Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS DIABETIKUM (GANGREN)

OLEH :
SITI RODIATUN
NIM : 2019206203071

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2022
A. Konsep penyakit
1. Pengertian
Ulkus adalah luka yang terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai infasif kuman suprofit.
Adanya kuman suprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus 32 diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Luka diabetik adalah luka yang terjadi
pada pasien diabetik yang melibatkan gangguan pada saraf perifer dan autonimik
(Wijaya & Putri,2013)
2. Penyebab
Menurut (Suddarth, 2014) Etiologi terjadinya Ulkus Diabetikum menjadi faktor
endogen dan ekstrogen
a. Faktor endogen
a) Genetik, metabolic
b) Angiopati diabetic
c) Neuropati diabetic
b. Faktor ekstrogen
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya Ulkus Diabetikum adalah.
angipati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga
akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus
pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi
pada otot kaki sehingga meribah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi
pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi oksigen serta antibiotik sehingga menyebabkan terjadinya luka
yang sukar sembuh infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai
ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuha
ulkus diabetikum.
3. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh
darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot. yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang berkurang akan lebih lanjut menambah
rumitnya pengelolaan kaki diabetic (Wijaya,2013).
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar. dibanding
pintu masuknyadikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan
ulkus berhubungan dengan hyperglikemia yang bersfek terhadap saraf perifer,
kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk
keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. neuropati sensori
perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
rupture sampai pada permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka yang abnormal menghalangi resolusi mikroorganisme yang
masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Dainase yang in adekuat
menimbulkan closed space infection. Akhimya sebagai konsekuensi sistim imun
yang abnormal bakteri sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitamya.
Penyakit neuropati dan vaskuler adalah faktor utama yang mengkontribusi
terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetic terkait
dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat di kakiyang biasanya disebut
neuropati perifer. Pada pasien dengan diabtik seringkali mengalami gangguan
pada sirkulasi. Ganguam sirkulasi inlah yang menyebabkan kerusakan pada pada
saraf. Hal ini terkait dengan diabetik neuropatik yang berdampak pada sitim saraf
autonom yang mengontrol fungsi otot - otot halus, kelenjar dan organ visceral.
Dengan adanya gangguan pada saraf perifer autonom pengaruhnya adalah
terjadinyaperubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah
dengan demikian kebutuhan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibotic tidak
mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga. tidak memenuhi
kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonom penganuhnya
adalah terjadinya perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya lairan
darah. Dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen mauoun pemberian
antibotic tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, juga tidak
memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek autonom neuropati
ini akan menyebakan kulit menjadi kering (antihidrotis) yang memudahkan kulit
menjadi rusak yang akan mengkontribusi terjadinya gangren. Dampak lain adalah
adanya neuropati yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang
menyebakan hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperatur (Wijaya
2013).
4. Manifestasi klinis
Menurut (Suddarth, 2014) gangren diabetik akibat mikroagiopatik disebut juga
gangren panas karena walaupun nekrosis daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan dan biasanya terabapulsasi arteri dibagian distal. Biasanya
terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki. Proses mikro angiopatik menyebabkan
sumbatan pembuluh darah sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala
klinis 4P yaitu :
1) Pain (nyeri) 2. Paleness (kepucatan)
2) Parethesia (parestesia dan kesemutan)
3) Paralysis (lumpuh)
4) Pulselessness (denyut nadi hilang)
Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul gambaran klinis:
1) Staduim 1: asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
2) Stadium II: terjadi klaudikasio intermiten
3) Stadium III: timbul nyeri saat istirahat
4) Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
5. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut.
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam
komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik..
Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah makrovaskuler, dimana
komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian mikrovaskuler
yang menyerang ke pembuluh darah kecil bisa menyerang mata (retinopati),
dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai
saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan
penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan
penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam, penyembuhan
luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan Dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani
dengan prinsip steril.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Suddarth, 2014), pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah:
a. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun, sehingga
kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-), kalus, claw toe.
Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
2. Palpasi
a) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b) Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
c) Ulkus: kalus keras dan tebal
b. Pemeriksaan radiologis: ga s subcutan, benda asing, asteomiclitis
c. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
1. Pemeriksaan darah meliputi: GDS > 200mg/dl, gula darah puasa.120mg/dl
dan dua jam post prandial >200 mg/dl
2. Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara benedct (reduksi). Hasil dapat dilihat memalui
perubahan warna urine (hijau, kuning, merah, dan merah bata)
3. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2014), ada beberapa penatalaksanaan pada pasien ulkus
diabetikum, antara lain:
1) Pengobatan
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan
dalamnya ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan
pemeriksaan yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar
kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan
luka diabeti ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain:
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana lingkungan luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, control diabetes melitus dan
control faktor penyerta)
d. Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
2) Perawatan luka diabetic
a. Mencuci luka
Merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan Tuka serta menghindari kemungkinan
terjadinya infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisi balutan yang digunakan
dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka.
b. Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka.
Debridement dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis,
karena jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan
jumlah bakteri.
c. Terapi antibiotikka
Pemberian antibiotic biasanya diberi peroral yang bersifat menghambat
kuman garam positi fan gram negatif,
d. Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
penyembuhan luka. Penderita ganggren diabetik biasanya diberikan diet
B1 dengan gizi : yaitu 60 % kalori karbohidrat, 20% Komplikasi kalori
lemak, 20% kalori protein.
B. Proses keperawatan
1. Pengkajian data dasar
a. Pengumpulan Data
Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya
keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh
dan berbau, adanya nyeri pada luka. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri..
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh
rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit
yang disertai bisul/lalu tidak sembuh sembuh,kesemutan/rasa berat, mala
kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poli urca, polidipsi, anorexia. mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, krimotot,
gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing pusing/sakit kepala, kesulitan
orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
b. Riwayat ISK berulang
c. Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), Dilantin dan
penoborbital.
d. Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang
menderita DM.
c. Pola Kehidupan Sehari-hari
1. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan penderita diabetes ti mellitus dengan
ganggren kaki.
2. Pola nutrisi
Penderita diabetes melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat
badanya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan
terjadi penurunan massa sel.
3. Pola emiliasi Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada klien
daibetes mellitus tidak ada perubahan yang mencolok. Sedangakan pada
eliminasi buang air kecil (BAK) akan dijumpai jumlah urin yang banyak
baik secara frekuensi maupun volumenya.
4. Pola tidur dan istirahat Sering muncul perasaan tidak onak efek dari
gangguan yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia).
5. Pola aktivitas
Pola pasien dengan diabetes mellitus gejala yang ditimbulkan antara lain
keletihan kelelahan, malaise, dan seringnya mengantuk pada pagi hari.
6. Nilai dan keyakinan
Gambaran pasien diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya
menurut agama dan kepercayaanya, kecemasan akan kesembuhan, tujuan
dan harapan akan sakitnya.
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : wajah dan kulit kepala bentuk muka, ekspresi wajah gelisah
dan pucat,rambut, berssih/tidak dan rontok/tidak, ada/ tidak nyeri tekan
2. Mata : mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata cekung/tidak,
konjungtiva anemis/tidak, sklera iterik/tidak, ada/tidak secret, Gerakan
bolamata normal/tidak, ada benjolan/tidak
3. Hidung : ada/tidak polip, ada/tidak secret, ada/tidak radang, ada/tidak
benjolan
4. Telinga : canalis bersih/kotor, pendengaran baik/menurun, ada/tidak
benjolan pada daun telinga, ada/tidak memakai alat bantu pendengaran
5. Mulut : gigi bersih/kotor, ada/tidak karies gigi, ada/tidak memakai gig
palsu, gusi ada/tidak peradangan, lidah bersih/kotor, bibir kering/lembab
6. Leher : ada/tidak pembesaran tiroid, ada/tidak nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran kelenjar limfe
7. Paru : bentuk dada normal kanan dan kiri
1. Inspeksi : pada paru-paru didapatkan data tulang iga simetris/tidak, payudara
normal/tidak, RR normal/tidak, pola napas regular/tidak, bunyi vesikuler/tidak,
ada/tidak sesak napas
2. Palpasi : vocal fremitus anteria kanan dan kiri simetris/tidak, ada/tidak
nyeri tekan
3. Auskultasi : suara napas vesikuler/tidak, ada/tidak ronchi maupun wheezing
4. Perkusi : suara paru-paru sonor/tidak pada paru kanan dan kiri
8. Abdomen : abdomen simetris/tidak, datar dan ada luka/tidak
9. Genitalia data tidak terkaji, terpasang kateter/tidak
10. Musculoskeletal
1. Ekstremitas atas : simetris/tidak, ada/tidak edema atau lesi,
ada/tidak nyeri tekan
2. Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kiri simetris, ada/tidak
kelainan, ada/tidak luka
11. Integument : warna kulit, turgor kulit baik/tidak, ada/tidak
pengurasan kulit, ada/tidak nyeri tekanan
e. Pemeriksaan fisik pada ulkus deabetikum antara lain :
1. Inspeksi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun, sehingga
kulit kaki kering, pecah, rabut kaki/jari (-), kalus, claw toe, ulkus
tergantung saat ditemukan (0-5)
2. Palpasi
a) Kulit kering. Pecah-pecah, tidak normal
b) Klusi arteri dingin, pulsasi
c) Ulkus : kalus tebal dan keras
1) Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler nominvasive : pengukuran oksigen transkutaneus,
ankie brachial index (ABI), absolute toe systolic betis dengan
tekanan sistolik lengan
2) Pemeriksaan radiologis : gas subcutan, benda asing, oateomietitis
3) Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS >200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan 2 jam post prandial >200 mg/dl
b. Urine
Pemeriksaaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi).
Hasilnya dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine
hijau (+), kuning (++), merah (+++) dan merah bata (++++)
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai jenis kuman.

C. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
1. Kecemasan berhubungan dengan proses pembedahan
2. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
integument (ulkus dekubitus)

Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (Agen cedera fisik respon
terputusnya kontinuitas jaringan)
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Terbukanya pertahanan tubuh primer (kulit)
D. Rencana keperawatan
PRE OP

No. Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan SLKI SIKI
SDKI

1 Kecemasan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3x24 (I.08238)
berhubungan
jam, maka diharapkan Observasi :
dengan proses tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi
dengan kriteria hasil: penyebab cemas
pembedahan
1. Monitor TTV 2. Identifikasi
(TD,N,S,R) respon klien
2. Menggunakan 3. Identifikasi
pendekatan yang faktor yang
menenangkan memperberat dan
3. Menjelaskan semua memperingan
prosedur dan apa rasa cemas
yang dirasakan 4. Monitor
selama prosedur keberhasilan
4. Menganjurkan terapi
kepada keluarga komplementer
untuk mendampingi yang sudah
klien diberikan
5. Menginstruksikan Terapeutik :
pada pasien untuk 1. Berikan Teknik
menggunakan tehnik non farmakologis
relaksasi nafas untuk
dalam. mengurangi rasa
cemas
Edukasi :
1. Jelaskan
penyebab, dan
pemicu cemas
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk meredakan
cemas
1.

2 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Perawatan Luka


keperawatan selama 3x24 (I.14564)
integritas kulit
jam, maka diharapkan Observasi :
berhubungan integritas kulit meningkat 1. Monitor
dengan kriteria hasil: karakteristik luka
dengan
1. Kerusakan jaringan 2. Monitor tanda-
perubahan
sirkulasi menurun tanda infeksi
2. Kerusakan lapisan Terapeutik :
(D.0129)
kulit menurun 1. Lepaskan balutan
3. Kemerahan menurun dan plester
4. Nekrosis menurun secara perlahan
(L.14125) 2. Bersihkan
dengan cairan
NaCl
3. Bersihkan
jaringan nekrotik
4. Berikan salep
5. Pasang balutan
sesuai jenis luka
6. Pertahankan
Teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
7. Ganti balutan
sesuai jumlah
eksudat dan
drainase
Edukasi :
1. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
2. Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
prosedur
debridement
2. Kolaborasi
pemberian
antibiotic

POST OP

No. Diagnosa Luaran Intervensi


Keperawatan SLKI SIKI
SDKI

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan dengan intervensi (I.08238)
agen pencedera fisik keperawatan selama Observasi :
(D.0077) 3x24 jam, maka 1. Identifikasi
diharapkan tingkat penyebab lokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
membaik
2. Meringis nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
3. Gelisah nyeri
menurun 3. Identifikasi respon
4. Kesulitan tidur nyeri
menurun 4. Identifikasi faktor
(L.08066) yang memperberat
dan memperingan
nyeri
5. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
Terapeutik :
1. Berikan Teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk meredakan
nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian alagetik

2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Perawatan Luka


intervensi (I.14564)
berhubungan dengan
keperawatan selama Observasi :
Terbukanya 3x24 jam, maka 1. Monitor
diharapkan integritas karakteristik luka
pertahanan tubuh
kulit meningkat 2. Monitor tanda-
primer (kulit) dengan kriteria hasil: tanda infeksi
1. Kerusakan Terapeutik :
jaringan 1. Lepaskan balutan
menurun dan plester secara
2. Kerusakan perlahan
lapisan kulit 2. Bersihkan dengan
menurun cairan NaCl
3. Kemerahan 3. Bersihkan jaringan
menurun nekrotik
4. Nekrosis 4. Berikan salep
menurun 5. Pasang balutan
(L.14125) sesuai jenis luka
6. Pertahankan
Teknik steril saat
melakukan
perawatan luka
7. Ganti balutan
sesuai jumlah
eksudat dan
drainase
Edukasi :
3. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
4. Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
3. Kolaborasi
prosedur
debridement
4. Kolaborasi
pemberian
antibiotic
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/501722220/Yesi-LP-ULKUS-DIABETIKUM
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai