nilai Kemanusiaan;
Nilai Persatuan;
Nilai Kerakyatan;
Nilai Keadilan.
Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi
penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia.
PENGERTIAN NILAI

• Nilai adalah sesuatu yang berharga,


baik, dan berguna bagi manusia.
• Nilai adalah suatu penetapan atau
suatu kualitas yang menyangkut
jenis dan minat.
• Nilai adalah suatu penghargaan
atau suatu kualitas terhadap suatu
hal yang dapat menjadi dasar
penentu tingkah laku manusia.
CIRI-CIRI NILAI : suatu realitas abstrak,
bersifat normatif, sebagai motivator
(daya dorong) manusia dalam
bertindak.
Prof. Notonegoro, ada 3 (tiga) macam nilai :
1. Nilai materiil, sesuatu yang berguna bagi jasmani
manusia;
2. Nilai vital, sesuatu sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat melaksanakan kegiatan;
3. Nilai kerokhanian, yang dibedakan :
- nilai kebenaran berdumber pada akal piker manusia (rasio,
budi, cipta);
- nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia;
- nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak
karsa, hati nurani manusia;
- nilai religius (ketuhanan) bersifat mutlak bersumber pada
keyakinan manusia.
PERBUATAN

» Perbuatan manusia
(actus hominis), diluar
pengamatan manusia.

» Perbuatan insani
(actus humanus),
dibawah pengawasan
manusia.
PROSES TERJADINYA PERBUATAN INSANI
Kehendak : tetarik – memilih
memutuskan
Jiwa/rokhani kebaikan yang dimengerti

Budi : pengertian – pertimbangan

Manusia

Nafsu–pengetahuan indriyani
Catur rasa daya umum
daya gambar
Badan/Jasmani daya ingat
daya penduga

Pancaindera

OBYEK
IDEOLOGI

idea  logos  ilmu tentang gagasan


atau cita-cita.
Sebagai tujuan atau cita-cita
Sebagai pemersatu
yang hendak dicapai secara
masyarakat dan dengan
bersama oleh suatu
demikian dapat menjadi
masyarakat
prosedur penyelesaian
konflik yang terjadi

cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita


yang bersifat tetap dan harus dicapai
sehingga cita-cita itu merupakan dasar,
pandangan/paham
IDEOLOGI vs. FILOSOFI
• Ideologi tidak sama dengan Filosofi
• Ideologi adalah cara pandang ideal bagi
sekelompok masyarakat (ideal way of
life for society)
• Filosofi adalah cara pandang
mengarungi kehidupan (the way of living
life)
• Ideologi bersifat startegis-politis
• Filosofi bersifat strategis-humanis
KARAKTERISTIK IDEOLOGI
1. Mempunyai kekuatan (have
power)
2. Mampu menuntun dalam evaluasi
(guidance of evaluation)
3. Menyediakan petunjuk dalam
beraksi (guidance of action)
4. Harus logis (logic)
6 CARA PEMANFAATAN IDEOLOGI

1. Sebagai sekumpulan ide yang normatif


2. Sebagai bentuk struktur logika internal
3. Sebagai ide dalam interaksi manusia
4. Sebagai ide dalam struktur organisasi
5. Sebagai cara persuasif
6. Sebagai tempat interaksi sosial
JENIS IDEOLOGI POLITIK
• Anarkisme • Islamisme
• Demokrasi Kristen • Liberalisme
• Komunisme • Libertarianisme
• Komunitarianisme • Nasionalisme
• Konservatisme • Demokasi Sosial
• Fasisme • Sosialisme
• Politik Hijau
PANCASILA
• Pancasila : Sebagai dasar filsafat
atau dasar falsafah negara
(philosophische grondslag) dari
negara Indonesia berupa nilai-nilai
budaya bangsa, dan sebagai ideologi
nasional yang terbuka.
• Pancasila adalah dasar (filsafat)
negara, sedang UUD 1945 adalah
dasar (hukum) negara Indonesia.
• Nilai dasar Pancasila bersifat tetap,
dapat dijabarkan sesuai dengan
dinamika perkembangan dan tuntutan
masyarakat
MAKNA PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA
• Pancasila sebagai dasar (filsafat)
negara mengandung makna
bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila menjadi dasar
atau pedoman bagi
penyelenggaraan bernegara.
• Nilai dasar Pancasila bersifat
abstrak, normatif dan nilai itu
menjadi motivator kegiatan
dalam penyelenggaraan
bernegara.
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOLOGI TERBUKA

•a. Nilai Dasar


Asas-asas yang kita terima sebagai dalil dam bersifat
mutlak. Kita menerima nilai dasar itu sebagai sesuatu
yang benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi.

• b. Nilai Instrumental
Pelaksanaan umum dari nilai dasar, berbentuk norma
sosial, dan norma hukum yang terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.

• C. Nilai Praksis
Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan, yang merupakan batu ujian apakah nilai dasar
dan nilai instrumental benar-benar hidup dalam
masyarakat Indonesia.
PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA DAN
DINAMIS

• Nilai-nilai dan cita-citanya bersumber dari


kekayaan budaya masyarakat sendiri.
• Nilai itu bukan keyakinan sekelompok
orang, tetapi hasil kesepakatan.
• Isinya tidak langsung operasional.
DIMENSI IDEOLOGI TERBUKA DAN DINAMIS

• Dimensi Realitas
Nilai-nilai ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di dalam
masyarakat Indonesia. Merupakan nilai dasar yang abadi dan
tidak boleh diubah.

• Dimensi Idealitis
Ideologi selain memberi penafsiran atau pemahaman atas
kenyataan, juga mempunyai sifat futuristik yaitu memberi
gambaran akan masa depan yang ingin diwujudkan.

• Dimensi Fleksibilitas
Memiliki keluwesan yang memungkinkan untuk pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat dan jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai
dasarnya.
IDEOLOGI TERTUTUP

• Nilai-nilai yang terkandung


merupakan cita-cita suatu kelompok
orang untuk mengubah dan
memperbaharui masyarakat, bukan
berasal dari masyarakat
• Berlakunya nilai ideologi dipaksakan
di masyarakat.
• Isinya bukan hanya nilai-nilai dan
cita-cita tertentu, melainkan atas
tuntutan-tuntutan yang konkret,
operasional dan diajukan dengan
mutlak.
MAKNA NILAI PANCASILA
• Nialai Ketuhanan
Adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap
adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
religius bukan bangsa yang ateis. Adanya
pengakuan akan kebebasan untuk memeluk
agama, menghormati kemerdekaan beragama,
tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antar umat beragama.
• Nilai Kemanusiaan
Kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-
nilai moral dalam hidup bersama atas dasar
tuntutan hati nurani. Manusia perlu diperlakukan
sesuai dengan harkat martabatnya sebagai
makhluk Tuhan yang sama derajatnya dan sama
hak dan kewajiban asasinya.
• Nilai Persatuan
Usaha kearah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina
rasa nasionalisme dalam NKRI. Mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Menghayati semboyan Bhineka Tunggal Ika.
• Nilai Kerakyatan
Suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Demokrasi yang lebih mengutamakan
pengambilan keputusan melalui musyawarah mufakat.
• Nilai Keadilan
Sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu terciptanya masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah ataupun
batiniah. Negara Indonesia yang berkeadilan.
Pancasila selain berkedudukan sebagai
Staatsfundamentalnorm, juga sebagai
Cita Hukum (rechtidee) yang
menguasai hukum dasar negara baik
tertulis maupun tidak tertulis, dan
merupakan gagasan, pikiran, rasa dan
cipta mengenai hukum yang
seharusnya diinginkan masyarakat.
yang menguasai hukum dasar negara
baik tertulis maupun tidak tertulis.
2 (dua) fungsi Pancasila sebagai cita
hukum
• Fungsi regulatif , artinya cita hukum
menguji apakah hukum yang dibuat adil
atau tidak bagi masyarakat;
• Fungsi konstitutif, artinya fungsi yang
menentukan bahwa tanpa dasar cita
hukum maka hukum yang dibuat akan
kehilangan maknanya sebagai hukum.
Pengamalan Pancasila Dalam Kehidupan
Bernegara
• Pengamalan secara obyektif : dengan
melaksanakan dan mentaati peraturan
perundang-undangan sebagai norma hukum
negara yang berlandaskan pada Pancasila;
• Pengamalan secara subyektif : dengan
menjalankan nilai-nilai Pancasila yang berwujud
norma etik secara pribadi atau kelompok dalam
bersikap dan bertingkah laku pada kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3 (tiga) faktor yang membuat Pancasila semakin
sulit dan marginal dalam semua perkembangan
yang terjadi :
1. Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan
rezim ORBA yang menjadikan Pancasila sebagai
alat politik untuk mempertahankan status quo
kekuasaannya;
2. Liberalisasi politik dengan penghapusan
ketentuan tentang Pancasila sebagai satu-satunya
asas setiap organisasi.
3. Desentralisasi dan otonomisasi daerah yang
sedikit banyak mendorong pengutan sentiment
kedaerahan, sehingga Pancasila kian kehilangan
posisi sentralnya.
Radikalisasi (Ruh Baru) Pancasila
(1). Mengembalikan Pancasila sesuai dengan jati
dirinya (memberi visi kenegaraan), yaitu sebagai
ideologi dan dasar negara;
(2). Mengganti persepsi dari Pancasila sebagai
ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu;
(3). Mengusahakan Pancasila mempunyai
konsistensi dengan produk-produk perundangan,
koherensi antar sila, dan korespondensi dengan
realitas sosial, dan;
(4). Pancasila yang semula melayani kepentingan
vertikal menjadi Pancasila yang melayani
kepentingan horizontal.
LATIHAN PENGUASAAN KONSEP DAN
PEMECAHAN MASALAH

1. Buat contoh kasus dan peristiwa yang selaras dan


tidak selaras dengan visi, misi dan kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Buat contoh upaya bela negara dalam berbagai
bidang profesi kecuali militer dan polisi.
3. Jelaskan apakah dengan adanya Internet dan
penggunaannya dapat mengancam Ketahanan
Nasional.

45
LATIHAN PENGUASAAN KONSEP DAN
PEMECAHAN MASALAH

1. Buat contoh kasus dan peristiwa yang selaras dan


tidak selaras dengan visi, misi dan kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Buat contoh upaya bela negara dalam berbagai
bidang profesi kecuali militer dan polisi.
3. Jelaskan apakah dengan adanya Internet dan
penggunaannya dapat mengancam Ketahanan
Nasional.

46
REFERENSI PENGANTAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
1. Udin S. Winataputra, H., (2004). Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana psiko-
pedagogis untuk mewujudkan masyarakat madani. Makalah Bahan Sajian dan Diskusi Dalam
Lokakarya
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta : Dirjen Dikti-Depdiknas. 21-22
September 2004.
2. UU. No. 20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. SKep. Dirjen DIKTI – Depdiknas, No. 38/DIKTI/Kep/2002. tentang Rambu-rambu pelaksanaan
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
4. Sudargo Gautama. (1997). Warga Negara dan Orang Asing. Bandung : Alumni.
5. Sharp, Gene. (1997). Menuju Demokrasi tanpa Kekerasan. Terjemahan: Sugeng Bahagiyo.
Jakarta : Pustaka Sinar Haraoan.
6. Bondan Gunawan S. (2000). Apa itu Demokrasi . Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
7. Beetham, David & Boyle, Kevin. (1995). Demokrasi . Terjemahan : Bern. Hidayat. Yogyakarta :
Kanisius.
8. Saafroedin Bahar dan A.B. Tangdililing. (Penyunting). ( 1996). Intergrasi Nasional : Teori,
Masalah dan Strategi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
9. F. Isjwara. (1982). Ilmu Politik. Bandung : Angkasa.
10. Tim Dirjen Dikti-Dep Diknas. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
11. Tim Lemhannas. (1994). Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai