Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL

Oleh : Hj. Jamilah Fitriah S.sos.,MM

PUSTAKAWAN AHLI MADYA

KELUARGA SEBAGAI RULE MODEL DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT

Kalau kita amati dihampir semua perpustakaan daerah selalu sepi dari  pengunjung, baik
pengunjung yang ingin membaca buku atau ingin meminjam buku atau mencari buku refrensi,
dari banyak analisa menunjukan sebab sepinya perpustakaan dari pengunjung salah satu
sebabnya dikarenakan adalah rendahnya minat baca dan daya baca  pelajar, mahasiswa atau
masyarakat umum. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi perpustakaan adalah
mendorong minat baca dan daya baca  masyarakat.

 Dengan demikian peran perpustakaan amat penting dalam mendorong minat baca dan daya
baca masyarakat, bahkan bisa dikatakan tinggi rendahnya minat baca dan daya baca
masyarakat tergantung sejauh mana peran yg diambil perpustakaan dalam mendorong minat
baca dan daya baca masyarakat itu  sendiri.

Mendorong minat dan daya baca masyarakat menjadi suatu yang sangat penting sebab minat
baca dan daya baca masyarakat sebagai indikasi tinggi rendahnya tingkat literasi dan bahkan
tingkat intelektualitas masyarakat. Pentingnya peningkatan minat baca masyarakat karena
bersamaan dg perkembangan teknologi,  masyarakat setiap hari disuguhi berbagai informasi di
berbagai media dan harus dimanfaatkan  utk meningkatkan pengetahuan. Hal itu perlu dilakukan
karena  kita ketahui minat baca masyarakat masih sangat rendah.

Menurut Pusat Data Statistik Republik Indonesia penduduk Indonesia yg berumur 10 tahun ke
atas yang buta aksara masih sekitar 27,89 %, dan jumlah tertinggi berada di Papua sekitar 40,59
%. Namun Jika dilihat  dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan tingkat buta aksara
rata  rata penduduk pada tahun 2020 sejumlah 9,46 ?n yang tertinggi di Papua berada di 26,95 %.

Dari data diatas menunjukan betapa tingginya tingkat buta aksara di Indonesia, sementara itu
tantangan dalam meningkatkan minat baca masyarakat semakin besar apalagi banyak jenis
Hiburan permainan game dan tayangan televisi mengalihkan perhatian anak anak dan orang
dewasa dari buku, disamping itu sarana buku di berbagai perpustakaan, masih kurang jumlah
dan  jenis bukunya, kurang bervariasi sehingga anak anak dan masyarakat kurang berminat.

Padahal buku adalah sumber pengetahuan, seperti pribahasa mengatakan "buku Jendela ilmu"
dengan membaca buku itu membuka dunia artinya Jika kita ingin wawasan dunia dan keilmuan
maka buku adalah sebagai pintu masuknya,lebih lebih lagi memanfaatkan teknologi informasi.
Kuncinya adalah bagaimana kita meningkatkan minat baca anak dan masyarakat. Bahkan
dewasa ini kemampuan literasi masyarakat tidak hanya diukur dari kemampuan baca tulis dan
berhitung (calistung) semata,  kemampuan calistung sudah dianggap tidak cukup mampu untuk
mengukur kualitas indeks pembangunan manusia.

Menurut *Word Ekonomi Forum* ada 6 literasi dasar yang Harus  dikuasai orang dewasa dalam
mengukur indeks pembangunan manusia yaitu  baca tulis, literasi numerasi, literasi finansial,
literasi sains, literasi budaya dan kewargaan negara serta literasi teknologi informasi.  

Sementara itu  oleh *United Nations Divelooment Programme (UNDP)* tingkat pendidikan


berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih sangat rendah yaitu 14,6 %b
presentase ini masih jauh dibawah Malaysia yang mencapai 28 ?n Singapore telah mencapai 33
%. Selain itu tingkat literasi dasar di Indonesia   masih  terbilang jauh dari cukup.

Menurut UNESCO dari total 61 negara, Indonesian berada di peringkat 60 Dengan tingkat literasi
terendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan
Finlandia menduduki peringkat pertama dunia hampir mencapai 100 %. Data ini jelas
menunjukan tingkat minat baca di Indonesia masih jauh tertinggal dari Malaysia dan Singapura.
Dari data statistik diatas  baik tingkat literasi maupun Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
masih dianggap jauh dari normal padahal kedua hal itu sebagai basis pertumbuhan manusia
Indonesia, tapi apapun itu semua Sumber masalahnya adalah  rendahmya minat baca dan daya
baca masyarakat Indonesia. 

Ada beberapa faktor penyebab rendahmya minat baca masyarakat Indonesia.

*Pertama* belum ada kebiasaan yang ditanamkan budaya membaca sejak dini dalam keluarga,
Role model bagi anak dalam keluarga adalah orang tua, anak anak biasanya mengikuti kebiasaan
orang tua mereka. Oleh karena itu peran orang tua dlm menanamkan kebiasaan membaca
adalah hal yg penting dalam meningkatkan kemampuan literasi anak. jika ingin menumbuhkan
budaya baca pada masyarakat mestinya dimulai dari membangun kebiasaan membaca pada
anak anak usia dini,karena kebiasaan diwaktu kecil akan menjadi prilaku sekaligus karakter di
masa dewasa.jika membaca telah menjadi prilaku dan karakter pada masyarakat maka dari
situlah akan tumbuh budaya membaca,tanpa itu hampir hampir tidak mungkin tumbuh budaya
membaca dengan sendirinya tanpa ada upaya yang sistematis dan berkelanjutan.Artinya upaya
menumbuhkembangkan budaya membaca adalah sebuah usaha satu generasi tidak mungkin
dicapai hanya dengan program instan.

*Kedua* Akses pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan. Sudah
menjadi fakta bahwa masih banyak anak yg putus sekolah, sarana pendidikan yg tidak
mendukung kegiatan belajar,serta ditambah mata rantai birokrasi pendidikan yg panjang,dan itu
sebagai factor penghambat dalam menumbuhkembangkan minat baca dan sekaligus budaya
baca masyarakat.

*Ketiga* adalah masih kurangnya produksi buku di Indonesia sebagai dampak belum
berkembangnya produksi penerbitan buku baik dipusat lebih lebih lagi di daerah,hal lain yang di
anggap sebagai penyumbang masalah rendahnya budaya baca karena insentif bagi penerbit
buku dirasa kurang adil dan kurang memotivasi bagi penulis  sehingga itulah yang menyebabkan
motivasi mereka dalam melahirkan buku yang berkualitas masih  rendah.

Itulah sejumlah agenda masalah  Indonesia dalam meningkatkan literasi anak bangsa.(***)

Anda mungkin juga menyukai