Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM 6

“Fotosintesis Pada Tumbuhan”

ABSTRAK
Photosynthesis is the synthesis process of carbohydrate from inorganic
materials (CO2 and H2O) in plants with pigments using light energy. Photosynthetic
organisms are called photoautotrophs. There are several factors affect photosynthesis,
such as light, CO2 concentration, water supply, chlorophyll content, accumulation of
photosynthetic products, temperature, leaf resistance to free gas diffusion, and
protoplasmic factors. In this experiment, we can see that water from different sources
can affect the rate of photosynthesis. In pond water, Hydrilla produces the least
amount of oxygen, with an average of 2.4 bubbles. On the other hand, in aquadest,
Hydrilla can produce the most oxygen, with an average of 10,6 bubbles. With that
being said, we can conclude that aquadest can help plants to photosynthesize.

Pendahuluan
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada
tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis (Ai,
2012). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan
sendiri yang berupa bahan organic dari bahan anorganik dengan bantuan energi
seperti matahari dan kimia (Pertamawati, 2010). Menurut Wiraatmaja (2017),
organisme fotosintesis disebut fotoautotrof karena mereka dapat membuat
makanannya sendiri, seperti tanaman, alga, dan cyanobacteria. Tumbuhan
berfotosintesis menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan
oksigen yang diperlukan sebagai makanannya (Suyatman, 2020). Menurut Lupitasari
et al. (2020), laju fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya, konsentrasi CO 2, persediaan
air, kandungan klorofil, penimbunan hasil fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap
difusi gas bebas, dan factor protoplasma. Cahaya matahari diperlukan tanaman
sebagai sumber energi untuk menjalankan 2 tahapan reaksi pada fotosintesis yaitu
reaksi terang (light dependent reaction/LDR) yang terjadi di tilakoid dan siklus
Calvin (Light independent reaction (LIR) yang terjadi di stroma (Yustiningsih, 2019).
Menurut Purba dan Khairunisa (2012), reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut:
6H2O + 6CO2 + Cahaya C6H12O6 (Glukosa) + 6O2
Pada praktikum kali ini, kita akan mencari tahu pengaruh jenis air terhadap laju
fotosintesis.

Metode Percobaan
Tempat dan Waktu Percobaan
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Kampus B Universitas Negeri Jakarta, 1
November 2022
Alat dan Bahan
Alat AUDUS, Statif, klem, penjepit klem, gelas kimia, air sumur/ledeng, pH meter,
thermometer, jam tangan, plastisin, aquadest, air selokan, tanaman Hydrilla
Pelaksanaan Percobaan
Pada percobaan kali ini, Hydrilla dimasukkan ke dalam penyungkup dalam
keadaan terbalik. Kemudian tabung diisi dengan aquadest hingga penuh, kemudian
dimasukkan penyungkup yang berisi tanaman dan diiletakkan sumbat dengan dapat
dan diberi plastisin. Kemudian seluruh perangkat dipasang pada statif. Gelas kimia
diisi dengan air bersih kemudian diletakkan thermometer di dalamnya.

Gambar 1. Tata peletakkan Hydrilla pada perangkat AUDUS


Perangkat percobaan diletakkan pada tempat yang mendapat sinar matahari,
kemudian suhu air dan waktu percobaan dicatat. Percobaan diulang Kembali
menggunakan air kolam dan air ledeng.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita akan melihat pengaruh temperature terhadap laju
fotosintesis pada tanaman air. Hydrilla meripakan tanaman air yang hidup di kolam
maupun danau yang airnya relative jernih. Hydrilla diletakkan pada perangkat
AUDUS, kemudian diberi perlakuan dengan diletakkan pada air ledeng, air kolam,
dan aquadest. Kemuncullan gelembung menandakan adanya oksigen yang dihasilkan
Terdapat pula data suhu dan pH tiap air adalah sebagai berikut:
Jenis Air pH Suhu
Air Kolam 7 37
Air Ledeng 7 38
Aquadest 5 36
Tabel 1. Data pH dan suhu pada air ledeng, kolam, dan aquadest

Jenis Air
Waktu
Air Kolam Air Ledeng Aquadest
5 menit 1 3 5
10 menit 2 6 7
15 menit 2 5 10
20 menit 1 13 11
25 menit 6 21 20
Rata-Rata 2,4 9,6 10,6
Tabel 2. Data kenaikkan gelembung pada tiap air setiap 5 menit
Dapat dilihat pada table 1, bahwa suhu ketiga jenis air memiliki perbedaan
suhu yang tidak terlalu signifikan. Tetapi pada table 2, terlihat bahwa oksigen yang
dihasilkan berbeda jauh pada tiap jenis air. Pada air kolam menghasilkan oksigen
paling sedikit. Hal tersebut dapat terjadi karena air kolam tersebut sudah tidak bagus
lagi. Karena menurut Ningsih et al. (2013), kualitas air kolam dipengaruhi oleh
banyak factor, salah satunya kandungan oksigen yang terlarut serta CO 2 di dalam air
kolam tersebut. Pada air ledeng terlihat menghasilkan oksigen yang lebih banyak
dibandingkan air kolam. Dapat terbilang bahwa kualitas air ledeng cukup baik.
Karena menurut Komarulzaman et al. (2017), air ledeng memiliki kontak langsung
dengan sambungan perpipaan, tidak menjamin air ledeng tidak terkontaminasi.
Terlihat juga pada aquadest menghasilkan aquadest paling tinggi. Hal ini disebabkan
karena akuades bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam
laboratorium (Khotimah, Anggraeni, & Setianingsih, 2017).

Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air kolam yang
memiliki kualitas yang rendah dapat mempengaruhi laju fotosintesis pada tanaman.
Sebaliknya, penggunaan air suling dan aquadest dapat membantu laju fotosintesis
pada tanaman karena sifatnya yang cukup netral.

References
Ai, N. S. (2012). Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 28-34.

Khotimah, H., Anggraeni, E. W., & Setianingsih, A. (2017). Karakterisasi Hasil Pengolahan Air
Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy, 34-38.

Komarulzaman, A., Smits, J., & de Jong, E. (2017). Clean Water Sanitation and Diarrhoea in
Indonesia. Glob Public Health, 1141-1155.

Lupitasari, D., Melina, M., & Kusumaningtyas, V. A. (2020). Pengaruh Cahaya dan Suhu
Berdasarkan Karakter Fotosintesis Ceratophyllum demersum sebagai Agen
Fitoremediasi. Jurnal Kartika Kimia, 33-38.

Ningsih, F., Rahman, M., & Rahman, A. (2013). Analisis kesesuiaan kualitas air kolam
berdasarkan parameter pH, DO, amoniak, karbondioksida dan alkalinitas di balai
benih dan induk ikan air tawar (BBI-IAT) Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Fish Scientiae, 102-113.

Pertamawati. (2010). Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang


(Solanum tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara In Vitro. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia, 31-37.

Purba, E., & Khairunisa, A. C. (2012). Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk Penyerapan
Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis chuii. Jurnal Rekayasa Proses, 7 - 13.
Suyatman. (2020). Menyelidiki Energi Pada Fotosintesis Tumbuhan. INKUIRI: Jurnal
Pendidikan IPA, 125-131.

Wiraatmaja, I. W. (2017). Bahan Ajar FOTOSINTESIS. Denpasar: Universitas Udayana.

Yustiningsih, M. (2019). Intensitas Cahaya dan Efisiensi Fotosintesis Pada Tanaman Naungan
dan Tanaman Terpapar Cahaya Langsung. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi, 44-
49.

Anda mungkin juga menyukai