Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada era globalisasi seperti sekarang ini tidak hanya ilmu pengetahuan, teknologi
dan kedokteran yang berkembang pesat namun pengetahuan masyrakat dan tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih profesional juga meningkat. Oleh
karena itu perawat dituntut dapat memberihkan asuhan keperawatan secara
professional. Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah bidang keperawatan dimana
keperawatan tersebut diberikan secara konprehensif dan berkesinambungan serta
memandang pasien dari berbagai aspek bio-psiko-sosial-spiritual dan diutamakan
sesuai kebutuhan pasien. Berdasarkan kondisi ideal tersebut penulis sebagai di RS.
St. Gabriel berusaha secara konprehensif dalam melayani pasien khususnya pada
pasien Selulitis yang paling banyak ditemui pada pasien anak dan usia lanjut.
Selulitis merupakan infeksi pada jaringan subkutan, tetapi pada orang- orang
dengan imunitas normal dan kebanyakan diderita olah anak- anak dan usia lanjut.
Selulitas memiliki tiga karateristik yaitu peradangan supuratif sampai di di jaringan
subkutis, mengenai pembuluh linfe dan permukaan, plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas. Sebagian kasus selulitas disebabkan oleh bakteri streptococcus dan
staphylococcus yang dari luka pada kulit, seperti luka operasi, luka gores. Bila terjadi
nekrosis jaringan maka perlu Tindakan bedah untuk mengangkat jaringan nekrotik
tersebut.
Selulitis diseluruh dunia tidak diketahui secara pasti jumlah keadiannya, pada
tahun 2006 sbuah studi melaporkan insidensi selulitas di Negara Bagian Utara
Amerika Serikat sebesar 24,6 kasus pertahun, data Rumah sakit di Inggris melapor
kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di Tungkai
menduduki peringkat pertama dengan 58.824 kasus pertahun. Di Indonesia sendiri
secara umum teratat lebih dari 150.000 kasus pertahun menurut IDI. Banyak
penelitiann yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki dan lokasi
tersering di ekstermitas bawah.
Berdasarkan data statistik yang penulis dapatkan data dari Rumah Sakit St.
GabrielKewapante jumlah pasien dengan diagnosa selulitas dari tahun 2018
sebanyak 62 kasus, tahun 2019 sebanyak 41 kasus dan tahun 2020 sebanyak 23 kasus
dan tahun 2021 sebanyak 6 kasus.
Mempertimbangkan hal tersebut maka penulis turut berperan aktif dalam
mempertimbangkan asuhan dengan keperawatan dengan proses keperawatan pada
pasien selulitis yang akan disusun dalam bentuk studi kasus berjudul ” Selulitis Post
Opp Sinistra “ di ruang Yosefa RS. St. Gabriel Kewapante.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis mengangkat rumusan masalah
pada Asuhan Keperawatan ini adalah:
a. Apa Pengertian dari penyakit Selulitis?
b. Apa Etiologi dari Selulitis?
c. Apa Manifestasi dari Selulitis?
d. Bagaimana Patofisiologi dari Selulitis?
e. Bagaimana pentalaksanaan dari Selulitis?
f. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Selulitis?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit Selulitis dan mampu
melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit Selulitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Agar penulis dapat mengetahui dan memahami tentang:
➢ Pengertian Selulitis
➢ Etiologi dari Selulitis
➢ Manifestasi dari Selulitis
➢ Patofisiologi dari Selulitis
➢ Penatalaksanaan dari Selulitis
➢ Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Selulitis

2
BAB II
TINJAUAN MASALAH

2.1 KONSEP DASAR MASALAH

2.1.1 Defenisi

Selulitis adalah infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawah kulit. Hal
ini terjadi ketika bakteri masuk lewat kulit yang luka dan menyebar sehingga
menyebabkan infeksi dan pembengkkaan. Penyebab selulitas adalah bakteri
Staphylococcus dan atau Streptococcus (Arif Mutagi, hal. 68 2011).

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,


biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada
jaringan kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam
(Herry, 1996).
Berdasrakan WHO selulitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi Streptococcal atau staphylococcal pada jaringan subkutan, yang
biasanya disebakan oleh luka minor yang terkontaminasi.
Selulitas merupakan infeksi pada kulit yang mempunyai karateristik
sebagai berikut :
➢ Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis,
➢ Mengenai pembuluh limfe permukaan,
➢ Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas.
Adapun beberapa gejalah selulitis antara lain sebagai berikut :
• Kulit kemerahan yang berpotensi menyebar,
• Pembengkakan,
• Nyeri,
• Demam,
• Muncul bitnik- bitnik merah,
• Kulit Melepuh, kulit bernana atau berair.

2.1.2 Klasifikasi

Selulitis dapat digolongkan menjadi tiga (Berini,et al. 1999) yaitu :

➢ Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau duaspasia
fasial, yang tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang
anatomi atau spasia yang terlibat.

3
➢ Selulitis Sikrumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen,
mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan
mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.
➢ Selulitis Difsus Akut
Selulitis difsus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone/Angina
Ludwig’s. Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai
spasia sublingual, submental dan submandibularbilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar
mulut.Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral
disebut Pseudophlegmon.

2.1.3 Anatomi Fisologi

A. Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena
posisinya yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2
dengan berat kira-kira 15% berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak
berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
2) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.

4
3) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin.
Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan
akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng
semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat
jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
5) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel
basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
6) Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan
antar sel.
7) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung
pigmen (melanosomes)
b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen
selular dan folikel rambut.
1) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
2) Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk
oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat
elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih
elastis.

5
c. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel
lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma
lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus
adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak
berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa
kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal
(sampai 3 cm).Vaskularisasi di kulit diatur oleh pleksus superfisialis
(terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di
subkutis).
B. Fisiologi kulit
a) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang
yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
• fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
• kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
• panas : radiasi, sengatan sinar UV
• infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
• Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
• Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
• Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum merupakan
perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur
• Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
b) Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya
bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan
jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus
sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
c) Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan
hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi

6
kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix
Caseosa.
d) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf
sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
• Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka rangsangan panas
• Badan Krause di dermis peka rangsangan dingin
• Badan Taktik Meissner di papila dermis peka rangsangan rabaan
• Badan Merkel Ranvier di epidermispeka rangsangan rabaan
• Badan Paccini di epidemis peka rangsangan tekanan
e) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga
mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf
simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi
terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na).
f) Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri
dari butiran pigmen (melanosomes).
g) Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan,
sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang
dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.
h) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal
tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
2.1.4 Etiologi

Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur,


namun ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
a. Infeksi bakteri dan jamur
• Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
• Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup
B

7
• Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang
diakibatkan jamur termasuk jarang.
• S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain
• Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
• Kulit kering
• Eksim
• Kulit yang terbakar atau melepuh
• Diabetes
• Obesitas atau kegemukan
• Pembekakan yang kronis pada kaki
• Penyalahgunaan obat-obat terlarang
• Menurunnya daya tahan tubuh
• Cacar air
• Malnutrisi
• Gagal ginjal
• Tertusuk duri.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan selulitis dengan cepat
antara lain sebagai berikut :
• Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan
darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit
potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi
darahnya memprihatinkan.
• Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah
terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis
dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang
baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
• Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga
mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.
Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan
potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
• Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi
jalan masuk bakteri penginfeksi.
• Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

8
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
• Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan
menambah resiko bakteri penginfeksi masuk
• Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
• Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri
penginfeksi berkembang.
• Malnutrisi
Selain pengaruh dari nutrisi yang buruk, lingkungan tropis, panas,
banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.
2.1.5 Patofisiologi

Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi


streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak
menyerang kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan
menyebar secara sistemik yang menyebabkan terjadinya reaksi
infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri,
pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan
diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta
limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti
sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi
kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses
ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi

9
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan
infeksi derajat rendah.

2.1.6 Manisfestasi

Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang


terlokalisasi.Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan
teraba hangat.Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang
tegas.Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil. Gejala lainnya
adalah:
• Demam
• Nyeri kepala
• Nyeri otot
• Tidak enak badan
• Malaise
• Edema
• Lesi
2.1.7 Komplikasi

➢ Bakteremia
➢ Nanah atau local Abscess
➢ Superinfeksi oleh bakteri gram negative
➢ Lymphangitis
➢ Trombophlebitis
➢ Selulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
➢ Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
2.1.8 Penatalaksanaan

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan


organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin
(contoh:cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika :
• Penderita berusia lanjut
• Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
• Demam tinggi. Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai
dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan.

10
Pencegahan Selulitis :
Ada beberapa cara untuk pencegahan selulitas yaitu :
➢ Jika Kulit dalam keadaan luka.
a) Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b) Oleskan antibiotic
c) Tutupi luka dengan perban
d) Sering-sering mengganti perban tersebut
e) Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
➢ Jika kulit masih normal
a) Lembabkan kulit secara teratur
b) Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c) Lindungi tangan dan kaki
d) Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

11
2.1.9 Pathway
Luka,trauma, gigitan serangga

lapisan kulit luar meradang

Masuknya bakteri streptococcus dan sthapylacoccus

invasi bakteri

menyerang jaringan subkutan

luka bernana Selulitis kulit meradang, merah, bengkak, panas

Kerusakan Kulit Infeksi Pada kulit Pelepasan mediator kimia

proses pembedahan Pengeluaran sat-Protaglandin Infeksi - Hipertermi

Kerusakan integritas
jaringan kkulit
Merangsang aseptor nyeri di SSP

Nyeri

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Berikut ini beberapa tes yang bisa dilakukan antara lain :


➢ Pemeriksaan darah jika infeksi diduga telah menyebar kedarah.

12
➢ Pemeriksaan kultur jaringan. Dokter akan menggunakan jarum untuk
mengambil cairan dari daerah yang terkena infeksi dan mengirim ke lab
untuk diuji.
➢ X-ray jika ada benda asing yang ada dikulit atau tulang di bawahnya
menyebabkan infeksi.
2.1.11 Penatalaksanaan Medis
➢ Apabila terjadi akses akan dilakukan insisi drainase/debridemen.
➢ Pemberian antibiotic.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor RM,
umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan
masuk RS, cara masuk RS, penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Biasanya pada klien mengalami keluhan utama yaitu klien mengatakan
nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami luka pada bagian tubuh tertentu dengan
karakteristik berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa
nyeri, kulit menegang dan mengilap
• Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian
obat.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit
selulitis atau penyekit kulit lainnya

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
• Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
• Berat badan : Biasanya normal
• Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
• TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
• Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
• RR : Biasanya normal (18-24 x/i)

13
• Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
• Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
• Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan
tanda-tanda iritasi
• Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya
serumen serta pendarahan
• Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta
alergi terhadap sesuatu
• Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
• Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya
massa atau benjolan
• Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
• Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
• Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
• Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi
dan CRT. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa
di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi

14
panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
(peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula),
yang bisa pecah.
• Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot.
2.2.2 Diagnosa
• Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
• Kerusakan integritas kulit
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2.2.3 Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan: nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil: pasien Nampak
tenang,ekspresi muka rileks ketidaknyamanan dalam batas yang dapat
di toleransi.
Intervensi:
1) perlukan kaji intensitas nyeri,menggunakan skala atau peringkat
nyeri
2) ubah posisi sesering mungkin,pertahankan garis tubuh untuk
mencegah penekanan dan kelelahan
3) bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri,penggunaan
imajinasi,relaksasi.
4) beri analgetik jika nyeri
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan: suhu badan dalam batas normal.
Kriteria hasil: suhu badan turun,Nampak rileks
Intervensi :
1) kaji tanda-tanda vital pasien
2) berikan kompres hangat
3) berikan klien minum air hangat
4) lakukan kolaborasi pemberian antipiretik
c. Kerusakan integritas kulit
Tujuan: menunjukan regenerasi jaringan
Krieria hasil: lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjutan,kulit
bersih,kering dan area sekitar bebas dari edema,suhu normal

Intervensi:
1) Kaji kerusakan,ukuran,kedalaman warna cairan

15
2) Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan
ekstremitas dan mobilisasi
3) Pertahankan teknik aseptic
4) Pantau suhu tubuh,lapor jika ada peningkatan.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang
telah dibuat sebelumnya.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan pengkajian sejauh mana pencapaian dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.

BAB III
TINJAUAN KASUS

16
3.1 PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn.Y.S
Umur : 47 tahun (28-12-1974)
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Katolik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swata
Alamat : Bola,Rt/Rw 005/001,Desa Bola Kec.Bola.
Tgl MRS : 10-8-2021 pkl:20.37
Diagnosa medis : Selulitis Pedis Sinist
Tanggal Operasi :12-8-2021 pkl 08.00
Tanggal KRS : 14 -8 2021
Identitas Penangung Jawab
Nama : H.B
Umur : 38 Thn
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bola
Hubungan dengan pasien : Suami.
3.1.1. Riwayat Keperawatan
Diagnosa Medis : Selulitis Pedis Sinistra
Riwayat penyakit sebelumnya : Tidak ada
Riwayat Penyakit yang pernah di derita : Tidak ada
Obat-obatan yang biasa di komsumsi : Tidak ada
Kebiasaan berobat : Puskesmas
Alergi : Tidak ada.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama adalah Nyeri Pada Kaki Kiri yang luka.
Riwayat Penyakit sekarang yaitu saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 -
8-2021 pkl 10.30 wita,didapatkan pasien sedang terbaring terpasang infus RL
di tangan kanan dan terdapat balutan kassa serta verban elastis pada kaki kiri,
pasien baru selesai menjalani Operasi pembersihan pada kaki kiri yang
luka.Pasien mengatakan luka pada kaki kirinya sudah dialaminya kurang lebih
3 minggu bengkak,dan keluar nanah pada luka, akibat tertusuk duri ikan saat
sedang memancing dilaut, dan sudah berobat ke puskesmas tempat
tinggalnya,dan hanya diberi obat anti nyeri ( Asam Mefenamat) , namun luka
tak kunjung sembuh akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk masuk
rumah sakit guna mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik

17
Keadaan Umum : lemah,tampak wajah meringis kesakitan,terdapat balutan
verban elastis pada kaki kiri.
Kesadaran : Composmentis
Control TTV : TD :150/90 mmHg
Nadi : 84 ˟/mnt
Suhu : 36,9℃
Respirasi : 20 ˟/mnt
Pemeriksaan Body Sistem :
✓ System pernapasan ( B 1: Breathing)
Bentuk dada :Simetris,tidak ada luka atau lecet.
Sekresi :Tidak ada
Pola nafas : Vesikuler,tidak menggunakan otot bantu nafas.
✓ System cardiovaskuler(B 2: Bleeding)
Suara Jantung :S1/S2 Normal,atau murni.
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), nyeri dada (-).
✓ System persarafan( B 3 :Brain)
Kesadaran :Composmentis,GCS E:4 V:5 M:6
Pupil :Isokor, reaksi cahaya (₊) dan normal.
Persepsi Sensorik:Tidak ada kelainan.
✓ System Perkemihan( B4 Bledder)
Produksi Urinen:Kurang lebih(1.500-2.000/24 jam.
Frekuensi : 3-4 kali/hari
Warna :Kuning
Keluhan : Tidak ada.
✓ System Pencernaan dan Eliminasi(B 5:Bowel)
Mulut dan Tenggorokan :Mulut,lidah bersih fungsi menguyah
baik,menelan baik,kebersihan cukup.
Abdomen : Bising Usus normal ( 5-30 x/mnt),nyeri tekan
(-),BAB 1X/hari konsisten padat lunak,tidak ada keluhan saat BAB.
✓ System Tulang dan Otot( B6 Bone)
Kemampuan pergerakan sendi: Normal atau bebas
Ekstremitas :Pada kaki kiri terdapat balutan verban
elastis
Tulang Belakang :Tidak ada kelainan pada tulang belakang.
Kulit :Turgor kulit baik, akral hangat, dan pigmentasi kulit normal.
Pola Fungsi Kesehatan
Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit :
Jenis Makan :Nasi,sayur,ikan dan kadang telur.
Napsu Makan : Baik

18
Frekuensi :3 kali/hari
Selama sakit
Jenis Makan :Nasi,sayur,ikan dan kadang buah
Frekuensi :3 kali/hari hanya ½ porsi
Napsu makan: Kurang,karena nyeri.
Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :pasien dapat beristirah,lama tidur 8 jam/hari
Selama sakit : Kurang istirahat 5 jam/hari karena nyeri pada kaki kiri
yang luka
Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit
Semua aktivitas dilakukan secara mandiri
Selama sakit
Sebagian aktivitasnya dibantu.
Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Stres
Sebelum sakit
Jika ada masalah pasien selalu menceritakan Bersama istri dan anaknya.
Selama sakit
Pasien tampak cemas dan selalu bertanya tentang keadaan sakitnya.
Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit
Pasien sering ke gereja Bersama keluarganya
Selama sakit
Pasien hanya berdoa di rumah saja.
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 10-8-2021
Hemoglobin :13,4gr/dl
Leukosit :11.900/cmm
Eritrosit : 4.710.000/cmm
Trombosit : 489.000/cmm
Hct/Pcv : 38,3%
SGPT : 18U/I
Creatinin : 1,6mg/dl
CT/BT : 6’45”/1’40”
HbsAG : Negatif
Golda :” O”
Gds strip : 212 mg/dl
EKG,RO Thorak PA,RO Pedis sinistra AP Obligue.
Hasil laboratorium tanggal 11-8-2021
Glukosa Puasa : 96 mg/dl.

19
JPP :100 mg/d
3.1.4 Therapi
Tanggal 10-8-2021
Injeksi Cefriaxone : 2 x 1 gr/iv
Injeksi Antrain : 3 x 1 ap/iv
Injeksi Ketorolac 30 mg iv ekstra
Infus Metronidasole:3 x 500 mg/iv
Captopril 25 mg : 2 x 1 tab/po
Inbumun 2 x 250 mg : 2 x 1 tab/po
Alprazolam 0,25 mg ekstra 1 tab/po.

3.1.4 Analisa Data


Hari/Tanggal: 12-8-2021
Nama :Tn.Y .S.
Umur : 47 Thn
Diagnosa Medis: Post Debridemen Selulitis Pedis Sinistra
N Data Etiologi Masalah
o
1 DS: Pasien mengeluh nyeri Luka ,gigitan serangga Nyeri
pada luka operasi berhubungan
DO: Pasien tampak meringis Infeksi jaringan subkutis dengan luka
kesakitan,skala nyeri oleh bakteri post debridemen
berdasarkan PQRS
P:Nyeri pada luka operasi di Selulitis
kaki kiri apabila kaki
digerakan dan nyeri dapat Mekanism
berkurang saat pasien istirahat. e radang,
Q:Terasa panas pada area bengkak,na
kaki kiri yang ada balutan nah
verban elastis. bercampur
R:Nyeri pada kaki kiri darah
S: Skala nyeri 6
Observasi TTV Proses
Td: 150/90 mmHg,Nadi: pembeda
84x/mnt,Sh:36,9℃,Rr: han
20x/mnt,SpO2 97 %
DS:Pasien mengeluh rasa Nyeri
2. panas pada area kaki kiri yang
ada balutan verban elastis,dan
rasa nyeri.

20
DO: Tampak balutan verban
elastis pada luka operasi
debridemen merembes,
Observasi TTV
Td: 130/80 mmHg
Nadi: 80 x /mnt
Suhu: 36,6℃
Rr: 20 x/mnt
SpO2 98%

3.2 DIAGNOS KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan luka post debridemen.

Resiko Infeksi berhubungan dengan Tindakan invasi post debridemen.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1.Kaji tingkat
dengan luka post Tindakan keperawatan nyeri,catat
debridemen,pasien tampak selama 3 x 24 jam,Nyeri lokasi,karakteristik
meringis kesakitan,ada teratasi dengan kriteria dan intesitas nyeri
balutan verban elastis pada hasil: pasien tampak R/Dapat membantu
kaki kiri,pasien rileks,dan bisa dalam mengevaluasi
mengatakan nyeri saat mengerakan kaki kiri tingkat derajat
digerakan dan nyeri dengan bebas,skala nyeri kenyamanan
berkurang saat pasien 1-3 pasien,serta untuk
istirahat,dan terasa panas menentukan
pada area balutan verban intervensi selanjutnya.
elastis,skala nyeri 6, 2.Monitor TTV pasien
Control TTV: TD: 150/90 R/ Mengetahui
mmHg,Nadi: 84 x keadaan umum
/mnt,Sh:36,9℃,Rr: 20 x pasien.
/mnt,SpO2 97% 3.Anjurkan Teknik
relaksasi nafas dalam
R/ Teknik relaksasi
nafas dalam dapat
membantu

21
mengurangi rasa
nyeri.
4.Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgetic
R/ Terapi analgetic
dapat mengurangi
nyeri.

2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1.Kaji adanya tanda-


berhubungan Tindakan keperawatan tanda infeksi pada
dengan Tindakan selama 3 x 24 area luka
invasi post jam,Resiko Infeksi R/Mengidentifikasi
debridemen,Pasien teratasi dengan kriteria adanya dugaan infeksi
mengatakan rasa hasil: 2.Monitor tanda-tanda
panas pada area Balutan verban elastis vital,perhatikan
balutan verban pada kaki kiri tampak demam,menggigil dan
elastis Pasien kering, bersih,tidak ada perubahan mental
mengeluh rasa tanda-tanda infeksi, kaki R/Mengetahui
panas pada area kiri tidak bengkak dan keadaan umum pasien
kaki kiri yang ada luka sembuh pada dan tanda-tanda
balutan verban waktunya. infeksi.
elastis,dan rasa 3.Lakukan Teknik
nyeri. Tampak aseptic yang ketat
balutan verban pada perawatan luka
elastis pada luka insisi dan luka
operasi terbuka,bersihkan
debridemen dengan betadinen dan
merembes, cuci tangan yang
Observasi TTV efektif.
Td: 130/80 mmHg R/Mencegah transmisi
Nadi: 80 x /mnt organisme dan
Suhu: 36,6℃ kontaminasi silang
Rr: 20 x/mnt bakteri.
SpO2 98% 4.Berikan informasi
agar pasien tidak
memegang/mengaruk
luka dengan tangan.
R/Mencegah

22
kontaminasi dan
memudahkan resiko
infeksi.
5.Kolaborasi dalam
pemberian antibiotic.
R/Terapi antibiotic
diperuntukan
mengurangi bakteri
anaerob dan hasil
aerob pranegatif.

3.4 Implementasi
No Hari/Tgl Jam Implementasi
1. Kamis,12- Jam 1.Melakukan Pengkajian tingkat nyeri,lokasi dan
8-2021, 10.30 karakteristik nyeri.
Hasilnya: P: Skala nyeri pada luka post debridement saat
pasien mengerakan kaki kiri,nyeri dapat berkurang dengan
istirahat.
Q: Terasa panas pada area verban elastis.
R:Nyeri pada daerah kaki kiri.
S: Skala nyeri ( 1-3), nyeri hilang timbul.
10.40. Monitor TTV pasien
Hasilnya: TD 150/90 mmHg,Nadi : 84 x / mnt, suhu: 36,9
℃,Rr: 20 x/ mnt, SpO2 97 %.
11.50 Mengajarkan pasien Teknik napas dalam atau relaksasi.
Hasilnya:Pasien mau mengikuti apa yang diajarkan oleh
perawat.
13.30. Melakukan kolaborasi untuk pemberian analgetic dan
antibiotic,
Hasilnya:injeksi Antrain 1 ap/iv,menyambung infus
metronidazole 500 mg/iv.
2. Jumat 13- 14.30 1.Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi pada area insisi
8-2021 Hasilnya:Adanya luka operasi yang di tutup verban elastis
tampak merembes.
16.00 2.Mengontrol TTV pasien,Perhatikan tanda-tanda demam
dan perubahan mental.
Hasilnya:TD : 130/90 mmHg,Nadi: 80 x/mnt,Sh:
36,6℃,Rr: 20 x/mnt,SpO2 98%.
17.00 Menyuntik obat antibiotic

23
Hasilnya: Pasien mendapat terapi injeksi Ceftriaxonen 1
gr/iv.
18.00 Melayani pasien makan malam
Hasilnya: Pasien menghabiskan makanan yang di
hidangkan.
18.30. Melayani terapi oral
Hasilnya: Pasien mau minum obat captopril 1 tab yang
diberikan oleh perawat.
21.00 Melakukan kolaborasi untuk pemberian analgetic dan
antibiotik
Hasilnya: Pasien mendapat suntikan injeksi Atrain 1
ap/iv, infus Metronidasole 500 mg/iv.
3. Jumad 14- 10.30 Melakukan perawatan luka dengan Teknik aseptic
8-2021 Bersama dokter.
Hasilnya: luka bersih,tidak ada tanda-tanda infeksi,kaki
kiri bengkak berkurang,nyeri berkurang.
18.00 Melayani pasien makan malam.
Hasilnya:Pasien menghabiskan makanan yang disediakan
18.30 Melayani pasien minum obat
Hasilnya: Pasien mau minum obat yang di berikan
perawat
Captopril 1 tab/po,inbumin 1 tab/po.

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama Perawat

24
1 Nyeri akut berhubungan S:
dengan luka pos pasien mengatakan nyeri
debridemen pada luka operasi
berkurang.
O:
✓ Ku baik
✓ Kes composmentis
✓ Pasien tampak rileks
✓ Observasi luka kering
Monitor TTV :
TD 150 /90 mm Hg
Suhu 36, 6
Rr 20 x /menit
A : Masalah nyeri teratasi
P : intervensi dihentikan,
Pasien BLPL
2 Resiko infeksi S : Pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan pada luka operasi
Tindakan infaksi Post Op berkurang.
Debridemen ✓ Luka tampak kering
✓ Tidak ada tanda –
tanda infeksi,
✓ Klien tampak rilek
A : maslah resiko infeksi
teratasi
P : Intervensi dihentukan
HE: diet bebas, lka jangan
samai kena air atau
basa dan 3 hari setelah
KRS Pasien harus
control ulang

BAB 1V

PENUTUP

25
Pelaksanaan Asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan pada Tn Y.S dengan
Selulitis Post Op Sinistra pada tanggal 12 Agustus 2021 ,maka penulis menarik
kesimpulan dan memberikan saran yang berguna bagi peningkatan Asuhan keperawatan
pada umumnya dan khususnya pada klien dengan Selulitis.
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Tn Y.S pada tanggal
didapatkan data: 12 Agustus data subjektif hasil dari pengkajian yang saya lakukan
adalah pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri sejak 3 minggu yang lalu, sakitnya
hilang timbul setelah tertusuk duri ikan, sedangkan data objektif yang saya temukan
dari Tn.Y.S dengan Cont T: 150/90 mmHg , suhu 36,6 oC ,Nd : 84 x/mnt ,RR:
20x/mnt,SPO2 98%, Skala Nyeri 4-6
Diagnosa keperawatan yang biasa di temukan pada pasien dengan Selulitis tidak
semua penulis dapatkan pada Tn. Y.S penulis hanya mendapatkan dua diagnosa
yaitu : nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan kerusakan integritas kulit
yang behubungan dengan pembedahan.
Perencanaan dilakukan berdasarkan prioritas masalah sesuai kondisi pasien yang
ditemukan saat pengkajian. Dalam melakukan tindakan keperawatan pada Tn. Y.S
penulis telah berusaha melaksanakan tindakan keprawatan sesuai rencana perawatan
ditunjukkan untuk memecahkan masalah yang dialami pasien. Evaluasi yang
dilakukan menggunakan SOAP. Dari dua diagnosa keperawatan yang muncul sudah
teratasi.

4.2 Saran
Dengan dilaksanakannya asuhan keperawatan pada klien dengan selulitis yang telah
penulis lakukan ,saran yang dapat diberikan:
1. Bagi Profesi keperawatan
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang
Selulitis,cara pertolongan pertama pada Hipertensi dan asuhan keperawatan
Selulitis.
2. Bagi Rumah sakit
Meningkatkan pemberian informasi kepada klien terutama cara mengatasi
Selulitisdi rumah bila terjadi luka

DAFTAR PUSTAKA

26
Bilotta Kimberly A.J.,(2012),Kapita Selecta Penyakit,Jakarta,EGC.
Carpenito,Moyet.,(2013),Buku Saku Diagnosa Keperawatan,Jakarta,EGC.

Judith,(2012),Buku Saku Diagnosa Keperawatan Diagnosis NANDA Intervensi NIC


kriteria hasil NOC,Jakarta,EGC

Muttaqin Arif,(2013)Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Jakarta,salemba


medika.

Welsh,Kowalak,dkk.,(2012),Buku Ajar Patofisiologi

27

Anda mungkin juga menyukai