Anda di halaman 1dari 37

Kisah Anak Farmasi

Sabtu, 24 Februari 2018

laporan pkl apotek smk farmasi lubuk alung sumatera barat indonesia Oleh: Sonia D.Septi

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

APOTEK FANISA

Jln,Kapten Piere Tandean No.4 Kampung Baru,Kota Pariaman

Disusun Oleh:

AMELIA FITRIANI NIS :

SONIA DWI SEPTI NIS :

SRI RAHAYU NIS :

SEPRIKA PRAMESWHARI NIS :


YAYASAN SMK KESEHATAN MANDIRI

LUBUK ALUNG

T.A 2017/2018

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

APOTEK FANISA

Jln,Kapten Piere Tandean No.4 Kampung Baru,Kota Pariaman

TANGGAL 08 MEI – 08 JUNI 2017

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Pelaksanaan Ujian Nasional

Di SMK KESEHATAN MANDIRI LUBUK ALUNG

Disetujui Oleh :

Pembimbing PKL Pembimbing PKL

SMK KESEHATAN MANDIRI APOTEK FANISA

LUBUK ALUNG PARIAMAN

Trisna Dewi Busti, S.Si.Apt.MM Masrul Kasini,S.Si.Apt.MM

Diketahui

Kepala Sekolah
SMK KESEHATAN MANDIRI

LUBUK ALUNG

Ns.Maidawilis, S.Kep,M.Biomed

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat, dan
kemudahan yang selalu diberikan hamba-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapangan yang di adakan
di Apotek FANISA Pariaman yang dilaksanakan pada tanggal 08 Mei-08 Juni 2017 dapat
berjalan dengan lancar. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah program untuk memenuhi
salah satu syarat untu Pelaksanaan Ujian Nasinal di SMK KESEHATAN MANDIRI LUBUK
ALUNG. Sholawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi
panutan bagi umat di dunia, Dialah Nabi akhir zaman, yang mampu membawa umatnya dari
zaman kegelapan ke zaman yang berilmu pengetahuan.

Kami ucapkan Terimakasih yang tak tehingga kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesikan penulisan ini, terutama kepada :

1. Bapak Masrul Kasini,S.Si.Apt.MM, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya


memberikan pengarahan dan nasehat selama melakukan Praktek Kerja Lapangan hingga
selesainya penyusunan laporan ini.

2. Ibu Dr. Yulfi Aneta sebagai Direktur Di Klinik Apotek FANISA yang telah memberikan
kesempatan untuk menjadikan Apotek FANISA sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan Kami.

3. Ibu Ns.Maidawilis, S.Kep,M.Biomed selaku Kepala Sekolah SMK KESEHATAN


MANDIRI LUBUK ALUNG

4. Ibu Trisna Dewi Busti, S.Si,Apt.MM Selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di
Apotek FANISA
5. Seluruh karyawan/i Apotek FANISA atas bantuan dan kerjasama yang di berikan selama
Praktek Kerja Lapangan

6. Buat orangtua kami yang telah membantu kami baik dalam semangat, meterial dan do’a
nya, semoga menjadi berkah bagi semua

7. Buat teman teman SMK KESEHATAN MANDIRI LUBUK ALUNG dan semua pihak
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
ini.

Penulis menyadari sepenuhnya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun dami kesempurnaan laporan ini

sangat penulis harapkan. Mudah-Mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Lubuk Alung,Juni 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan......................................................................................................... i

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................................................. iii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)..................................................... 2

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)................................................... 3

BAB II : TINJAUAN UMUM

A. Ketentuan Umum Tentang Apotek........................................................... 4

B. Tugas Dan Fungsi Apotek......................................................................... 5

C. Pendirian Apotek....................................................................................... 6

D. Pencabutan Izin Apotek............................................................................ 10

E. Pengelolaan Sumber Daya Apotek........................................................... 11

1. Pengelolan Sumber Daya Manusia..................................................... 11

2. Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Perbekalan Kesehatan Lainya..... 11

a. Perencanaan ................................................................................. 12

b. Pengadaan.................................................................................... 12

c. Penyimpanan................................................................................ 12

d. Administrasi................................................................................. 12

e. Keuangan...................................................................................... 12

f. Pengeluaran.................................................................................. 13

F. Pelayanan Di Apotek............................................................................... 13

1. Pelayanan Resep/Pesanan.................................................................. 13

2. Pelayanan Obat Tanpa Resep............................................................ 14

3. Pelayanan Narkotika dan Psikotropika.............................................. 14

G. Asisten Apoteker..................................................................................... 15

a. Tempat Kerja Asisten Apoteker.................................................. 16

b. Hak dan Kewajiban Asisten Apoteker........................................ 16


BAB III : HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1. Pengertian................................................................................................ 18

2. Aktivitas Di Apotek............................................................................ 18

c. Melakukan Pelayanan Resep.................................................... 18

d. Meracik Obat............................................................................ 18

e. Menyusun Obat......................................................................... 19

f. Penerimaan Obat...................................................................... 19

BAB IV : PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN

A. Pembahasan........................................................................................... 21

B. Kesimpulan........................................................................................... 24

C. Saran..................................................................................................... 25

D. Daftar Pustaka....................................................................................... 26

LAMPIRAN................................................................................................................... 27

A. Struktur Organisasi Apotek Fanisa


B. Tata Ruang Apotek Fanisa

C. Alur Pelayanan Resep

D. Ruang Pemeriksaan

E. Tempat Parkir

F. Ruang Praktek Dokter

G. Ruang Observasi

H. Ruang Edukasi

I. Ruang Dokter Gigi

J. Ruang Tindakan

K. Laboratorium

L. Apotek

M. Ruang Tunggu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apotek adalah suatu tempat tertentu yang merupakan sarana informasi obat, yaitu tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat

( Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SKIXI2002 ). Obat merupakan komoditi


khusus yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Walaupun obat bukan merupakan
kebutuhan pokok, tetapi pada saat – saat tertentu penggunaannya tidak dapat ditunda, sehingga
pada saat itu obat menjadi kebutuhan primer.

Apotek disamping berfungsi sosial, juga memiliki fungsi ekonomi yang berperan dalam bidang
usaha/bisnis. Oleh sebab itu, perlu adanya keseimbangan beberapa kepentingan yang
mempengaruhi kedua fungsi tersebut yaitu kepentingan pemerintah, masyarakat, dan
kepentingan pengelola atau pemilik sarana.

Pengelola apotek haruslah mematuhi ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku
didasari oleh etika dan moral yang luhur. Dengan demikian diharapkan menjadi penerangan bagi
masyarakat terhadap obat serta melindungi masyarakat dari penyalahgunaan obat. Maka apotek
sebagai penyalur perlengkapan perbekalan farmasi terutama pada obat, haruslah dapat
mengelolanya secara profesional. Untuk itu, agar para apoteker mampu melaksanakan tugas dan
fungsi sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) secara profesional. Siswa-siswi SMK Farmasi
salah satu calon tenaga kesehatan menengah yang disebut Asisten Apoteker.

Dalam rangka pelaksanaan proses belajar mengajar siswa – siswi kelas XI wajib untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan yang merupakan cara untuk pengenalan lapangan kerja.

1.1. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang membentuk kemampuan


peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
program pendidikan yang ditetapkan.

Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat secara menyeluruh


baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial budaya.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan lapangan kerja yang nyata
dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan farmasi, rumah
sakit, puskesmas, PBF, gudang farmasi, apotek dan penyuluhan alat kesehatan kepada
masyarakat.

Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang diperlukan peserta didik
untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyesuaikan diri pada suasana lingkungan
kerja yang sebenarnya.
Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi baru dan lapangan
kerja di sekolah dan sebaliknya.

Memperoleh masukan guna memperbaiki dan mengembangkan serta meningkatkan


penyelenggaraan pendidikan farmasi.

Memberikan peluang kerja bagi peserta didik apabila telah menyelesaikan pendidikan farmasi.

1.2. TUJUAN PENULISAN PRAKTEK KERJA LAPANAGAN

Peserta didik mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan pelajaran yang diperoleh
di sekolah dan diterapkan di lapangan kerja.

Peserta didik mampu mencari alternatif pemecahan masalah kefarmasian sesuai dengan program
pendidikan yang telah ditetapkan secara lebih luas dan mendalam yang terungkap dan laporan
yang disusun peserta didik.

Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan peserta didik.

Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah untuk menunjang peningkatan pengetahuan


peserta didik angkatan selanjutnya.

1.3 MANFAAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Kerjasama antara SMK dengan Apotek dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling
mengisi, dan saling melengkapi untuk kepentingan bersama.

Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan memberi nilai
tambah atau manfaat bagi pihak-pihak yang bekerjasam, sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Apotek

Penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan memberi keuntungan nyata bagi apotek antara lain:

a. Apotek dapat mengenal kualitas peserta Praktek Kerja Lapangan yang belajar dan bekerja
di tempat PKL.

b. Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif sehingga pada
pengertian tertentu peserta PKL adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan

c. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan pelayanan sesuai
dengan kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
d. Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL lebih mudah diatur dalam
hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan Apotek. Karena itu, sikap peserta PKL dapat
dibentu sesuai dengan ciri khas kerja di Apotek.

e. Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan masa depan anak
bangsa melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL).

2. Manfaat Bagi Sekolah

Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik lebih terjamin
pencapaianya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program pendidikan dengan kebutuhan
lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match). Memberi kepuasan bagi
penyelenggaraan pendidikan sekolah karena tamatanya lebih terjamin memperoleh bekal yng
bermanfaa, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan duni kerja, dan kepentingan bangsa.

3. Manfaat Bagi Praktikan / Peserta PKL

Hasil belajar peserta PKL akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul
memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai
bekal untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan,
yang selanjutnyaakan mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada
tingkat yang lebih tinggi. Peserta PKL akan dapat menambah wawasan yang luas.

1.4 SEJARAH APOTEK FANISA

Berawal dari praktek Dokter mandiri, Dr. Yulfi Aneta beralamat di Jln.Syekh M.Jamil No.45
Kampung Perak, Kota Pariaman. Tahun 2011 berubah status menjadi klinik pratama yang
diresmikan oleh Bapak Walikota Pariaman pada tanggal 21 April 2011, dan melayani BPJS
Kesehatan dimulai tahun 2004 masih dibawah PT. Askes.Dengan kapitasi awal dalam 1 tahun
mencapai 1500 orang. Walau jumlah kapitasi awal sangat kecil yang sangat pas-pasan bahkan
tidak mencapai “Break even Point”. Klinik ini tetap bertahan demi tujuan suci. Lambat laun
dengan dukungan program dan iklan mulut ke mulut pasien ikut membantu “promosi” sehingga
kini telah berkembang dan Klinik Apotek Fanisa ini juga bekerja sama dengan dokter-dokter
yang membuka praktek di Klinik Fanisa yang berlokasi di Jln, Kapten Piere Tandean No.4
Kampung Baru,Kota Pariaman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KETENTUAN UMUM TENTANG APOTEK

Sesuai dengan Peratura Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentan Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1 Ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud Apotek adalah sarana Pelayanan Kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan yang sama Pasal 1 Ayat 1
dijelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian dan penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Pasal yang sama Ayat 3 dijelaskan
bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apotoker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dan pada
ayat 6 disebutkan pula bahwa Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek yang diperbaharui menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1332 Tahun 2002 dijelaskanten tentang beberapa ketentuan umum sebagai berikut:

· Apotek : Suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainya kepada masyarakat.

· Apoteker : Adalah sarjana farmasi ysng telah lulus dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah lulus dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perudangan-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

· Apoteker Pendamping : adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping APA dan atau
menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
· Apoteker Pengganti : adalah Apoteker yang Menggantikan APA selama APA tersebut
tidak berada ditempat lebih dari 3 Bulan secara terus-menerus,telah memiliki Surat Izin Kerja
(SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek lain.

· Asisten Apoteker : Mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang


berlaku berhak melakukan pekerjaaan kefarmasian sebagai asisten Apoteker.

B. TUGAS DAN FUNGSI

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
dijelaskan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah:

1. Sebagai tempat pengabdian profesi seseorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.

2. Apotek berfungsi sebagai sarana pelayanan yang dapat dilakukan Pekerjaan Kefarmasian
berupa peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat.

3. Apotek berfungsi sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan
obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

4. Apotek berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi meliput:

a. Pelayanan infromasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainya yang diberikan baik
kepada Dokter dan Tenaga Kesehatan lainya maupun kepada Masyarakat.

b. Pelayanan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat serta perbekalan
farmasi lainya.

C. PENDIRIAN APOTEK

Suatu Apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). SIA adalah surat
izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker
yang bekerja sama dengan pemilik saran apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada
suatu tempat tertentu.

Menurut Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan Apotek


adalah:
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat.

2. Perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.

3. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain
diluar sediaan farmasi.

4. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi,
Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek antara lain:

v Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA
ini dapat diperoleh jika seorang Apotker memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memilik Ijazah Apoteker.

b. Memiliki sertifikat kompetensi Apoteker.

c. Surat pernyataan telah mengucapkan Sumpah atau Janj Apoteker

d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari Dokter yang mempunyai surat izin praktek.

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setiap
Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian wajib memilik surat izin
sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja.

Setiap Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian wajib memilik surat
zin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja. Surat izin yang dimaksud adalah berupa :

a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitaskan pelayanan kefarmasian.

b. SIPA bagi Apoteker pendamping difasilitas Pelayanan Kefarmasian

c. SIK bagi Apotekeryang melakukan Pekerjaan Kefarmasian difasilitas produksi atau


fasilitas distribusi/penyaluran.
d. SIKTTK bagi Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
Kefaramsian.

v Lokasi dan Tempat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993


lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memilik jarak minimal dari Apotek lain dan sarana
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainya diluar
sediaan Farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan
pelayanan, jumlah penduduk, jumlah Dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang
higienis dan faktor-faktor lainya. A potek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikanali
oleh masyarakat.

Pada haaman Apotek terdapat papan peteunjuk yang dengan jelas tertulis kata ‘ APOTEK.
Apotek harus dapat dengan mudahdijangkau masyarakat dengan kendaraan.

v Bangunan dan Kelengkapan

Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta
memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan dibidang Farmasi. Yang perlu diperhatikan
adalah :

a. Bangunan Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari : rang tunggu, ruang adminstrasi, dan
ruang kerja Apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan ruang penyerahan obat,
tempat penucian obat, kamar mandi dan toilet.

b. Bangunan Apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadaman kebakaran yang berfungsi baik dan
memenuhi syarat higienis, papan nam yang memuat nama Apotek, nama APA, nomor SIA,
alamat Apotek, nomor telepon Apotek.

c. Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain : Alat pembuangan, pengolahan dan
peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dan lain lain. Perlengkapan dan alat peyimpanan,
dan perbekalan Farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan
pembungkus, etiket dan plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus Narkotika, Psikotropika
dan bahan beracun.

d. Apotek Harus Memiliki perlengkapan administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur,
kwitansi, salinan resep dan lain-lain.
v Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/


SK/X/2002 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek pada Pasal 1
dijelaskan bahwa APA adalah seorang Apoteker yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA).
Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan yang
baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomnikasi antar profesi, menempatkan diri
sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia
(SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan serta
memberi peluang untuk meningkatkan peraturan.

Selain harus memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Persyaratan lain yang harus
dipenuhi untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek adalah:

a. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai
Apoteker.

b. Tidak bekerja disuatu perusahaan Farmasi dan tidak menjadi APA di Apotek lain. Seorang
APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Apotek yang dipimpinya, juga
bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sam dengan pemilik sarana Apotek.
Fungsi dan tugas Apoteker di Apotek adalah sebagai berikut:

· Membuat Visi dan Misi Apotek.

· Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan Apotek.

· Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja pada setiap fungsi
di Apotek.

Prosedur Perizinan Apotek

Untuk mendapatkan izin Apotek, APA atau Apoteker pengelola Apotek yang bekerjasama
dengan pemilik sarana harus siap dengan temoat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan
perbekalan lainya. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang deberikan Menteri Kesehatan RI
kepada Apoteker atau Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana untuk membuka Apotek di
suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib
melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, dan pencabutan izin apotek sekali
setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan kepada disampaikan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Sesuai dengan Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu:

1. Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari setelah menerima


permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala BPOM untuk melakukan pemeriksaan
setempat teradap kesiapan apotek untuk melakukan kegatan.

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala BPOM selambat-lambatnya 6 hari kerja
setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan
hasil pemeriksaan.

4. Dalam hal pemeriksaan dalam Ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker permohonan
dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas
Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi.

5. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana ayat (3)
atau persyaratan ayat (4) , Kepala Dinas Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek .

6. Dalam hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai POM dimaksud
(3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan .

7. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6) , apoteker diberikan kesempatan untuk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat – lambatnya dalam waktu satu bulan
sejak tanggal surat penundaan .

8. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai pasal (5) dan
atau pasal (6) , atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan , maka Kepala Dinas
Kesehatan setempat dalam jangka waktu selambat – lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan
surat penolakan disertai dengan alasan – alasannya .

D . PENCABUTAN IZIN APOTEK

Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku .
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/SK/X/2002 , Kepala Dinas Kesehatan
dapat mencabut surat izin apotek apabila :

1. Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai apoteker
pengelola apotek .

2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban menyediakan , menyimpan dan menyerahkan


perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya dan tidak memenuhi
kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau
dilarang digunakan dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten.

3. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 12 tahun secara
terus – menerus .

4. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang – undngan mengenai


narkotika , obat keras , psikotropika ,serta ketentuan peraturan perundang – undangan lainnya .

5. Surat izin pengelola apotek dicabut .

6. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang – undangan dibidang
obat .

7. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek .

Pelaksanaan Pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah dikeluarkannya :

1. Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali berturut – turut
dengan tenggang waktu masing – masing 2 bulan .

2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek .Pembekuan izin apotek dapat dicairkan
kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan . Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai POM setempat
melakukan pemeriksaan .

Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan atau Kota
disampaikan langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan menggunakan contoh formulir
model APT – 15 ,tembusan kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat serta
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat . Apabila surat izin apotek
dicabut ,apoteker pengelola apotek dan apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan
Farmasinya. Pengamanan tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan Narkotika, Obat Keras tertentu dan
Obat lainya dan seluruh resep yang tersisa di Apotek.

2. Narkotika, Psikotropika dan resep harus dimasukan dalam tempat yang tertutup dan
terkunci .

3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kotaatau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan
inventaris yang dimaksud diatas.

E. PENGELOLAAN SUMBER DAYA APOTEK

1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seseorang
apoteker yang profesinal . Dalam pengelolaan apotek . apoteker senantiasa harus memiliki
kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik , mengambil keputusan yang
tepat , mampu berkomunikasi antar profesi , menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner , kemampuan untuk mengelola SDM yang efektif ,selalu belajar sepanjang karier
dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk menambah pengetahuan .

Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Apotek setidak –tidaknya adalah Pemilik
Sarana Apotek ( PSA ) ,Apoteker Pengelola Apotek (APA ) , Asisten Apoteker , Juru Resep ,
Tenaga Tata Usaha .

Pengelolaan sumber daya manusia dalam sistem pengelolaan apotek dikategorikan


sebagai pengelolaan non teknis . Pengelolaan non teknis lainnya yang juga penting adalah
meliputi semua kegiatan administrasi , keuangan , personalia dan upaya – upaya peningkatan
kompetensinya .

2. Pengelolaan sediaan farmasi dan Perbekalan kesehatan lainnya .

Pengelolaan jenis ini dalam sistem pengelolaan apotek dikategorikan sebagai pengelolaan
teknis . Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/2002 , Bab VI pasal
10 ,dibidang kefarmasiaan pengelolaan apotek meliputi :

a. Pembuatan ,Pengelolaan , Peracikan ,Perubahan bentuk , Penyimpanan ,dan penyerahan


obat atau bahan obat .

b. Pengadaan , Penyimpanan ,Penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya .

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi .


Secara Umum Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya ini meliputi
pekerjaan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit ,
kemampuan dan budaya masyarakat .

b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku .

c. Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik . Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan kepada wadah lain , maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru , wadah sekurang kurangnya
memuat nomor bets dan tanggal kadaluarsa .Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi
yang sesuai , layak dan menjamin kestabilan .

d. Administrasi

Dalam menjalankan kefarmasian diapotek ,perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang


meliputi :

1. Administrasi Umum meliputi: Pencatatan, pengarsipan, pelaporan Narkotika, Psikotropika


dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Administrasi Pelayanan meliputi: Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan


pasien,pengarsipan hasil monitoring penggunaan Obat.

e. Keuangan

Dalam Keuangan di Apotekada beberapa hal yang mempengaruhi keuangan, yakni seperti:

1. Penerimaan: Berupa pekerjaan yang dilakukan di Apotek sehingga menghasilkan


pendapatan di Apotek, kegiatan tersebut berupa: Pelayanan resep dan pelayanan non resep.
Sumber pendapatan secara umum diperoleh dari hasil penjualan, dan modal dari Apotek.
2. Pengeluaran: Dalam Apotek terdapat beberapa pengeluaran seperti biaya rutin dari Apotek.
Biaya rutin yakni seperti: gaji karyawan, listrik, telepon, dan air.

F . PELAYANAN DI APOTEK

Pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh
satu pihak kepada pihak lain yag pada dasarnya bersifat tidak kasat mata dan tidak berujung paa
kepemilikan. Dengan semakin meningkatnya persaingan pasar banyak perusahaan
mengembangkan strategi jitu dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, salah satunya
adalah dengan memberikan pelayan prima yaitu jika perlakuan yang diterima oleh pelanggan
lebih baik dari pada yang diharapkan, maka hal tersebut dianggap merupakan pelayanan yang
bermutu tinggi. Suoaya pelayanan prima dapat selalu diwujudkan suatu perusahaan dalam hal ini
adalah Apotek, maka perlu ditetapkan standar pelayanan Farmasi di Apotek. Tujuan dari Standar
Pelayanan ini adalah:

1. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.

2. Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.

3. Pedoman dalam pengawasan praktek Apoteker.

4. Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan Farmasi di Apotek.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/2004


pelayanan Kesehatan di Apotek meliputi:

1. Pelayanan Resep / Pesanan Dokter

Skirining Resep, Apoteker dibantu oeh Asisten Apoteker melakukan skirining meliputi:

a. Persyaratan Administratif, seperti: Nama, SIK, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep,
umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien, nama obat, potensi dosis, jumlah yang diminta, cara
pemakaian, dan informasi lainya.

b. Pertimbangan Klinis: Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi
jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
Dokter penulis resepdengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

2. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Pelayanan ini seperti pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas, Pelayanan terhadap ini lebih
sederhana dibandingkan dengan pelayan terhadapresep Dokter. Petugas dapat langsung
mengambilkan obat yang diminta oleh konsumen setelah harga disetujui, kemudian langsung
dibayar pada kasir dan dicatat pada buku penjualan bebas oleh kasir. Pada saat pergantian shift,
kasir akan menghitung jumlah uang yang masuk dan diserah terimakan dengan petugas
berikutnya.

3. Pelayanan Narkotika

Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, Pada Pasal-Pasall 102 (1)
yang menyebutkan bahwa Penggunaan sediaan Farmasi yang berupa Narkotika dan

Psikotropika hanya dapat dilakukan berdasrkan resep Dokter atau Dokter Gigi dan dilarang
untuk disalahgunakan. Maka dari itu pada peraturan Perundang-Undangan No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, Pengelolaan obat Narkotika memerlukan penanganan khusus, dimana
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi karena obat Narkotika ini dapat menimbulkan
ketergantungan apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama. Dalam
menghindari penyalahgunaan obat-obata ini, maka pemerintah melakukan pengawasan yang
ketat terhadap obat golongan Narkotika mulai dari pemesanan dan sampai pemakaianya dan
Apoteker pengelola Apotek diharuskan membuat laporan pemakaian dan pemusnahan Obat
Narkotika ini.

· Pemesanan Narkotika Pemesana obat golongan Narkotika dilakukan dengan surat pesanan
Khusus dan harus ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama
jelas, Nomor SIK sert stempel Apotek. Surat pesana ini dibuat rangkap 4 (3 le,bar untuk penyalur
dan 1 lembar untuk arsip apotek). Narkotika hanya dapat disalurkan Industri Farmasi dan
Pedagang Besar Farmasi yag telah memiliki izin khusus penyaluran Narkotika dari Menteri
Kesehatan.

· Penerimaan Narkotika: Dalam penerimaanya, obat Narkotika harus dilakukan oleh APA.
Bila berhalangan dapat dilakukan oleh Asisten Apoteker melalui surat kuasa untuk penerimaan
obat Narkotika. Bukti penerimaan Narkotika dan OKT harus juga ditanda tangani oleh APA
denngan mencantumkan Nomor SIK dan stempel Apotek. Pesanan ini dibuat rangkap 4 ( 3
lembar untuk penyalur dan 1 lembar untuk Arsip Apotek). Narkotika hanya dapat disalurkan oleh
Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi yang telah memiliki izin khusus penyaluran
Narkotika dari Menteri Kesehatan.

· Penerimaan Narkotikta: Dalam penerimaanya. Obat Narkotikanharus dilakukan oleh APA.


Bila berhalangan dapat dilakukan oleh Asisten Apotekernmelalui surat kuasa untuk penerimaan
Obat Narkotika. Bukti penerimaan Narkotika dan OKT harusnjuga ditanda tangani oleh APA
dngan mencantumkan somon SIK dan stempel Apotek.
· Penyimpanan Narkotika Menurut Permenkes No. 28/Menkes/Per/I/1978 diatur bahwa
Apotek harus mempunyainlemari khusus untuk penyimpanan Obat-Obat golongan Narkotika
dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Tempat penyimpanan tersebut dibagi dua, dan diberi kunci yang berlainan pula. Bagian
pertama untuk menyimpan morphone, pethidine dan garam-garamnya setersediaaan lainya.
Sementara itu bagian kedua digunakan untuk menyimpan persediaan Narkotika sehari-hari.

b. Lemari tersebut tidak boleh digunakan untuk menyimpan bahan-bahan lain dan harus
diletakan ditempat aman serta tidak terlihat oleh umum. Kunci dari tempat tersebut harus
dipegang oleh satu orang. Apabila tempat tersebut berupa lamari yag berukuran kurang dari 40 x
100 cm, maka harus dibuat pada tembok atau lantai.

G . ASISTEN APOTEKER

Asisten Apoteker yang dimuat dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1332/Menkes/SK/X/2002 adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Sedangkan Asisten Apoteker menunut Pasla 1 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


679/Menkes/SK/X/2003, tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker menyebutkan
bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang Berijazah Sekolah MenengaH Farmasi,
Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akaemi Analisis Farmasi, dan
Makanan Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.

a. Tempat Kerja Asisten Apoteker

Tenaga Kefarmasian bekerja paa sarana Kefarmasian yaitu tempat yang digunakan untk
melakukan pekerjaan kefarmasian antara lain Industri Farmasi termasuk Obat Tradisional dan
Kosmetika, Instalasi Farmasi, Apotek dan Toko Obat.

b. Hak dan Kewajiban Asisten Apoteker

Asisten Apoteker sebagai salah satu Tenaga Kefarmasian yang selalu bekerja dibawah
pengawasa seorang Apoteker yang
Hak yang dimiliki oleh Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehtan RI. No
1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan gaji dan tunjangan selama bekerja.

2. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh Apotek berdasarkan atas kesepakatan dengan


Pemilik Sarana Apotek (PSA).

3. Mendapatkan tunjangan Kesehatan.

4. Mendapatkan libur dan cuti tahunan.

5. Mendapatkan jaminan keselamatan pada waktu bekerja.

6. Memilih Apotek dan pindah ke Apotek lain sesuai dengan keinginan.

Sedangan kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.
1332/Menkes/X/2002 adalah sebagai berikut:

1. Melayani resep Dokter sesuai dengan tanggung jawb dan standar profesinya yang dilandasi
pada kepentigan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep Dokter.

2. Memberi Informasi:

a. Yang berksitsn dengan penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien.

b. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasioanl atas permintaaan masyarakat.

Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara penyimpananya
disesuaikan dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana, dan hati-hati. Informasi yang diberikan
kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penympanan obat,
jangka waktu pengobatan, makanan/minuman/ aktifitas yang hendaknya dihindari selama terapi
dan informasi lain yang diperlukan.

1. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data kesehatan pribadi
pasien.

2. Melakuakn pengelolaan Apotek meliputi:

a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan


penyerahan obat dan bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan Farmasi lainya.


c. Pelayanan Informasi mengenai Sediaan Farmasi.
BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A.PENGERTIAN

Yang dimaksud kegiatan PKL disini adalag suatu kegiatan praktek langsung ke lapangan
yang dilakukan di suatu tempat atau Instalasi terkait sesuai bidangnya yang bertujuan untuk
menambah keterampilan dan Ilmu Pengetahuan dan mengetahui secara mendalam aktifitas
secara langsung dari pada Instalasi / tempat kerja tersebut.

B. AKTIVITAS DI APOTEK

Selama di Apotek Fanisa Pariaman banyak sekali kegiatan-kegian yang kami lakukan serta ilmu-
ilmu pengetahuan baru yang kami peroleh. Selain mengetahui tugas seorang Asisten Apoteker di
Apotek serta kewajiban dan larangan-laranganya, kami juga mendaat pengetahuan baru
mengenai seluk beluk Apotek yang lebih jelas dan teperinci.

Kegiatan yang kami lakukan selama PKL antara lain :

· Melakukan Pelayanan Resep

a. Pelayanan dengan Resep Dokter

Ialah resep yang masuk diterima, untuk mencegah terjadinya kekeliruan di perjelas nama dan
alamatnya, kemudian di beri nomor, dilayani diperiksa kembali dan mengambilkan obat lalu
menyerahkanya kepada pasien degan memberi Informasi tentang cara oenggunaan dan
khasiatbobat tersebut.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep Dokter


Pelayanan obat yang yang dimaksud dalam golongan obat bebas dan obat bebas terbatas yang
disertai Informasi cara penggunaanya.

· Meracik Obat

Setiap ada resep yang menggunakan resep racikan, maka dilakukan peracikan obat tersebut. Obat
yang dracik jumlahnya harus benar, dilakukanya perhitungan bahan agar mengetahui jumlah obat
yang akan di racik dan apabila untuk anak-anak obat tersebut harus dicari dosisnya terlebih
dahulu.

· Menyusun Obat

Penyusunan obat disimpan berdasarkan tempat yang telah ditentukan. Dalam Apotek ini
peletakan obat disusun berdasarka alfabeth dan menggunakan sistem FIFO dan FEFO, yaitu
menyusun obat yang baru datang di letakan di belakang, sehingga obat sebelumnya berada di
bagian depan, hal itu dilakukan agar dapat menghindari obat kadaluarsa.

· Penerimaan Obat

Penerimaan barang harus dilakukan dengan mengecek sesuai barang yang datang dengan faktur
dan SP. Kesesuaian meliputi: nama baranf, jumlah barang satuan harga, diskon dan nama PBF
serta mengecek masa kadaluarsanya, Faktur di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh
temponya, lalu ditanda tangani dan di cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau Asisten
Apoteker (AA), yang mempunyai SIK.

Kemudian faktur yang sudah ditanda tangani tersebut di masukan dalam format pembeliaan.

Perlengkapan Apotek FANISA :

1. Pembuatan, pengelolaan dan peracikan obat seerti Mortir dan Stemper

2. Perlengkapan dan alat perbekalan Farmasi seperti: bototl, lemari atau penyimpanan obat,
dan lemari pendingin.

3. Wadah pengemasan atau pembungkus antara laian: Etiket, wadah penemas dan
pembungkus.

4. Alat Administrasi seperti: Kartu stok obat, salinan Resep, kwitansi, blanko faktur dan nota
penjuaan, buku pembeliaan, buku pengeluaran, dan pemasukan Apotek

5. Buku standar yang ada seperti : ISO MIMS

Bangunan Apotek FANISA terdiri dari beberapa ruangan, yaitu:


· Ruang tunggu.

· Tempat Penyerahan Obat.

· Ruang peracikan yang dilengkapi dengan lemari Obat.

· Ruang Praktek Dokter.

· Labor

· Ruang Praktek Dokter Gigi

· Mushola

· Toilet

· Tempat Pendaftaran Pasien Berobat

Apotek FANISA dilengkapi dengan Sarana dan Prasarana lain, seperti:

· Listrik.

· Tempat Parkir

· Air

· HP Apotek

· Televisi

· Wifi

· Lemari Es

· Komputer

· Majalah

· Mading
BAB IV

PEMBAHASAN,KESIMPULAN DAN SARAN

A.PEMBAHASAN

Menurut PP No. 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian, tugas seorang Asisten Apoteker
yaitu:

· Melayani obat atau meracik obat untuk pasien desuai dengan resep Dokter.

· Memberi Informasi tentang penggunaan obat secara tepat dan tentang khasiat obat kepala
pasien dengan jelas.

· Mengatur penyimpanan atau pemasukan obat dari PBF dan juga pengeluaran oleh bagian
peracikan.

· Memberi harga pada resep non BPJS yang baru masuk.

Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang pengertian Narkotika dan menurut UU No. 5 Tahun
1997 tentang pengertian Psikotropika yaitu:

Penyimpanan, Peyimpanan, Pelaporan, Pemusnahan Narkotika & Psikotropika

1. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika di Apotek dan Rumah Sakit harus memiliki
tempat khusus untuk menyimpan Narkotika dengan persyaratan sebagai berikut:

· Harus terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari kaca).

· Harus mempunyai kunci yang kuat.

· Dibagi dua bagian, masing-masing dengan kunci yang berlain.

2. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika

Pelaporan dibuat secara rutin setiap bulan oleh Pabrik, PBF, Apotek, dan Rumah Sakit yang di
kirimkan/ ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota/Madya/Kabupaten/Dati II dengan
tembusan kepada:

1. Kepala BPOM

2. Kepala Dinas Kesehatan

3. Arsip
Penyerahan Narkotika dan Psikotropika

1. Penyerahan Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh Apotek, Rumah Sakit,
Puskesmas, Balai Pengobatan dan Doter.

2. Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek
lainya, balai pengobatan, Dokte dan pasien.

3. Rumah sakit, Apotek, Puskesmas, dan Balai Pengobatan hanya dapat menyerahkan
Narkotika kepada pasien berdasarkan Resep Dokter. Penyerahan Narkotika oleh Dokter hanya
dapat di laksanakan dalam hal :

· Menjalankan praktek dan diberikan melalui suntikan.

· Menolong orang sakit dalam keadaa darurat elalui suntikan atau.

· Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada Apotek.

Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang di serahkan Dokter hanya dapat
di peroleh dari Apotek.

Penyerahan Narkotika dan Psikotropika di Apotek FANISA sudah memenuhi persyaratan


Peraturan Perundang-Undangan.

Peraturan Narkotika dan Psikotropika

1. Pengaturan Narkotika dan Psikotropika bertujuan untuk:

a. Menjamin ketersediaan Narkotika dan Psikotropika untuk kepentingan pelayanan


kesehatan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan.

b. Mencegah terjadiya penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika

2. Narkotika dan Psikotropika hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan


kesehatan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan.

3. Narkotika dan Psikotropika golongan 1 hanya dapa dipergunaan untuk kepentingan


pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang di gunakan untuk kepentingan lainya.

Pengaturan Narkotika dan Psikotropika di lakukan apabila:


1. Di Produksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi.

2. Kadaluarsa

3. Tidak memenuhi syarat untuk diguakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan Ilmu Pengetahuan.

4. Berkaitan dengan tindak pidana.

Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika dilaksanakan oleh rang atau BPOM yang bertanggung
jawab atas produksi dan peredaran Narkotika yang disaksikan oleh pejabat yang brwenag dan
membuat berita acara pemusnahan yang membuat antara lain:

1. Hari, tanggal, bulan dan tahun.

2. Nama Pemegang izin khusus (APA/Dokter).

3. Nama saksi ( 1 orang dari pemerintahan dan 1 orang dari badan/ Instansi yang
bersangkutan BPOM)

4. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan.

5. Cara pemusnahan dan tanda tangan penanggung jawab Apotek/ pemegang Izin khusus/
Dokter pemilih Narkotika dan saksi-saksi.

B.KESIMPULAN

Dari hasil Praktek Lapangan (PKL) Di Apotek FANISA selama kurang lebih satu bulan
dapat kami simpulkan :

Kegiatan yang belum kami lakukan selama PKL :

· Memberikan informasi tentang penggunaan obat secara tepat dan tentang khasiat pbat
kepada pasien dengan jelas

· Memberikan harga pada resep Non BPJS yang baru masuk

Dikarenakan kami belum sepenuhnya mengetahui tentang khasiat obat dan memberikan harga
pada rsesp yang baru masuk tersebut.

Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Apotek FANISA tujuan dan manfaat yang
kami dapatkan adalah:
· Kami dapat menggmbarkan nyata tentang melaksanakan salah satu peran, fungsi,
kopetensi Tenaga Teknis Kefarmasian yaitu di Apotek meliputi Identkasi Resep, merencanakan
dan melaksanakan peracikan obat yang tepat.

· Mendapatkan kesempatan dalam beradaptasi langsung pada iklim kerja Kefarmasian


sebenarnya khususnya di Apotek.

· Kami mendapatkan pengelaman kerja nyata langsung secara terpadu dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesehatan farmasi di Apotek.

· Menambah pengetahuan kami tentang pelayanan perbekalan Farmasi kepada masyarakat


secara langsung dan wawasan tentang nama jenis obat yang beredar di kalangan Masyarakat.

· Kami dapat membandingkan antara teori yang di dapat disekolah dengan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) yang sebenarnya di Apotek.

C.SARAN

Sebagai akhir dari penulisan ini maka kami ingin menyampaikan saran-saran yang di harapka
berguna untuk Apotek, sekolah dan Siswa-Siswi SMK Kesehatan Mandiri Lubuk Alung. Adapun
saran yang dapat kami berikan antara lain:

Saran untuk Apotek :

1. Apotek FANISA/ Klinik Pratama di harapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan agar
dapat menjadi Apotek yang Lebih Maju lagi, dan mempertahankan Amanah yang telah diberikan
yaitu sebagai Klinik Pratam di Kota Pariaman.

2. Semoga Kerja sama antara Apotek FANISA degan pihak SMK Kesehatan Mandiri Lubuk
Alung dapat terus di pertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya.

Saran untuk Sekolah :

1. Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PKL lebih
diperbanyak dan di perluas sehingga siswa dan siswi lebih mantap dalam melaksanakan PKL.

Saran untuk Siswa-Siswi yang Melaksanakan PKL :

1. Siswa/i yang hendak melaksanakan PKL kiranya bisa menguasai pelajaran Kefarmasian
khususnya Sinonim, mengetahi nama-nama obat Generik maupun Paten serta pengetahuan
mengenai cara pemakaian obat dan lain-lain.

2. Hendaknya Siswa/i PKL dapat lebih disiplin, menjaga sikap dan memiliki segala aturan
yang telah di tetapkan oleh instalasi yang menjadi Tempat PKL.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim 1980, Peraturan Pemerintahan No. 51 Tentang Pengelolaan Apotek.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata


Cara Pemberian Izin Apotek.

3. Anonim 2009, Peraturan Pmerintah No. 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian.

4. Anonim 2003, Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/Menkes/SK/V/2003. Tentang


peraturan registrasi dan izin kerja Asisten Apoteker.

5. Anonim 2009, Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009.

6. Anonim 1997, Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997.

7. Anonim 2002, Menurut Menteri Kesehatan Republi Indonesia, No.


1332/Menkes/SK/X/2002, Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran.

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Apotek FANISA.

Lampiran 2 : Tata Ruag Apotek FANISA.

Lampiran 3 : Alur Pelayanan Resep Apotek FANISA.

Lampiran 4 : Ruang Pemeriksaan

Lampiran 5 : Tempat Parkir

Lampiran 6 : Ruang Praktek Dokter

Lampiran 7 : Ruang Observasi

Lampiran 8 : Ruang Edukasi


Lampiran 9 : Ruang Dokter Gigi

Lampiran 10 : Ruang Tindakan

Lampiran 11 : Laboratorium

Lampiran 12 : Apotek

STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KLINIK FANISA

Dalam melaksanakan tugas dan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat Apotek


FANISA mempunyaibstruktur organisasi sebagai berikut:
KOMISIARIS

DIREKTUR

A.P.A

DIREKTUR

A.A

Anda mungkin juga menyukai