DALAM FISIKA
Makalah
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Makalah ini merupakan tugas dari Mata Kuliah Fisika Matematika yang di dalamnya
menjabarkan tentang materi aplikasi persamaan diferensial parsial eliptik dalam fisika.
Terselesaikannya makalah ini tak luput dari kerja sama kelompok yang baik serta bantuan beberapa
pihak. Sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Dr. Warsono, S.Pd. , M.Si., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Fisika Matematika
yang telah memberikan petunjuk dalam penyusunan makalah,
2) Teman-teman mahasiswa Prodi S2 Pendidikan Fisika UNY Kelas B yang telah membantu
dan memberikan motivasi dalam penyusunan makalah ini, dan
3) Pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan
pada penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka
penulis terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak masalah fisika matematika yang melibatkan solusi persamaan
diferensial parsial. Persamaan diferensial parsial berperan penting dalam
penggambaran keadaan fisis, dimana besaran-besaran yang terlibat
didalamnya berubah terhadap ruang dan waktu. Contohnya, jika kita
meninjau topik-topik fisika lanjut, seperti halnya mekanika klasik lanjut yang
membicarakan tentang gelombang elektromagnetik, hidrodinamik dan
mekanika kuantum (gelombang Schrodinger), kita akan menemukan
penggunaan persamaan diferensial parsial yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena fisis yang berkaitan dengan masalah-masalah
tersebut yang dalam kenyataannya sulit untuk dipecahkan dengan cara
analitik biasa, sehingga metode numerik perlu diterapkan untuk
menyelesaikannya. Penggunaan persamaan diferensial tidak terbatas pada
masalah fisika saja, tetapi juga dalam bidang sains dan teknologi.
Sebagai mahasiswa program studi S2 Pendidikan Fisika, pengetahuan
dasar tentang fisika matematik sangat penting. Pengetahuan ini nantinya
dapat dipakai sebagai bekal dalam penelitian-penelitian yang dalam
perhitungannya membutuhkan persamaan diferensial eliptik. Ataupun
misalnya setelah lulus para mahasiswa menjadi seorang dosen, pengetahuan
ini akan sangat dibutuhkan dalam proses mengajar para mahasiswa di
program studi sarjana. Mengingat pentingnya materi ini, penulis terdorong
untuk menulis makalah yang berjudul Aplikasi Persamaan Diferensial Parsial
Eliptik dalam Fisika ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persamaan diferensial parsial eliptik?
2. Bagaimana cara penyelesaian persamaan diferensial parsial eliptik?
3. Bagaimana aplikasi persamaan diferensial parsial eliptik dalam fisika?
1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. mengetahui yang dimaksud dengan persamaan diferensial parsial eliptik,
2. mengetahui cara penyelesaian persamaan diferensial parsial eliptik, dan
3. mengetahui aplikasi persamaan diferensial parsial eliptik dalam fisika.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Untuk mahasiswa jurusan fisika, dapat menjadi bekal dalam kajian-kajian
yang dalam perhitungannya membutuhkan persamaan diferensial eliptik,
dan dapat menjadi referensi bahan mengajar kelak (bagi yang ingin
menjadi guru atau dosen), dan
2. Untuk masyarakat umum, dapat menambah pengetahuan tentang aplikasi
persamaan diferensial parsial eliptik dalam fisika .
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Persamaan Diferensial Parsial (PDP) linier order dua yang paling
umum dalam 2 variabel bebas dapat dituliskan:
2 2 2
∂ U ∂U ∂U
A +B +C 2 +D=E
∂x 2 ∂ x∂ y ∂y
Keterangan:
U : Variabel tak bebas, merupakan fungsi dari x dan y
x, y : Variabel bebas dari persamaan diferensial
A, B, C : Koefisien, bisa konstan atau merupakan fungsi dari x atau y
D : Fungsi dari u dan derivative (Nilai Diskriminan)
4
2.2 Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial Eliptik
Untuk menyelesaikan masing-masing persamaan diferensial parsial,
dibutuhkan syarat batas yang berbeda-beda agar dapat menghasilkan
penyelesaian yang khas, dan stabil. Menurut Stone dan Goldbart (2008:194)
yang senada dengan Arfken dan Weber (2001:497) persamaan diferensial
parsial eliptik membutuhkan syarat batas Dirichlet (nilai fungsi pada batas
domain besarnya sudah diketahui) maupun Neumann (nilai batas yang
diketahui berupa nilai derivatif) dengan permukaan tertutup. Syarat batas
lainnya tidak cukup bisa menghasilkan penyelesaiaan yang khas dan stabil,
tertalu terbatas, ataupun mengarah pada ketidak stabilan.
Penyelesaian persamaan diferensial parsial sering dilakukan dengan
metode pemisahan variabel. Cara menyelesaikan persamaan diferensial
parsial dengan pemisahan variabel dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Misalkan suatu persamaan dengan ruas kiri adalah variabel. terikat dan
ruas kanan perkalian variabel bebas.
2) Turunkan persamaan diatas sesuai dengan PDP.
3) Substitusikan hasil diatas ke PDP.
4) Kalikan persaman diatas dengan koefisien 1/XY.
5) Selesaikan ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan di atas.
6) Substitusi hasil tersebut ke persamaan awal.
7) Selesaikan masalah nilai batas sehingga diperoleh suatu penyelesaian.
Lebih spesifik lagi, metode penyelesaian numerik untuk persamaan
diferensial eliptik diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu metode beda
hingga (finite difference methods) dan elemen hingga (finite element
methods).
a. Metode beda hingga (finite difference methods)
Metode beda hingga diturunkan dari jaring kotak. Turunan pada
persamaan eliptik didekati dengan aproksimasi turunan kedua biasanya
digunakan central difference approximation. Anggaplah distribusi
temperatur suatu plat persegi empat akan ditentukan pada kondisi steady
state. Plat dibagi menjadi beberapa bagian kecil persegi empat seperti yang
terlihat pada gambar 1.
5
Gambar 1. Daerah Empat Persegi Panjang Plat dengan Luas yang Sama
Persamaan yang akan diaproksimasi adalah
∂2 T ∂2 T
2
+ 2 =0
∂x ∂ y
Turunan kedua diaproksimasi pada titik (xi, yi) dengan central difference
approximation untuk mendapatkan persamaan :
6
b. Metode Elemen Hingga (finite element methods)
Penyelesaian suatu masalah dengan metode elemen hingga
umumnya menggunakan perhitungan matriks yang cukup kompleks.
Penyelesaian ini memerlukan perhitungan yang cukup banyak dan
berulang, sehingga diperlukan program komputer untuk mempermudah
dan juga agar lebih efisien. Penyelesaian dari seluruh sistem biasanya
merupakan persamaan serentak dan dinyatakan dalam bentuk matriks
kemudian diselesaian menggunakan persamaan serentak seperti:
1) Metode Iterasi Jacobi
Ide dari metode iteratif Jacobi adalah menemukan harga setiap titik-titik dalam
kotak melalui jalan iterasi hingga ditemukan harga yang optimum. Iterasi awal
dimulai dengan memberikan nilai tebakan pada variabel variabelnya. Iterasi
dilakukan terus menerus hingga selisih harga elemen kini dan sebelumnya
melebihi toleransi yang diberikan.
Misalkan kita tinjau persamaan Laplace:
7
Sebagai langkah awal, kita berikan tebakan awal seluruh titik sama dengan
nol, kecuali pada batas-batas yang telah kita tentukan. Dari langkah ini, kita
memiliki harga-harga pada setiap titik antara lain
8
9
Contoh eksekusi program Iterasi Jacobi
Konsep dari metode relaksasi didasarkan pada suatu ide bahwa konvergensi ke
suatu penyelesaian dari pemberian terkaan awal tertentu dapat dicapai dengan
cara mengulang-ulang iterasi setiap titiknya. Agar lebih jelas, kita akan
menyatakan persamaan eliptik sebagai persamaan difusi
10
menjadi
Dari ungkapan pernyataan di atas, kita dapat menemukan harga terbaru dari u
pada langkah ( n + 1) dengan menggunakan empat harga lama yang
mengelilinginya pada langkah n dan suku sumbernya. Prosedur menemukan
harga terbaru tersebut dilakukan dengan cara menyapu titik-titik yang diawali
dari baris demi baris titik dan menghitung harga baru u dengan mengunakan
pernyataan di atas. Prosedur ini diulang ulang hingga ketelitian yang
diharapkan dicapai. Metode ini disebut dengan iterasi Jacobi seperti yang telah
dibahas di atas. Sayangnya, metode ini masih cukup lambat mencapai
konvergen.
Satu metode yang barangkali lebih baik dibandingkan dengan metode iterasi
Jacobi membuat algoritma tersebut menjadi bentuk semi implisit
11
Dalam skema ini, harga-harga baru dari u digunakan segera setelah harga
harga tersebut ada, artinya bahwa titik-titik yang sudah ter-update akan
digunakan segera dalam perhitungan untuk memperoleh harga terbaru u pada
titik berikutnya. Skema yang diperlihatkan pada rumus di atas tersebut dikenal
dengan metode relaksasi Gauss-Seidel. Sayangnya, metode ini juga masih
lambat konvergensinya.
3) Metode Over-Relaksasi Simultan
Untuk memperoleh metode relaksasi lebih baik dalam hal kecepatan
konvergensi, maka kita perlu mengkoreksi secara over metode Gauss-Seidel.
Kita akan melakukan generalisasi sehingga setiap langkah relaksasi φ j ,i akan
digantikan dengan kombinasi linier antara harga lamanya dan harga
terupdatenya. Jadi
12
Contoh source code untuk menyelesaikan Persamaan Laplace
menggunakan Iterasi Gauss-Seidel dan Over Relaksasi
13
Contoh eksekusi untuk penyelesaian persamaan Laplace
menggunakan metode iterasi Gauss-Seidel
14
Contoh eksekusi untuk penyelesaian persamaan Laplace menggunakan
metode relaksasi dengan parameter relaksasi omega =1.25
15
dengan nol pada persamaan difusi. Keadaan mantap suatu aliran
panas ditunjukkan oleh kuantitas yang sama antara panas yang
keluar dan masuk suatu tampang lintang. Dari kenyataan bahwa
derivatif waktu pada persamaan difusi sama dengan nol,
maka diperoleh persamaan Laplace. Dengan demikian, aplikasi
fisika dari persamaan diferensial parsial eliptik diterapkan untuk
mengetahui distribusi suhu pada saat keadaan mantap suatu keadaan
dengan kondisi setimbang oleh derivatif waktu sama dengan nol
(fungsi tak gayut waktu).
1. Persamaan Poisson
Persamaan Poisson memperkenalkan sumber panas ke
dalam sistem yang ditinjau dengan ditentukan posisinya.
2 2
∂ u ∂ u
+ =S(x , y)
∂ x2 ∂ y2
Dengan S( x , y) didefinisikan sebagai suku tak homogen.
Distribusi suatu panas pada sebuah plat logam tipis yg
permukaannya dilapisi isolator dan disetiap sisinya diberi panas dengan
temperatur tertentu sampai terjadi keadaan steady state.
2. Persamaan Laplace
Jika dalam persamaan Poisson memperkenalkan sumber
panas ke dalam sistem, untuk persamaan Laplace keadaan dimana
sumber panas tidak dapat ditentukan atau dengan kata lain
Laplace merupakan kasus khusus dari persamaan Poisson tanpa
sumber.
2
∇ u=0
2 2
∂ u ∂ u
2
+ 2 =0
∂x ∂ y
16
pada saat transfer permanen telah tercapai atau sampai
terjadi steady state condition.
a. Distribusi suhu dalam dua dimensi (Persamaan Laplace) pada
Plat
2
∇ T =0
∂ 2 u ∂2 u
∇2 T = 2
+ 2 =0
∂x ∂ y
b. Distribusi suhu dalam tiga dimensi (Persamaan Laplace) pada
Koordinat Silinder dan Koordinat Bola
1) Koordinat Silinder (r , θ , z)
( )
2 2
2 1 ∂ ∂T 1 ∂ T ∂ T
∇ T= r + +
r ∂ r ∂ r r 2 ∂θ 2 ∂ z 2
2) Koordinat Bola
∇2 T =
1 ∂ 2 ∂T
r ∂r
2
r ( + 2
1
)∂
∂ r r sinθ ∂θ
(sin θ
θT
∂θ
)
17
Persamaan ini bisa ditemui pada berbagai fenomena seperti:
a. Gelombang elastis pada benda padat termasuk getaran tali, batang, dan membran,
b. Bunyi atau akustik,
c. Gelombang elektromagnet, dan
d. Reaktor nuklir.
d
0o
x
100o
∇ 2 T =0
∂2 T ∂2 T
2
+ 2 =0
∂x ∂ y
Metode separasi/ pemisahan variabel
T ( x , y )=X ( x ) Y ( y )
Diperoleh
∂2 T d2 X
=Y
∂ x2 d x2
2 2
∂T d Y
2
=X 2
∂y dy
Subtitusikan ke persamaan umum
d2 X d2 Y
Y + X =0
d x2 d y2
18
Kemudian dibagi dengan XY, sehingga
2 2
1 d X 1 d Y
+ =0
X d x2 Y d y2
1 d 2 X −1 d2 Y 2
= =konstanta=−k , dengan k ≥ 0
X dx 2
Y dy 2
2
X = - {k} ^ {2} X dan Y=−k Y
Solusi untuk X dan Y
{ {
ky
X = sin kx , Y = e−ky,
cos kx , e ,
{ }{ }
ky
T =XY = e−ky sin kx
e cos kx
{ }
−ky
e sin kx
T =XY = e− ky cos kx
Atau ky
e sin kx
ky
e cos kx
y
0o T (0 , y )=0 o ,batas kiri
o
d T (d , y ) =0 , batas kanan
0o
T ( x, ∞) =0o , batas atas
19
Tidak memenuhi syarat batas T=0, saat y=∞
Syarat batas T(0,y)=0 disubstitusikan ke persamaan fungsi T(x,y), diperoleh
−nπy
d nπx
T ( x, y )=e sin
d
∞ −nπy
nπx
Atau T ( x, y )=∑ e d
sin
n=1 d
Sehingga
d
2 nπx
bn= ∫ 100sin dx
d 0 L
untuk n=genap , bn=0
−200
bn= ( cos nπ −1 ) ,⇒ untuk n=ganjil , bn=1
nπ
∞ −nπy
400 nπx
T ( x, y )= ∑ nπ
e d
sin
d
n =ganjil
20
( )
−πy −3 πy −5 πy
400 πx 1 3 πx 1 5 πx
T ( x, y )= e d
sin + e d
sin + e d
sin +…
nπ d 3 d 5 d
Penyelesaian :
Persamaan untuk koordinat Bola
Persamaan untuk koordinat bola
r 2 ∂r (
1 ∂ 2 ∂T
r +
1
) ∂
∂r r 2 sinθ ∂ θ
sinθ
∂T
+ ( 1
)
∂2 T
∂ θ r 2 sin 2 θ ∂ ∅2
=0
Distribusikan
1 ∂ 2 ∂ 1 ∂ ∂ 1 ∂
r R ΘΦ+ 2 sinθ R Θ Φ+ 2 RΘ Φ=0
r
2
∂r ∂ r r sinθ ∂ θ ∂ θ r sinθ ∅
∂
2 2
❑ ∂ r 2 ∂ R + RΦ ∂ sinθ ∂Θ + RΘ ∂ Φ =0 → x( rsin θ )
r 2 ∂ r ∂ r r 2 sinθ ∂θ ∂ θ r 2 sin2 θ ∂ ∅ 2 RΘΦ
sin2 θ ∂ 2 ∂ R sinθ ∂ ∂ 1 ∂2 Φ
r + sin + =0
R ∂r ∂ r Θ ∂r ∂θ Φ ∂ ∅ 2
Diperoleh
21
2
−1 d Φ 2
=m
Φ d∅ 2
2
d Φ 2
2
=−m Φ → Φ=sinm ∅ ; cosm ∅
d∅
Dan
sin 2 θ d 2 dR sinθ d d
r + sin =m2 → x ¿ )
R dr dr Θ dr dθ
1 d 2 dR 1 d dΘ m2
r + sinθ = 2
R dr dr sin Θ θ dθ dθ sin θ
2
1 d 2 dR m 1 d dΘ
r = − sinθ =k
R dr dr sin2 θ Θ sinθ dθ dθ
Diperoleh
2
m 1 d d
− sinθ =k → x (Θ )
2
sin θ sinθ dθ dθ
( )
2
1 d dΘ m
sinθ + k − 2 Θ=0 Ι
Θ sinθ dθ dθ sin θ
Solusinya
m
¿ PI ( sinθ ) dengan k =1(1+1)
22
2
d R 1−2
=1(1−1)r
dr
Maka solusinya:
1 m 1 m
T =R ΘΦ=r PI ( cosθ ) sinm ∅ atau=r PI ( cosθ ) cosm ∅
∞
T =∑ C 1 r PI (cosθ )
1
1−1
f ( x )=∑ c 1 a P1 ( x)
1 0
100 , 0< x 1
0,
0 −1< x <0
Untuk a=1
∑ c1 a1 P1 ( x )=f (x)
1
Menjadi :
∑ C 1 a1∫ P1 ( x ) Pm ( x ) dx=∫ f ( x ) Pm ( x ) dx
1
1
2C
∫ f ( x ) P m ( x ) dx= 2n+m1
−1
Dengan m=0
23
1
2C 0
∫ f ( x ) P 0 ( x ) dx= 1
−1
0 1
∫ 0 P0 ( x ) dx +∫ 100 P 0 ( x ) dx=2 C0
−1 0
∫ 100 dx=¿2 C 0 ¿
0
1
100 x I 0=2 C0
100(1)
C 0= =50
2
Dengan m=0
1
2 C1
∫ f ( x ) P 1 ( x ) dx= 3
−1
1 1
∫ 0 P1 ( x ) dx +∫ 100 P1 ( x ) dx= 23 C1
−1 0
∫ 100 x= 23 C 1
0
2 1 2
50 x I 0= C 1
3
50 (3)
C 1= =75
2
Jadi distribusi suhunya untuk a=1
T =∑ C 1 a P1 (cosθ )
1
2 3
¿ 50 P0 ( cosθ ) +75 a P1 ( cosθ ) +C 2 a P2 ( cosθ )+C 3 a P 3 ( cosθ )=… .
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. persamaan diferensial parsial eliptik merupakan bentuk dari persamaan
diferensial parsial orde dua
2 2 2
∂ U ∂U ∂U
A +B +C 2 +D=E
∂x 2 ∂ x∂ y ∂y
2
dengan nilai B −4 AC <0 .
2 2
∂ u ∂ u
Misalkan: 2
+ 2 =0
∂x ∂ y
2. penyelesaian persamaan diferensial parsial eliptik pemisahan variabel,
metode beda hingga, metode iterasi Jacobi, metode Gauss-Seidel, metode
over-relaksasi simultan.
3. aplikasi persamaan diferensial parsial eliptik dalam fisika antara lain dalam
2 2
∂ u ∂ u
berntuk persamaan Poisson 2
+ 2 =S(x , y) , persamaan Laplace
∂x ∂ y
2 2 2 2
∂ u ∂ u ∂ u ∂ u
2
+ 2 =0 , dan persamaan Hemholtz + + λu=0 dimana ketiga
∂x ∂ y ∂ x2 ∂ y2
persamaaan tersebut digunakan pada banyak fenomena fisika seperti
elektromagnetik, hidrodinamik, aliran panas, grafitasi, gelombang elastis, bunyi,
gelombang elektromagnet, dan reaktor nuklir.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa penulis
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis ingin menyarankan
kepada para pembaca untuk membuat kajian lebih mendalam tentang
penyelesaian persamaan diferensial parsial eliptik dengan berbagai metode
baik analitik maupun numerik.
25
DAFTAR PUSTAKA
26