Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK MENJADI

BAHAN BAKAR MINYAK

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. Pramesti Putri Pamungkas (21)
2. Tri Wulandari (30)
3. Selina Agnesia Katharina (28)
4. Brasta Rudra Herdinata (06)
5. Zain Maulana (35)

Kelas X-8

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
dan karunianya kai dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah ” Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru
mata pelajaran Fisika yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang lebih baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Blora, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………...…………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………...2

1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………….2

1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………………3

1.5 Manfaat Penelitian……..……………………………………………………3

1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………………….4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak…………………...6


BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian…………………………………………………………...8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Sampah………………………………………………………...9
4.2 Metode Pengelolaan Sampah………………………………………………..9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………...11
5.2 Saran……………………………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat


meningkat setiap tahunnya, khususnya dalam teknologi dibidang otomotif semakin
modern perkembangannya dan semakin canggih. Kebutuhan manusia yang beraneka
ragam juga memicu berkembangnya teknologi,terutama pada teknologi dibidang
otomotif, tuntutan manusia yang menghendaki kemudahan dalam segala bidang tanpa
mengeluarkan biaya yang banyak harus diimbangi dengan perkembangan teknologi.
Dalam hal ini manusia menginginkan segala sesuatu menjadi lebih mudah dan cepat dan
mudah, salah satunya pada bidang transportasi yaitu kendaraan bermotor.
Kendaraan konvesional menggunakan mesin atau motor sebagai penggerak ini terjadi
karena adanya sistem kerja yang mampu mengubah energi fluida menjadi energi gerak.
Dalam kendaraan terdapat beberapa hal yang membuat kendaraan dapat bergerak salah
satunya adalah bahan bakar yang mempunyai peran penting dalam kendaraan. Bahan
bakar yang digunakan lalu dimasukkan kedalam ruang bakar haruslah yang mudah
terbakar. Untuk mendapatkan kinerja mesin yang optimal penggunaan jenis bahan bakar
sangat berpengaruh dalam pemakaian kendaraan. Di Indonesia saat ini lebih banyak
menggunakan jenis bahan bakar minyak dari minyak bumi seperti
Premium,Pertalite,Pertamax,dan Solar.
Kendaraan bermotor di Indonesia memiliki rasio kompresi antara 9:1 sampai 11:1, hali
ini harus didukung dengan bahan bakar yang beroktan sesuai dengan kebutuhan dalam
motor untuk mengantisipasi knocking atau detonasi pada ruanng bakar akibat tekanan
kompresi yang tinggi. Penggunaan bahan bakar terus disesuaikan dengan rasio kompresi.
Ini dilakukan untuk mengatasi terjadinya tenaga berkurang akibat rendahnya spesifikasi
bahan bakar, sebaliknya jika terlau tinggi tenaga yang dihasilkan tidak maksimal.
Penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi semakin hari menipis, ini
dikarenakan menurut sifatnya yang termasuk bahan bakar yang tidak terbarukan. Oleh
karena itu penggunaan bahan bakar alternatif selain dari minyak bumi langsung sangatlah
penting. Salah satu bahan bakar alternatif yang dimaksud adalah pemanfaatan limbah
plastik sebagai bahan bakar alternatif. Plastik merupakan makromolekul dari proses
polimerisasi adanya penggabungan beberapa molekul sederhana atau monomer dan
dikembangkan menjadi molekul besar atau makromolekul dengan proses kimia. Dalam
plastic sebagai pemyusun senyawa polimernya yang utama yaitu karbom dan hydrogen.
Untuk membuat plastic,salah satu bahan dari hasil penyulingan minyak bumi ataupun gas
alam. Sebagai gambaran untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi.
(Kumar dkk,2011). Menurut kholidah dkk, 2018 produksi sampah plastik di Indonesia
sangatlah besar hingga mencapai 189 kilo ton/hari lebih besar dari negara-negara di Asia
tenggara lainnya. Pengujian limbah plastik sebagai bahan bakar pada motor empat
silinder merek Honda Beat 108cc guna mencari tahu kelayakan emisi gas buang yang
dikeluarkan memiliki hasil yang masih layak dipergunakan pada kendaraan karena masih
di bawah ambang batas pada keputusan menteri lingkungan hidup. Dalam kenyataannya
plastik merupakan salah satu ancaman sampah di alam karena plastik merupakan salah
satu bahan yang tidak dapat terurai. Pembakaran merupakan salah satu cara pengurangan
jumlah sampah plastik yang ada namum pada kenyataannya memiliki efek buruk yaitu
terjadinya pencemaran udara adapun cara pengolahan sampah plastik yang lain yaitu
dengan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi bentuk yang lain,namun proses ini
hanya merubah plasik dalam bentuk baru bukan menanggulangi volume sampah plastik
sehingga ketika produk plastik sudah kehilangan fungsinya maka akan kembali menjadi
sampah plastik oleh karena itu di perlukan alternatif lain dalam mengolah sampah
plastik. Proses pirolisis bisa menghasilk minyak sampai 81%, gas, dan arang. yang bisa
dimanfaatkan untuk bahan bakar. Oleh karena itu, minyak hasil pirolisis layak digunakan
sebagai bahan bakar dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak. Pengolahan limbah
plastik yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif diharapkan bisa mengurangi
limbah plastik yang ada dikarenakan plastik adalah salah satu bahan yang sulit terurai
oleh lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan di atas,
adapun yang menjadi permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh variasi campuran bahan bakar limbah plastic dengan pertalite
0%, 20%, dan 40% terhadap torsi motor bensin 4 langkah?
2. Bagaimanakah pengaruh variasi campuran bahan bakar limbah plastic dengan pertalite
0%, 20%, dan 40% terhadap daya motor bensin 4 langkah?

1.3 Batasan Masalah

1.Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar cair yang berasal dari limbah plastik
dan bahan bakar pertalite.
2.Dalam penelitian ini, data prestasi mesin yang diambil dan diamati adalah torsi dan
daya yang mana data ini dibandingkan dengan pengujian motor bensin dengan
menggunakan bahan bakar cair dari limbah plastik dan bahan bakar pertalite.
3.Variasi campuran bahan bakar cair dari limbah plastik dengan pertalite dengan
persetasi :

 Campuran 0% bahan bakar limbah plastik dan pertalite.


 Campuran 20% bahan bakar limbah plastik dan pertalite.
 Campuran 40% bahan bakar limbah plastik dan pertalite

4.Putaran mesin yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi dari 3000, 4000, 5000,
6000, 7000, 8000, 9000 RPM.
5.Pengujian untuk pengambilan data torsi dan daya menggunakan alat yang dinamakan
dengan dynotest.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh variasi campuran bahan bakar limbah plastik dengan
pertalite 0%,20%, dan 40% terhadap torsi motor bensin 4 langkah
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi campuran bahan bakar limbah plastik dengan
pertalite 0%,20%, dan 40% terhadap daya motor bensin 4 langkah.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa-siswi :
a. Sebagai penerapan teori dan kerja praktik yang diperoleh selama di bangku sekolah.
b. Meningkatkan daya kreativitas dan inovasi baru serta skill siswa/siswi sehingga
nantinya siap dalam menghadapi persaingan di dunia belajar.
c. Menyelesaikan proyek akhir guna memperoleh nilai yang maksimal.
d. Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang proses analisa dan penciptaan suatu
karya baru khususnya dalam bidang teknologi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.
e. Melatih kedisiplinan dan prosedur kerja sehingga nantinya dapat membentuk
kepribadian siswa siswi khususnya dalam menghadapi permasalahan.

2. Bagi Perguruan Tinggi :


a. Sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat sesuai dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, sehingga perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi yang berguna bagi
masyarakat dan bisa dijadikan sebagai sarana untuk lebih memajukan dunia industri dan
pendidikan.
b. Menjadi bahan kajian pustaka dan berkontribusi untuk pengembangan pendidikan
khususnya untuk Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Undiksha.
3. Bagi Masyarakat :
Dapat memberikan kontribusi positif untuk mengetahui torsi dan daya pada sepeda motor
dengan bahan bakar limbah plastik pada motor bakar bensin 4 langkah.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran umum tentang sistematis penulisan hasil penelitian ini, oleh
karena itu penulis memberikan beberapa bab dengan penjelasan singkat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Membahas hal yang sudah tertulis sebelumnya yaitu mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi teori yang menunjang penyelesaian masalah dalam rumusan masalah
yang diuraikan diatas :

Pemanfaatan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak.


BAB III METODE PENELITIAN
Bab 3 menjelaskan tentang model pengembangan penelitian, dan metode
penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab 4 akan menjelaskan mengenai rumusan manfaat pemanfaat limbah
plastik menjadi bahan bakar minyak serta mencakup dampak positif dan negatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bagian ini tentang kesimpulan dari karya tulis yang dibuat penulis serta beberapa
saran untuk pengembangan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak


Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier dapat
dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai
polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses
cracking plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga
macam proses cracking yaitu hydro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking
(Panda, 2011). 2.1.1 Hydro Cracking Hydro cracking adalah proses cracking dengan
mereaksikan plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan
pengaduk pada temperatur antara 423 673 K dan tekanan hidrogen 3 10 MPa. Dalam
proses hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan
reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin.
Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina,
zeolite dan sulphate zirconia (Surono, 2013). 2.1.2 Thermal Cracking Thermal cracking
adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa
oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada temperatur antara 350 C sampai 900 C. Dari
proses ini akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi 7 gas seperti parafin,
isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa
terkondensasi (Surono, 2013). Penelitian dengan jenis plastik yang lain dilakukan oleh
Tubnonghee et al. Pada tahun 2010. Plastik yang diteliti untuk dijadikan bahan bakar
minyak adalah jenis polyethylene (PE) dan polyprophelene (PP). Pembuatan bahan bakar
minyak dari plastik menggunakan proses thermo cracking (pyrolisis). Pyrolisis dilakukan
pada temperatur 450 C selama 2 jam. Gas yang terbentuk selanjutnya dikondensasi- kan
menjadi minyak di dalam kondenser yang bertemperatur 21 C. Minyak yang dihasilkan
selanjutnya dianalisa dengan gas chromatography/mass spectrometry untuk mengetahui
distribusi jumlah atom karbonnya. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa komposisi
minyak dari campuran plastik PE dan PP tersebut mempunyai jumlah atom karbon yang
setara dengan solar, yaitu C12 C17. 2.1.3 Catalytic Cracking Cracking cara ini
menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan. Dengan adanya katalis, dapat
mengurangi temperatur dan waktu reaksi (Surono, 2013). Agus Sapriyanto (2011) telah
melakukan pengujian terhadap mesin pengubah sampah plastik menjadi BBM. Proses
pengujian dilakukan pada 1 kg sampah plastik dengan suhu pemanasan 530ºC. Jenis
plastik yang dimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2 jam
sehingga menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan hasil pengujian
didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik sebesar 10.519 Cal/g atau
44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor premium yaitu 10.285 Cal/g atau 43061,24 J/g.
Di tahun yang sama, Aprian et al (2011) juga meneliti minyak yang diperoleh dari proses
pirolisis pengolahan sampah plastik. Penelitian ini menggunakan dua jenis plastik
sebagai variabel tetap yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Density
Polyethylene (LDPE) dan menggunakan reaktor dengan diameter 20 cm dan tinggi 40
cm. Pirolisis dilangsungkan pada temperatur 250 C-420 ºC dan waktu reaksi selama 0-60
menit.
BAB III
MERODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, analitik dan
komparatif. Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik dan berdasarkan berbagai fenomena
yang ditemukan dilapangan. Metode deskriptif ini untuk menjelaskan dan menguraikan
berdasarkan informasi yang diperoleh selama penelitian, metode analitik adalah untuk
memberikan landasan teoritis terhadap penjelasan fenomena – fenomena yang ditemukan.
Sedangkan metode komparatif adalah membandingkan setiap fenomena dengan data dan
informasi lain agar terjamin validitas data yang diperoleh.

 Pengumpulan Sampah
 Pemilahan Sampah
 Pewadahan Sampah
 Pengukuran tinggi sampah
 Penimbangan Berat

Dalam pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah dilapangan
mengacu pada SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan dimana pada pelaksanaannnya akan disesuaikan
dengan kondisi dilapangan. Sampah dari pendaki dikumpulkan disatu tempat untuk
memudahkan pengukuran dan tidak tercampur dari sampah sebelumnya. Sampah yang masuk
akan dipilah sesuai dengan karaktristik dari sampahnya, setelah itu sampah di
masukan kedalam tong yang sudah diketahui diameternya. Sampah yang telah dimasukan
kedalam tong penampung akan dihitung beratnya dan dicatat tinggi dari masing-masing
sampahnya. Sebelum menghitung berat sampah, terlebih dahulu dilakukan penimbangan
berat kosong dari tong penampung. Tujuan dari pengukuran tinggi sampah didalam tong
untuk menghitung volume dari sampah.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah di kawasan wisata dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir


sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) serta memaksimalkan potensi dari
sampah yang dihasilkan dari kegiatan wisata.
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, ada 2
cara dalam mengelola sampah, yaitu:
a. Pengurangan sampah (waste minimization) yang bertujuan membatasi terproduksinya
sampah di kawasan wisata.
b. Penanganan sampah (waste handling) yang terdiri dari pemilahan atau pemisahan sampah
sesuai jenisnya, pengumpulan atau pengambilan sampah dari tempat penampungan sementara
ke tempat pengolahan sampah terpadu, pengangkutan dengan membawa sampah yang berasal
dari sumbernya atau dari tempat pengolahan terpadu menuju tempat pemrosesan akhir,
kemudian pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Setiap kawasan memiliki cara-cara dan
kebijakan tersendiri dalam mengelola sampahnya. Namun, setiap kawasan wisata tetap wajib
mengelola sampahnya sebagai bagian dari menjaga kelestarian lingkungannya.

4.2 Metode Pengelolaan Sampah

Untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar digunakan metode pirolisis.Salah satu
limbah plastik yang dapat digunakan untuk diolah menjadi bahan bakar adalah gelas plastik.
Gelas plastik merupakan dampak plastik jenis polypropylene (PP). Plastik jenis PP
merupakan plastik yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, plastik
jenis PP dapat menghasilkan kualitas minyak bakar yang lebih bagus dibandingkan PVC
maupun PET. Dalam proses pengolahan plastik jenis PP menjadi bahan bakar, solar
danminyak tanah dapat digunakan sebagai bahan bakar pembanding. Untuk mendapat
spesifikasi bahan bakar yang sesuai standar pertamina solar dan minyak tanah dapat diperoleh
dari SPBU pertamina. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyudi dkk, gelas plastik
yang digunakan dalamproses pirolisis harus dalam keadaan kering untuk kemudian
dimasukkan ke dalam alatpirolisis yang dilengkapi pendingin dan penampung destilat.
Kemudian dilakukan prosesThermo cracking. Cracking adalah proses memecah rantai
polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah (Wedayani, 2018, hlm
123). Proses Thermo cracking dilakukan untuk mengubah gelas plastik dari fase padat
menjadi fase cair (minyak).Gelas plastik fase padat terlebih dahulu diubah menjadi fase gas
melalui proses pemanasan gelas plastik menggunakan kompor LPG. Setelah menjadi fase
gas, baru kemudian gelas plastik dapat diubah menjadi fase cair melalui proses kondensasi
gas sehingga dihasilkan destilat berupa minyak.Wahyudi, Prayitno, dan Astuti melakukan
empat pengujian untuk membandingkan minyak hasil pirolisis, minyak tanah, dan solar.
Yang pertama analisis massa jenis minyak hasil pirolisis minyak tanah dan solar.Hasil
perhitungan massa jenis minyak pirolisis plastik, minyak tanah,dan solar menunjukkan massa
jenis minyak hasil pirolisis plastik PP lebih rendah dari solar dan lebih tinggi dari minyak
tanah. Semakin tinggi massa jenis suatu zat, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Hal ini menjadi indikasi bahwa solar dengan massa jenis paling tinggi memiliki
banyak pengotor sehingga kualitasnya masih berada di bawah minyak tanah dan minyak
pirolisis. Yang kedua, analisis waktu yang diperlukan minyak pirolisis, minyak tanah,dan
solar untuk membakar habis suatu benda.Penelitian yang dilakukan menunjukan solar
memerlukan waktu pembakaran paling lama dibanding minyak pirolisis dan minyak tanah.
Hal ini disebabkan karena titik nyala solar paling tinggi diantara minyak pirolisis dan minyak
tanah.Titik nyala berhubungan dengan mudah atau sulitnya pembakaran suatu bahanbakar.
Semakin rendah titik nyala suatubahan bakar, maka semakin mudah zat tersebut dibakar.
Sedangkan minyak pirolisis memiliki titik nyala lebih rendah dari minyak tanah dan lebih
tinggi dari solar. Titik nyala menjadi indikator penting suatu zat dapat dikatakan sebagai
bahan bakar. Yang ketiga,analisis temperatur air dari hasil memasak air dengan bahan bakar
minyak pirolisis,minyak tanah, dan solar.Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
hubungan bahan bakar dengan waktu pembakaran yang semakin lama, maka temperatur air
yang dihasilkan semakin rendah.Pemanasan air dilakukan pada waktu yang sama disetiap
jenis minyak. Saat pemanasan dihentikan bersamaan, air yang dipanaskan dengan solar
memiliki temperatur paling rendahdan air yang dipanaskan dengan minyak tanah memiliki
temperatur paling tinggi. Yang keempat, analisis volume air yang hilang akibat pemanasan
dengan bahan bakar minyakpirolisis, minyak tanah, dan solar.Volume air hilang disebabkan
karena penguapan akibat pemanasan. Daripercobaan yangdilakukan volume air yang
dipanaskan dengan solar menguap lebih banyak daripada airyang dipanaskan dengan minyak
pirolisis dan minyak tanah. Seharusnya semakin tinggitemperatur, semakin banyak pula
volume airyang menguap, tetapi pada percobaan ini justru sebaliknya.Hal ini berkaitandengan
titik nyala karena titik nyala solar yang semakin tinggimenyebabkan semakin lama
pembakaran sehingga lebih banyak volume menguap.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari proses pembuatan alat pengolah limbah plastik ini dapat diketahui bahwa alat ini
dapat mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar, 0,6 kg sampah plastik dapat
menghasilkan 50-60 ml minyak dan 1 kg sampah plastik dapat menghasilkan 100-120 ml
minyak yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan juga bisa mengurangi limbah
plastik yang ada di sekitar masyarakat, alat ini juga terbuat dari bahan-bahan yang mudah
didapat dan harga yang murah.

5.2 Saran
Terkait dengan kendala dan kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini, ada beberapa
hal yang dapat penulis sarankan untuk pengembangan selanjutnya. Antara lain sebagai
berikut:
1. Dari segi bahan reaktor dan pipa sebaiknya menggunakan bahan stainless agar lebih
cepat proses pemanasannya, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan juga
memperlambat terjadinya korosi.
2. Diperlukan jalur pembuangan agar sisa plastik dari hasil pembakaran bisa langsung
dikeluarkan dari tabung reaktor.
3. Diperlukan kran di tabung kondensor agar sisa air hasil kondensasi bisa lebih mudah
dibuang.
4. Sisa plastik dari hasil pembakaran di dalam tabung reaktor sebaiknya bisa diolah
kembali menjadi suatu produk yang bermanfaat contohnya paving
block plastik.
5. Diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mengetahui spesifikasi sulfur di
dalamnya. Hal tersebut untuk ditindak lanjuti oleh peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai