Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMATHORAX

DI RUANG ICU RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Dosen Pembimbing : Ns. Monalisa,M.Kep,SP.An

Disusun Oleh :

FAUZIYATUR RAHIMAH

NIM. PO.71202210012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAMBI

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gout arthritis merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

pengendapan senyawa urat didalam sendi sehingga timbul peradangan

sendi yang nyeri (Kowalak, dkk, 2013). Gout adalah penyakit yang

diakibatkan gangguan metabolisme purin yang ditandai dengan

hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulangulang. Penyakit ini

paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan

wanita pasca menopause (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Gout arthritis adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat

dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)

disebabkan karena penumpukan purin dan eksresi asam urat kurang dari

ginjal (Sya’diyah, 2018).

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Susanto (2013), mengatakakan bahwa secara garis besar penyebab

terjadinya asam urat (gout) disebaban oleh faktor primer dan faktor

sekunder. Faktor primer 99%-nya belum diketahui (idiopatik). Namun,

diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal

yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena

berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder,

meliputi peningkatan produksi asam urat, tergangguny proses

pembuangan asam urat, dan kombinasi kedua penyebab tersebut.


Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang gout arthritis adalah :

a. Usia

Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki

mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada

wanita serangan Gout Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada

laki-laki, biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena wanita

memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu

proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat

didalam darah dapat terkontrol.

b. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada

wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

c. Konsumsi Purin yang berlebih

Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Uratdi

dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi

Purin.

d. Konsumsi alkohol

e. Obat-obatan

Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah

(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta

Antihipertensi.
3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Naga (2013) sebagai berikut :

a. Hiperurisemia

b. Artritis pirai atau gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak,

merah, teraba panas pada persendian, dan akan sangat terasa pada

waktu bangun tidur di pagi hari.

c. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.

d. Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.

e. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.

f. Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.

g. Sendi terlihat kemerahan.

h. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.

i. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.

j. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).

k. Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi.

4. Patofisiologi

Adanya gangguan metabolism purin dalam tubuh intake bahan yang

mengandung asam urat tinngi, dan system ekskresi asam urat yang tidak

adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan

didalam plasma darah (Hiperuresemia), sehingga mengakibatkan kristal

asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi

local dan menimbulkan respon inflamasi. Hiperuresemia merupakan hasil

meningkatnya produksi asam urat akibat metabolism purin abnormal dan

menurunnya ekskresi asam urat. Saat asam urat menjadi bertumpuk

dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan
mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan

berakumulasi atau menumpuk dijaringan konektif di seluruh tubuh,

penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal akan memicu respon

inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya

merusak jaringan, tetapi juga mneyebabkan inflamasi (Sandjaya, 2014).

Pada penyakit gout arthritis tidak ada gejala-gejala yang timbul.

Serum urat meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama

kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya

penumpukan aam irat dan ginjal. Serangan akut pertama biasanya sangat

sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu sendi.

Serangan pertama ini menyebabkan tulang sendi menjadi lunak, terasa

panas dan merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya paling

pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi

pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam yang ringan

dan berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dengan interval yang

tidak teratur (Smeltzer & Bare, 2013).

Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama

serangan gout arthritis. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua

pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan

berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang

tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya diserai dengan demam.

Tahap akhir serangan gout arthritis atau Gout kronik ditandai dengan

lopyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada

kartilago, membran synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk

dijari, tangaan, lutut, kaki, helices pada telinga. Kulit luar mengalami
ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal

urat (Helmi, 2013).

Akibat penumpukan asam urat yang terjadi secara sekunder dapat

menimbulkan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit

ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang

asimtomatik, menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin

berhubungan dengan reaksi inflasi (Nurlina, 2014).

5. WOC ( Web Of Causation)

Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2015)


6. Komplikasi

Menurut (Noviyanti, 2015) beberapa komplikasi asam urat antara lain :

a. Penyakit batu ginjal :

Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan pada

ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat terlambatnya penanganan

pada penderita asam urat akut mengenai penyakitnya. Pada penderita

asam urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu batu ginjal

(batu asam urat) dan resiko kerusakan ginjal.

b. Penyakit jantung

Dalam kasus jantung coroner, asam urat menyerang endotel lapisan

bagian paling dalam pembuluh darah besar. Jika endotel mengalami

disfungsi atau rusak akan menyebabkan penyakit jantung coroner.

c. Kerusakan saraf

Jika monosodium urat menumpuk dan terletak dekat dengan saraf

maka akan mengganggu fungsi saraf.

d. Peradangan tulang

Terjadi akibat penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun

di sekitar persendian.

7. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang gout arthritis menurut (Aspiani,

2014) :

a. Dapat dilakukan dengan alat tes kadar asam urat, umumnya nilai

normal asam urat dalam darah yaitu 3,5 mg/dl – 7,2 mg/dl namun

pada pasien dengan gout arthritis atau kadar asam urat tinggi nilai
asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl untuk pria dan 6,0 mg/dl

untuk wanita.

b. Serum asam urat, umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan

ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam

urat atau gangguan ekskresi

c. Leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai

20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik

angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3

d. Urin specimen 24 jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk

menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal

seorang mengekskresikan 250-750mg/24 jam asam urat di dalam urin.

Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin

meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengidentifikasi

gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.

Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau

tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal

direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas

purin pada waktu itu diindikasikan.

e. Pemeriksaan radiografi, pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan

menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi

setelah penyakit berkembang progesif maka akan terlihat jelas/area

terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.


8. Penatalaksanaan

Menurut Helmi (2013), sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan

kadar asam urat dalam serum dibawah 6 mg/dl dan nyeri yang diakibatkan

oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu

mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang dtimbulkan oleh

penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal tersebut

ditemukan pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan particular,

tendon, tulang, ginjal serta beberapa tempat lainnya. Selain itu terapi gout

juga bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut

karena penumpukan kristal dalam medulla ginjal akan menyebabkan

Chronic Urate Nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal

ginjal. Terapi obat dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih

dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan dan penurunan kadar

asam urat dalam serum darah.

a. Terapi Farmakologis

Pengobatan arthritis gout dilakukan antara lain :

1). Nonsteroid Anti-inflammatory Drugs (NSAID). Terdapat beberapa

NSAID, namun tidak semua memiliki infektifitas dan keamanan

yang baik untuk terapi gout akut.

2). Colchicine. Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka

panjang gout akut. Colchicine hanya digunakan selama saat kritis

untuk mencegah serangan gout.


3). Corticosteroid. Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan

gejala gout akut dan akan mengontrol serangan.

4). Probenecid. Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi ginjal GFR

<50ml/min.

5). Allopurinol. Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera

menurunkan plasma urat dan konsentrasi asam urat disaluran urin, serta

mamfasilitasi mobilisasi benjolan.

6). Uricosuric. Obat ini memblok reabsorbsi tubular dimana urat disaring

sehingga mengurangi jumlah urat metabolic, mencegah pembentukan

benjolan baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada.

Apabila intervensi dan diagnosis gout arthritis dilakukan pada fase

awal, intervensi ortopedi jarang dilakukan. Pembedahan dengan bedah

dilakukan pada kondisi gout arthritis kronis.

b. Terapi Non-Farmakologis

Menurut teori Andarmoyo (2013) manajemen non farmakologi gout

arthritis yaitu diantaranya dengan mengajarkan teknik distraksi, relaksasi,

bimbingan antisipasi, dan terapi kompres hangat. Kompres hangat merupakan

tindakan keperawatan dengan memberikan kompres hangat yang digunakan

untuk memenuhi rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri tindakan ini

digunakan untuk klien yang mengalami nyeri.


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Fokus pengkajian pada gout arthritis adalah sebagai berikut :

a. Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien gout arthritis adalah nyeri

dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik

dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak,

terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan

sampai menggangu pergerakan dan pada gout arthritis kronis

didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan

penyakit gout arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat

pertolongan sebelumnya dan umumnya klien gout arthritis disertai

dengan Hipertensi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat gout arthritis dalam keluarga.

f. Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit

klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya


kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang

berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan

mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan

program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan

aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik

memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

g. Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi Purin.

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik

pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi

yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit,

daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.

Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan

seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan

klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan

bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut

aktif, pasif atau abnormal.

i. Pemeriksaan Diagnosis

1). Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

2). Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

3). Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

4). Pemeriksaan radiologi


2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Mubarak, dkk (2015) diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada klien Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI
(2017) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077).
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054).
c. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074).
e. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan volume
cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).\
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (D.
0055).
3. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan


(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1. (D.0077) Nyeri akut L.08066 Tingkat nyeri I.08238 Manajemen nyeri
Ekspektasi : menurun Observasi
berhubungan dengan Kriteria hasil
agen pencedera fisiologis
- Identifikasi lokasi,
- Kemampuan menuntaskan
karakteristik, durasi, frekuensi,
aktivitas meningkat
kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri menurun
- Identifikasi skala nyeri
- Meringis menurun
- Identifikasi respon nyeri non
- Sikap protektif menurun verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi factor yang
- Kesulitan tidur menurun memperberat dan memperingan
- Menarik diri menurun nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
- Diaphoresis menurun - Identifikasi pengaruh budaya
- Perasaan depresi (tertekan) terhadap respon nyeri
menurun - Identifikasi pengaruh nyeri
- Perasaan takut mengalami pada kualitas hidup
cedera berulang menurun - Monitor keberhasilan terapi
- Anoreksia menurun komplementer yang sudah
- Ketegangan otot menurun diberikan
- Pupil dilatasi menurun - Monitor efek samping
- Muntah menurun penggunaan analgetik
- Mual menurun Terapeutik
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik - Berikan teknik
- Proses pikir membaik nonfarmakologis untuk
- Focus membaik mengurangi rasa nyeri
- Fungsi berkemih membaik - Kontrol lingkungan yang
- Perilaku membaik memperberat rasa nyeri
- Nafsu makan membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pola tidur membaik - Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
L.08063 Kontrol nyeri strategi meredakan nyeri
Ekspektasi : meningkat Edukasi
Kriteria hasil
- Jelaskan penyebab, periode, dan
- Melaporkan nyeri terkontrol pemicu nyeri
meningkat - Jelaskan strategi meredakan
- Kemampuan mengenali nyeri
onset nyeri meningkat - Anjurkan memonitor nyeri
- Kemampuan mengenali secara mandiri
penyebab nyeri meningkat - Anjurkan menggunakan
- Kemampuan menggunakan analgesic secara tepat
teknik non farmakologis - Ajarkan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
- Dukungan orang terdekat mengurangi rasa nyeri
meningkat Kolaborasi
- Keluhan nyeri menurun
- Penggunaan analgesik - Kolaborasi pemberian
menurun analgesic, jika perlu

I.08235 Kompres panas


Observasi

- Identifikasi kontraindikasi
kompres panas
- Identifikasi kondisi kulit yang
akan dilakukan kompres panas
- Periksa suhu alat kompres
- Monitor iritasi kulit atau
kerusakan jaringan selama 5
menit pertama
Terapeutik

- Pilih metode kompres yang


nyaman dan mudah didapat
- Pilih lokasi kompres
- Balut alat kompres panas
dengan kain pelindung, jika
perlu
- Lakukan kompres panas pada
daerah yang cedera
- Hindari penggunaan kompres
pada jaringan yang terpapar
terapi radiasi
Edukasi

- Jelaskan prosedur penggunaan


kompres panas
- Anjurkan tidak menyesuaikan
pengaturan suhu secara mandiri
tanpa pemberitahuan
sebelumnya
- Ajarkan cara menghindari
kerusakan jaringan akibat panas

2 (D.0054) Gangguan L.05042 Mobilitas fisik I.05173 Dukungan


mobilitas fisik Ekspektasi : meningkat Mobilisasi
Kriteria hasil
berhubungan dengan Observasi
nyeri
- Pergerakan ekstremitas
- Identifikasi adanya nyeri
meningkat
- Kekuatan otot meningkat atau keluhan fisik
- Rentang gerak (ROM) lainnya
meningkat - Identifikasi toleransi
- Nyeri menurun fisik melakukan
- Kecemasan menurun pergerakan
- Kaku sendi menurun - Monitor frekuensi
- Geakan tidak terkoordinasi
jantung dan tekanan
menurun
darah sebelum memulai
- Gerakan terbatas menurun
- Kelemahan fisik menurun
mobilisasi
- Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan

3 (D.0130) Hipertemia L.14134 Termoregulasi I.15506 Manajemen


Ekspektasi : membaik hipertermia
berhubungan dengan Kriteria hasil
proses penyakit Observasi
- Menggigil menurun
- Identifkasi penyebab
- Kulit merah menurun
- Akrosianosis menurun
hipertermi
- Pucat menurun - Monitor suhu tubuh
- Takikardi menurun - Monitor kadar elektrolit
- Takipnea menurun - Monitor haluaran urine
- Bradikardi menurun - Monitor komplikasi
- Hipoksia menurun akibat hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
- Suhu kulit membaik
- Pengisian kapiler membaik - Sediakan lingkungan
- Tekanan darah membaik yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi

- Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

- Kolaborasi cairan dan


elektrolit intravena, jika
perlu
4 (D.0074) Gangguan rasa L.08064 Status kenyamanan I.08238 Manajemen nyeri
Ekspektasi : meningkat Observasi
nyaman berhubungan Kriteria hasil
dengan gejala penyakit
- Identifikasi lokasi,
- Kesejahteraan fisik
karakteristik, durasi, frekuensi,
meningkat
kualitas, intensitas nyeri
- Kesejahteraan psikologis
- Identifikasi skala nyeri
meningkat - Identifikasi respon nyeri non
- Dukungan social dari verbal
keluarga meningkat - Identifikasi factor yang
- Dukungan social dari teman memperberat dan memperingan
meningkat nyeri
- Perawatan sesuai keyakinan - Identifikasi pengetahuan dan
budaya meningkat keyakinan tentang nyeri
- Perawatan sesuai kebutuhan - Identifikasi pengaruh budaya
meningkat terhadap respon nyeri
- Kebebasan melakukan - Identifikasi pengaruh nyeri
ibadah meningkat pada kualitas hidup
- Rileks meningkat - Monitor keberhasilan terapi
- Keluhan tidak nyaman komplementer yang sudah
menurun diberikan
- Gelisah menurun - Monitor efek samping
- Keluhan sulit tidur menurun penggunaan analgetik
- Merintih menurun Terapeutik
- Pola tidur membaik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu

5 (D.0129) Gangguan L.14125 Integritas kulit dan I.05177 Latihan rentang gerak
integritas jaringan jaringan Observasi
Ekspektasi : meningkat
berhubungan dengan Kriteria hasil
- Identifikasi indikasi dilakukan
kelebihan volume cairan latihan
(peradangan kronik - Hidrasi meningkat
- Identifikasi keterbatasan
- Perfusi jaringan meningkat
akibat adanya kristal - Kerusakan jaringan pergerakan sendi
urat) menurun - Monitor lokasi
- Nyeri menurun ketidaknyamanan atau nyeri
- Kemerahan menurun pada saat bergerak
- Suhu kulit membaik Terapeutik
- Sensasi membaik
- Gunakan pakaian yang longgar
- Cegah terjadinya cedera selama
latihan rentang gerak dilakukan
- Fasilitasi mengoptimalkan
posisi tubuh untuk pergerakan
sendi yang aktif dan pasif
- Lakukan gerakan pasif dengan
bantuan sesuai indikasi
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


latihan
- Anjurkan melakukan rentang
gerak pasif dan aktif secara
sistematis
- Anjurkan duduk di tempat tidur
atau di kursi, jika perlu
- Ajarkan rentang gerak aktif
sesuai dengan program latihan
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan fisioterapis


mengembangkan program
latihan, jika perlu

6 (D. 0055) Gangguan pola L.05045 Pola tidur I.05174 Dukungan tidur
tidur berhubungan Ekspektasi : membaik Observasi
Kriteria hasil
dengan hambatan
- Identifikasi pola aktivitas dan
lingkungan - Keluhan sulit tidur menurun tidur
- Keluhan sering terjaga - Identifikasi factor pengganggu
menurun tidur
- Keluhan tidak puas tidur - Identifikasi makanan dan
menurun minuman yang mengganggu
- Keluhan pola tidur berubah tidur
menurun - Identifikasi obat tidur yang
- Keluhan istirahat tidak dikonsumsi
cukup menurun Terapeutik
- Kemampuan beraktivitas
meningkat - Modifikasi lingkungan
- Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup


selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Ajarkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadapt
gangguan pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi
lainnya
Sumber: (SDKI, 2016; SIKI, 2018; SLKI, 2019)

A. Konsep Prosedur Tindakan

1. Pengertian Jahe

Jahe merupkan tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-

rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di

ruas-ruas tengah (Hesti & Cahyo, 2013).

2. Manfaat Jahe

Beberapa manfaat jahe diantaranya adalah untuk keperluan pembuatan

obat-obatan, khususnya obat herbal seperti masuk angin, sakit perut dan

penghilang rasa nyeri. Hal itu terbukti ampuh karena jahe memiliki efek

farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat

yang dicampurkannya (Hesti & Cahyo, 2013).

3. Tujuan Pemberian Kompres Hangat Menggunakan Jahe


Jahe mengandung komponen aktif yaitu gingerol, gingerdione, dan

zingeron yang mempunyai efek anti radang. Seiring dengan penurunan

peradangan tersebut maka akan terjadi penurunan rasa nyeri. Sedangkan air

hangat bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah, sehingga dengan

meningkatnya aliran darah pada tubuh maka pasokan oksigen ke jaringan-jaringan

di dalam tubuh juga akan meningkat (Hesti & Cahyo, 2013).

4. Prosedur Tindakan

a. Alat

1) Baskom

2) Washlap atau handuk kecil

b. Bahan

1) 5 rimpang jahe (±100 gram)

2) liter air

c. Cara membuat kompres hangat rebusan jahe

1) Cuci 5 rimpang jahe (±100 gram) dan iris tipis-tipis

2) Masukan irisan rimpang jahe ke dalam 1 liter air

3) Rebus irisan jahe sampai air mendidih (1000 C)

4) Tuangkan rebusan jahe ke dalam baskom, tunggu hingga suhu rebusan jahe

menjadi hangat tanpa campuran air dingin (400 C)

5) Rebusan jahe hangat siap digunakan

d. Cara pemberian kompres hangat rebusan jahe

1) Masukan washlap atau handuk kecil ke dalam baskom rebusan jahe hangat

2) Peras washlap atau handuk kecil sampai lembab

3) Tempelkan pada area yang sakit hingga kehangatan washlap atau handuk

kecil terasa berkurang


4) Ulangi langkah sebelumnya hingga 10-15 menit (Hesti & Cahyo, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Proses & konsep Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz.


Aspiani, RY. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Hesti, SD, & Cahyo, S. 2013. Jahe (Pertama). Jakarta: Niaga Swadaya.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kowalak, JP, Welsh, W, & Mayer, B. 2013. Buku Ajar Patofisiologis (Professional
Guide to Pathophysiology). Jakarta: EGC.
Kumar, S., Saxena, K., Singh, U. N., & Saxena, R. (2013). Anti-inflammatory action
of ginger: A critical review in anemia of inflammation and its future aspects.
International Journal of Herbal Medicine, 1(4), 16–20.
Mubarak, WI, Nurul, C, Joko, S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Naga, S Sholeh. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Diva Press.
Neogi, T. (2011). Clinical Practice of Gout. The New England Journal of Medicine,
pp. 443-447.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook.
Nurarif, AH & Kusuma, H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Nurlina. 2014. Konsep Penyakit Asam Urat. Salemba Medika : EGC.
Helmi, Noor Zairin. 2013. Buku Ajar Ganguan Muskuluskeletal. Jakarta : Salemba
Medika.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2018. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan
Gout. Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
Sandjaya, H. 2014. Buku Sakit Pencegah dan Penangkal Asam Urat. Edisi 1.
Yogyakarta: Mantra Books.
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 12. Jakarta : EGC.
Suryani, Sutiyono, & Pistanty, M. A. (2021). Pengaruh Pemberian Kompres Larutan
Jahe Terhadap Nyeri Asam Urat Di Posyandu Lansia Melati Desa Candisari.
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(1),
17. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.693.
Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:
Buku Pintar.

Anda mungkin juga menyukai