Anda di halaman 1dari 71

Poros dan Pasak 87

Bab 2
Poros dan Pasak

A. Poros
P oros adalah bagian dari mesin yang berputar yang dipergunakan
untuk memindahkan daya dari satu mesin ke mesin yang lain. Daya
yang dipindahkan poros diakibatkan oleh adanya gaya-gaya
tangensial dan resultan torsi atau momen puntir yang bekerja
pada poros dan memungkinkan daya tersebut dapat dipindahkan
ke beberapa mesin yang disambungkan pada poros tersebut.Untuk
memindahkan daya dari satu poros ke poros yang lain diperlukan
beberapa komponen seperti pulley, roda gigi, sabuk/belt, rantai
dan sebagainya. Komponen ini dipasangkan pada poros, sehingga
dapat mengakibatkan momen bengkok pada poros. Dengan kata
lain bahwa poros yang digunakan untuk memindahkan momen
torsi juga akan menerima momen bengkok. Komponen-komponen
tersebut dipasang pada poros dengan bantuan pasak/key atau
juga spline, sehingga pada poros harus dibuat alur-alur sebagai
tempatnya. Menurut pembebanannya, poros yang digunakan untuk
memindahkan daya diklasifikasikan menjadi:
1. Poros Transmisi. Poros ini menerima beban puntir dan bengkok.
Pemindahan daya pada poros ini menggunakan kopling, pulley-
belt, roda gigi, rantai sproket, dan lain-lain. Poros jenis ini
digunakan untuk memindahkan daya dari sumber daya menuju
mesin-mesin yang menyerap daya.Ukuran standard dari poros
transmisi:
- 25 mm hingga 60 mm dengan 5 mm sleps.
- 60 mm hingga ll0 mm dengan 10 mm sleps.
- 110 mm hingga 140 mm dengan 15 mm sleps.
- 140 mm hingga 500 mm dengan 20 mm sleps.

87
88 ElEmEn mEsin 1

2. Spindel. Poros ini menerima beban utama berupa momen puntir.


Dimensi spindel pendek, banyak digunakan pada mesin perkakas.
Pengerjaan poros ini harus presisi dan deformasi yang diizinkan
sangat kecil;
3. Gandar (Axle). Poros ini berbentuk serupa dengan poros, tetapi
merupakan komponen mesin yang tidak ikut berputar (stasioner)
dan jika dipergunakan untuk transmisi hanya akan menerima
momen bengkok saja. Poros ini digunakan pada roda kereta api;
4. Poros. Poros yang digunakan untuk memindahkan daya dari
mesin penggerak ke peralatan yang lain. Poros ikut berputar,
sehingga selain menerima beban bengkok juga beban puntir;
5. Poros Fleksibel. Poros yang digunakan memindahkan dua
mekanisme, dimana porosnya berputar dan membentuk sudut satu
sama lain. Daya yang dipindahkan biasanya kecil.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros


adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan poros. Poros harus dirancang untuk kuat menahan
beban yang terjadi. Pada umumnya poros menerima berupa:
momen puntir, momen bengkok, kombinasi momen bengkok dan
momen puntir, atau beban aksial dan kombinasi momen torsi dan
momen bengkok. Selain itu, pengaruh tegangan konsentrasi
akibat bentuk poros bertingkat dan adanya alur pasak harus
dipertimbangkan dengan baik.
2. Kekakuan poros. Kekakuan poros harus diperhatikan dan
disesuaikan dengan jenis mekanisme yang ada. Selain kekuatan
yang cukup, defleksi atau puntiran yang terjadi dapat
menimbulkan terjadinya getaran. Hal ini dapat mengakibatkan
kerusakan yang serius pada konstruksi.
3. Putaran kritis. Poros yang terkena beban dan mengalami defleksi,
jika berputar pada kecepatan putar tertentu, dapat
mengakibatkan getaran yang serius.Putaran ini disebut putaran
kritis. Untuk itu, poros harus dirancang sebaik mungkin, hingga
putaran kerjanya tidak diperbolehkan sama dengan putaran kritis.
4. Tahan korosi. Poros yang digunakan pada turbin air, turbin uap,
dan pompa harus dirancang supaya tahan terhadap korosi akibat
kavitasi.
Poros dan Pasak 89

1. Material Poros
Material yang digunakan untuk poros biasanya mild steel.
Akan tetapi bila diperlukan kekuatan yang tinggi, dapat digunakan
baja paduan seperti baja nickel, baja chrom atau baja chrom
vanadium. Pada umumnya sebuah poros dibentuk dengan proses
pengerolan panas (hot rolling) dan proses pengerjaan akhir
(finishing) pada ukuran yang sesuai dengan proses cold drawing
seperti dengan mesin bubut (turning) dan mesin gerinda (grinding).
Pengerjaan poros dengan proses cold drawing hasilnya akan lebih
kuat dari pada hot rolling (tetapi memiliki tegangan sisa/residual
yang lebih tinggi). Tegangan sisa/residual ini dapat menyebabkan
distorsi pada poros ketika dikerjakan dengan mesin, terutama bila
dipotong untuk tempat slot atau pasak. Poros dengan diameter
lebih besar biasanya dikerjakan dengan forging/tempa, kemudian
dibubut dengan menggunakan mesin bubut. Tegangan yang umum
terjadi pada poros adalah:
a. Tegangan geser akibat momen torsi yang dipindahkan;
b. Tegangan bengkok (karena beban tarik/tekan) akibat berat dari
komponen-komponen seperti pulley, roda gigi, atau akibat berat
poros sendiri;
c. Kombinasi dari momen torsi dan momen bengkok.

Besarnya tegangan izin poros transmisi yang menerima beban


tarik/tekan atau geser secara global dapat diperkirakan seperti
berikut. Perkiraan ini harus diperiksa kembali sesuai dengan jenis
material yang digunakan, jenis beban yang bekerja, proses
pengerjaan, dan bentuk/desain yang dipilih.
Untuk beban tarik atau tekan dapat diambil:
a. 112 N/mm2untuk poros tanpa pengurangan untuk alur pasak;
b. 84 N/mm2untuk poros dengan pengurangan untuk alur pasak.

Untuk poros tertentu tegangan tarik yang diizinkan dapat


diambil 60% daritegangan elastisnya, tetapi tidak boleh lebih dari
36% tegangan tarik maksimum.Tegangan geser yang diizinkan
dapat diambil sebagai berikut:
a. 56 N/mm2 untuk poros tanpa pengurangan untuk alur pasak;
b. 42 N/mm2 untuk poros dengan pengurangan untuk alur pasak.
90 ElEmEn mEsin 1

Untuk poros tertentu tegangan geser yang diizinkan dapat


diambil 30% dari tegangan elastisnya, tetapi tidak boleh lebih dari
18% tegangan tarik maksimum.

2. Perancangan Poros

a. Poros dengan Beban Momen Torsi


Poros yang menerima beban utama berupa momen puntir,
seperti pada poros motor yang dihubungkan melalui sebuah
kopling. Momen puntir yang ditransmisikan dapat dihitung
berdasarkan daya P (HP) dengan putaran n (rpm) poros sebagai
berikut:
2 . p . Mt. n F . V M.n
P= = = t
33000 . 12 33000 63000
atau

Mt = 63000 . P (Ib in)


n
Dimana:
P = Daya yang ditransmisikan (HP);
Mt = Momen puntir yang terjadi (Nmm);
n = Putaran poros (rpm);
F = Gaya keliling (lb);
V = Kecepatan (fpm).
Apabila satuan dikonversikan menjadi metris, maka:

Mt = 71620 . P (kg cm)


n
Dimana:
P = Daya yang ditransmisikan (HP);
n = Putaran poros (rpm);

Apabila momen puntir Mt(lb in) ditransmisikan melalui sebuah


poros dengan diameter dp (in), poros akan menerima tegangan
puntir τp (psi) sebesar:
Mt Mt 5,1 . Mt
tp = = =
Wt p . dp3 dp3
16
Poros dan Pasak 91

Dalam perancangan poros, tegangan puntir yang terjadi pada


poros harus lebih kecil dari pada tegangan puntir bahan poros
yang digunakan, sehingga:
5,1 . Mt < t
izin
dp3
atau

dp > 3 5,1 . Mt
tizin

b. Poros dengan Beban Momen Bengkok dan Puntir (Teori Tresca)


Pada umumnya poros mentransmisikan daya melalui pulley-
belt, roda gigi, atau rantai/sproket. Untuk itu, poros yang demikian
akan menerima beban lentur dan beban puntir. Beben geser
akibat momen puntir dan beban lentur akibar gaya-gaya yang
bekerja pada transmisi. Untuk bahan poros yang ductile (ulet)
dapat digunakan teori tegangan geser maksimum dari Teori Tresca:

tmaks = s + 4 . t = (s2
2 2
2
x ( + t2
2
Untuk poros dengan penampang bulat pejal yang menerima
beban statis:
32 . Mb dan 16 . Mt , sehingga 2 2
sx = tt = tmaks = (16 . Mb) + (16 . Mt )
p . dp p . dp
3 3
p . dp p . dp
3 3

Dalam perancangan poros, diharuskan tegangan maksimum


yang terjadi selalu di bawah tegangan yang diizinkan dari bahan
poros. Tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros dapat
diperoleh tegangan tarik yield (luluh) dibagi dengan faktor
keamanan, yang besarnya seperti berikut:
t yield syield
tizin = =
n 2.n
Selanjutnya dapat dihitung diameter poros dp:
(16 . Mt ) < syield
2 2
(16 . Mb)
+
p . dp
3
p . dp
3
2.n

dp > 3 10,2 . n . Mb2 + Mt2


syield
92 ElEmEn mEsin 1

Dimana:
σx = Tegangan bengkok yang terjadi (Psi);
τp = Tegangan puntir yang terjadi (Psi);
Mb = Momen bengkok yang terjadi (lb in);
Mt = Momen puntir yang terjadi (lb in);
σyield = Tegangan luluh bahan poros (Psi);
V = Faktor keamanan.

Untuk poros berlubang:


16 . Mb2 + Mt2 < syield

( ( )(
3 2.n
dI
p . do . 1 -
3

do

Apabila beban bekerja pada poros berlubang, maka digunakan


persamaan Soderberg:

( ( ( (
2 2
s t
sm + yield . s batas + t m + yield . t batas < syield
1.
4 t e te 2.n

Dimana:
m
= Tegangan rata-rata untuk bengkok atau tarik (Psi);
batas
= Tegangan batas untuk bengkok atau tarik (Psi);
yield
= Tegangan luluh dari bahan poros (Psi);
e
= Batas ketahanan bengkok/tarik dari bahan poros (Psi);

1
= CR . C S . C D .
Kf . S n
τe = Batas ketahanan geser dari bahan poros (Psi);
1
= CR . C S . C D .
Kfg . S ng
Kf = Faktor konsentrasi tegangan lelah untuk bengkok;
Kfg = Faktor konsentrasi tegangan lelah untuk geser;
τyield = 0,5 yield
= Tegangan geser luluh bahan poros (Psi);
τm = Tegangan rata-rata untuk puntir (Psi);
Poros dan Pasak 93

τbatas = Tegangan batas untuk puntir (Psi);


τyield = Tegangan geser luluh bahan poros (Psi).

Batas ketahanan (endurance limit) suatu material dapat


dinyatakan dengan:
σe = σ1e . CR . CS . CD
Dimana:
σ1e = batas ketahanan dari material
CR = faktor beban
CD = faktor ukuran
CS = faktor pengerjaan permukaan

Tabel 2.1: Faktor Pembebanan

Faktor Jenis Beban


Bengkok Puntir Aksial
CR 1,0 0,58 0,9
1,0 D ≤ 0,4 in
CD 1,0
0,9 0,4 < D < 2 in
CS Lihat gambar

c. Poros dengan Beban Momen Bengkok dan Puntir (Teori Energi


Distorsi)
Menurut teori Energi Distorsi pada teori kegagalan untuk
tegangan dua dimensi adalah:

( (
2
syield
= s12 - s 1 . s2 + s 22
n

1
dan 2 adalah tegangan utama, bila diterapkan pada
tegangan uniaksial,
syield
= s x2 - 3 . t 2
n
Jika disubstitusikan, menjadi:

( ( ( (
2 2
syield syield . s t yield . t
= sm + batas + 3 . t m +
n
batas
se te
94 ElEmEn mEsin 1

Sehingga diameter poros dapat dihitung:

( 32 . n .
(M + ss ( 3
( t yield
((
2 2
dp > yield
. M batas + . Mt m + . Mt batas
p . syield 3 m
e 4 te

d. Poros dengan Beban Berulang dan Kejut


Apabila selama poros bekerja menerim beban bengkok dan
beban kejut, seperti pada mesin pres dan mesin roll, maka pada
perancangannya harus dimasukkan faktor pengaruh kelelahan
akibat beban yang berulang. Faktor Km untuk momen bengkok
dan Kt untuk momen puntir. Pada poros dengan beban bengkok
tetap besarnya Km = 1,5, untuk tumbukan ringan Km = 1,5 – 2,0,
untuk tumbukan berat Km = 2,0 – 3,0. Dengan demikian persamaan
yang dipakai adalah:
a. Teori Tegangan Geser Maksimum:
0,5 . s yield
(
16 . K . M + syield . M
(
t yield
( (
2 2

= b batas + K t . Mt m + . Mt batas
n p . dp
3 m bm
se te

b. Teori Energi Distorsi

s yield
(
32 . K . M + syield . M
( t yield
( (
2 2

= b batas + K t . Mt m + . Mt batas
n
m bm
p . dp
3
s e te

3. Putaran Kritis dan Kekakuan Poros


Poros yang selalu bekerja pada putaran tinggi, dalam
perancangannya harus dipertimbangkan terhadap terjadinya putaran
kritis. Putaran kerja dari mesin, harus dirancang berada di bawah
atau di atas putarn kritisnya. Secara umum dapat diperhitungkan
bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi 80 %
putaran kritisnya. Perhitungan putana kritis pada poros dengah
dengan dua tumpuan, digunakan persamaan Rayleigh:

n c = 187,7 . W1 . Y12 + W2 . Y22 + W3 . Y32 + ... + Wm . Ym2


W1 . Y1 + W2 . Y2 + W3 . Y3 + ... + Wm . Ym

Dimana:
nc = putaran kritis (rpm);
Wm = berat masa yang berputar pada titik m (lb);
Ym = defleksi yang terjadi pada masa Wm (in).
Poros dan Pasak 95

Kekakuan poros terhadap momen puntir sangat berpengaruh


terhadap terjadinya defleksi sudut. Jika defleksi melampaui batas
tertentu, dapat menimbulkan getaran, sehingga besarnya deformasi
yang disebabkan oleh momen puntir pada poros harus dibatasi.
Untuk poros yang dipasang pada mesin secara umum yang berada
dalam kondisi kerja normal, besarnya defleksi sudut dibatasi 0,08
(º/ft) panjang poros.Untuk poros transmisi besarnya defleksi sudut
dibatasi 1,0º untuk panjang poros 20 x diameter poros. Untuk
poros Cam pada motor bakar dalam dibatasi 0,5º untuk segala
panjang poros. Besarnya defleksi sudut pada poros dapat dihitung
dengan rumus:

Mt . L
q = 584 . 4
G . dp

Dimana:
θ = defleksi sudut (º);
Mt = Momen puntir yang terjadi (lb in);
L = panjang poros (in);
dp = diameter poros (in);
G = modulus geser bahan poros (lb/in2).

Contoh soal 1
Sebuah poros lurus yang berputar pada 200 rpm digunakan
untuk memindahkan daya sebesar 25 hp. Poros ini terbuat dari
mild steel yang memiliki tegangan geser izin 420 kg/cm2.
Tentukan diameter poros tersebut jika momen bengkok yang
terjadi pada poros diabaikan!
Penyelesaian :
Kecepatan putar poros : n = 200 rpm.
Daya yang dipindahkan: P = 25 hp.
Tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros: τs = 420 kg/cm2.
Momen torsi yang terjadi :
4500 . P 4500 . 25
T= = = 89,5 kgm = 8950 kgcm
2.p.n 2 . p . 200
96 ElEmEn mEsin 1

Diameter poros pejal:


p
. ts . d
3
T=
16
16 . T 16 . 8950 3
d =3 =3 = 108,5 = 4,77 cm = 5,0 cm
p . ts p . 420

Contoh soal 2
Tentukan besar diameter poros pejal yang digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 25 hp pada putaran 200 rpm. Tegangan
geser maksimum untuk steel sebagai bahan poros 3600 kg/cm2,
sedangkan faktor keamanan 8 !
Tentukan pula dimensi dari poros jika untuk menggantikan
poros di atas digunakan sebuah poros berlubang (hollow shaft)
dan diketahui perbandingan diameter dalam di dan diameter luar
do adalah 0,5 (di = 0,5 . do) !
Penyelesaian:
Daya yang dipindahkan: P = 25 hp.
Kecepatan putar poros: n = 200 rpm.
Tegangan geser maksimum dari bahan poros: τs maks. = 3600 kg/cm2.
Faktor keamanan: V = 8.
Tegangan geser yang diizinkan:
t s maks. 3600
t s izin =
2
= = 450 kg/cm
V 8
Momen torsi yang tejadi:
4500 . P 4500 . 25
T= = = 89,5 kgm = 8950 kgcm
2.p.n 2 . p . 200
Diameter poros pejal:
16 . T 16 . 8950 3
d =3 = 3 = 101,3 = 4,66 cm = 5,0 cm
p . ts p . 450
Bila yang digunakan adalah poros berlubang:

T = p . ts . ( do - dI ) = p . t s . d o3 . (1 - ( dI ) ) = p . 450 . d o . (1 - ( 1 ) )
4 4 4 4
3

16 do 16 do 16 4
Poros dan Pasak 97

Sehingga:

do = 16 . T =3 16 . 8950 = 3 108 = 4,75 cm = 5,0 cm


3

p . 450 . (1 - ( 1 ) ) p . 450 . (1 - ( 1 ) )
4 4

2 2
dI = 0,5 . do = 0,5 . 0,5 = 2,5cm

Contoh soal 3 (dalam satuan SI)


Sebuah poros pejal sedang memindahkan daya sebesar 1 MW
pada kecepatan putar 240 rpm. Tentukan besar diameter poros,
jika momen torsi maksimum yang terjadi adalah 20 % lebih besar
dari momen torsi rata-rata! Tegangan geser dari bahan poros yang
diizinkan 60 N/mm2.
Penyelesaian:
Daya yang dipindahkan: P = 1 MW = 1.000.000 Watt.
Kecepatan putar poros: n = 240 rpm.
Torsi maksimum yang terjadi: Tmaks. = 1,2 . Trata-rata
Tegangan geser bahan poros yang dizinkan: τs = 60 N/mm2.
Momen torsi yang dipindahkan:
2 . p . n . T rata-rata
P=
60

106 = 2 . p . 240 . T rata-rata


60
60 . 10
Trata-rata = = 39788 Nm = 39788000 Nmm
2 . p . 240
Jadi:
Tmaks. = 1,2 . 39 788 000 = 47 750 000 Nmm
Perhitungan diameter poros:
p 3
Tmaks. = . ts . d
16
16 . T maks. 16 . 47745000
d= 3 = 3 = 3 4052770 = 159,4 mm = 160,0 cm
p . ts p . 60
a. Poros dengan Beban Momen Bengkok
Jika suatu poros menerima momen bengkok, maka tegangan
bengkok maksimum (akibat beban tarik atau beban tekan) yang
terjadi diberikan menurut persamaan:
98 ElEmEn mEsin 1

M = sb
l y
Dimana :
M = momen bengkok yang terjadi (kgcm).
I = momen inersia dari penampang poros terhadap sumbu polar (cm4).
sb = tegangan bengkok yang terjadi (kg/cm2).
y = jarak terjauh dari sumbu netral ke sisi/serat terluar (cm).

p . d4 dan y= d
Diketahui bahwa untuk poros pejal: l =
64 2

Jika kedua harga di atas dimasukkan ke persamaan di atas, diperoleh:


p . p . d3
M = sb , sehingga M = b
p . d4 d 32
64 2

Dengan menggunakan persamaan di atas akan diperoleh


diameter poros.
p . (do4 - d4I ) dan y = d o
Untuk poros berlubang: I = 2
64
Jika kedua harga di atas dimasukkan ke persamaan di atas, diperoleh:
p . s . (do - dI ) = p . sb . do3 . (1 - ( dI )4 )
4 4
M = sb , sehingga M = b
p . (d o - d I ) d o
4 4
32 do 32 do
64 2
Dengan menggunakan persamaan di atas dan perbandingan
antara diameter dalam di dan diameter luar do akan diperoleh
dimensi dari poros berlubang.

Contoh soal 4
Sepasang roda pada sebuah gerbong kereta api menerima
beban 5 ton di setiap roda pada axlenya. Jarak antara roda dari
ujung axle tersebut 10 cm. Jarak antara kedua rel 140 cm.
Tentukan besar diameter axle tempat memasang roda, bila
tegangan dari bahan tidak boleh melebihi 1000 kg/cm2 !
Poros dan Pasak 99

Penyelesaian:

Gambar 2.1 Poros dengan beban bengkok

Beban pada tiap axle: W = 5 ton = 5000 kg.


Jarak beban dari roda: a = 10 cm.
Jarak rel: L = 140 cm.
Tegangan yang terjadi maksimum: σb = 1000 kg/cm2.
Momen bengkok maksimum yang terjadi pada roda di C dan D:
M = W . a = 5000 . 10 = 50 000 kg
Diameter axle dapat dihitung dengan hubungan sebagai berikut:
p . s . d 3 , sehingga
M= b
32
32 . M 32 . 50000 3
d= 3 =3 = 509 = 7,984 cm = 8,0 cm
p . ss p . 1000

b. Poros dengan Beban Kombinasi Puntir dan Bengkok


Bilamana suatu poros menerima beban kombinasi momen puntir
dan momen bengkok, maka poros harus direncanakan dengan
dasar kedua momen tersebut secara simultan. Terdapat beberapa
macam teori yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dari
tipe pembebanan kombinasi. Berikut ini ada dua teori penting dari
bermacam-macam teori di atas:
1) Teori tegangan geser maksimum atau teori Guest. Teori ini
biasanya dipergunakan untuk bahan yang kenyal (ductile) seperti
baja lunak/mild steel;
100 ElEmEn mEsin 1

2) Teori tegangan normal maksimum atau teori Rankine. Teori ini


biasanya dipergunakan untuk bahan yang rapuh (brittle) seperti
besi tuang/cast iron.
σb = tegangan bengkok (tegangan tarik atau tekan) akibat momen bengkok.
τs = tegangan geser akibat momen torsi.

Berdasarkan teori tegangan geser maksimum (teori Guest),


tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros:

t s = 1 . s b2 + 4 . t s2
2
Dengan memasukkan harga σb dan τs diperoleh:

32 . M 2 16 . T 2
ts maks. = 1 . ( )+4.( )
p.d p.d
3 3
2
16 . T
sb maks. = . M2 + T 2
p.d
3

Atau:
p .t 3 2 2
s maks. . d = M +T
16

Faktor M2 + T 2 dinamakan momen torsi ekivalen dan biasanya


dinyatakan dengan Te. Te ini diasumsikan sebagai momen torsi yang
bekerja sendiri dan mengakibatkan tegangan geser (τs) yang sama
seperti momen torsi sebenarnya. Dengan pembatasan tegangan
geser maksimum (τs maks.) sama dengan tegangan geser yang diizinkan
(τs izin) dari bahan poros, maka persamaan di atas:

Te = M + T = p . t s . d
2 2 3

16
Dari persamaan di atas, besar diameter poros d dapat dihitung.
Berdasarkan teori tegangan normal maksimum, besar tegangan
normal maksimum yang terjadi pada poros adalah:
Poros dan Pasak 101

Faktor ( 1 . (M + M + T )) dinamakan momen bengkok ekivalen


2 2

2
dan biasanya dinyatakan dengan Me.Me ini diasumsikan sebagai
momen bengkok yang bekerja sendiri dan mengakibatkan tegangan
tarik atau tegangan tekan (σb) yang sama seperti momen bengkok
sebenarnya. Dengan pembatasan tegangan normal maksimum (σb
maks.
) sama dengan tegangan bengkok yang diizinkan (σb izin) dari
bahan poros, maka persamaan di atas menjadi:
p
Me = 1 . (M + M + T )) = . s3 . d
2 2 3

2 32
Dengan persamaan di atas, maka diameter poros dapat dihitung.
Catatan:
1. Jika digunakan poros berlubang (hollow shaft), maka persamaan
ii sampai v dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana:
k = dI
do
2. Untuk pemilihan diameter poros dari hasil perhitungan kedua
teori tersebut di atas diambil harga yang terbesar (harga yang
lebih aman).

Contoh soal 5
Sebuah poros berpenampang bulat pejal menerima beban
momen bengkok sebesar 30 000 kgcm dan momen torsi 100 000 kgcm.
Poros ini dibuat dari baja karbon yang mempunyai tegangan tarik
maksimum 7000 kg/cm2 dan tegangan geser maksimum 5000 kg/cm2.
Jika faktor keamanan diambil 6, tentukan diameter poros tersebut!
Penyelesaian:
Momen bengkok yang terjadi: M = 30 000 kgcm.
Momen torsi yang terjadi: T = 100 000 kgcm.
Tegangan tarik maksimum dari bahan poros: σt maks. = 7000 kg/cm2.
102 ElEmEn mEsin 1

Tegangan geser maksimum dari bahan poros: τs maks. = 5000 kg/cm2.


Faktor keamanan: V = 6.
Tegangan tarik yang diizinkan st izin:
st maks. 7000
st izin = = = 1166,67 kg/cm2
V 6

Tegangan geser yang diizinkan ts izin


:
t s maks. 5000
t s izin =
2
= = 833,33 kg/cm
V 6
Diameter poros dihitung dengan:
1. Teori tegangan geser maksimum:
Momen puntir ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 300002 + 1000002 = 10,44.104 kgcm

Kemudian dipergunakan persamaan sebagai berikut:


p
.t .d
3
Te =
16 s
10,44.10 = p . 833,3 . d
4 3

16
Sehingga:
10,44 . 10 4 . 16
d= 3 = 3 638 = 8,6 cm
p . 833,3
2. Menurut teori tegangan normal maksimum:
Momen bengkok ekivalen:
1
Me = 1 . (M + M + T )) = . (30000 + 10,44.10 ) = 6,72.10 kgcm
2 2 4 4

2 2
Kemudian dipergunakan persamaan sebagai berikut:
p 3
Me = .s .d
32 b
6,72.104 = p . 1166,67 . d
3

32
Sehingga:
6,72 . 10 4 . 32
d= 3 = 3 586,6 = 8,37 cm
p . 1166,67
Dari kedua hasil perhitungan diambil harga terbesar, yaitu:
d = 8,6 cm ≈ 9,0 cm.
Poros dan Pasak 103

Contoh soal 6
Sebuah roda gigi yang dipasang pada poros dengan ditumpu
pada dua buah bantalan seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Diameter roda gigi 12,5 cm. Daya yang dipindahkan 5 pk pada
kecepatan putar 120 rpm. Bahan poros mempunyai tegangan geser
yang diizinkan sebesar 420 kg/cm2. Tentukan diameter poros tersebut!
Penyelesaian:
Diameter roda gigi: D = 12,5 cm.
Daya yang dipindahkan: P = 5 hp.
Kecepatan putar poros: n = 120 rpm.
Tegangan geser izin bahan poros: τs = 420 kg/cm2.

Gambar 2.2 Poros dengan Beban Torsi

Besar momen torsi yang dipindahkan poros:


4500 . P 4500 . 5
T = = = 29,85 kgm = 2985 kgcm
2.p.n 2 . p . 120
104 ElEmEn mEsin 1

Gambar 2.3 Pembebanan pada Roda Gigi

Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi adalah:


2.T 2 . 2985
F = = = 477,6 kg = 480 kg
D 12,5
Momen bengkok yang terjadi pada pusat roda gigi D:
477,6 . 1255
M= = 2895 kg
2
Diameter poros dapat dicari dengan menggunakan persamaan
Te dan diperoleh sebagai berikut:
Te = M2 + T 2 = 2985 2 + 3000 2 = 4232 kgcm

Padahal telah diketahui bahwa:


p 3
Te = . ts . d
16
Sehingga:
4232 . 16
d= 3 = 3 51,4 = 3,7 cm = 4,0 cm
p . 420

Contoh soal 7
Sebuah poros dibuat dari mild steel digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 120 hp pada putaran 300 rpm. Panjang
poros adalah 3 m. Poros ini juga menerima beban dari dua buah
pulley yang masing-masing mempunyai berat 150 kg dan bekerja
pada jarak 1 m dari masing-masing ujungnya.
Jika harga tegangan yang diizinkan digunakan sebagai dasar
perhitungan kekuatan, tentukan diameter poros yang sesuai!
Poros dan Pasak 105

Penyelesaian:

Gambar 2.4 Free Body Diagram

Daya yang dipindahkan: P = 120 hp.


Kecepatan putar poros: n = 300 rpm.
Panjang poros (jarak antara kedua bantalan): L = 3 m.
Berat masing-masing pulley: W = 150 kg.
Jarak antara pulley ke ujung poros: a = 1 m.

Momen torsi yang dipindahkan:


4500 . P
T = = 286,4 kgm = 28640 kgcm
2.p.n
Gaya reaksi pada kedua bantalan A dan B akibat beban pulley:
RA = RB = 150 kg.
Momen bengkok maksimum yang terjadi pada titik C dan D:
M = 150 . 1 = 150 kgm = 15000 kgcm
Momen puntir ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 150002 + 286402 = 32330 kgcm

p 3
Perhitungan besar diameter poros d: Te = . ts . d
16
p 3
Telah diketahui bahwa:ts = 600 kg/cm2, sehingga 32330 = 16 . 600 . d
Jadi:
32330 . 16
d= 3 = 3 274,4 = 6,49 cm = 6,5 cm
p . 600

Contoh soal 8 (dengan menggunakan satuan S.I.)


Sebuah poros lurus digerakkan sebuah motor yang terletak
secara vertikal di bawahnya. Sebuah pulley dengan diameter 1,5 m
106 ElEmEn mEsin 1

dipasangkan pada poros ini dengan belt yang memiliki tegangan


5,4 kN pada sisi kencang dan 1,8 kN pada sisi kendornya. Kedua
tegangan ini diasumsikan tegak (vertikal). Pulley berada overhang
dengan jarak pusat 400 mm terhadap bantalan.
Tentukan diameter poros yang diperlukan, jika tegangan geser
yang diizinkan dari bahan poros ts= 42 N/mm2 !
Penyelesaian:
Diameter pulley: D = 1,5 m.
Radius pulley: R = 0,75 m = 750 mm.
Tegangan belt pada sisi kencang: S1 = 5,4 kN = 5400 N.
Tegangan belt pada sisi kendor: S2 = 1,8 kN = 1800 N.
Jarak antara pusat pulley terhadap bantalan: L = 400 mm.
Tegangan geser yang diizinkan: τs = 42 N/mm2.

Gambar 2.5 Pembebanan pada Poros

Momen torsi yang dipindahkan oleh poros:


T = (S1 - S2) . R = (5400 - 1800) . 750 = 2700000 Nmm
Dengan asumsi bahwa berat poros diabaikan, gaya total pada arah
vertikal yang bekerja pada pulley:
W = S1 + S2 = 5400 + 1800 = 7200 N
Momen bengkok yang terjadi:
M = W . L = 7200 . 400 = 2880000 Nmm
Momen puntir ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 28800002 + 27000002 = 3,95.106 kgcm
Poros dan Pasak 107

p 3
Perhitungan diameter poros d: Te = . ts . d
16
6 p 3
Sehingga: 3,95.10 = .t .d
16 s

Jadi:
3,95.106 . 16 3
d= 3 = 479000 = 78,2 cm = 80 cm
p . 42

Contoh soal 9 (dengan menggunakan satuan S.I.)


Sebuah poros didukung oleh dua buah bantalan yang berjarak
1 m. Sebuah pulley dengan diameter 600 mm dipasangkan pada
jarak 300 mm di sebelah kanan dari bantalan kiri dan digunakan
untuk menggerakkan sebuah pulley yang berada di bawahnya
dengan bantuan belt yang mempunyai tegangan maksimum 2,25
kN. Pulley lain dengan diameter 400 mm dipasangkan pada jarak
200 mm di sebelah kiri dari bantalan kanan dan digerakkan
dengan belt oleh sebuah motor listrik yang terletak horizontal di
sebelah kanan. Sudut kontak untuk kedua pulley adalah 180° dan
koefisien gesek μ = 0,24.
Rencanakan sebuah poros pejal yang sesuai, jika tegangan
tarik yang diizinkan dari bahan poros 63 N/mm2 dan tegangan
gesernya 42 N/mm2 dengan asumsi bahwa besar momen torsi yang
terjadi pada semua pulley sama!
Penyelesaian:
Jarak antara kedua bantalan: L = 1 m.
Diameter pulley C: ∅D1 = 600 mm = 0,6 m.
Radius pulley C: R1 = 0,3m.
Jarak pulley C dari bantalan kiri (dari A): a = 300 mm = 0,3 m.
Tegangan maksimum belt pada pulley C: S1 = 2,25 kN = 2250 N.
Diameter pulley D: ∅D2 = 400 mm = 0,4 m.
Radius pulley D: R2 = 0,2 m.
Jarak pulley D dari bantalan kanan (dari B): b = 200 mm = 0,2 m.
Sudut kontak untuk kedua pulley: θ = 180° = π radian.
Koefisien gesek: μ = 0,24.
108 ElEmEn mEsin 1

Tegangan tarik izin dari bahan poros: b = 63 N/mm2.


Tegangan geser izin dari bahan poros: s = 42 N/mm2.

Tegangan belt pada sisi kendor pada pulley C (S1 dan S2) :

Beban vertikal yang bekerja pada poros di C adalah:


WC = S1 + S2 = 2250 + 1060 = 3310 N
Diagram beban vertikal ditunjukkan pada Gambar 2.6c.
Momen torsi pada pulley C:
T = (S1 - S2) . R1 = (2250 - 1060) . 0,3 = 357 Nm
Tegangan yang terjadi pada pulley D (S3 dan S4) :
Momen torsi yang terjadi pada kedua pulley adalah sama, sehingga:

Harga S3 dari persamaan ii disubstitusikan ke persamaan i, akan


diperoleh:

Beban horizontal yang bekerja pada poros di D:


WD = S3 + S4 = 3370 + 1585 = 4955 N
Poros dan Pasak 109

Diagram beban horizontal ditunjukkan pada Gambar 2.6d.


Perhitungan untuk mendapatkan momen bengkok maksimum yang
terjadi akibat beban vertikal dan beban horizontal:
1. Akibat pembebanan vertikal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan A dan B (RAV dan RBV) :
RAV + RBV = 3310 N.
Jumlah momen terhadap titik A adalah sama dengan nol (Σ MA = 0):

Besar momen yang terjadi pada titik A dan B:


MAV = MBV = 0.
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCV = RAV . 0,3 = 2317 . 0,3 = 695,1 Nm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MDV = RAV . 0,8 - WC . 0,5 = 2317 . 0,8 - 3310 . 0,5 = 198,6 Nm
Diagram momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal
ditunjukkan pada Gambar 2.6e.
2. Akibat pembebanan horizontal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan A dan B (RAH dan RBH) :
RAH + RBH = 4955 N.
Jumlah momen terhadap titik A adalah sama dengan nol (Σ MA = 0):
110 ElEmEn mEsin 1

Besar momen yang terjadi pada titik A dan B:


MAH = MBH = 0.
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCH = RAH . 0,3 = 991 . 0,3 = 297,3 Nm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MDH = RAH . 0,8 = 991 . 0,8 = 792,8 Nm
Diagram momen bengkok yang terjadi akibat beban horizontal
ditunjukkan pada Gambar 2.6f.
3. Resultan momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal dan
beban horizontal:
Resultan momen pada titik C:
2 2 2 2
MC = MCV + TCH = 695,1 + 297,3 = 756 Nm
Resultan momen pada titik D:
2 2 2 2
MD = MDV + TDH = 198,6 + 192,8 = 817 Nm
Diagram resultan momen bengkok ditunjukkan Gambar 2.6g.
Dari diagram ini terlihat momen bengkok maksimum yang terjadi
adalah pada titik D, yang besarnya:
Mmaks. = MD = 817,2 Nm.

Selanjutnya diameter poros d dapat dihitung:


Dengan menggunakan momen torsi ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 817,22 + 3572 = 892 Nm = 892.106 Nmm
p 3
Telah diketahui bahwa: Te = 16 . t s . d , maka:

Te . 16 892.10 3 . 16 3
d= 3 =3 = 108.103 = 47,6 mm
p . ts p . 42
Poros dan Pasak 111

Gambar 2.6 Perhitungan Momen pada Poros

Dengan menggunakan momen bengkok ekivalen:


1
Me = 1 . (M + M + T )) = . (817,2 + 892) = 854,6.10 kgcm
2 2 2

2 2
p 3 2 p . 63 . d 3
Telah diketahui bahwa: Me = 32 . sb . d , maka: 854,6.10 =
32
Jadi:
854,6.10 2 . 63 3
d= 3 = 138,1.103 = 51,7 mm
p . 63
112 ElEmEn mEsin 1

Dari kedua harga hasil perhitungan di atas diambil harga yang


terbesar, jadi:
d = 51,7 mm » 55,0 mm.

Contoh soal 10
Sebuah poros didukung oleh bantalan A dan B yang berjarak
80 cm. Sebuah roda gigi lurus dengan α = 20° mempunyai diameter
pitch 60 cm terletak 20cm di sebelah kanan dari bantalan kiri
(bantalan A) dan sebuah pulley dengan diameter 70 cm terletak 25
cm di sebelah kiri dari bantalan kanan (bantalan B).
Roda gigi digerakkan oleh sebuah pinion dengan gaya
tangensial ke bawah, sedang pulley digunakan untuk
menggerakkan belt mendatar dengan sudut kontak 180°. Pulley
yang berfungsi sebagai roda gila ini mempunyai berat 200 kg.
Tegangan belt maksimum 300 kg dan perbandingan tegangan 3:1.
Hitung besar momen bengkok maksimum yang terjadi dan diameter
poros yang diperlukan, jika tegangan geser poros yang diizinkan
400 kg/cm2!

Penyelesaian:
Jarak antara bantalan A dan B: L = 80 cm.
Sudut tekan roda gigi C: α = 20°.
Diameter lingkaran pitch roda gigi C: D1 = 60 cm.
Rdius lingkaran pitch roda gigi C: R1 = 30 cm.
Jarak roda gigi terhadap bantalan A: a = 20 cm.
Diameter pulley D: D2 = 70 cm.
Radius pulley D: R2 = 35 cm.
Jarak pulley D terhadap bantalan B: b = 25 cm.
Sudut kontak belt pada pulley D: θ = 180° = π radian.
Berat pulley D: W = 200 kg.
Tegangan maksimum belt: S1 = 300 kg.
Perbandingan tegangan: S1 : S2 = 3 : 1.
Tegangan geser yang diizinkan bahan poros: τs = 400 kg/cm2.
Poros dan Pasak 113

Momen torsi yang terjadi pada poros di titik D:


T = (S 1 + S2) . R 2 = S1 . (1 - S2 ) . R 2 = 300 . (1 - 1 ) . 36 = 7000kgcm
S1 3
Gaya tangensial yang bekerja pada roda gigi C:
T 7000
Ft = = = 233,3 kg
R1 30
Diasumsikan torsi di D sama dengan di C.
Beban normal yang bekerja pada roda gigi:

WC = F t = 233,3 = 248,3 kg
cos a cos 20
o

Beban normal yang bekerja pada sudut 20° terhadap arah


vertikal ditunjukkan seperti gambar berikut.

Gambar 2.7 Arah Pembebanan

Beban normal ini dapat diuraikan menurut arah vertikal dan


horizontal seperti berikut ini:
Komponen vertikal dari WC merupakan beban vertikal pada poros
di C:
WCV = WC . cos 20o = 248,3 . cos 20o = 233,3 kg
Komponen horizontal dari WC merupakan beban horizontal pada
poros di C:
WCH = WC . sin 20o = 248,3 . sin 20o = 84,9 kg
Tegangan belt:
114 ElEmEn mEsin 1

Beban horizontal yang bekerja pada poros di D:


WDH = S1 + S2 = 300 + 100 = 400 kg
Beban horizontal yang bekerja pada poros di D:
WDV = W = 200 kg

Perhitungan untuk mendapatkan momen bengkok maksimum


yang terjadi akibat beban vertikal dan beban horizontal:
1. Akibat pembebanan vertikal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan A dan B (RAV dan RBV):
RAV + RBV = 233,3 + 200 = 433,3 kg
Jumlah momen terhadap titik A adalah sama dengan nol (Σ MA = 0):

Besar momen yang terjadi pada titik A dan B:


MAV = MBV = 0.
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCV = RAV . 20 = 237,5 . 20 = 4750 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MDV = RBV . 25 = 195,8 . 25 = 4895 kgcm
2. Akibat pembebanan horizontal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan A dan B (RAH dan RBH) :
RAH + RBH = 84,9 + 400 = 484,9 kg
Jumlah momen terhadap titik A adalah sama dengan nol (Σ MA = 0):
Poros dan Pasak 115

Besar momen yang terjadi pada titik A dan B:


MAH = MBH = 0.
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCH = RAH . 20 = 188,6 . 20 = 3772 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MDH = RBH . 25 = 296,2 . 25 = 7405 kgcm
3. Resultan momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal dan
beban horizontal:
Resultan momen pada titik C:
2 2 2 2
M C = MCV + TCH = 4570 + 3772 = 6064 kgcm
Resultan momen pada titik D:
2 2 2 2
M D = MDV + TDH = 4895 + 7405 = 8876 kgcm
Dari diagram di bawah ini (Gambar 2.8) terlihat momen bengkok
maksimum yang terjadi adalah pada titik D, yang besarnya:
Mmaks. = MD = 8876 kgcm.

Selanjutnya diameter poros d dapat dihitung menggunakan


momen torsi ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 7000 2 + 88762 = 11300 kgcm

p
. t s . d , maka 11300 = p . 400 . d
3 3
Telah diketahui bahwa: Te =
16 16
Jadi:
11300 . 16
d= 3 = 3 143,8 = 5,5 cm
p . 400
116 ElEmEn mEsin 1

Gambar 2.8 Perhitungan Momen pada Poros

c. Poros dengan Beban yang Berfluktuasi (dengan Standard ASME)


Dalam bab terdahulu telah dibahas tentang poros yang
menerima beban momen torsi dan beban momen bengkok secara
konstan. Dalam praktek yang sebenarnya poros tersebut menerima
beban momen torsi dan momen bengkok yang berfluktuasi. Untuk
itu, dalam perencanaan suatu poros harus dipertimbangkan adanya
faktor kombinasi beban kejut (shock) dan faktor kelelahan (fatigue)
Poros dan Pasak 117

untuk menentukan besar momen torsi (T) dan momen bengkok


(M) yang terjadi.
Untuk poros yang menerima beban kombinasi momen bengkok
dan torsi:
Besar momen torsi ekivalen:
Te = (K m . M)2 + (K t . T)2

Besar momen bengkok ekivalen:


Me = 1 . (K m. M + (K m . M) + (K t . T) )
2 2

Dimana:
Km = Faktor kombinasi shock dan fatigue untuk bengkok.
Kt = Faktor kombinasi shock dan fatigue untuk torsi.

Tabel 2.2 menunjukkan harga Km dan Kt (dari standard ASME)


berdasarkan sifat pembebanannya.

Tabel 2.2: Harga Km dan Kt


Sifat Pembebanan Km Kt
1. Untuk poros stasioner :
a. Pembebanan normal/gradual 1,0 1,0
b. Pembebanan tiba-tiba/kejut 1,5 - 2,0 1,5 - 2,0
2. Untuk poros yang berputar :
a. Pembebanan normal/gradual 1,0 1,0
b. Pembebanan tiba-tiba dengan kejut kecil 1,5 - 2,0 1,0 - 1,5
c. Pembebanan tiba-tiba dengan kejut besar 2,0 - 3,0 1,5 - 3,0

Contoh soal 11
Sebuah poros yang digunakan untuk memindahkan daya
sebesar 25 hp pada kecepatan putar 200 rpm terbuat dari mild
steel. Poros ini menerima beban yang terpusat sebesar 90 kg dan
didukung oleh bantalan yang berjarak 2,5 m. Dengan asumsi sifat
pembebanan gradual, hitung beban-beban yang terjadi pada
poros tersebut!
Jika tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 420 kg/
cm2 sedang tegangan tarik dan tegangan tekan maksimum yang
118 ElEmEn mEsin 1

terjadi tidak boleh lebih dari 560 kg/cm2, tentukan diameter poros
yang diperlukan!
Penyelesaian:
Daya yang dipindahkan: P = 25 hp.
Kecepatan putar poros: n = 200 rpm.
Beban terpusat: W = 90 kg.
Jarak antara kedua bantalan: L = 2,5 m = 250 cm.
Tegangan geser yang diizinkan bahan poros: τs = 420 kg/cm2.
Tegangan tarik/tekan maksimum yang terjadi: σt = 560 kg/cm2.

Besar momen torsi yang dipindahkan:


4500 . P 4500 . 25
T = = = 89,5 kgm = 8950 kgcm
2.p.n 2 . p . 200
Besar momen bengkok yang terjadi:
90 . 250
M= W.L = = 5625 kgcm
4 4
Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen
torsi ekivalen:
Te = M2 + T 2 = 5625 2 + 89502 = 10571 kgcm

p 3 p . 420 . d 3
Telah diketahui bahwa: Te = 16 . t s . d , maka: 10571 =
16
10571 . 16
d= 3 = 3 128,18 = 5,04 cm
p . 420
Perhitungan diameter poros menggunakan momen bengkok
ekivalen:
1
Me = 1 . (M + M + T ) Me = (M + M + T ) = 1 . (5625 + 5625 + 8950 )
2 2 2 2 2 2

2 2 2
= 8098 kgcm
p . s . d3 p . 560 . d3
Telah diketahui bahwa: Me = b , maka: 8098 =
32 32

8098 . 32
d= 3 = 3 147,29 = 5,28 cm = 5,5 cm
p . 560
Poros dan Pasak 119

Jika beban yang terjadi bersifat gradual, untuk menghitung


diameter poros d digunakan Km = 1,5 dan Kt = 1,0 :
Momen torsi ekivalen:

p
. t s . d , maka: 12300 = p . 420 . d
3 3
Telah diketahui bahwa: Te =
16 16
12300 . 16
d= 3 = 3 149 = 5,3 cm = 5,5 cm
p . 420

Contoh soal 12
Rencanakan sebuah poros untuk memindahkan daya sebesar
1,5 hp pada kecepatan putar 120 rpm dari sebuah motor listrik
pada sebuah head stock sebuah mesin bubut melalui sebuah pulley
dengan bantuan belt.
Berat pulley 20 kg dan terletak pada jarak 10 cm dari pusat
bantalan. Diameter pulley 20 cm. Sudut kontak dari belt 180° dan
koefisien gesek antara belt dan pulley 0,3. Faktor shock dan
fatigue untuk momen bengkok 1,5 dan momen torsi 2,0. Tegangan
geser yang diizinkan dari bahan poros 350 kg/cm2.
Penyelesaian:
Berat pulley: W = 20 kg.
Jarak antara kedua bantalan: L = 10 cm.
Diameter pulley: D = 20 cm.
Radius pulley: R = 10 cm.
Daya yang dipindahkan: P = 1,5 hp.
Kecepatan putar poros: n = 120 rpm.
Sudut kontak belt: θ = 180° = π radian.
Koefisien gesek belt dan pulley: μ = 0,3.
Tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros: τs = 350 kg/cm2.
Faktor shock dan fatigue untuk momen bengkok: Km = 1,5.
Faktor shock dan fatigue untuk momen torsi: Kt = 2,0.
120 ElEmEn mEsin 1

Gambar 2.9 Pembebanan pada Poros

Momen torsi yang dipindahkan:


4500 . P 4500 . 1,5
T = = = 8,95 kgm = 895 kgcm
2.p.n 2 . p . 120
Jika tegangan belt yang kencang S1 dan yang kendor S2, maka:

Persamaan ii disubstitusikan ke persamaan i, maka:

Jumlah beban vertikal yang terjadi pada pulley:


FV = S1 + S2 + W = 146,5 + 57 + 20 = 223,5 kg
Momen bengkok yang terjadi pada pulley:
M = (S1 + S2 + W) . L = 223,5 . 10 = 2235 kgcm
Momen torsi ekivalen:
Te = (K m . M)2 + (K t . T)2 = (1,5 . 2235)2 + (2,3 . 895)2 = 3800 kgcm
Poros dan Pasak 121

Sehingga besar diameter poros yang diperlukan:


p 3
Te = . ts . d
16

3800 = p . 350 . d
3

16
3800 . 16
d= 3 = 3 55,3 = 3,8 cm = 4,0 cm
p . 350

Contoh soal 13
Sebuah poros horizontal terbuat dari baja nickel didukung
oleh dua buah bantalan A di sebelah kiri dan B di sebelah kanan
dengan jarak 250 cm. Pada poros tersebut dipasangkan dua buah
roda gigi, yaitu roda gigi C dengan jarak 30 cm di sebelah kanan
bantalan A dan roda gigi D dengan jarak 45 cm di sebelah kiri
bantalan B.
Diameter pitch dari roda gigi C 60 cm dan dari roda gigi D 20
cm. Poros ini digunakan untuk memindahkan daya sebesar 25 hp
pada kecepatan 120 rpm. Daya ini diterima oleh roda gigi C dan
dikeluarkan oleh roda gigi D. Berat roda gigi C 95 kg dan roda
gigi D 35 kg. Faktor kombinasi shock dan fatigue untuk bengkok
1,5 dan untuk torsi 1,2.
Tentukan diameter poros yang diperlukan, jika tegangan tarik
yang terjadi maksimum 900 kg/cm2 dan tegangan gesernya 500
kg/cm2!
Penyelesaian:
Diameter pitch roda gigi C: DC = 60 cm.
Radius: RC = 30 cm.
Diameter pitch roda gigi D: DD = 20 cm.
Radius: RC = 10 cm.
Daya yang dipindahkan: P = 25 hp.
Kecepatan putar poros: n = 120 rpm.
Tegangan tarik yang terjadi maksimum: σt = 900 kg/cm2.
Tegangan geser yang terjadi maksimum: τs = 500 kg/cm2.
Berat roda gigi C: WC = 95 kg.
122 ElEmEn mEsin 1

Berat roda gigi D: WD = 35 kg.


Faktor shock dan fatigue untuk momen bengkok: Km = 1,5
Faktor shock dan fatigue untuk momen torsi: Kt = 1,2

Gambar 2.10 Pembebanan pada Poros

Momen torsi yang dipindahkan:


4500 . P 4500 . 25
T = = = 149,2 kgm = 14920 kgcm
2.p.n 2 . p . 120
Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi C:
T 14920
F tC = = = 497,3 kg
RC 30

Beban total yang terjadi pada poros di titik C dengan arah


vertikal ke bawah:
FC = FtC + WC = 497,3 + 95 = 592,3 kg
Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi D:
T 14920
F tD = = = 1492 kg
RD 10
Beban total yang terjadi pada poros di titik D dengan arah
vertikal ke bawah:
FD = FtD + WD = 1492 + 35 = 1527 kg
Perhitungan untuk mendapatkan momen bengkok maksimum yang
terjadi:
Gaya-gaya reaksi pada bantalan A dan B (RA dan RB):
RA + RB = 592,3 + 1527 = 2119,3 kg
Jumlah momen terhadap titik A adalah sama dengan nol (Σ MA
= 0):
Poros dan Pasak 123

Besar momen yang terjadi pada titik A dan B:


MA = M B = 0
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MC = RA . 25 = 785,1 . 25 = 19627,5 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MD = RB . 40 = 1334,2 . 40 = 53368 kgcm
Jadi momen bengkok maksimum yang terjadi adalah pada titik D,
yang besarnya:
Mmaks. = MD = 53368 kgcm
Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen torsi
ekivalen:
Te = (K m . M)2 + (K t . T)2 = (1,5 . 53368)2 + (1,2 . 14920)2 = 82029,7 kgcm

p 3 p . 500 . d3
Telah diketahui bahwa: Te = 16 . t s . d , maka: 82029,7 =
16
82029,7 . 16
d= 3 = 9,42 cm
p . 500

Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen


bengkok ekivalen:

p 3 2 p . 900 . d3
Telah diketahui bahwa: Me = 32 . sb . d , maka: 81040,85 =
32
124 ElEmEn mEsin 1

32 . 81040,85
d= 3 = 9,72 cm
p . 900

Dari hasil kedua perhitungan di atas diambil harga yang terbesar,


yaitu:
d = 9,72 cm ≈ 10,0 cm.

Contoh soal 14
Sebuah drum hoisting berdiameter 50 cm diikatkan pada sebuah
poros yang didukung oleh dua buah bantalan dan dihubungkan
dengan sebuah gear box yang mempunyai perbandingan reduksi
12:1 dengan digerakkan motor listrik.
a. Barapakah daya penggerak motor listrik jika beban maksimum
yang digulung oleh drum hoisting adalah 800 kg dengan
kecepatan penggulungan 50 m/menit dan efisiensi dari penggerak
80 %?
b. Hitung momen torsi yang terjadi pada poros drum dan kecepatan
motor!
c. Berapakah diameter poros yang diperlukan jika poros tersebut
terbuat dari baja dengan tegangan tarik yang terjadi maksimum
1150 kg/cm 2 dan tegangan geser yang terjadi maksimum 500
kg/cm 2 ? Roda gigi penggerak yang digunakan mempunyai
diameter 45 cm dan dipasangkan di ujung poros yang overhang
15 cm dekat bantalan.
Penyelesaian:
Asumsi: Km = 2,0, Kt = 1,5.
Kecepatan penggulungan: v = 50 m/menit.
Diameter drum: D = 50 cm.
Radius drum: R = 25 cm.
Perbandingan reduksi: i = 12 : 1
Beban maksimum: W = 800 kg.
Efisiensi penggerak: η = 80% = 0,8.
Tegangan tarik yang terjadi maksimum: σt = 1150 kg/cm2.
Tegangan geser yang terjadi maksimum: τs = 500 kg/cm2.
Poros dan Pasak 125

Diameter roda gigi penggerak: D1 = 45 cm.


Radius roda gigi penggerak: R1 = 22,5 cm.
Jarak overhang roda gigi: a = 15 cm.

Daya dari motor penggerak:


P = W . v = 800 . 50 = 40000 kgm/menit
Daya pada drum hoist:
Daya motor penggerak 40000
PHoist = = = 8,9 hp
4500 4500
Karena efisiensi penggerak 80%, daya motor penggerak akan lebih
besar:
P Hoist 8,9
Psebenarnya = = = 11,1 hp
0,8 0,8
Momen torsi yang terjadi pada poros drum:
T = W . R = 800 . 25 = 20000 kgcm
Kecepatan sudut dari drum hoist:
50
w= V = = 200 radian/menit
R 0,25
Dengan perbandingan reduksi 12 : 1, kecepatan sudut dari motor
listrik:
ωmotor = ω . 12 = 200 . 12 = 2400 radian/menit
Kecepatan putar dari motor:
wmotor 2400
n= = = 382 rpm
2.p 2.p
Gaya tangensial pada gigi roda gigi penggerak akibat momen
torsi pada poros drum 20 000 kgcm:
T = 20000
F t1 = = 890 kg
R1 22,5
Dengan asumsi bahwa sudut tekan pada roda gigi penggerak
20°, gaya tekan maksimum yang terjadi pada poros yang ditimbulkan:
F t1 890
Ftekan= = o = 947 kg
cos 20o cos 20
126 ElEmEn mEsin 1

Sehingga mengakibatkan momen bengkok pada bantalan yang


besarnya:
M = Ftekan . a = 947 . 15 = 14205 kgcm
Perhitungan diameter poros d dengan menggunakan momen torsi
ekivalen:
Te = (K m . M)2 + (K t . T)2 = (2 . 14205)2 + (1,5 . 20000)2 = 41320 kgcm

p
. t s . d , maka: 41320 = p . 500 . d
3 3
Telah diketahui bahwa: Te =
16 16
16 . 41320
d= 3 = 7,49 cm
p . 500

Perhitungan diameter poros d menggunakan momen bengkok ekivalen:

p 3 p 3
Telah diketahui bahwa: Me = 32 . sb . d , maka: 34865 = 32 . 1150 . d
2

32 . 34865
d= 3 = 7,49 cm
p . 1150
Dari hasil kedua perhitungan di atas diambil harga yang terbesar,
yaitu:
d = 7,49 cm ≈ 7,50 cm.

Contoh soal 15
Sebuah poros pejal didukung dengan dua bantalan yang
barada pada 180 cm dan berputar dengan kecepatan 250 rpm.
Suatu roda gigi involventa D dengan sudut 20° berdiameter 30 cm
dipasangkan pada poros dengan jarak 15 cm di sebelah kiri dari
bantalan kanan (bantalan Q).
Dua buah pulley, yaitu pulley B berdiameter 75 cm terpasang
pada poros dengan jarak 60 cm di sebelah kanan dari bantalan kiri
(bantalan P) dan pulley C berdiameter 60 cm dengan jarak 135 cm
di sebelah kanan dari bantalan kiri (bantalan Q). Suatu unit
penggerak memberikan daya sebesar 40 hp ke roda gigi penggerak,
dimana selanjutnya didistribusikan ke suatu permensinan dengan
mengambil 25 hp pada pulley C dan 15 hp pada pulley B. Putaran
Poros dan Pasak 127

dari pulley B mengarah vertikal ke bawah sedangkan putaran


pulley C mengarah ke bawah dengan sudut 60° terhadap garis
horizontal. Pada kedua puley mempunyai perbandingan tegangan
2 dengan sudut kontak 180°.
Faktor kombinasi shock dan fatigue untuk momen bengkok 2,0
dan untuk momen torsi 1,5. Tentukan dimensi poros yang sesuai
jika bahan poros memiliki tegangan tarik yang terjadi maksimum
840 kg/cm2 dan tegangan geser 420 kg/cm2 !
Penyelesaian:
Jaral antar bantalan P dan Q: L = 180 cm.
Kecepatan putar poros: n = 250 rpm.
Sudut tekan roda gigi D: α = 20°.
Diameter pitch roda gigi D: DD = 30 cm.
Radius pitch roda gigi D: RD = 30 cm.
Diameter pulley B: DB = 30 cm.
Radius pulley B: RB = 15 cm.
Diameter pulley C: DC = 75 cm.
Radius pulley C: RC = 37,5 cm.
Daya yang diterima oleh roda gigi D: PD = 40 hp.
Daya yang dipindahkan oleh pulley C: PC = 25 hp.
Daya yang dipindahkan oleh pulley B: PD = 15 hp.
Tegangan tarik yang terjadi maksimum: σt = 840 kg/cm2.
Tegangan geser yang terjadi maksimum: τs = 840 kg/cm2.
Faktor pembebanan momen bengkok: Km = 2,0.
Faktor pembebanan momen torsi: Kt = 1,5.
Perbandingan tegangan pada pulley B dan C: SB1 : SB2 = 2, SC1 : SC2 = 2.
Sudut kontak pulley dan belt: θ = 180° = π radian.

Beban total yang terjadi:


1. Pada roda gigi D:
Momen torsi yang diberikan ke roda gigi D:
4500 . PD 4500 . 40
TD = = = 114,6 kgm = 11460 kgcm
2.p.n 2.p.n
128 ElEmEn mEsin 1

Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi D:


TD 14460 = 764 kg
F tD = =
RD 15
Beban normal yang terjadi pada gigi roda gigi D:

WD = F tD = 764
o = 813 kg
cos a cos 20

Gambar 2.11 Arah Pembebanan

Komponen horizontal WD:


WDH = WD . sin α = 813 . sin 20o = 278,062 kg
Komponen vertikal WD:
WDV = WD . cos α = 813 . cos 20o = 763,9 kg
2. Pada pulley C:
Momen torsi yang dipindahkan oleh pulley C:
4500 . PC 4500 . 25
TC = = = 71,6 kgm = 7160 kgcm
2.p.n 2.p.n
Gaya yang terjadi pada belt:

S
Telah diketahui bahwa SC1 = 2, sehingga:
C2
Poros dan Pasak 129

(2 . SC2 - SC2) = 238,7


SC2 = 238,7 kg
SC1 = 2 . SC2 = 477,4 kg
Beban total yang terjadi pada pulley C:
WC = SC1 + SC2 = 477,4 + 238,7 = 716,1 kg
Beban ini bekerja pada arah 60° terhadap garis horizontal.

Gambar 2.12 Arah Pembebanan

Komponen horizontal WC:


WCH = WC . sin 60o = 716,1 . sin 60o = 620 kg
Komponen vertikal WC:
WCV = WC . cos 60o = 716,1 . cos 60o = 358,05 kg
3. Pada pulley B:
Momen torsi yang dipindahkan oleh pulley B:
4500 . PB 4500 . 15
TB = = = 43 kgm = 4300 kgcm
2.p.n 2.p.n
Gaya yang terjadi pada belt:

S B1
Telah diketahui bahwa S = 2, sehingga:
B2
130 ElEmEn mEsin 1

(2 . SB2 - SB2) = 114,7


SB2 = 114,7 kg
SB1 = 2 . SB2 = 229,4 kg
Beban total yang terjadi pada pulley B:
WB = SB1 + SB2 = 229,4 + 114,7 = 344,1 kg

Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut dapat ditabelkan


sebagai berikut:

Beban (kg)
Tipe pembebanan
di titik D di titik C di titik B
Vertikal 754 620 344,1
Horizontal 278 358 0

Perhitungan untuk mendapatkan momen bengkok maksimum


yang terjadi akibat beban vertikal dan beban horizontal:
1. Akibat pembebanan vertikal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan P dan Q (RPV dan RQV):
RPV + RQV = 764 + 620 + 344,1 = 1728,1 kg
Jumlah momen terhadap titik P adalah sama dengan nol (Σ MP = 0):

Besar momen yang terjadi pada titik P dan Q: MPV = MQV = 0


Besar momen yang terjadi pada titik B:
MBV = RPV . 60 = 448,1 . 60 = 26880 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCV = RQV . 45 - WD . 30 = 1280 . 45 - 764 . 30 = 34680 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
Poros dan Pasak 131

MDV = RPV . 15 = 1280 . 15 = 19200 kgcm


Diagram momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal
ditunjukkan pada gambar 14e.
2. Akibat pembebanan horizontal.
Gaya-gaya reaksi pada bantalan P dan Q (RPH dan RQH):
RPH + RQH = 278 + 358 = 636 kg
Jumlah momen terhadap titik P adalah sama dengan nol (Σ MP = 0):

Besar momen yang terjadi pada titik P dan Q: MPH = MQH = 0


Besar momen yang terjadi pada titik B:
MBH = RPH . 60 = 112,7 . 60 = 6765 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik C:
MCH = RQH . 45 - WD . 30 = 523,3 . 45 - 278 . 30 = 15208,5 kgcm
Besar momen yang terjadi pada titik D:
MDH = RQH . 15 = 523,3 . 15 = 7849,5 kgcm
Diagram momen bengkok yang terjadi akibat beban horizontal
ditunjukkan pada gambar 14f.
3. Resultan momen bengkok yang terjadi akibat beban vertikal dan
beban horizontal:
Resultan momen pada titik B:
2 2 2 2
MB = MBV + MBH = 26880 + 6765,5 = 27720 kgcm
Resultan momen pada titik C:
2 2 2 2
MC = MCV + MCH = 34680 + 15208,5 = 37870 kgcm
Resultan momen pada titik D:
2 2 2 2
MD = MDV + MDH = 19200 + 7849,5 = 20740 kgcm
132 ElEmEn mEsin 1

Diagram resultan momen bengkok ditunjukkan pada gambar 14g.


Dari diagram ini terlihat momen bengkok maksimum yang terjadi
adalah pada titik C, yang besarnya: Mmaks. = MC = 37 870 kgcm.
Momen torsi maksimum pada titik C akibat daya yang dipindahkan
ke roda gigi D adalah:
Tmaks. = TD = 11 460 kgcm. (hasil dari perhitungan sebelumnya).

Selanjutnya diameter poros d dapat dihitung menggunakan


momen torsi ekivalen:
Te = (K m . M)2 + (K t . T)2 = (2 . 817,2)2 + (1,5 . 357)2 = 7,77.104 kgcm

Gambar 2.13 Perhitungan Momen


Poros dan Pasak 133

p 3 p . 420 . d 3
Telah diketahui bahwa Te = 16 . t s . d , maka: 77,7.10 =
4

16
77,7.10 4 . 16
d= 3 = 9,8 cm
p . 420
Dengan menggunakan momen bengkok ekivalen:
Me = 1 . (K m. M + (K m . M) + (K t . T) ) = 1 . (2 . 37870 + 7,77.10 ) = 76720 kgcm
2 2 4

2 2
p 3 p 3
Telah diketahui bahwa Me = 32 . sb . d , maka: 76720 = 32 . 840 . d

76720 . 32
d= 3 = 9,76 cm
p . 840
Dari kedua harga hasil perhitungan di atas diambil harga yang
terbesar, jadi:
d = 9,8 cm ≈ 10,0 cm.

d. Poros dengan Beban Aksial serta Kombinasi Torsi dan Bengkok


Bila suatu poros menerima beban aksial (F) sebagai tambahan
dari adanya momen torsi dan momen bengkok seperti pada poros
propeler dari perahu dan juga poros pada roda gigi cacing, maka
tegangan ditimbulkan harus ditambahkan pada tegangan bengkok
σb. Dari persamaan tegangan bengkok:

Tegangan yang terjadi akibat beban aksial:


1. Untuk poros pejal:
F 4.F
sa =
p . d2 = p . d2
4
2. Untuk poros berlubang:
134 ElEmEn mEsin 1

dI
Dimana: k =
do
Resultan tegangan yang terjadi pada poros pejal:

F.d
Dimana: M1 = M +
8
Resultan tegangan yang terjadi pada poros berlubang:

F . d0 . (1 + k4)
Dimana: M1 = M +
8

Bilamana porosnya panjang menerima beban tekan, maka


dalam perhitungan perlu ditambahkan suatu faktor yang dikenal
dengan column factor α. Jadi tegangan yang terjadi akibat beban
tekan:
Untuk poros berbentuk silinder pejal:
a.4.F
sa =
p.d
2

Untuk poros berbentuk silinder berlubang:


a.4.F
sa =
p . do . (1 + k4)
2

Harga column factor α untuk beban tekan diperoleh sebagai


berikut:

1. Untuk L < 115 :


K
1
a=
1 - 0,00044 . L
K
L
2. Untuk > 115 :
K
Poros dan Pasak 135

sy L 2
a= .( )
C.p .E
2
K

Dimana:
L = panjang poros/jarak antara bantalan (cm).
K = radius girasi terkecil (cm).
σy = tegangan tekan yield dari bahan poros (kg/cm2).
C = koefisien dalam formula Euler tergantung pada kondisi kedua
ujung.
= 1,00 untuk kedua ujung bebas.
= 2,25 untuk kedua ujung tetap.
= 1,60 untuk ujung yang sebagian bersandar pada bantalan.
α = 1,00 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.
L/K = perbandingan silinder.

Catatan:
Pada umumnya untuk poros berlubang yang menerima beban
yang berfluktuasi antara beban momen torsi, momen bengkok dan
beban aksial, persamaan untuk momen torsi ekivalen (Te) dan
momen bengkok ekivalen (Me) dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana:
K = 0 dan do = d untuk poros pejal.
F = 0 untuk beban aksial sama dengan nol.
α = 1 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.
Stiffness suatu poros:

S= T = C.l
q L
136 ElEmEn mEsin 1

Stiffness dari poros berlubang:


C p 4 4
SH = . . (do - dI )
l 32
Stiffness dari poros pejal:
C p 4
SS = . .d
L 32
Perbandingan stiffness dari poros berlubang dengan poros pejal:

Jika do = d dan k = do/di, maka:

Contoh soal 16
Sebuah poros berlubang menerima beban berupa momen torsi
maksimum sebesar 15 000 kgcm dan momen bengkok maksimum
sebesar 30 000 kgcm. Pada saat yang sama bekerja pula gaya axial
sebesar 1000 kg.
Dengan asumsi bahwa beban bekerja secara gradually,
perbandingan diameter dalam dan diameter luar dari poros adalah
0,5 dan diameter luar poros 8 cm, berapa tegangan geser yang
terjadi pada poros tersebut!
Penyelesaian:
Momen torsi maksimum yang dipindahkan: T = 15 000 kgcm.
Momen bengkok maksimum yang terjadi: M = 30 000 kgcm.
Beban aksial yang terjadi: F = 1000 kg.
Diameter luar: do = 8 cm.
Diameter dalam: di = 0,5 . do
Kondisi pembebanan gradually: Km = 1,5.
Kt = 1,0.
Poros dan Pasak 137

Selanjutnya dipakai hubungan sebagai berikut:

Dalam hal ini α = 1 untuk beban aksial yang berupa beban tarik.

Contoh soal 17
Sebuah poros berlubang yang mempunyai diameter luar 50 cm
dan diameter dalam 30 cm digunakan untuk menggerakkan
propeller dari marine vessel. Poros dirakit pada bantalan yang
berjarak 6 m dan daya yang dipindahkan sebesar 7500 hp pada
kecepatan putar 1500 rpm. Gaya dorong aksial maksimum dari
propeller 50 000 kg, sedang berat poros itu sendiri 7000 kg.
Tentukan:
a. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros!
b. Sudut puntir yang terjadi pada poros sepanjang jarak antara
bantalannya!
Penyelesaian:
Diameter luar: do = 50 cm.
Diameter dalam: di = 30 cm.
Panjang poros/jarak antara kedua bantalan: L = 6 m = 600 cm.
Daya yang dipindahkan: P = 7 500 hp.
Kecepatan putar poros: n = 150 rpm.
Gaya dorong aksial: F = 50 000 kg.
Berat poros: W = 7 000 kg.
138 ElEmEn mEsin 1

Besar momen torsi yang dipindahkan oleh poros:


4500 . P 4500 . 7500 6
T = = = 35810 kgm = 3,581.10 kgcm
2.p.n 2 . p . 150
Momen bengkok maksimum yang terjadi:
7000 . 600
M= W.L =
5
= 5,25.10 kgcm
8 8
Column factor α dengan menggunakan persamaan radius girasi
terkecil:

L 600
Jadi: K = = 41,15
14,58
Column factor a:
1 1
a= = = 1,2
(1 - 0,00044) . L (1 - 0,00044) . 41,15
K
Sehingga:
a. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada poros:

b. Sudut puntir yang terjadi:


T = G.q
l L
G = 8,4.105 kg/cm2
Poros dan Pasak 139

4. Perencanaan Poros dengan Mempertimbangkan Rigiditas


Kadang-kadang suatu poros direncanakan dengan dasar rigiditas
dari bahan poros itu sendiri. Dalam hal ini akan dibahas dua jenis
rigiditas, yaitu: rigiditas torsional dan rigiditas lateral.

a. Rigiditas Torsional
Rigiditas torsional ini penting sekali dalam perencanaan cam
shaft pada suatu motor bakar, dimana ketepatan waktu dari
pembukaan dan penutupan katup (valve) harus efektif.Sudut puntir
yang terjadi tidak boleh lebih dari 0,25° untuk tiap satu meter
panjang poros. Untuk poros lurus atau poros transmisi batas besar
lendutannya 2,5° sampai 3° untuk tiap meter panjang poros.
Penggunaan luas lendutan untuk poros dibatasi sampai 1° untuk
suatu panjang poros yang sama dengan 20 kali diameter porosnya.
Defleksi torsional dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan torsi:
T = G.q
l L
q= T.L
G.l
Dimana:
θ = defleksi torsional atau sudut puntir yang terjadi (radian).
T = momen torsi yang terjadi pada poros (kgcm).
I = momen inersia polar luas penampang poros terhadap sumbu
polar (cm4).
p 4
= . d , untuk poros bulat pejal.
32
p 4 4
= . (do . dI ), untuk poros berlubang.
32
G = modulus rigiditas (modulus geser) dari bahan poros kg/cm2.
L = panjang poros (cm)
140 ElEmEn mEsin 1

b. Rigiditas lateral
Ini sangat penting dalam perencanaan poros transmisi dan
poros yang bekerja pada kecepatan tinggi, dimana lendutan lateral
akan menyebabkan huge-out dari kesetimbangan gaya-gaya.
Rigiditas lateral juga penting untuk:
• menjaga clearance pantaloon yang dikehendaki.
• membetulkan kelurusan gigi-gigi dari roda gigi.

Jika poros mempunyai penampang yang uniform, maka lendutan


lateral poros bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan
lendutan seperti dalam ilmu kekuatan bahan.Tetapi pada poros
yang mempunyai penampang bervariasi, maka lendutan lateralnya
dapat diperoleh dari persamaan dasar untuk kurva elastis dari
suatu batang, misalnya:
2
dy M
=
dx 2 E . I

Contoh soal 18
Sebuah poros spindel terbuat dari baja digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 5 hp pada kecepatan putar 800 rpm.
Sudut puntir yang terjadi tidak boleh lebih dari 0,25° tiap meter
dari panjang spindel. Jika modulus rigiditas bahan spindel 0,84.106
kg/cm2, tentukan diameter dari spindel dan juga tegangan geser
yang terjadi pada spindel tersebut!
Penyelesaian:
Daya yang dipindahkan: P = 5 hp.
Kecepatan putar spindel: n = 800 rpm.
p
Sudut puntir yang terjadi maks.: θ = 0,25° = 0,25 = = 0,00436 rad
180
Panjang spindel: L = 1 m = 100 cm.
Modulus rigiditas: G = 0,84.106 kg/cm2.

Besar momen torsi yang dipindahkan:


4500 . P 4500 . 5
T = = = 4,476 kgm = 447,6 kgcm
2.p.n 2 . p . 800
Poros dan Pasak 141

Diameter poros dapat dicari menggunakan hubungan sebagai


berikut:

Jadi:
32 . 447,6 . 100 = 4 124,5 = 3,34 cm = 3,5 cm
d= 4
p . 0,84.10 6 . 0,00436

Tegangan geser yang terjadi pada spindel:


p 3
T = . ts . d
16
Maka:
16 . T 16 . 447,6
ts = = = 53,17 kg/cm2
p.d 3
p . 3,5 3

Contoh soal 19
Bandingkan berat, kekuatan dan stiffness dari poros berlubang
yang mempunyai diameter luar sama dengan diameter poros yang
pejal. Diameter dalam dari poros berlubang adalah setengah
diameter luarnya. Kedua poros tersebut mempunyai panjang dan
bahan yang sama.
Penyelesaian:
Diameter dalam dari poros berlubang: di = 0,5 . do.
Perbandingan diameter luar dan dalam: k = di : do = 0,5
Diameter poros pejal: d = do

Perbandingan berat:
Berat dari poros berlubang:
WH = luas penampang x panjang x massa jenis
p 2 2
= . (do - dI ) . panjang . massa . jenis
4
142 ElEmEn mEsin 1

Berat dari poros pejal:


WS = luas penampang x panjang x massa jenis
p 2
= . d . panjang . massa . jenis
4

Karena kedua poros tersebut mempunyai panjang yang sama


dan terbuat dari bahan yang sama, sehingga:

Karena do = d, maka:

Perbandingan kekuatan:
Kekuatan poros berlubang:
p 3
TH = . t s . do . (1 - k4)
16
Kekuatan poros pejal:
p 3
TS = . ts . d
16
Karena kedua poros terbuat dari bahan yang sama dan do = d,
maka:

Perbandingan stiffness:
Stiffness suatu poros:

S= T = C.l
q L
Stiffness poros berlubang:
C . p . (d4 - d4 )
SH = o I
L 32
Poros dan Pasak 143

Stiffness poros pejal:


C . p . d4
SS =
L 32
Karena kedua poros terbuat dari bahan yang sama dan do = d,
maka:

Jadi:
SH 4 4
= 1 - k = 1 - 0,5 = 0,9375
SS

Tahukah anda:
1. Apakah perbedaan poros dengan axle ?
2. Bagaimanakah cara membuat poros ?
3. Terangkan macam-macam jenis poros dan ukuran standard dari
poros transmisi !
4. Apakah tipe tegangan yang terjadi pada poros ?
5. Bagaimanakah cara perencanaan poros jika poros menerima
beban torsi ?
6. Apakah yang dimaksud dengan momen ekivalen untuk beban
torsi dan beban bengkok. Jelaskan bagaimana jika keduanya
digunakan dalam perencanaan suatu poros !
7. Jika poros menerima beban yang berfluktuasi, bagaimanakah
momen bengkok ekivalen dan momen torsi ekivalennya ?
8. Jelaskan tentang rigiditas tosional dan rigiditas lateral !

Latihan:
1. Sebuah poros pejal berputar pada 400 rpm digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 15 hp.
Jika tegangan geser yang diizinkan dari bahan poros 400 kg/cm2,
hitung diameter poros yang diperlukan !
(Jawab : 35 mm).
144 ElEmEn mEsin 1

2. Sebuah poros berlubang dari rotary compressor digunakan untuk


memindahkan momen torsi maksimum sebesar 475 kgcm.
Tegangan geser dari bahan poros terbatas hingga 500 kg/cm².
Tentukan diameter dalam dan diameter luar poros, jika
perbandingan diameter dalam dan diameter luar 0,4 !
(Jawab : 32 mm ; 80 mm).
3. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah poros berlubang terbuat dari
baja digunakan memindahkan daya sebesar 600 kW pada putaran
500 rpm. Tegangan geser maksimum dari bahan poros 62,4 N/mm2.
Tentukan dimensi dari poros, jika diameter luarnya dua kali
diameter dalamnya dan momen torsi maksimum 20 % lebih besar
dari momen torsi rata-ratanya !
(Jawab : 180 mm ; 90 mm).
4. Sebuah poros dari motor sebuah mobil berbentuk silinder terbuat
dari baja dengan diameter dalam 30 cm dan tebal 4 mm. Mesin
mobil menghasilkan daya 15 hp dengan putaran 2000 rpm.
Berapakah tegangan geser yang terjadi, jika poros kemudian diberi
beban yang berfluktuasi pada pusat poros sebesar 25 N dengan
tipe pembebanan gradually ! Silinder tersebut memiliki perbandingan
maksimum 4 : 1, bila daya dipindahkan melalui roda gigi.
(Jawab : 310 kg/cm2).
5. Sebuah poros lurus sedang berputar pada 200 rpm digunakan
untuk memindahkan daya sebesar 25 pk. Tegangan geser yang
diizinkan dari bahan poros 420 kg/cm2. Jika poros juga menerima
beban terpusat sebesar 90 kg yang ditumpu pada kedua
bantalannya yang berjarak 3 m.
Tentukan diameter poros tersebut, jika tegangan tarik/tekan
maksimum tidak boleh melebihi 560 kg/cm2 !
(Jawab : 50 mm).
6. Crank shaft sebuah mesin mempunyai panjang lengan piston 15
cm dan tekanan udara yang menghasilkan momen torsi maksimum
dari crank pin 4,2 kg/cm2.
Tentukan diameter poros, jika tegangan geser maksimum yang
terjadi tidak boleh melebihi 525 kg/cm2 !
(Jawab : 55 mm).
Poros dan Pasak 145

7. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah pompa sentrifugal digunakan


untuk sirkulasi suatu kondensor turbin uap dihubungkan pada
sebuah motor dengan kopling fleksibel. Pompa tersebut
menghasilkan 30 000 liter/menit pada putaran 900 rpm dengan
head dynamic 8 meter. Efisiensi pompa 80 %. Tegangan geser yang
diizinkan dari bahan poros 56 N/mm2.
Tentukan diameter poros yang diperlukan !
(Jawab : 35 mm).
8. Sebuah poros lurus digunakan untuk memindahkan daya sebesar
40 hp pada putaran 160 rpm. Poros tersebut digerakkan oleh
sebuah motor yang diletakkan langsung di bawahnya dengan
menggunakan sabuk/belt untuk transmisi dayanya. Pada ujung
poros dipasang sebuah pulley dengan diameter 100 cm.
Tegangan sabuk/belt pada sisi kencang 2,5 kali tegangan pada
sisi kendornya. Pusat pulley overhang sejauh 15 cm dari pusat
bantalan pada ujung poros.
Tentukan diameter poros yang sesuai, jika bahan poros mempunyai
tegangan geser izin 560 kg/cm2 dan berat pulley 160 kg !
(Jawab : 60 mm).
9. Sebuah poros berlubang tergantung menyangga sebuah pulley
yang mempunyai diameter 90 cm dan berada pada jarak 25 cm
dari bantalan yang terdekat. Berat pulley 60 kg dengan sudut
kontak 180°. Pulley tersebut diputar oleh sebuah motor yang
berada vertikal di bawahnya. Tegangan sabuk/belt yang diizinkan
265 kg dan koefisien gesek antara permukaan pulley dan sabuk
adalah 0,3.
Tentukan diameter poros, jika diameter dalamnya adalah 0,6
diameter luarnya !
Tegangan sentrifugal diabaikan, tegangan tarik dari bahan poros
yang diizinkan 840 kg/cm2 dan tegangan gesernya 630 kg/cm2.
10. Sebuah poros menerima beban momen torsi sebesar 900 Nm dan
momen bengkok 500 Nm. Beban tersebut merupakan beban
gradually.
Tentukan diameter poros yang sesuai !
(Jawab : 55 mm).
146 ElEmEn mEsin 1

11. Sebuah poros terbuat dari mild steel digunakan untuk


memindahkan daya sebesar 20 hp pada putaran 210 rpm. Poros
tersebut ditumpu oleh dua buah bantalan yang mempunyai jarak
75 cm. Pada poros tersebut dipasangkan dua buah roda gigi.
Sebuah pinion yang mempunyai jumlah gigi 24 buah dengan
modul 6 mm terletak 10 cm di sebelah kiri dari bantalan kanan
dan memindahkan daya dengan arah horizontal ke sebelah
kanan. Sebuah roda gigi yang mempunyai jumlah gigi 50 buah
dengan modul 6 mm terletak 15 cm di sebelah kanan dari bantalan
kiri menerima daya dengan arah vertikal dari bawah.
Jika tegangan geser yang terjadi tidak boleh lebih dari 530 kg/
cm2 dan faktor kombinasi fatigue dan shock untuk momen torsi
dan momen bengkok sama dengan 1,5. Hitunglah besar diameter
poros tersebut !
(Jawab : 66 mm).
12. Sebuah poros dari mesin ditumpu oleh dua buah bantalan yang
terpasang pada jarak 75 cm dan digunakan untuk memindahkan
daya sebesar 250 hp pada putaran 600 rpm.
Sebuah roda gigi yang mempunyai diameter 20 cm dengan profil
gigi 20° terletak 25 cm di sebelah kanan dari bantalan kiri dan
sebuah pulley yang mempunyai diameter 45 cm dipasangkan pada
jarak 20 cm di sebelah kanan dari bantalan kanan.
Roda gigi tersebut digerakkan oleh sebuah pinion dengan gaya
tangensial, sedangkan pulley menggerakkan sabuk/belt dengan
arah horizontal dan mempunyai sudut kontak 180°.Berat pulley
100 kg dan perbandingan tegangan sabuk/belt (sisi kencang dan
sisi kendor) adalah 3.
Tentukan besar diameter poros yang diperlukan, jika tegangan
geser yang diizinkan dari bahan poros 630 kg/cm2 !
(Jawab : 80 cm).
13. Dari soal nomor 12 sabuk/belt pemutar mempunyai sudut 60° dari
garis sumbu horizontal, sedang faktor kombinasi fatigue dan shock
untuk momen bengkok adalah 1,5 dan untuk momen torsi 1,0.
Tentukan besar diameter poros yang diperlukan !
14. (Dengan menggunakan S.I.) Sebuah poros digunakan untuk
memindahkan daya sebesar 1 MW pada kecepatan putar 240 rpm.
Poros dan Pasak 147

Sudut puntir yang terjadi pada poros tidak boleh lebih dari 1°
untuk suatu panjang yang sama dengan 15 kali diameternya.
Jika modulus rigiditas dari bahan poros 80 kN/mm2, tentukan
diameter poros yang diperlukan dan juga tegangan geser yang
terjadi pada poros tersebut !
(Jawab : 165 mm ; 46 N/mm2).
15. Diameter dalam sebuah poros berlubang 2/3 dari diameter luarnya.
Jika dibuat dalam bentuk pejal dengan bahan dan berat yang
sama, bandingkan kekuatan dan stiffness kedua poros tersebut
dengan asumsi do = d !
(Jawab : 1,93 ; 2,6).

B. Pasak
Pasak adalah sepotong baja lunak (mild steel) yang dipasangkan
/diselipkan di antara poros dan hub atau boss dan pulley untuk
menghubungkan keduanya agar terjadi kebersamaan gerak/
putaran. Pada umumnya pasak dipasangkan sejajar dengan sumbu
poros. Fungsi utama dari pada pasak adalah sebagai pengunci
sementara, sehingga beban yang bekerja berupa beban desak
(crushing) dan beban geser (shearing).
Untuk pemasangan pasak harus dibuat alur pada poros dan
hub dari pulley.

1. Jenis Pasak
Berikut ini adalah beberapa jenis pasak yang sering digunakan:
• Sunk key (pasak benam).
• Saddle key (pasak sadel).
• Tangent key (pasak tangensial).
• Round key (pasak bulat).
• Spline.

a. Sunk Key (Pasak Benam)


Pasak ini dipasang pada poros sedalam setengah tebal pasak
masuk dalam alur poros. Sedangkan setengah lagi masuk ke dalam
148 ElEmEn mEsin 1

alur hub atau boss dari pulley yang akan diikatkan pada poros
tersebut. Jenis-jenis pasak benam:
1) Rectanguler sunk key (pasak benam segi empat)

Gambar 2.14 Pasak Benam

d d .W
Lebar pasak: W = ; Tebal pasak: t =
4 4
Dimana:
d = diameter poros atau diameter lubang hub.
Pasak ini mempunyai kemiringan/taper 1 : 100.
2) Square sunk key (pasak benam bujur sangkar)
Dalam jenis ini lebar dan tebal pasak sama.
W=t= d
4
3) Parallel sunk key (pasak benam paralel)
Pasak ini berbentuk bujur sangkar atau segi empat, tetapi tidak
mempunyai kemiringan dan umumnya digunakan untuk mengikat
komponen yang tidak tetap (yang dapat diluncurkan sepanjang
poros itu). Biasanya dipasang pada roda gigi, pulley dan lain-lain.
4) Gib head key (pasak benam dengan kepala)
Yaitu pasak benam segi empat dengan sebuah kepala pada salah
satu ujungnya dan dikenal sebagai gib head. Ini dimaksudkan
untuk pasak yang dapat dilepas.

Gambar 2.15 Pasak Benam dengan Kepala


Poros dan Pasak 149

d 2 .W= d
Lebar pasak: W = ; Tebal pada ujung yang besar: t =
4 3 6
5) Feather key
Yaitu pasak yang diikat pada salah satu komponen yang digabung
dan memungkinkan adanya gerakan relatif pada arah aksial,
sehingga disebut sebagai feather pasak. Jenis ini khusus seperti
pasak paralel yang dipakai untuk memindahkan momen puntir
dengan kebebasan gerakan aksial.

Gambar 2.16 Feather Key

Tabel 2.3: Pasak Paralel dan Pasak Berkepala Standard


Dporos Penampang pasak Dporos Penampang pasak
> (mm) Lebar (mm) Tebal (mm) > (mm) Lebar (mm) Tebal (mm)
6 2 2 85 25 14
8 3 3 95 28 16
10 4 4 110 32 18
12 5 5 130 36 20
17 6 6 150 40 22
22 8 7 170 45 25
30 10 8 200 50 28
38 12 8 230 56 32
44 14 9 260 63 32
50 16 10 290 70 36
58 18 11 330 80 45
65 20 12 380 90 45
75 22 14 440 100 50

Pada gambar 2.16a, pasak diikat dengan sekrup pada poros


sehingga tetap, sedang pulley dapat berputar bersama poros dan
150 ElEmEn mEsin 1

pasak, disamping itu pulley juga dapat bergerak relatif secara


aksial terhadap pasak dan poros.
Pada gambar 2.16b, pasak mempunyai gib head pada kedua
ujungnya, sehingga pulley akan diam di atas pasak tersebut.
Sedangkan pasak bersama pulley dapat berputar bersama poros
hanya saja pasak dan pulley dapat bergerak relatif secara aksial
bersama poros.
6) Wood ruff key
Yaitu jenis pasak yang mudah diatur. Pasak ini berbentuk
potongan silinder yang penampang segmennya seperti pada
Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Wood ruff key

Pembuatan pasak ini dapat dengan menggunakan cutter pada


mesin milling, tentunya yang memiliki cutter yang sama. Jenis ini
banyak dipakai pada mesin perkakas serta konstruksi kendaraan.
Keuntungan dari pasak jenis ini:
a) Bila diperlukan adanya kemiringan pada hub atau boss dari
komponen yang akan dipasang, maka kemiringan tersebut
dapat dihasilkan dengan mengatur posisi pasak.
b) Berguna sekali pada poros dengan bentuk miring
disampingnya. Adanya kedalaman ekstra pada poros dapat
mencegah kemungkinan perputaran dalam alur kerja.
Kerugian:
a) Adanya kedalaman pasak akan mengurangi kekuatan poros.
b) Jenis ini tidak dapat dipakai untuk jenis feather (pasak yang
disatukan dengan poros).

b. Saddle key (pasak sadel)


Ada dua jenis pasak sadel: Flat saddle key (pasak sadel rata)
dan Hollow saddle key (pasak sadel radius).
Poros dan Pasak 151

Flat saddle key adalah pasak dengan kemiringan yang diikat


tetap dalam alur pasak pada hub dan bagian yang rata pada
porosnya (lihat Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Saddle key

Pemasangan pasak sadel ini disisipkan pada poros lingkar


dengan dipukulkan, sehingga hanya sesuai untuk beban ringan
saja. Hollow saddle key dilengkapi dengan kemiringan pasak yang
tetap pada alur hub, sedang bentuk bawahnya sesuai bentuk
kurva keliling porosnya.

c. Spline
Kadangkala pasak dibuat menjadi satu dengan poros yang
mengikat erat alur pasak yang dibaut pada hub. Poros macam ini
disebut spline seperti ditunjukkan pada Gambar 2.19. Poros ini
biasanya mempunyai 4, 6, 10 atau 16 spline.
Dengan demikian spline relatif lebih kuat daripada poros yang
mempunyai alur pasak tunggal.

Gambar 2.19 Spline

Spline digunakan bila gaya yang dipindahkan besar dibanding


ukuran poros, seperti poros transmisi kendaraan dan transmisi roda
gigi. Dengan menggunakan spline akan diperoleh gerakan aksial,
sehingga didapatkan gerakan putar yang positif.
152 ElEmEn mEsin 1

2. Gaya yang Bekerja pada Pasak Benam


Bila sebuah pasak digunakan untuk memindahkan momen
puntir/torsi dari sebuah poros ke sebuah hub dari rotor, maka
terdapat 2 macam gaya yang bekerja pada pasak tersebut, yaitu :
a. Gaya (F1) yang akibat pengencangan pasak pada alurnya, seperti
dalam hal pengencangan pasak lurus/straight key juga pasak
konis/tapered key dengan mendorongkan pada tempatnya. Gaya
ini mengakibatkan tegangan tekan pada pasak yang besarnya
sukar untuk diketahui.
b. Gaya (F) akibat momen puntir/torsi yang dipindahkan oleh poros,
gaya ini mengakibatkan tegangan geser (shearing stress) dan
tegangan desak (crushing stress).

Gambar 2.20 Pembebanan pada Pasak

Distribusi gaya sepanjang pasak tidak merata/uniform karena


gaya-gaya tersebut hanya terpusat di dekat ujung dari input
torsi. Ketidak merataan ini disebabkan oleh puntiran poros dalam
hub tersebut.
Gaya-gaya yang bekerja pada pasak untuk torsi yang
dipindahkan dari sebuah poros ke sebuah hub dengan putaran ke
kanan (searah jarum jam) ditunjukkan pada Gambar 2.10. Dalam
perencanaan pasak, beban yang disebabkan oleh pengencangan
pasak dapat diabaikan dan diasumsikan bahwa distribusi gaya
sepanjang pasak merata.

3. Kekuatan dari Pasak Benam


Pasak yang menghubungkan poros dengan hub ditunjukkan
pada gambar 9. Selanjutnya notasi yang digunakan adalah:
T = momen torsi yang dipindahkan oleh poros.
F = gaya tangensial yang bekerja pada keliling poros.
Poros dan Pasak 153

D = diameter poros.
L = panjang pasak.
W = lebar pasak.
t = tebal pasak.
τs dan σc = tegangan geser dan desak pasak.

Selama pasak memindahkan daya, maka kemungkinan pasak


akan rusak akibat beban geser/shear atau desak/crushing. Dengan
memperhitungkan beban geser pada pasak, maka gaya tangensial
yang bekerja pada keliling poros adalah:
F = τs . A
Dimana:
τs = tegangan geser yang terjadi (N/mm2).
A = luasan yang menahan (mm2) = L . W

Sehingga momen torsi yang dipindahkan oleh poros adalah:

T = F . d = L . W . ts . d
2 2
Dengan mempertimbangkan beban desak pada pasak, maka
gaya desak tangensial pada sekeliling poros adalah:
F = σc . A
Dimana:
σc = tegangan desak yang terjadi (N/mm2).
A = luasan yang menahan (mm2) = L . t/2

Sehingga momen torsi yang dipindahkan oleh poros adalah:

T = F . d = L . t . sc . d
2 2 2
Selanjutnya pasak akan mempunyai kekuatan-kekuatan yang
sama baik terhadap beban geser maupun desak, jika:
s .t
L . W . t s . d = L . t . sc . d , maka W = c s
2 2 2 t 2
Pada umumnya besar tegangan desak yang diizinkan untuk
bahan pasak minimum dua kali tegangan geser yang diizinkan.
Sehingga dari persamaan (iii) diperoleh W = t.
154 ElEmEn mEsin 1

Dengan kata lain, suatu pasak bujur sangkar mempunyai


kekuatan sama terhadap beban geser dan beban desak. Untuk
mendapatkan panjang pasak yang diperlukan untuk memindahkan
daya dari sebuah poros, dapat digunakan persamaan tegangan
geser yang terjadi pada poros yang besarnya sama dengan tegangan
geser akibat momen torsi. Diketahui bahwa persamaan tegangan
geser pada pasak adalah:

T = L . W . ts . d
2
Sedang tegangan geser yang terjadi pada poros akibat momen
torsi adalah:
p 3
Te = . t s1 . d
16
Dalam hal ini τsl adalah tegangan geser dari bahan poros. Dari
persamaan (iv) dan (v) akan diperoleh hubungan sebagai berikut:
d p 3
L . ts . = . t s1 . d
2 16
Dengan W = d/4, maka:
p . t . d3
s1
p . d . t s1 1,571 . d . t s1
L= 8 = =
W . ts 2 . ts ts

Bila bahan pasak sama seperti bahan dari porosnya, maka τs =


τs1. Sehingga dari persamaan (vi) dengan W = d/4 akan diperoleh
hubungan sebagai berikut:
2
p.d
T= = p . d = 1,157 . d
8.W 2

Contoh soal 1
Rencanakan sebuah pasak segi empat/rectangular key untuk
poros yang berdiameter 50 mm. Tegangan geser dari pada pasak
maksimum 420 kg/cm2 sedang tegangan desaknya 700 kg/cm2.
Penyelesaian:
Diameter poros: d = 50 mm = 5 cm.
Tegangan geser maksimum dari bahan pasak: τs = 420 kg/cm2.
Tegangan desak maksimum dari bahan pasak: σc = 700 kg/cm2.
Poros dan Pasak 155

Perencanaan pasak segi empat:


Dari tabel 1, untuk diameter poros 50 mm diperoleh:
Lebar pasak: W = 16 mm = 1,6 cm.
Tebal pasak: t = 10 mm = 1 cm.

Panjang pasak diperoleh dengan memperhitungkan, bahwa


pasak tersebut menerima beban geser dan beban desak.
Selanjutnya dimisalkan bahwa:
L = panjang dari pasak.
T = momen torsi yang dipindahkan oleh poros.

Perhitungan pasak terhadap beban geser:

T = L . W . t s . d , atau p . ts . d = L . W . t s . d
3

2 16 2
Dimana:
p 3
T= . ts . d
16
p . d2 = L . W
16 2

Sehingga:
2
p.d
= p . 5 = 6,15 cm
2
L=
8 . W 8 . 16
Perhitungan pasak terhadap beban desak:

Maka:
2
p . ts . d
= p . 420 . 5 = 11,8 cm
2
L=
4. t . sc 4 . 1 . 700

Kemudian dipilih harga terbesar dari kedua hasil perhitungan


di atas, sehingga panjang pasak adalah 11,8 atau 12 cm.
156 ElEmEn mEsin 1

Contoh soal 2
Sebuah rotor dengan daya 20 hp dan putaran 960 rpm
mempunyai poros terbuat dari mild steel yang berdiameter 4 cm,
sedangkan penambahan panjang 7,5 cm. Tegangan geser yang
diizinkan dari bahan pasak 560 kg/cm2 sedang tegangan desaknya
1120 kg/cm2.
Rencanakan alur pasak pada poros motor tersebut dan periksa pula
tegangan geser pada pasak terhadap tegangan normal dari poros!
Penyelesaian:
Daya dari motor: P = 20 hp.
Putaran motor: n = 960 rpm.
Diameter poros: d = 4 cm.
Panjang tambahan: L = 7,5 cm.
Tegangan geser yang diizinkan dari bahan pasak: τs = 560 kg/cm2.
Tegangan desak yang diizinkan dari bahan pasak: σc = 1120 kg/cm2.

Momen torsi yang dipindahkan oleh motor adalah:


4500 . P 20 . 4500
T = = = 14,92 kgm = 1492 kgcm
2.p.n 2 . p . 960
Perencanaan alur pasak:
Perhitungan pasak terhadap beban geser:

T = L . W . ts . d
2
1492 = 7,5 . W . 560 . 4
2
Dimana:
W = lebar alur pasak.
1492 . 2 = 0,17 cm = 1,7 mm
W=
7,5 . 560 . 4

Lebar alur pasak ini amat kecil, sehingga digunakan lebar alur
pasak minimum yang besarnya d/4.
Jadi lebar dari alur pasak:

W = d = 4 = 1 cm = 10 mm
4 4
Poros dan Pasak 157

Karena σc = τs . 2, maka pasak jenis segi empat dipilih. Pemeriksaan


tegangan geser pada pasak terhadap tegangan normal poros:

4. Efek dari pada Alur Pasak


Adanya pemotongan sebagian poros untuk tempat alur pasak
akan sedikit mengurangi kekuatan poros dalam menerima beban/
gaya yang dipindahkan. Hal ini disebabkan timbulnya konsentrasi
tegangan di dekat sudut-sudut alur pasak serta adanya pengurangan
luas penampang lintang poros tersebut. Dengan kata lain tegangan
torsi dari poros tersebut menurun. Berikut ini diberikan hubungan
antara pengaruh alur pasak terhadap kelemahan poros yang
dihasilkan oleh percobaan HF Moore.
h
e = 1 - 0,2 . W - 1,1 .
2 d
Dimana:
e = Faktor kekuatan poros yang merupakan perbandingan kekuatan
poros alur pasak terhadap kekuatan poros sama tanpa pasak.
W = lebar pasak.
d = diameter poros.
h = kedalaman alur pasak.

Biasanya diasumsikan bahwa kekuatan poros dengan alur pasak


adalah 75 % dari kekuatan poros yang sama tapi pejal. Hal ini
ternyata lebih besar dari harga yang didapat dengan rumus HF
Moore di atas. Untuk pasak yang terlalu panjang dan pasak tipe
luncur, maka sudut puntir akan membesar dan ratio kQ diberikan
menurut hubungan sebagai berikut:
h
kQ = 1 - 0,4 . W - 0,7 .
d d
Dimana:
kQ = faktor reduksi sudut puntir.

Anda mungkin juga menyukai