Oleh:
DINA JUNIAWATI PUTRI
P07124222008
KATA PENGANTAR
2
Dengan memanjatkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif praktik asuhan kebidanan persalinan fisiologis. Tersusunnya
laporan komprehensif ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Awan Dramawan,SP.d.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Mataram.
2. Bapak Rusman Effendi,SSi.MSi Selaku Kepala di UPT Puskesmas Sesela
yang telah memberikan kesempatan untuk praktek di UPT Puskesmas Sesela.
3. Ibu Syajaratuddur Faiqah,SST.M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Mataram.
4. Ibu Jarsiah,S.Keb Selaku Pembimbing Lahan di UPT Puskesmas Sesela.
5. Ibu Ni Nengah Arini Murni,SST.,M.Kes Selaku Pembimbing Pendidikan
6. Dokter, Perawat dan Bidan di UPT Puskesmas Sesela yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama praktek.
7. Seluruh dosen dan staff jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram
yang telah membantu secara tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah
banyak membantu tersusunnyan laporan komprehensif ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan komprehensif ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan,
semoga laporan pendahuluan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................i
3
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
a) Latar Belakang............................................................................1
b) Tujuan..........................................................................................4
c) Manfaat........................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................6
a) Data Subjektif..............................................................................33
b) Data Objektif...............................................................................37
c) Analisa.........................................................................................43
d) Penatalaksanaan..........................................................................43
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................60
BAB IV PENUTUP...............................................................................68
a) Kesimpulan .................................................................................68
b) Saran............................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................70
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) 2019 Angka
Kematian Ibu Maternal Mortality Rate merupakan jumlah kematian ibu
akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang
dijadikan indikator derajat ksehatan perempuan. Angka Kematian Ibu
( AKI) merupakan salah satu target global Sustainble Development Goals
(SDGs) dalam menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2030.
Menurut WHO (2019) AKI didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa.
AKI di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
(ASEAN Secretariat,2020). Menurut Data Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di Indonesia meningkat dari 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2007 menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007-1012. AKI mengalami penurunan pada
tahun 2012-2015 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4.221 kasus
(Kemenkes, RI, 2019).
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas
dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah kasus kematian ibu
turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 4.912 pada tahun 2016 dan di tahun
2017 sebanyak 1.712 kasus. Penyebab kematian ibu pada tahun 2017 di
Indonesia disebabkan oleh perdarahan (30,37%) , Hipertensi dalam
kehamilan (32,97%), gangguan system peredaran darah (12,36%), infeksi
(4,34%), gangguan metabolism (0,87%) dan lain-lain (19,09%).
Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2015
terdapat 33.278 kasus kematian bayi. Pada tahun 2016 terjadi penurunan
AKB menjadi 33.007 kasus kematian bayi dan pada tahun 2017 terjadi
penurunan kembali menjadi 10.294 kasus kematian bayi. Penyebab
kematian bayi di Indonesia pada tahun 2019 disebabkan oleh diare
(12,1%), pneumonia (15,9%),malaria(1,3%), tetanus (0,3%) dan sisanya
tidak diketahuipenyebabnya (67,3%) (Kmenkes RI,2019)
6
Berdasarkan laporan dari kabupaten /kota jumlah kasus kematian
ibu di Provinsi NTB selama tahun 2019 adalah 97 kasus, menurun
dibandingkan tahun 2018. Dari 97 kasus kematian ibu pada tahun 2019 di
NTB, 39 kasus disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan, 22 kasus oleh
karena perdarahan, 0 kasus disebabkan karena infeksi, 12 kasus karena
gangguan metabolic ( Diabetes Melitus dll) dan 18 kasus oleh karena
penyebab lain-lain(Kemenkes,RI,2019).
Di NTB, Angka Kematian Bayi (usia 29 hari-11 bulan) mencapai
176 kasus. 70 kasus disebabkan karena pneumonia , 13 kasus karena diare,
0 kasus karena tetanus,1 kasus karena kelainan saraf, 0 kasus karena
kelainan saluran cerna, dan 92 karena lain-lain. Angka kematian Neonatal
(AKN) mencapai 674 kasus, 264 kasus disebabkan oleh BBLR,204
disebabkan oleh Asfiksia, 31 kasus disebabkan oleh sepsis, 1 kasus
disebabkan oleh tetanus neonatorum, 76 kasus disebabkan oleh kelainan
bawaan, dan 98 kasus oleh lain-lain. Sedangkan AKABA (Angka
Kematian Balita) mencapai 42 kasus, 12 kasus karena pneumonia, 2 kasus
karena diare, 3 kasus karena demam, dan 25 kasus karena lain-lain. (Profil
Kesehatan NTB tahun 2019).
Melihat kenyataan tersebut, maka pelayanan antenatal harus
dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya
masalah / penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini. Dan
dalam upaya menurunkan AKI dan AKB diperlukan pemantauan dengan
menggunakan indicator cakupan K1 dan K4 serta upaya mendorong agar
setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan. (Kemenkes RI, 2016). Di Provinsi NTB
pada tahun 2018, cakupan pelayanan antenatal pertama (K1) sebanyak
102,93 % dan pelayanan antenatal lengkap (K4) sebanyak 94,31%. (Profil
Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2018).
Di Provinsi NTB pada tahun 2017-2021 diatas 100 persen. Periode
tahun 2017-2021 cakupan pelayanan K4 >95 persen menjadi 93,57 persen
tahun 2021. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2021 sebesar
7
96,66 persen, angka tersebut dapat diartikan bahwa kurang dari 5 persen
(3,4%) ibu hamil persalinanya ditolong oleh tenaga kseahatan (seperti
dukun beranak). Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun
2021meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan persalinan
tahun 2020 sebesar 93,57 persen meningkat 3,09 persen menjadi 96,66
persen pada tahun 2021. (Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2021).
Sedangkan AKI untuk provinsi NTB berdasarkan kabupaten / kota,
jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB selama tahun 2021 adalah 144
kasus, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2020 dengan jumlah
kematian ibu 122 kasus. Kematian ibu terbanyak pada tahun 2021 terjadi
pada ibu nifas sebesar 55,55 persen, selanjutnya pada ibu hamil sebsar
31,25 persen dan ibu bersalin sebesar13,19 persen. Penyebab kematian ibu
terbanyak karena perdarahan sebanyak 27 kasus, 26 kasus karena
hipertensi dalam kehamilan, 20 kasus karena covid 19,9 kasus masing-
masing karena abortus dan gangguan system peredaran darah (jantung,
stroke, dll), dan sisanya oleh penyebab lain. ( Profil Kesehatan Probinsi
NTB,2021)
Upaya – upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan higga
kelahiran, masa nifas dan masa pertumbuhan bayi dan anknya antara lain
melalui peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar sehingga dapat
menekan AKI dan AKB. Hasil pencapaian upaya kesehatan ibu hamil dan
bersalin dapat dinilai dengan menggunakan indikator K1 Dan K4 serta
upaya agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan juga upaya
pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar yaitu pelayanan neonatal saat
lahir dan pelayanan kesehatan saat kunjungan neonatal sebanyak 3 kali
(Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil PWS KIA UPT Puskesmas Sesela, pada tahun
2022 bulan Agustus, jumlah sasaran ibu hamil 594 orang. Dengan
cakupan persentase ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama
8
(K1) sebanyak 66,64 % dan pelayanan antenatal lengkap (K4) sebanyak
%, deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat 60% ,pelayanan
komplikasi maternal ditemukan 60% ,pelayanan komplikasi tertangani 60
% ,linakes 60%, lin.non nakes 0% ,lin faskes 56,64% ,KF 63,32% ,bumil
anemia 19,8% bumil KEK 19,8% . (PWS KIA UPT Puskesmas Sesela
tahun 2022).
Mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak di
Indonesia khususnya di NTB, untuk itu harus dicetak tenaga yang terampil
dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif. Pemerintah dan
masyarakat telah melaksanakan berbagai upaya untuk memberi pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan bersalin, sehingga melahirkan bayi yang
sehat. Serta upaya untuk mendekatkan dan memudahkan akses ke fasilitas
kesehatan, meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan
berkesinambungan terutama tentang kesehatan reproduksi serta sosialisasi
yang lebih intens adalah beberapa upaya yang diharapkan dapat menekan
kasus kematian pada bayi.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif
dengan pendekatan Manajemen Kebidanan pada kasus Ny “F”.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dengan benar
pada Ny. “F”.
2. Mampu melakukan pemeriksaan yang tepat untuk data obyektif
pada Ny “F’’.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial serta
mengantisipasi penanganan pada Ny. “F”.
4. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. “F”.
C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
9
Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan komprehensif sehingga nantinya pada
saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan
dampak menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
b. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat
umumnya mengenai persalalinan dan bayi baru lahir agar dapat
mengenali tanda-tanda bahaya dan melakukan deteksi dini.
c. Bagi Lahan Praktik
Menjadi acuan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan komprehensif
dengan tetap mencerminkan citra bidan yang profesional.
d. Bagi Pendidikan
Diharapkan dengan penulisan ini dapat memberikan masukan bagi
institusi pendidikan dan institusi pelayanan kesehatan tentang kendala
dan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat,
khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
A. Konsep Dasar Persalinan
1) Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah & Hidayat 2008). Persalinan adalah suatu proses
terjadinya pemgeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani,2009). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan(37-42
minggu ), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Yulianti & Sam, 2019).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusui
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, serta berlangsung dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Kekuatan Ibu Sendiri) (Legawati,2018).
2) Etiologi
Perlu diketahui bahwa selama persalinan, dalam tubuh wanita
terdapat dua hormone yang dominan. Estrogen, berfungsi untuk
meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis. Progesterone, berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot
rahim, menghambat rangsang dari luar seperti rangsang oksitosin,
prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot
polos relaksasi. (Ary Sulistyawati, 2010).
Estrogen dan progesterone harus dalam posisi yang seimbang,
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan
antara estrogen dan progesterone memicu oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan kontraksi yang disebut
dengan Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi
11
kekuatan yang dominan saat mulainya proses persalinan
sesungguhnya, oleh karena itu makin matang usia kehamilan maka
frekuensi kontraksi ini akan semakin sering. (Ary Sulistyawati, 2010).
Adapun teori-teori penyebab persalinan adalah sebagai berikut
(Rohani,dkk.2010) :
1) Teori Penurunan Hormon
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi
penurunan kadar estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesterone
turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan
menimbulkan his.
2) Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya
kadar estrogen dan progesterone yang mengakibatkan tegangnya
pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
3) Teori Distensi Rahim
Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang
karena isinya, demikian pula dengan Rahim. Sehingga dengan
bertambahnya usia kehamilan maka otot- otot rahim semakin
meregang. Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan
otot-otot Rahim sehingga menganggu sirkulasi uterus plasenter
kem udian timbullah kontraksi.
4) Teori Iritasi Mekanis
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya
oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus.
5) Teori Oksitosin
12
Oksitosin keluar oleh kelenjar hipofisis posterior, terjadilah
keseimbangan estrogen dan progesterone yang dapat mengubah
sensitive otot Rahim sehingga terjadi his palsu / Braxton Hicks,
semakin tua usia kehamilan maka menyebabkan konsentrasi
progesterone menurun hal ini menyebabkan oksitosin meningkat
sehingga terjadilah persalinan. Menjelang persalinan terjadi
peningkatan reseptor oksitosin dalam otot Rahim sehingga mudah
terangsang saat disuntikan oksitosin dan menimbulkan kontraksi,
diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan pembentukan
prostaglandin dan persalinan dapat berlanmgsung ( Mutmainnah et
al.,2017).
6) Teori Prostaglandin
Saat usia kehamilan masuk 16 minggu desidua yang terdapat pada
plasenta mengeluarkan prostaglandin yang dapat mengakibatkan
kontraksi otot Rahim sehingga hasil dapat dikeluarkan , akibatnya
prostaglandin dianggap pemicu terjadinya persalinan.
Prostaglandin yang dihasilkan ole decidua menjadi salah satu sebab
pemulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah
perifer ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan
(Mutmainnah et al., 2017).
3) Fisiologi Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang
komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah
banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain
penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron
merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar
hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar
prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium.
Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter
13
sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale
dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus
berkontraksi . (Rohani,dkk.2010) :
4) Tahap – Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1) Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus
dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiakan kelahiran
dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat,
serviks mulai menipis dan membuka. (Asuhan persalinan normal,
2012).
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya
serviks disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan
gejala kala I :
a) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
b) Penipisan dan pembukaan serviks
c) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur
darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
a) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servik secara
bertahap,pembukaan servik kurang dari 4 cm,biasanya
berlangsung hingga 8 jam.
14
Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya:
(Sarwono Prawirohardjo. Buku acuan nasional pelayanan
maternal dan neonatal.2008) maka:
(1) Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam
seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat
kehamilan; riwayat medik; riwayat social; terakhir kali
makan dan minum; masalah yang pernah ada.
(2) Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;
kandung kemih.
(3) Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;
penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut
jantung janin.
(4) Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban
penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah
teraba.
(5) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain;
darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
(6) Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan
dukungan.
b) Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih), serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm, biasanya kecepatan 1
cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm) dan
15
terjadi penurunan bagian terbawah janin. berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase
(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 Jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dengan
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan :
Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
(2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini
setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
(1) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap
pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan
dalam).
(2) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam),
pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4
jam)
16
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh
(setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2
sampai 4 jam), makan dan minum.
2) Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Wanita merasa hendak
buang air besar karena tekanan pada rektum. Perinium menonjol dan
menjadi besar karena anus membuka. Labia menjadi membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1
jam. (Prawirohardjo, 2014).
Tanda dan gejala kala II :
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b) Perineum terlihat menonjol.
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
d) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
e) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3) Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Prawirohardjo, 2014).:
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro, 2008). Dimulai
segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya placenta ( 30
menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sepusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
17
menit setelah bayi lahir. Permulaan proses pemisahan diri dari dinding
uterus atau pelepasan plasenta :
a) Menurut Duncan.
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan
adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai
terlepas.
b) Menurut Schultze
Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (central) dengan tanda
adanya pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
c) Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek
pada saat plasenta terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus
sampai uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,
seluruh dinding uterus akan berkontraksi menekan pembuluh darah
yang akhirnya akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta
tersebut.
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta)
membantumenghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Tanda – tanda pelepasan plasenta :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah tiba – tiba
Manejemen aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis,
serta mencegah terjadinya retensio plasenta. Tiga langkah manajemen
aktif kala III :
a) Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah bayi
lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
b) Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
18
c) Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
4) Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo
60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval
pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus
terjadi penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his
dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran
oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior (Rohani,dkk.2010).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi
fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 jam pertama pascapersalinan : Pantau tekanan darah,
nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap
15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam
kedua kala IV. Jika ada temua yang tidak normal, lakukan observasi
dan penilaian secara lebih sering.
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida:
Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan kala
12-14 jam 8-10 jam
IV yang bersifat observasi
Sumber : (Prawirohardjo, 2014)
5) Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1) Power : His dan tenaga mengejan.
2) Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
3) Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
4) Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam
menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses
persalinan.
19
5) Provider (penolonng) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga
terlatih dalam bidang kesehatan. (Prawirohardjo, 2014)
6) Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan
mengandalkan posisi, bentuk panggul, serta presentasi jalan lahir.
Bagian terendah janin akan menyesuaikan diri terhadap panggul ibu
pada saat turun melalui jalan lahir. Kepala akan melewati rongga
panggul dengan ukuran yang menyesuaikan dengan ukuran panggul
(Prawirohardjo, 2014).
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai
berikut:
20
Turunnya kepala kedalam panggul disebabkan oleh hal- hal
sebagai berikut:
a) Tekanan air ketuban
b) Tekanan langsung fundus uteri pada bokong
c) Kekuatan mengejan
d) Melurusnya badan fetus.
3) Fleksi Kepala
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.
Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat kearah dada janin
sehingga ubun- ubun kecil lebih rendah dari ibun- ubun besar.
Dengan adanya fleksi, diameter suboksipito frontalis (11 cm)
digantikan oleh diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm).
4) Putaran paksi dalam(internal rotation)\
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -
ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang
mempengaruhi ialah perubahan arah bidang PAP dan PBP,
bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan
lonjong.
5) Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor
yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah lengkungan panggul
sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu
defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput
sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka dan akhirnya
dagu.
6) Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan sumbu
badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
21
7) Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi
(C unningham, 2011)
22
d) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih
sering jika ibu ingin berkemih.
e) Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan
ketrampilan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang
baik melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi
Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
sesuai partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2012).
2. Kala II
a) Berikan terus dukungan pada ibu
b) Menjaga kebersihan ibu
c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
d) Mengatur posisi ibu
e) Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk
berkemih
f) Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
g) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk
mengambil nafas diantara kontraksi
h) Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
i) Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak 5-6 cm di
introitus vagina
j) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu
cepat
k) Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
l) Lahirkan kepala
m) Periksa adanya lilitan tali pusat
n) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan
sendirinya
23
o) Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
p) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk
melahirkan bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu
posterior.
q) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian
dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai
seluruhnya lahir.
r) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai
pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama
s) Lakukan pemotongan tali pusat
t) Pastikan bayi tetap hangat
3. Kala III
a) Pastikan tidak ada bayi yang kedua
b) Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera
setelah bayi lahir.
c) Pastikan bayi tetap hangat, kemudian lakukan IMD
d) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan
menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah
dorsokranial mencengkram uterus.
e) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan
menarik tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve
jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan
menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan
hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal
dalam jalan lahir.
f) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase
fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi
g) Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
h) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik,
vagina hingga perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika
diperlukan
24
4. Kala IV
a) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
b) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah
dehidrasi
c) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
d) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan
Kontraksi
Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 6 jam pertama.
B. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran walaupun sebagian
besar proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut
merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka
penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan berhasil apabila
selama ibu dan bayi yang dilahirkannya juga dalam kondisi yang
optimal (Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal,
2014).Neonatal adalah masa bayi selama 28 hari pertama setelah bayi
lahir (usia 0-28 hari) (Pusdiknakes, 2013).
b. Fisiologi
Saat bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti berfungsi,
bayi mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali dan sangat
cepat. Segera setelah pola pernafasan bergeser dari satu inspirasi
episodic dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan teratur.
Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir yang
menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu melalui
jalan lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan karbondioksida
25
merangsang kemoreseptor pada sinus karotis (stimulasi kimiawi) dan
rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan
gerakan pernafasan (stimulasi sensorik).
Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta
terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan
jantung menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan
jantung kiri meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran darah
keparu-paru meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel kiri
meningkat. Hal tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak berfungsi
dan foramen ovale menutup. Dalam 24 jam pertama neonatus akan
mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kehitam-hitaman. Ini
dinamakan mekonium. Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus
dipengaruhi oleh pemberian makanan atau minuman. Enzim pada
saluran pencernaan biasanya sudah ada pada neonatus kecuali enzim
amilase.Enzim hepar pada neonatus belum aktif betul misalnya enzim
G6PD yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga
metabolisme perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam pertama,
energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua
energi berasal dari pembakaran lemak.
Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan
mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran
cadangan lemak cokelat yang memberikan energi lebih banyak dari
pada lemak biasa. Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi,
hal ini terlihat dari adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-
kadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai darah
haid.
Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat setelah
5 hari kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya berfungsi
karena jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang dewasa dan
26
tidak seimbangnya antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat dan memiliki berat badan
yang sesuai berat badan rata-rata bayi pada usia gestasinya dapat
diperkirakan mengalami peningkatan berat badan sebesar satu ons
perhari dalam 3 bulan pertamanya. Bayi yang disusui dapat meningkat
berat badannya sedikit kurang dari satu ons perhari. Selama 3-5 hari
atau minggu pertama kehidupan, bayi baru lahir kehilangan 5-10%
berat badan lahirnya, Berat harus dicapai kembali pada hari ke-10
kehidupan bayi (Varney, 2011).
c. Penilaian Klinik
Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur
reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks
untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan,
denyut jantung, sirkulasi dan refleks-refleks primitif seperti menghisap
dan mencari putting susu.
d. Penanganan bayi baru lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:
1) Membersihkan jalan napas
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam
keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus
27
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir
Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi
melalui pemeriksaan nilai APGAR.
Tabel Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan sistem nilai Apgar
Score
Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1) Apperence Biru/pucat Badan merah, Seluruh badan dan
(Penampilan) ekstremitas biru ekstremitas merah
2) Pulse Tidak ada Tidak teratur Teratur >100x/mnt
(Denyut jantung) <100x/mnt
3) Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
(Reaksi terhadap
Rangsangan)
4) Activity (Otot) Tidak ada Fleksi sedikit Aktifitas kuat
5) Respiration Tidak bernafas Lemah Teratur
(Pernafasan)
Sumber : Prawirahardjo,2014
Catatan :
NA 1 menit lebih atau sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bayi mengalami asfiksia sedang – ringan
NA 1 menit 1-3 asfiksia berat
f. Menilai refleks pada bayi
1) Refleks Babinski : Menggores permukaan plantar kaki dengan benda
runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari
lainnya meregang.
28
bila bayi menggenggam benda yang diletakkan
pada telapak tangan.
29
berupa darah terletak di bawah periosteum dan tidak melewati
sutura, tampak jelas dan lembek jika diraba).
c) Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat apakah
sutura melebar atau tumpang tindih. Fontanella yang terbuka
penuh menunjukkan adanya kenaikan tekanan intrakranial (TIK)
yang bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, edema otak,
atau hidrosefalus.
d) Periksa adanya massa di garis tengah yang keluar dari tulang
kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu pemeriksaan yang
lengkap.
e) Ubun-ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan terlalu
cembung disertai badan demam menandakan bayi terkena
infeksi.
2) Mata
Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak,
kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata, pergerakan kelopak
mata yang seimbang.
3) Telinga
a) Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga yang
lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti kemungkinan
adanya tanda dismorfik lainnya.
b) Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan mudah
terlipat ke belakang.
c) Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk
kurvatura yang jelas.
d) Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan tidak ada
kelainan pada kanalis auditoris eksterna.
4) Mulut
Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum dan
bibir (labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan gerakan
lidah, adanya massa abnormal di daerah mulut dan faring
30
membutuhkan perhatian segera terhadap kemungkinan terjadi
obstruksi jalan napas.
5) Leher
Apakah ada gumapalan atau pembengkakan pada leher, deteksi
adanya kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus, duktus
tiroglosus, higroma koli.
6) Dada
a) Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada dinding
dada.
b) Pernapasan
Napas yang bunyi (grunting) terjadi karena udara yang
dikeluarkan bayi mengenai glotis yang tertutup sebagian dan
merupakan petunjuk terjadinya proses-proses yang
menyebabkan kolaps atau atelektasis. Stridor terjadi karena
berbagai sebab obstruksi jalan nafas, akan tetapi pada bayi yang
pernapasannya sangat lemah mungkin tidak terdengar atau sulit
didiagnosis.
c) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernapasan terjadi
pada beberapa lesi diafragma atau ruangan intra pleura
unilateral. Retraksi supra renal bisa terjadi pada distres respirasi
berat.
d) Mendengarkan suara jantung bayi dengan menggunakan
stetoskop, irama dan keteraturannya untuk mendeteksi kelainan
bunyi jantung, normalnya 120 – 160 kali/menit.
e) Pernapasan normalnya 40-60 kali/menit.
7) Abdomen
a) Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut (membuncit yang
terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe, tumor,
asites). Pembesaran hati tampak dari pemebesaran 1-2 cm di
bawah batas kosta kanan. Sedang limpa biasanya tidak teraba.
31
b) Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen membentuk
skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam rongga toraks.
Usus yang tampak di permukaan usus memberikan adanya
obstruksi usus, khususnya bila terjadi emesis bilius (muntah
empedu) atau aspirat lambung.
c) Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali
pusat, bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat juga
perlu diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu meningkat
merupakan tanda infeksi tali pusat.
8) Alat kelamin
a) Perempuan, bila cukup bulan. Labia mayora lebih menonjol
dibandingkan labia minora dan umumnya menutupi labia
minora. Tonjolan mukosa vagina umumnya tejadi karena
pengaruh hormonal ibu terhadap janin. Pada bayi prematur,
labia minoranya lebih menonjol dan klitoris relatif mengalami
protusi ke dalam lipatan labia.
b) Laki-laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau
epispodia. Penis yang terlalu kecil menunjukkan
hipopituitarisme. Testis bayi laki-laki cukup umur biasanya
berada dalam kantong skrotum. Penurunan skrotum yang tidak
komplet dan testis pada kanalis inguinalis dapat diketahui
melalui palpasi.
c) Pastikan pula bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi wanita
tidak mengalami maskulinisasi, atau bayi yang memiliki alat
kelamin dua, jenis kelamin tidak dapat ditentukan sampai
dilakukan pemeriksaan yang lebih komplit lagi.
9) Punggung
Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus dipalpasi.
Harus dicatat keabnormalannya seperti: meningomielokel, skoliosis
dan defek kulit pada linea mediana. Deteksi pula adanya spina
bifida, pilonidal sinus atau dimple.
32
10) Ekstremitas
Inspeksi untuk memastikan apakah bentuk ekstremitas baik.
Beberapa abnormalitas struktur yang jelas atau pemendekan anggota
gerak dapat dievaluasi lebih lanjut dengan palpasi dan pemeriksaan
radigrafi. Abnormalitas jari-jari (pemendekan, lancip, sindaktili,
polidaktili), lipatan palmar, hipoplasi kuku merupakan petunjuk
penting adanya sindrom dismorfik.
11) Anus
Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa kita
tunggu sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24 jam (asuhan
sayang bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan obstruksi usus.
12) Kulit
a) Pada bayi prematur (usia kehamilan 23-28 minggu) dengan
sedikit lemak subkutan, kulit bayi akan transulen dan terlihat
vena-vena superfisial. Karena stratum korneum sangat tipis,
kulit bayi prematur mudah terluka oleh karena tindakan atau
manipulasi yang tampaknya tidak berbahaya sehingga
menyebabkan kerusakan stratum korneum dan permukaan kasar.
b) Saat usia kehamilan 35-36 minggu, bayi dilapisi verniks.
Lapisan verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan
biasanya menghilang pada postmatur.
c) Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut-kerut
tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi postmatur juga
terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit pada distal
ekstremitas.
d) Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak terdapat
pada punggung.
e) Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda lahir,
ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia (papula keputihan
1-2 mm, umumnya ditemukan pada wajah bayi) dan bercak
mongol(suatu daerah hiperpigementasi yang tidak menonjol
33
(datar), lebih banyak terjadi di seluruh pantat atau badan;
umumnya terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.
i. Perawatan Bayi Baru Lahir
Program dan Kebijakan Teknis, yaitu :
1) Kunjungan Neonatal I : 6- 48 jam setelah persalinan
2) Kunjungan Neonatal II : hari ke 3-7 setelah persalinan
3) Kunjungan Neonatal III : hari ke 8-28 setelah persalinan
(BUKU KIA, 2018)
j. Pencegahan Infeksi pada Mata
Bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis mata terhadap infeksi
yang disebabkan oleh Gonore atau Clamidia. Pelindung terbaik terhadap
Gonore atau Clamidia ialah salep mata Eritromisin 0,5% yang menyebar
dari kontur mata dalam ke kontur mata luar (Varney, 2011).
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu
atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi
tersebut menggunakan salep mata Tetrasiklin 1%. Salep mata tersebut
harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran (Asuhan
Persalinan ,2012).
k. Profilaksis Perdarahan Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan
vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding bayi yang lebih
besar. Sementara itu pasokan vitamin K dari ASI rendah, sedangkan
pasokan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran belum dimulai.
Hal ini menyebabkan bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi
vitamin K sehingga beresiko tinggi untuk mengalami perdarahan
intracranial.
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuscular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan
bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami sebagian
bayi baru lahir (Asuhan Persalinan Normal, 2012).
34
l. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Centre for Desease Control merekomendasikan agar semua bayi baru
lahir mendapatkan rangkaian imunisasi untuk Hepatitis B segera setelah
lahir. Sebagai alasannya adalah tindakan ini memberikan perlindungan
bagi bayi baru lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B
yang tidak terdiagnosis pada saat kelahiran, dengan pemajanan
selanjutnya pada bayi baru lahir. Vaksin tersebut efektif untuk mencegah
penularan perinatal bayi baru lahir.
Bayi-bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
mendapatkan imunisasi Hepatitis B dan 0,5 ml Hepatitis B Immuno
Globulin (HBIG) dalam 12 jam setelah lahir. Dosis kedua dianjurkan
pada usia 1-2 bulan. Dosis terakhir dalam rangkaian vaksinasi tidak boleh
diberikan sebelum usia 6 bulan. Bayi-bayi ini harus di uji untuk HbsAg
dan anti-HBs pada usia 9-15 bulan.
Bayi yang lahir dari ibu dengan status HbsAg tidak diketahui harus
menerima dosis pertama rangkaian Hepatitis B dalam 12 jam setelah
lahir.
m. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini merupakan proses membiarkan bayi mencari
dan minum ASI sendiri segera setelah lahir. Di luar negeri sudah
menyadari hal ini sejak 1987 namun di Idonesia baru menyadari pada
tahun 2006. Proses Inisiasi Menyusui Dini merupakan prosesalami yang
seharusnya dilakukan setelah seorang ibu melahirkan bayinya. Ada
beberapa hal yang akan terjadi selama proses ini adalah:
1) Sesaat setelah ari-ari dipotong, bayi langsung diletakkan didada ibu
tanpa membersihkan bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Suhu
badan ibu yang baru melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si
bayi kedinginan, otomatis suhu badan ibu menjadi 2 derajat dan jika si
bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Setelah
diletakkan didada ibu, biasanya bayi akan diam selama 20-30 menit,
35
hal ini terjadi karena bayi sedang menetralisir keadaannya setelah
terauma melahirkan. (Asuhan persalinan normal, 2012).
2) Bayi merasa lebih tenang, otomatis kaki bayi mulai bergerak-gerak
seperti hendak merangkak. Gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa
makna karena kaki bayi pasti akan menginjak-menginjak perut ibunya
diatas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan perdarahan
ibu. Lama dari proses ini tergantung dari bayi
3) Bayi mencium tangannya
Bau tangan bayi sama dengan bau air ketuban dan wilayah sekitar
putting ibu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau
tangannya membantu mengarahkan kemana dia akan bergerak. Ketika
sudah mendekati puting ibu, bayi akaan menjilat-jilat dada ibu.
4) Bayi meremas-remas putting susu ibu. Ini untuk merangsang ASI
segera berproduksi dan bisa keluar.
5) Mulailah bayi menyusu.
n. Wewenang Bidan
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam UU NO 4 tahun 2019 Pasal 46 ayat (1)
huruf b, Bidan berwenang :
a) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir , balita dan anak
prasekolah
b) Memberikan imunisasi sesuai program pemerintah pusat
c) Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi , balita, dan
anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit , gangguan tumbuh
kembang, dan rujukan
d) Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjtkan dengan rujukan
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.
2.
3.
A. Persalinan
Hari/Tanggal : Senin, 10 Oktober 2022
Waktu : 14.00 wita
Tempat : Ruang Bersalin UPT Puskesmas Sesela
Kala I
A. Data Subjektif
1) Identitas
Identitas Istri Suami
2) Anamnesa
a. Keluhan Utama
37
Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah dan mengatakan ingin
melahirkan.
Ini
e. Riwayat Kontrasepsi
a) KB yang digunakan sebelumnya : Beum Pernah
b) Keluhan selama menggunakan KB : tidak ada
c) Rencana KB : Suntik 3 bulan
f. Riwayat Kesehatan
38
a) Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan bahwa ia
tidak pernah menderita penyakit menular dan penyakit serius
lainnya.
b) Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan bahwa saat
ini ia tidak sedang menderita penyakit menular dan penyakit
serius lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan bahwa
dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular dan
penyakit serius lainnya.
g. Riwayat kehamilan sekarang
a) ANC di Posyandu, Polindes, dan Puskesmas sejak umur
kehamilan 2 bulan sebanyak 8 kali kunjungan.
b) HPHT: 08-01-2022
c) Gerakan janin dirasakan sejak hamil 4 bulan dan masih
dirasakan sejak 12 jam terakhir
d) Senam hamil : 1 kali
e) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi : penambah darah Fe
h. Pola kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
1) Porsi makan : ½ piring
2) Makan terakhir : Tgl 10 Oktober 2022 , pukul 09.00
WITA
3) Jenis : nasi, lauk dan sayur
4) Makanan pantang : tidak ada
5) Minum terakhir : Tgl 10 Oktober 2022 Pukul 11.00
WITA
6) Keluhan : Tidak ada
b) Eliminasi
1) BAK
Frekuensi : 3 kali Tgl 10 Oktober 2022 , pukul 09.00
wita
39
Keluhan : Tidak ada
2) BAB
Frekuensi : 1 kali Tgl 10 Oktober 2022 ,pukul 02.00
wita,
Keluhan : Tidak ada
c) Istirahat
1) Siang : ± 1 jam
2) Malam : ± 4 jam
3) Keluhan : ibu mengeluhkan nyeri perut bagian bawah
d) Aktivitas terakhir
Ibu mengatakan aktivitas terakhir adalah tidur malam.
e) Personal hygiene terakhir
Ibu mandi terakhir tanggal Tgl. 10 Oktober 2022, pukul 08.00
WITA
f) Pola seksual terakhir
Ibu mengatakan melakukan hubungan beberapa hari yang lalu .
i. Data psikososial spiritual
a) Kesiapan ibu dan keluarga menghadapi persalinan :Ibu
mengatakan ia dan keluarga sudah siap menghadapi persalinan.
b) Pengambilan keputusan oleh : suami
c) Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu dan
keluarga merasa senang dengan kehamilan ini.
d) Pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kehamilan: Ibu
mengtakan ia mendapat pengetahuan kehamilan dari petugas
kesehatan, tetangga, dan keluarga.
e) Ibu tinggal bersama suami dan anak anaknya .
B. Objektif
1) Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
40
b. Kesadaran : Composmentis
c. Emosi : Stabil
d. HTP : 11-10-2022
e. Tinggi badan : 150 cm
f. BB sebelum kehamilan : 50 Kg
g. BB sekarang : 61 Kg
h. LILA : 26 cm
i. Tanda – tanda vital
a) Tekanan darah : 114/73 mmHg
b) Denyut nadi : 80 x/menit
c) Suhu tubuh : 36,5 ° C
d) Pernafasan : 20 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Inspeksi : Wajah tidak pucat, tidak terdapat cloasma
gravidarum.
Palpasi : Tidak ada edema pada frontal, zigomatikum dan
mandibula.
b. Mata
Inspeksi : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus.
c. Mulut dan gigi
Inspeksi : Bibir lembab, lidah tidak pucat, tidak terdapat
caries gigi dan warna gusi tidak pucat.
d. Leher
Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.
e. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris, ada hiperpigmentasi areola,
putting susu menonjol dan tidak ada kemerahan atau lesi.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan/nyeri tekan dan terdapat
Pengeluaran kolostrum.
41
f. Ektremitas
a) Ekstremitas atas
Inspeksi: Simetris, tidak ada nyeri genggam, kuku tidak
pucat,telapak tangan tidak pucat.
Palpasi : Tidak ada edema.
b) Ekstremitas bawah
Inspeksi: Simetris, kuku tidak pucat,telapak kaki tidak pucat,
Tidak terdapat varices dikaki.
Palpasi: Tidak ada edema pada tibia.
Perkusi: Reflek patella (+/+)
3) Pemeriksaan Obstetri
a. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra dan
terdapat striae lividae.
Palpasi
42
TBBJ : (32-11) x 155 gram = 3255 gram.
His : 4 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik, intensitas
kuat .
b. Genetalia
Inspeksi :Tidak ada oedem vulva, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini dan skene, terdapat
pengeluaran lender bercampur darah.
Pemeriksaan dalam : (Tgl 27Desember 2019 ,pukul 05.30 WITA)
VT Ø 6 cm, eff 75 %, ketuban (+),teraba kepala, denominator
UUK kanan depan jelas, penurunan kepala di Hodge II+, tidak
teraba bagian kecil janin dan tali pusat.
4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium terakhir
a. Darah(Tgl. 20-09-2022)
Hb = 11,9 gr %
HIV = negatif
HbSAg = negatif
b. Urin (Tgl. 20-09-2022)
Protein Urin = negatif
Glukosa Urin = negatif
C. Analisa
1) DiagnosaKebidanan
G1P0A0H0, umur kehamilan 39-40 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterin, presentasi kepala keadaan umum ibu dan janin baik
dengan inpartu kala I fase aktif.
2) Masalah
Ketidaknyamanan karena nyeri pada perut dan pinggang.
3) Kebutuhan
a. KIE mengenai manajemen pengurangan rasa nyeri dalam
persalinan
b. KIE makan/minum.
43
D. Penatalaksanaan (Tanggal 10 Oktober 2022, Pukul 14.00 WITA)
1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu ibu dalam
keadaan proses persalinan (VT 6 cm, TD 110/70 mmHg), keadaan
ibu dan janin baik. Ibu mengetahui tentang keadaannya.
2) Melakukan informed consent kepada suami atau keluarga pasien.
Keluarga setuju atas tindakan yang diberikan kepada ibu.
3) Memberikan dukungan moril, memberikan informasi proses
persalinan, menghadirkan orang terdekat ibu yaitu suami pasien.
4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang tidak berlemak,
mudah dicerna dan sesuai dengan keinginan ibu saat his hilang. Ibu
makan roti, minum air putih dan pocari sweat.
5) Memberikan keleluasaan untuk ibu menjaga kebersihannya
(pencegahan infeksi) dan eliminasi (BAB / BAK).
6) Mengajarkan pada ibu cara mengurangi rasa sakit yang timbul yaitu
ibu bisa menarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan
menghembuskannya pelan-pelan lewat mulut dan melakukan
pemijatan pada bagian punggung ibu. Selain itu, ibu bisa memilih
posisi yang nyaman misalnya berbaring kiri. Ibu sebaiknya
menghindari tidur terlentang karena rahim akan menekan pembuluh
darah yang ada dipunggung ibu sehingga bisa menyebabkan janin
ibu kekurangan oksigen.
7) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti berjalan, berdiri, miring
kiri, dan jongkok. Namun, jika ketuban telah pecah maka ibu tidak
boleh berjalan-jalan lagi.
8) Menyiapkan lingkungan, alat dan bahan, persiapan ibu dan bayi
9) Menyiapkan lingkungan yaitu ruangan yang bersih, nyaman, dan
menjaga privasi ibu, pencahayaan yang dapat disesuaikan, tidak
44
bising, keluasan mobilisasi. Menyiapkan tempat sampah infeksius
dan noninfeksius, air DTT, larutan klorin 0,5%.
45
Lembar Observasi
Pukul 4x 40” Kuat + 140x/ 100/70 80 36,5 Lendir campur Ibu mengeluh VT θ 6 cm eff 75%
14.00 mnt darah sakit pinggang ketuban (+), warna
WITA menjalar ke jernih, preskep
perut bagian denominator UUK
bawah di depan↓ kep di H
II+, ttb bagiankecil
janin dan tali pusat.
46
Kala II
Tanggal : 10 Oktober 2022
Pukul : 14.30 WITA
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Sesela
A. Subjektif
1) Ibu mengatakan sudah tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya yang
makin sering dan bertambah kuat.
2) Ibu mengatakan ingin mengedan dan BAB.
B. Objektif
1) Keadaan umum ibu baik
2) Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36,8ºC
d. Respirasi : 20x/menit
3) Pengeluaran lendir campur darah, ada dorongan ingin meneran,
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
4) His 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik dan intensitasnya kuat
5) DJJ (+), irama 12-12-11, teratur,frekuensi 140 x/menit.
6) VT θ 10 cm, eff 100%, ketuban (-), warna jernih, presentasi kepala,
denominator UUK di depan, penurunan kepala di HIII+, tidak
teraba bagian kecil janin dan tali pusat
C. Analisa
1) Diagnosa Kebidanan : Kala II
2) Masalah :Ketidaknyamanan karena nyeri.
47
3) Kebutuhan : Menjelaskan mengenai cara mengedan
yang baik dan benar
48
d. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka tangan kanan yang dilapisi dengan kain dibawah
bokong ibu menahan perineum. Sedangkan tangan kiri
menahan belakang kepala bayi untuk mencegah defleksi yang
terlalu cepat serta membantu lahirnya kepala, kemudian
penolong menganjurkan ibu untuk meneran perlahan, bernafas
cepat, dan dangkal. Kemudian lahirlah berturut-turut UUB,
dahi, mata, hidung, mulut, dagu.
e. Kemudian penolong memeriksa apakah ada lilitan tali pusat
dan ternyata tidak ada lilitan.
f. Setelah itu penolong menunggu kepala bayi melakukan putar
paksi luar secara spontan, menurut arah punggungnya yaitu
punggung kanan, kemudian tangan penolong berada dalam
posisi biparietal. Penolong menganjurkan ibu untuk meneran
ketika kontraksi.
g. Kemudian penolong dengan lembut menggerakkan kepala
kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus dan kemudian penolong menggerakkan kepala bayi
keatas untuk melahirkan bahu belakang.
h. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk
menompang kepala dan bahu, gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
i. Setelah lengan lahir, penolong menelusuri tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Lalu memegang
kedua mata kaki dengan cara memasukan telunjuk diantara
kedua kaki dan memegang kedua kaki dengan melingkankan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain
agar bertemu dengan jari telunjuk.
49
j. Kemudian penolong melakukan penilaian sepintas: bayi
menangis spontan dan bernafas tanpa kesulitan dan bergerak
dengan aktif dan penilai APGAR SCORE 1 menit pertama
hasilnya 7. Lalu bayi diletakkan di atas perut ibu.
k. Kemudian bayi dikeringkan seluruh tubuhnya kecuali tangan
tanpa membersihkan verniks. Lalu handuk basah diganti
handuk yang kering, penolong membiarkan bayi diatas perut
ibu untuk kontak kulit ke kulit dan IMD.
l.
Tanggal 10 Oktober 2022 pukul 15.00 WITA
JUMLAH 7 9
50
Kala III
Tanggal : 10 Oktober 2022
Pukul : 15.00 WITA
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Sesela
A. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya masih mules
B. Objektif
1) Keadaan umum ibu baik
2) Plasenta belum lahir
3) Terlihat tali pusat di vulva
4) CUT (+) baik
5) TFU sepusat
6) Kandung kemih kosong
C. Analisa
1) Diagnosa Kebidanan : Kala III
2) Masalah :Ketidaknyaman karena nyeri.
3) Kebutuhan : Penjelasan mengenai ketidaknyamanan
yang dirasakan
D. Penatalaksanaan (Tanggal 10 Oktober 2022 pukul 15.05 WITA)
51
1) Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir, JK Laki-Laki, K/U ibu
dan bayi baik.
2) Memastikan tidak ada bayi kedua dengan meraba fundus uteri
3) Memberitahukan ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin 10 IU
untuk mempercepat pengeluaran plasenta dan mencegah
perdarahan. Kemudian menyuntikkan oksitosin 10 IU segera
setelah lahir di 1/3 paha kanan bagian luar. Mengkelm tali pusat 2-
3 cm dari umbilikus bayi dan kelm kedua 2 cm dari klem pertama.
Setelah itu potong tali pusat diantara kedua klem dengan tetap
melindungi perut bayi agar tidak terkena gunting. Selanjutnya
mengikat tali pusat dengan kuat.
4) Membiarkan bayi diatas perut ibu untuk kontak kulit. Bayi telah
melakukan kontak kulit dengan ibu.
5) Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memasangkan topi bayi.
6) Memindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
7) Meletakkan satu tangan pada tepi atas sympisis untuk mendeteksi
kontraksi, sedangkan tangan yang lain menegangkan tali pusat
8) Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara
meregangkan tali pusat dengan tangan kanan dan tangan kiri
menekan tepi atas simfisis untuk mengetahui pelepasan plasenta
9) Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu tali pusat
memanjang, terdapat semburan darah, perut ibu membundar.
Tangan kiri menekan uterus secara lembut kearah dorso kranial.
Plasenta dikeluarkan kearah bawah dan selanjutnya keatas sesuai
dengan kurve jalan lahir
10) Setelah plasenta lahir kedua tangan menerima plasenta kemudian
melakukan gerakan memutar searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban
11) Masase fundus uteri selama kurang lebih 15 detik dengan cara
tangan kiri berada diatas fundus dengan gerakan memutar
52
12) Memeriksa kelengkapan plasenta
13) Memeriksa robekan jalan lahir, ternyata ada robekan derajat 2
(mukosa vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum)
14) Mengobservasi keadaan umum ibu, kontraksi uterus dan
perdarahan
15) Setelah 1 jam IMD, memberikan bayi suntikan Vit K
(phytomenadione 1 mg/0,1 cc),salep mata (oxytetrasiklin 1 %), dan
melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
53
Kala IV
Tanggal : 10 Oktober 2022
Pukul : 15.05 WITA
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Sesela
A. Subjektif
Ibu mengatakan perutnya masih mulas dan merasa lelah.
B. Objektif
1) Keadaan umum ibu baik, kesadaran : composmentis
2) TD: 100/70 mmHg, N: 83x/menit, R: 22x/menit, S: 36,8ºC
3) Plasenta sudah lahir
4) CUT (+) baik,TFU 2 jari dibawah pusat
5) Kandung kemih kosong, laserasi derajat 2
6) Jumlah perdarahan kurang lebih 150 cc
C. Analisa
1) Diagnosa : Kala IV
2) Masalah : Ketidaknyamanan nyeri
3) Kebutuhan :
a. Informasi mengenai ketidaknyamanan yang dirasakan
54
b. KIE ibu untuk masase fundus (rahim)
D. Penatalaksanaan (Tanggal 10 Oktober 2022 pukul 15.05 WITA)
1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan
bayi baik. Ibu telah mengetahui keadaan ia dan bayinya.
2) Menjelaskan pada ibu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
akibat perutnya yang mulas adalah sesuatu yang normal, hal ini
disebabkan karena otot rahim ibu sedang berkontraksi dengan baik
untuk proses pemulihan ke keadaan sebelum hamil serta mencegah
terjadinya perdarahan.
3) Melakukan penjahitan luka perineum dengan teknik jelujur dan
terputus. Telah dilakukan penjahitan laserasi perineum.
4) Membersihkan ibu, melakukan vulva hygiene membersihkan badan
ibu, tempat bersalin dari bekas darah dan memasangkan ibu softek,
mengganti baju dan menggunakan kain bersih untuk memebrikan
kenyamanan pada ibu serta mengucapkan selamat atas kelahiran
bayinya.
5) Mengajarkan ibu cara masase yang baik yaitu dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler dengan menggunakan bagian-bagian
palmar jari ibu agar kontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan.
6) Melakukan pemantauan kala IV meliputi tanda-tanda vital (TD, N,
S, R), kontraksi uterus, kandung kemih, serta perdarahan setiap 15
menit pada 1 jam pertama, dan 30 menit pada 1 jam kedua.
7) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak, serta
istirahat yang cukup.
8) Memberikan ibu terapi paracetamol 500mg 3x1/hari, amoxicilin
500mg 3x1/hari, SF 200 mg 1x1/hari, Vit A 200.000 IU 1x1/hari.
9) Memberikan ibu penyuluhan :
a. Menganjurkan ibu mengenai nutrisi yang baik bagi ibu seperti
makanan yang terdapat karbohidrat, protein seperti telur dan
anjurkan ibu untuk istirahat cukup ketika bayi sedang tidur.
55
b. Menjelaskan pada ibu perlunya melakukan mobilisasi dini
setelah melahirkan dimulai dari miring kiri-kanan, bangun
tidur (duduk), turun dari tempat tidur (berdiri) dan berjalan,
bila ibu merasa tidak kuat maka istirahat.
c. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene agar tidak
terjadi infeksi dan penyembuhan luka jahitan cepat sembuh,
yaitu dengan cara tetap membersihkan kemaluan seperti biasa
dari depan ke belakang, mengganti pakaian dalam jika basah,
sering mengganti softex 3 kali/hari.
56
2. CUT (+) baik
3. TFU 2 jari dibawah pusat
4. Kandung kemih kosong
5. Perdarahan ± 20 cc
6. Ibu mengerti tentang semua penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukan semua anjuran-anjuran tersebut
Umur : 0 Hari
57
Umur 25 tahun 25 tahun
Alamat Sesela
2. Anamnesa
a. Riwayat Kehamilan
a) Hamil : ke 3
b) Frekuensi ANC : 9 kali
c) Imunisasi TT : TT5
d) Kenaikan BB Hamil : 11 Kg
e) Kejadian waktu hamil : Tidak ada
Riwayat Penyakit / Kehamilan
58
c) Merokok : suami tidak merokok
d) Lain-lain : tidak ada
Komplikasi Persalinan
b. Riwayat Persalinan
Lama Kala I : 30 Menit
Lama Kala II : 30 menit
Warna air ketuban : Jernih
Jenis persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
Tgl/Jam lahir : 10 Oktober 2022 , Pukul 15.00 WITA
Jenis Kelamin : Laki- Laki
BB/PB : 3100 gram / 49 cm
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 3200 gram
d. TTV : DJ = 140 x/menit, R = 44 x/menit, S =
36,6ºC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada kelainan seperti sindrom
down, tidak pucat, tidak sianosis.
b. Ubun-ubun : UUB dan UUK datar dan berdenyut
c. Hidung : Normal, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret.
d. Bibir : Normal (merah muda), tidak sianosis, tidak ada
labioskizis, tidak ada palatoskizis, palatum lunak, tidak ada
labiognatopalatoskizis.
59
e. Telinga : Lunak, tidak ada kelainan, letak kedua telinga sejajar
dengan kantung mata.
f. Leher : Tidak ada pembengkakan, dapat digerakkan ke kiri dan ke
kanan, tidak ada bendungan vena jugularis.
g. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, puting susu
normal (+/+), respirasi normal, bunyi jantung normal.
h. Tali pusat : Masih tampak segar, tidak ada perdarahan, tidak ada
nanah/pus
i. Punggung : Normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), spina
bifida akulta (-).
j. Genetalia : Jenis Laki-Laki,
k. Anus : Berlubang (+), atresia ani (-), atresia rekti (-), pengeluaran
mekonium (+).
l. Ekstremitas atas : simetris, gerakan normal, jumlah jari lengkap,
sianosis pada kuku (-), trauma lahir (-).
m. Ekstremitas bawah : simetris, gerakan normal, jumlah jari
lengkap, sianosis pada kuku (-), trauma lahir (-).
3. Refleks
a. Refleks moro : bayi kaget disertai lengan direntangkan dalam
posisi abduksi ekstensi dan tangan disertai gerakan lengan
adduksi dan fleksi
b. Refleks rooting : bayi menengok ke arah rangsangan dan
berusaha memasukkannya ke dalam mulut
c. Refleks walking : saat bayi diberdirikan, kaki bayi bergerak
seperti ingin berjalan.
d. Refleks grasping : terjadi fleksi pada jari-jari kaki dan tangan
e. Refleks sucking : bayi menghisap kuat
f. Refleks tonick neck : bayi dapat menggerakkan kepala ke kiri dan
kanan
4. Antropometri
a. Berat badan : 3100 gram
60
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 31 cm
d. Lingkar dada : 30 cm
e. Lingkar lengan : 10 cm
5. Eliminasi
a. Miksi : 1 kali (warna jernih, konsistensi cair, bau khas)
b. Defekasi : Sudah BAB
6. Pemeriksaan Penunjang (tidak dilakukan)
C. Analisa
1. Diagnosa : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 0 Hari
dengan keadaan umum baik.
2. Masalah : Tidak ada
3. Diagnosa Potensial : Tidak ada
D. Penatalaksanaan (Senin,10 Oktober 2022, Pukul 15.00 WITA)
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa secara
keseluruhan bayinya baik dan normal dengan DJ : 140 x/menit, Suhu :
36,6oC, R : 44 x/menit. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan dan memotivasi ibu tentang pentingnya ASI
eksklusif,yaitu memberikan bayi hanya ASI saja tanpa ada tambahan
makanan ataupun minuman selama 6 bulan. Ibu bersedia memberikan
ASI eksklusif.
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu, yaitu:
a. Cara menjaga kehangatan tubuh bayi
1) Menunda memandikan bayi minimal sampai 6 jam setelah bayi
lahir
2) Menyelimuti bayi dengan kain kering dan bersih, segera ganti
kain atau pakaian bayi jika basah.
61
3) Bayi jangan diletakkan di tempat yang dingin (seperti ruang
ber-AC, dekat jendela atau kipas angin) dan jangan di tempat
yang terlalu panas.
b. Melakukan pencegahan infeksi
1) Melakukan perawatan tali pusat : ibu harus menjaga tali pusat
bayi agar tetap bersih dan kering, jika tampak kotor dapat
dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku, lalu dikeringkan
dengan handuk kering. Tali pusat tidak perlu ditaburi ramuan-
ramuan/betadine dan tidak perlu dibungkus. Pada saat
memandikan bayi, tali pusat bayi dibersihkan dengan air dan
sabun, kemudian dibersihkan dengan air lagi, lalu dikeringkan
kembali.
2) Menjaga personal hygiene bayi dengan cara memandikan bayi
2 kali sehari, segera membersihkan kotorannya (jika
BAB/BAK), mengganti pakaian yang kotor dan basah.
3) Petugas kesehatan memberikan salep mata oxytetrasiklin 1%
dan injeksi vitamin K 1 (phytomenadione) 1 mg/0,1 cc di paha
kiri anterolateral bayi dan imunisasi HB-0 di paha kanan
anterolateral bayi setelah 1 jam pemberian vitamin K
(phytomendione 1 mg/0,1 cc).
c. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, berupa:
1) Bayi tidak mau menyusu, kesulitan saat pemberian ASI/sulit
menghisap/hisapan lemah.
2) Kesulitan bernapas/megap-megap
3) Bayi kejang, bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk
menyusu
4) Kulit/bibir berwarna biru (sianosis) atau seluruh tubuh bayi
berwarna kuning
5) Suhu tubuh bayi terlalu panas atau dingin
6) Tangisan merintih/perilaku abnormal
62
7) Muntah terus-menerus, pembesaran perut, kotoran berwarna
hijau/berdarah/berlendir
8) Mata bengkak/mengeluarkan cairan
Menganjurkan ibu untuk segera memeriksakan bayinya jika
mengalami salah satu tanda bahaya tersebut. Ibu mengerti, ibu
dapat mengulangi penjelasan yang disampaikan dan bersedia
melakukan apa yang dianjurkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Persalinan
Tanggal 10 Oktober 2022 Pukul 14.00 WITA ibu datang ke ruang
bersalin UPT Puskesmas Sesela Ibu hamil 9 bulan datang ke Puskesmas
Sesela bersama dengan suami pada tanggal 10 Oktober 2022, pukul 14.00
wita. Ibu mengeluhkan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah
sejak tanggal 10 Oktober 2022 Pukul 03.00 WITA, pengeluaran lendir
campur darah sejak tanggal 10 Oktober 2022 sejak pukul 12.00 WITA.
Riwayat keluar air tidak ada dan gerakan janin masih aktif dirasakan > 10
kali dalam 12 jam terakhir.
63
selama kehamilan yang sekarang maupun kehamilan yang lalu, pasien
tidak pernah mengalami penyulit dan trauma selama persalinan dan nifas
yang lalu, pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, asma
jantung, diabetes dan penyakit menular lainnya, pasien tidak memiliki
riwayat mengomsumsi obat-obatan selama hamil tanpa resep dari
bidan/dokter, pasien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi
berupa suntik 3 bulan mulai dari anak pertama sampai anak kedua, dan
pasien berhenti berKB karena ingin hamil, Pasien tidak pernah mengalami
penyakit yang serius dan tidak pernah dirawat dirumah rumah sakit
maupun di puskesmas, Selama hamil, nutrisi pasien terpenuhi dengan baik,
istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan rumah tangga,
melakukan hubungan seksual 2 minggu yang lalu.
64
dapatkan hasil tidak ditemukan kelainan pada vulva dan vagina, keadaan
portio lunak dan tipis, terdapat pembukaan 10 cm, ketuban sudah pecah
dengan warna air ketuban jernih, presentase kepala yaitu ubun-ubun
kecilsudah dibawah simpisis, penurunan hodge IV, tidak ada molase dan
penumbungan, serta kesan panggul normal.
Pada pemeriksaan abdomen, tampak adanya linea nigra dan striae alba
yang menandakan kehamilan lebih dari satu dan otot perut sudah kendor,
terdapatnya denyut jantung janin dan terabanya bagian-bagian janin pada
saat palpasi merupakan salah satu dari tanda tanda pasti kehamilan
(prawirohardjo, 2014 : 179).
65
Untuk menilai penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung
proporsi bagian terbawah janin yang masih berada diatas shympisis dan
dapat diukur dnegan lima jari tangan (per limaan), bagian diatas shympisi
adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul (PAP) dan sisanya
telah memasuki pintu atas panggul (PAP) (Widia, 2015 : 64). Didalam
kehamilan, janin dikatakan tunggal jika pembesara perut sesuai dengan
usia kehamilan.Saat palpasi teraba satu kepala dan satu punggung,
sedangkan auskultasi denyut jantung janin terdengar jelas, kuat dan teratur
pada kuadran kiri bawah perut ibu (Baety, 2012 : 10-11).
66
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan
gejala yang timbul pada kala I persalinan normal. Hal ini membuktikan
bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
67
kontraksi uterus yang kuat sehingga porsio membuka secara perlahan, his
yang lebih sering dan kuat (± 2-3 menit 1 kali) dan timbul rasa mengedan,
karena biasanya dalam hal ini bagian terbawah janin masuk ke dasar
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan,Adanya pengeluaran darah
bercampur lendir, di sebabkan oleh adanya robekan serviks yang
meregang, pecahnya kantung ketuban, karena kontraksi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang besar antara tekanan di
dalam uterus dan diluar uterus sehingga kantung ketuban tidak dapat
menahan tekanan isi uterus akhirnya kantung ketuban pecah, anus
membuka, karena bagian terbawah janin masuk kedasar panggul sehingga
menekan rectum dan rasa buang air besar, hal inimenyebabkan anus
membuka, vulva terbuka, perineum menonjol, karena bagian terbawah
janin yang sudah masuk PBP dan di tambah pula dengan adanya his serta
kekuatan mengedan menyebabkan vulva terbuka dan perineum menonjol,
karena perineum bersifat elastic, bagian terdepan anak kelihatan pada
vulva, karena labia membuka, perineum menonjol menyebabkan bagian
terbawah janin terlihat divulva, karena ada his dan tenaga mengedan
menyebabkan bagian terbawah janin dapat dilahirkan (Widia, 2015: 129-
130). Berdasarkan pegkajian yang di lakukakn pada Ny ”F” di kala II tidak
di temukan kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
68
juga kala uri. Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan
volume rongga uterus setelah kelahiran bayi.Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta.Oleh
karena tempat perlengektan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus (Ina Kuswanti, dkk 2014: 199). Berdasarkan
pegkajian yang di lakukakn pada Ny “F” di kala III tidak di temukan
kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
69
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm,
lingkar lengan atas 10 cm. Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan.
Satu jam setelah lahir bayi diberikan injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 paha
kiri bagian luar secara IM dan salep mata dan besok paginya di injeksikan
hepatitis B pada 1/3 paha kanan bagian luar secara IM. Tidak ditemukan
adanya kelainan serta masalah lainnya. Untuk itu perawatan yang
diberikan juga sama seperti perawatan bayi normal pada umumnya. Jadi
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V
PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada kasus
Ny. “F.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada kasus Ny.
“F”
3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada kasus Ny.
“F”
4. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan serta pelaksanaan asuhan
kebidanan pada kasus Ny. “F”
B. Saran
70
5.1.
5.2.
1. Untuk Institusi Pendidikan
Agar tetap membimbing dan membantu mahasiswa untuk
memahami dan menerapkan teori yang telah diberikan dari institusi
sehingga mampu memberikan asuhan yang sesuai dan mampu
menganalisa kesenjangan antara teori dengan praktik .
2. Untuk Institusi Pelayanan
Agar selalu memperhatikan ketersediaan obat-obatan setiap
harinya, untuk menghindari terjadinya masalah/komplikasi saat
melakukan asuhan/pelayanan terhadap pasien, sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi dengan baik. terus meningkatkan serta
mempertahankan pelayanan asuhan kebidanan yang telah diberikan
terkait masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat,
khususnya masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik.
3. Untuk Mahasiswa
Agar meningkatkan kemampuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan komprehensif dengan terus memperbaharui
pengetahuannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu
pelayanan.
4. Untuk Masyarak at
Agar tetap membina hubungan baik dengan tenaga kesehatan dan
fasilitas kesehatan yang ada, serta tetap pro-aktif terhadap tindakan
atau asuhan kebidanan yang diberikan dan diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang diberikan kepada ibu dan bayi, bila
71
perlu untuk lebih meningkatkan kualitas perawatan yang sesuai
dengan standar kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb
dan Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Asrinah. (2010).Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Graha Ilmu.
Legawati.(2018). ASUHAN PERSALINAN & BAYI BARU LAHIR. Wineka
Media.https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_PERSALINAN_
DAN_BAYI_BARU_LAHIR/BTGIDWaAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=persalinan&printsec=frontcover
Ayu Febri Wulandari. (2011). Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika
2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Asuhan Esensial Persalinan
Cunningham, FG. 2011. Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1. EGC: Jakarta
72
Depkes RI. 2015. PWS KIA 2015, Standar Pelayanan Antenatal. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Manuaba.2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. ... Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Prawiroharjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo
P.Sarwono,dkk. 2012. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. EGC: Jakarta.
Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo
Sulistyawati,Ari.2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin.Jakarta:
Salemba Medika
Rohani.dkk.2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, Ida BagusGede. dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawiroharjdo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo
PWS KIA Puskesmas Mataram Tahun 2022 .
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP-SP.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko
Waspodo. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
73
Tim Penyusun Profil Kesehatan. 2012. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat 2012. Mataram: Dinas Kesehatan NTB.
Varney, Helen. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4,Volume 2. Jakarta :
EGC.
Yulianti,N.T.,&Sam,K.Lestari N.(2019).ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR. Cendekia Publisher
74