BAB I
PRNDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
salah satu jenis analisa spektrofometri dimana dasar pengukurannya adalah pengukuran
serapan suatu sinar oleh suatu atom, sinar yang tidak diserap, diteruskan dan diubah menjadi
sinyal listrik yang terukur. AAS pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada
tahun 1955. AAS merupakan suatu metode yang populer untuk analisa logam, karena
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada makin
meningkatnya pengetahuan serta kemampuan dari manusia. Betapa tidak setiap manusia lebih
dituntut dan diarahkan kearah ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Tidak
ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sosrotan
perkebangan IPTEK ini. Belakangan ini telah lahir IPTEK-IPTEK yang berpeluang
mempermudah dalam keperluan analisis kimia. Salah satu bentuk kemajuan IPTEK ini yang
biasa dikenal sekarang diantaranya alat serapan atom yang kemudian sangat mendukung
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang lalu.
penyerapan energi cahaya oleh suatu sistim kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang
radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada suatu gelomabng
akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari dengan benar, kadang-
kadang dapat terlihat tetes-tetes sample yang belum menguap keluar dari puncak nyala, dan
gas-gas nyala itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk sebagai akibat tekanan
rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi itu, lagi pula sistim optis itu tidak memerikasa
seluruh nayala melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu diatas titik
puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi
hanya dapat dilakukan dengan fotomeetri nyala. Untuk analisisi dengan garis spektrum
resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm,
metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala
lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode).
akan mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dalam fotometri nyala dapat berfarisasi
hasilnya. Dari segi biaya operasi, AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat
dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar beklakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektroskopi Serapan Atom (SSA)?
analis kimia?
3. Apakah sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada metode Spektroskopi Serapan
Atom (SSA)?
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah, juga bertujuan agar penulis maupun pembaca dapat mengetahui lebih
mendalam tentang bagaimana metode ataupun prinsip kerja dari Spektroskopi Serapan Atom
(SSA) itu sendiri, selain itu juga diharapkan agar kita dapat melihat sejauh mana efisiensi dari
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat
itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang mememfaatkan
prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di
tahun 1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau
metode analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian
(ASS). Metode ini sangat tepat untuk analisis Zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
eksitasi dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala,tetapi untuk unsure-unsur dengan energi
eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala Untuk analisis dengan garis
spectrum resonansi antara 400-800 nm,fotometri nyala sangat berguna sedangkan antara 200-
fotometri nyala lebih disukai dari ASS, karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik
AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri
biasa yang sepadan kualitasnya, karena kurang dituntut. Satu-satunya tuntutan adalah bahwa
monokromator itu melewatkan garis resonan yang dipilih, tanpa dibarengi garis-garis lain
dalam spektrum sumber cahaya yang timbul dari katode logam atau gas lambannya.
Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelaombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan
Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm.
Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik
suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom
konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3S, artinya tidak
memiliki kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energi 2,2 eV
ataupun ketingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang
gelombang sebesar 589nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini
yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang
dikenal dengan garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa
spektrum yang berasosiasi dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar
ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-
unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-
Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur
logam yang sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi, kemudian dengan metoda
Prinsip pengukuran dengan metode AAS adalah adanya absorpsi sinar UV atau Vis oleh
atom-atom logam dalam keadaan dasar yang terdapat dalam “bagian pembentuk atom”. Sinar
UV atau Vis yang diabsorpsi berasal dari emeisi cahaya logam yang terdapat pada sumber
Sinar yang berasal dari “HOLLOW CATHODE” diserap oleh atom-atom logam yang
terdapat dalam nyala api, sehingga konfigurasi atom tersebut menjadi keadaan tereksitasi.
Apabila electron kembali ke keadaan dasar “GROUND STATE” maka akan mengemisikan
cahayanya. Besarnya intensitas cahaya yang diemisikan sebanding dengan konsentrasi
2) Nyala Api, merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom
5) Readout, gambaran yang menunjukan pembacaan setelah diproses oleh alat elektronik
Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu sampel berdasarkan
A=εbC
Keterangan: – A = absorbansi
umumnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8.
Hukum Lambert Beer dapat diterapkan pada metode standar biasa dan metode standar adisi.
1. 2. Pada kurva kalibrasinya hanya ada 2.Pada kurva kalibrasinya selain ada slop
1. b. Prinsip Dasar
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian molekul menjadi
atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang berada dalam keadaan dasar ini
bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada
pada keadaan tereksitasi. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan
pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar
bergantung pada konfigurasi elektron dari atom sedangkan intensitasnya bergantung pada
jumlah atom dalam keadaan dasar, dengan demikian AAS dapat digunakan baik untuk analisa
Spektrofotometri serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada
proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state).
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar
Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas,
energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-
proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan
panas.
Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
Adanya absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu perpindahan
electron dalam atom, dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain.
Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang mengabsorpsi energi radiasi sehingga
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Emisi terjadi apabila ada elektron yang
berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah sehingga terjadi pelepasan energi dalam bentuk
radiasi.
Panjang gelombang dari radiasi yang menyebabkan eksitasi ke tingkat eksitasi tingkat-1
disebut panjang gelombang radiasi resonansi. Radiasi ini berasal dari unsur logam/metalloid.
Radiasi resonansi dari unsur X hanya dapat diabsorpsi oleh atom X, sebaliknya atom X tidak
dapat mengabsorpsi radiasi resonansi unsur Y. Tak ada satupun unsur dalam susunan berkala
karena frekuensi radiasi yang diserap adalah karakteristik untuk setiap unsur. Gangguan
hanya akan terjadi apabila panjang radiasi resonansi dari dua unsur yang sangat berdekatan
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ± 1700 ºC
atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara memasukan
cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan
untuk atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari
campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan
• Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu nyala 1900 – 2000
ºC), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC), Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC).
Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung
1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil. Dianjurkan
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
Contoh: Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber sehingga terbentuk
aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh campuran gas oksidan dan bahan bakar akan
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada batang karbon (CRA
– Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer) yang
mempunyai 2 elektroda.
Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga batang atau
tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan unsur yang dianalisa akan teratomisasi.
Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :
• Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau oksida
logam
• Pengatoman (atomization)
3. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb yang
mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan
dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-
atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).
3.Monokromator
4.Detektor
5.Rekorder
a. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow Cathode
Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda berongga biasanya
terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan gas pengisi
yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar
atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus listrik yang
terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan positif ini
menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-
atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke
tingkat dasar dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan burner (sistem
pembakar)
• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan
ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek dari
aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang
pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.
• Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan,
bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom di dalam nyala,
energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang
diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah mengalami absorpsi
tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas
pengisi lampu katoda berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan
1. f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai
atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa
digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada
AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi
lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur
logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang
kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada
gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu dilepas
dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di dalam
kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
1. g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada
tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan
gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila
terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang
keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada
bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka
tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan
minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang
dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
1. h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar
bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang
dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila
lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap
hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang
1. i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan
memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu
sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar
lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
1. j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner,
merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke
dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian
pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk
menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator
berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang
yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji
merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan
berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah,
maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan
proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang
dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang
juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa
alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah
buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat
• Spesifik
• Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
• Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum
• Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
• Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen)
Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat beberapa sumber
kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran yang dapat terjadi pada pengukuran
Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks sampel dan matriks standar
Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada penyumbatan pada jalannya
aliran sampel.
Untuk metode serapan atom telah diterapkan pada penetapan sekitar 60 unsur, dan teknik ini
merupakan alat utama dalam pengkajian yang meliputi logam runutan dalam lingkungan dan
dalam sampel biologis. Sering kali teknik ini juga berguna dalam kasus-kasus dimana logam
itu berada pada kadar yang cukup didalam sampel itu, tetapi hanya tersediasedia sedikit
Laporan pertama mengenai peranan biologis yang penting untuk nikel didasarkan pada
penetapan dengan serapan atom bahwa enzim urease, sekurang-kurangnya dari organisme
pada dua ion nikel per molekul protein. Sering kali tahap pertama dalam analisis sampel-
asam nitrat dan perklorat sering kali lebih disukai daripada pengabuan kering mengingat
susut karena menguap dari unsur-unsur runutan tertentu (pengabuan kering semata-mata
adalah pemasangan sampel dalam satu tanur untuk mengoksidasi bahan organik). Kemudian
serapan atom dilakukan terhadap larytan pengabuan basa atau terhadap larutan yang dibuat
Segi utama serapan atom tentu saja adalah kepekaan. Dalam satu segi, serapan atom
menyolok sekali bebasnya dari gangguan. Perangkat tingkat-tingkat energi elektronik untuk
sebuah atom adalah unit untuk unsur itu. Ini berarti bahwa tidak ada dua unsur yang
memperagakan garis-garis spektral yang eksak sama panjang gelombangnya. Sering kali
terdapat garis-garis untuk satu unsur yang sangat dekat pada beberapa garis unsur yang lain,
namun biasanya untuk menemukan suatu garis resonansi untuk suatu unsur tertentu, jika tak
Gangguan utama dalam serapan atom adalah efek matriks yang mempengaruhi proses
pengatoman. Baik jauhnya disosiasi menjadi atom-atom pada suatu temperatur tertentu
maupun laju proses bergantung sekali pada komposisi keseluruhan dari sampel. Misalnya jika
suatu larutan kalsium klorida dikabutkan dan dilarutkan partikel-partikel halus CaCl2 padat
akan berdisosiasi menghasilkan atom Ca dengan jauh lebih mudah daripada paertikel kalsium
fosfat, Ca3 (PO4)2.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dieksistensikan dengan makin banyaknya publikasi
penelitian dalam bidang spektroskopi serapan atom, tampak bahwa tekhnik spektroskopi
Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia dengan anion
atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak semua analit dapat
teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)
penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2) penambahan zat kimia lain yang dapat
melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang
ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent).
Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam ayau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala untuk larutan
sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis kualitatif tidak terlalu bermasalah,
tetapi sangat mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi).
Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi
jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk mengatasi masalah
ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang
lebih elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini
Absorpsi Latar Belakang (Back Ground) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi