Anda di halaman 1dari 7

TAMBAHAN BAB III

TARUH PADA BAGIAN UJI ASUMSI KLASIK

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah hubungan linier antar variabel bebas.


Ghozali (2017) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi yang tinggi atau
sempurna antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak ada korelasi diantara variabel. Bila ada korelasi yang tinggi diantara
variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat menjadi terganggu.

TAMBAHAN BAB IV

Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Perilaku


Konsumtif

No Interval Kategori N Persentase Mean Keteranga


(%) n
1 29-58 Rendah 0 0
2 59-87 Sedang 83 92% 74,81 79,62 (8
Subjek
Ekstrovert)

83,27
(15 Subjek
Introvert)
3 88-116 Tinggi 7 8%

Jumlah 90 100%

(Sumber : Olah Data 2022)


Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa persentase skor
terbesar pada kategori sedang yaitu 92 %. Selain itu hasil analisis
deskriptif tabel 4.4 dan 4.5 menunjukan bahwa 8 subjek dengan tingkat
ekstrovert tinggi memiliki skor rata-rata 79,62 dan berada dalam kategori
sedang, kemudian 15 subjek dengan tingkat introvert yang tinggi
mendapatkan skor rata-rata 83,27 dan berada dalam kategori perilaku
konsumtif sedang. Hasil dari pengelompokan norma kategori
menunjukkan bahwa sebagian besar siswi mempunyai perilaku konsumtif
dengan kategori sedang.

A. Uji Asumsi Klasik


1. Hasil Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2017), uji normalitas adalah uji yang
dimaksudkan untuk melihat apakah residual yang didapat berdistribusi
normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-
Smirnov. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka dapat dikatan residual
memiliki distribusi yang normal, dan sebaliknya. Jika nilai signifikansi <
0,05 maka dapat dikatakan residual memiliki distribusi yang tidak normal.
Tabel 4.6 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.52335557
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .069
Negative -.056
Test Statistic .069
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
(Sumber : Olah Data 2022)
Berdasarkan pada tabel 4.6, hasil uji One-Sample kolmogorov-
Smirnov pada nilai residual mendapat nilai signifikansi 0,200. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel pada penelitian ini berdistribusi
normal.
Selain itu, normalitas suatu data dapat ditentukan dengan melihat pola
persebaran data normal qq plot. Adapun dasar pengambilan keputusan
untuk menentukan data berdistribusi normal adalah :
a) Apabila titik-titik atau data berada di dekat atau mengikuti garis
diagonal, maka dapat dikatakan bahwa nilai data berdistribusi normal.
b) Apabila titik-titik atau data menjauh atau tersebar dan tidak mengikuti
garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa nilai data tidak
berdistribusi normal (Ghozali,2011).
Gambar 4.1 Normal Q-Q Plot

Sumber : Olah Data 2022)


Berdasarkan hasil pengujian probabilitas plot menunjukan bahwa titik-
titik data berada didekat garis diagonal atau mengikuti garis diagonal. Hal ini
menandakan data berdistribusi normal.
2. Hasil Uji Linieritas
Menurut Sugiyono dan Susanto (2015) uji liniearitas dapat
digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen dengan variabel
independen memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan. Uji
linearitas dapat dilakukan melalui test of linearity. Kriteria yang berlaku
dalah jika nilai signifikansi pada Deviation from Linearity ≥ 0,05 ataupun
nilai signifikansi pada Linearity ≤ 0,05, maka dapat diartikan bahwa antara
variabel independen dan variabel dependen terdapat hubungan yang linier.
Tabel 4.7 : Hasil Uji Linieritas
Signifikansi
Linearity 0.009
Deviation from Linearity 0.595
(Sumber : Olah Data 2022)
Berdasarkan tabel 4.7, nilai signifikansi dari uji linearitas yang
didapat adalah 0,00 untuk linearity dan 0, .595 untuk deviation from
linearity. Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang linier
antara variabel independen dan variabel dependen.

3. Uji Multikolinearitas
Uji ini adalah uji yang dilakukan memastikan apakah didalam
sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinieritas antar variabel.
Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai VIF kurang
dari 10 dan atau nilai Tolerance lebih dari 0,01 maka dapat disimpulkan
bahwa model terhindar dari masalah multikolinieritas.
Tabel 4.8 Tabel Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 37.972 6.681 5.684 .000
Ekstrovert .144 .096 .179 1.499 .137 .594 1.685
Introvert .316 .098 .382 3.207 .002 .594 1.685
a. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF 1.685 (kurang dari
10) dan nilai Tolerance lebih dari 0,01. Hal ini menunjukan bahwa model
ini terhindar dari masalah multikolieritas dan dapat dilanjutkan untuk
analisis selanjutnya.

TARUH DIBAWAH ANALISIS KORELASI

2. Uji Beda dan Koefisien Determinasi


Uji beda independent sample test dimaksudkan untuk menguji
adakah perbedaan perilaku konsumtif pada tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert setelah dikategorikan pada analisis deskriptif. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji beda dengan melihat nilai signifikansi
(Sig.) dengan kreiteria :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05, artinya terdapat perbedaan perilaku
konsumtif pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Maka Ha
diterima
b. Jika nilai signifikansi > 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan perilaku
konsumtif pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Maka Ha
ditolak dan H0 diterima.
Tabel 4.10 Uji Independent Sample Test

Sig Mean
Tingkat Ekstrovert Tinggi 1.000 85.7143
Tingkat Introvert Tinggi 1.000 85.9000
Tingkat Ekstrovert Sedang 1.000 73.8916
Tingakt Introvert Sedang 1.000 73.4250
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi diatas
0,05 pada keempat kategori yang berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan kata
lain tidak ada perbedaan perilaku konsumtif pada siswi yang memiliki
kecenderungan kepribadian ekstrovert tinggi dan tidak ada perbedaan nilai mean
yang jauh. Demikian juga pada tingkat sedang, tidak ada perbedaan diantara
keduanya.

TARUH YANG TERAKHIR AKU KIRIM (MODEL SUMMARY)


Tabel 4…… Koefisien Determinasi

TARUH PENGUJIAN HIPOTESIS INI DIBAWAH SETELAH TABEL DIATAS

3.Pengujian Hipotesis

Semua analisis data diatas dimaksudkan untuk menguji beberapa hipotesis


dibawah ini. Adapun Hipotesisnya adalah sebagai berikut.

a. H1 : Terdapat hubungan signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert


dengan perilaku konsumtif. Berdasarkan uji korelasi pada tabel 4.9, nilai
signifikansi adalah 0,000 dan lebih kecil dari pada 0,05 yang artinya H1
diterima.
b. H2 : Terdapat hubungan signifikan antara tipe kepribadian introvert
dengan perilaku konsumtif. Berdasarkan uji korelasi pada tabel 4.9, nilai
signifikansi adalah 0,000 dan lebih kecil dari pada 0,05 yang artinya H2
diterima.
c. H3 : Terdapat hubungan antara tipe kepribadian ektrovert dan introvert
dengan perilaku konsumtif. Berdasarkan tabel 4.9 , nilai signifikansi
masing-masing variabel adalah 0,000 dan lebih kecil dari pada 0,05 yang
artinya H3 diterima.
d. H4 : Terdapat perbedaan signifikan perilaku konsumtif ditinjaun dari tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert. Berdasarkan uji Independent Sample
Test pada tabel 4.10 nilai signifikansi yang didapat adalah 1.000 dan lebih
besar dari 0,05 yang artinya H4 ditolak. H4 ditolak karena perbedaan
mean sangat kecil yang disebabkan oleh 6 responden secara bersama-sama
memiliki kategori skor ekstrovert dan introvert yang sama-sama tinggi.
Setelah dilakukan uji manual dan menghilangkan 6 responden tersebut
menggunakan Microsoft Excel yang hasilnya tertera pada tabel norma
kategorisasi skor perilaku konsumtif tabel 4.3 didapati bahwa subjek
dengan skor introvert tinggi memiliki nilai mean perilaku konsumtif
sebesar 83,27. Skor tersebut lebih tinggi dari pada subjek dengan skor
ekstrovert tinggi yaitu 79,62. Oleh karena itu disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan perilaku konsumtif yang signifikan ditinjau dari tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert namun responden dengan skor
introvert tinggi menunjukan perilaku konsumtif lebih tinggi dari pada
ekstrovert.

Anda mungkin juga menyukai