Tujuan
Untuk mengetahui kekerasan yang dinyatakan sebagai kedalaman masuknya jarum penetrasi standar
secara vertikal yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu dan temperatur yang
diketahui.
Nilai PEN (penetrasi) menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu standar 25°C yang diambil
dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar dengan bahan standar (50 gr/100 gr) dalam rentang
waktu yang juga standar (5 dtk).
Kegunaan
Cara uji penetrasi ini dapat digunakan untuk mengukur konsistensi aspal. Nilai penetrasi yang tinggi
menunjukkan konsistensi aspal yag lebih lunak.
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar akan menghasilkan nilai
yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun sedemikian rupa sehingga dihasilkan
grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration Index dapat ditentukan dari grafik tersebut.
Peralatan
1. Penetrometer yaitu alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm. pemegang jarum sebesar (47,5 ± 0,05)
gr yang dapat dilepas dengna mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
2. Pemberat sebesar (50 ± 0,05) gr dan (100 ± 0,05) gr masing-masing digunakan untuk pengukuran
penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
3. Jarum penetrasi
Terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat. Jarum standar memiliki panjang sekitar 50
mm sedangkan jarum panjang memilki panjang sekitar 60 mm (2,4 in)
4. Cawan benda uji
Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silider dengna dasar yang rata dan berukuran
sebagai berikut:
Penetrasi Diameter Tinggi Bagian Dalam
Di bawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 350 55 – 75 mm 45 – 70 mm
350 sampai 500 55 mm 70 mm
5. Bak perendam
Terdiri dari bejana dengan isi lebih dari 10 lt dan dapat mempertahankan temperatur 25°C ± 0,1°C
atau temperatur lain dengan ketelitian tidak lebih dari 0,1°C. Bejana atau bak perendam harus
dilangkapi dengan pelat dasar berlubang yang terletak tidak kurang dari 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
Tujuan
Untuk mengukur berat jenis aspal dengan menggunakan piknometer serta berdasarkan perbandingan
berat di udara dan berat di dalam air
Kegunaan
Berat jenis aspal keras dari hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan serta
pengendalian mutu campuran beraspal antara lain untuk konversi dankoreksi dari isi ke berat atau
sebaliknya.
Peralatan
1. Piknometer kapasitas 30 ml
2. Bak perendam
Bak perendam memiliki temperatur yang konstan yaitu dapat mempertahankan
temperatur sehingga tidak berbeda lebih dari 0,1°C dari temperatur pengujian yang diinginkan
3. Termometer
4. Bejana gelas kapasitas 600 ml
5. Timbangan kapasitas 200 gr dan ketelitian 0,002 gr
Benda Uji
Pengambilan contoh aspal harus dilakukan sesuai SNI 03-6399. Contoh aspal harus bebasdari bahan-
bahan asing. Contoh aspal harus diaduk sebelum diambil sebagian yangmewakili untuk diuji.
Persiapan Alat
Isi gelas kimia 600 mL dengan aquades yang baru dididihkan dan didinginkan kembalisampai volume
yang dapat merendam piknometer dengan jarak antara bagian ataspiknometer dengan permukaan air
tidak kurang dari 40 mm.
a) Rendam gelas kimia tersebut dalam bak perendam sedemikian rupa sehingga bagianbawah gelas
kimia terendam pada kedalaman tidak kurang dari 100 mm dan bagian atasgelas kimia berada di
atas permukaan air bak perendam. Jepit gelas kimia tersebut agar tetap pada posisinya.
b) Atur dan pertahankan temperatur air pada bak perendam sehingga tidak berbeda lebih dari 0,1°C
dari temperatur pengujian;
Kalibrasi Piknometer
a) Timbang piknometer yang bersih dan kering sampai 1 mg terdekat. Catat beratpiknometer sebagai
massa A;
b) Keluarkan terlebih dahulu gelas kimia dari bak perendam, isi piknometer denganaquades yang
baru dididihkan dan didinginkan kembali hingga sesuai dengantemperatur pengujian kemudian
tutup piknometer secara longgar. Tidak boleh sedikitpun ada gelembung udara dalam piknometer.
Letakkan piknometer yang sudah diisitersebut dalam gelas kimia kemudian tekan penutupnya
Perhitungan
1. Hitunga berat jenis benda uji sampai tiga amgka di belakang koma dengna persamaan sebagai
berikut:
(C − A)
Berat jenis =
{(B − A) − (D − C)}
Keterangan:
A = massa piknometer dan penutup
B = massa piknometer dan penutup berisi air
C = massa piknometer, penutup dan benda uji
D = massa piknometer, penutup, benda uji dan air
2. Hitung berat isi benda uji sampai tiga angka di belakang koma dengan persamaan sebagai berikut:
Berat Isi = Berat jenis x W!
Keterangan:
WT = berat isi air pada temperatur pengujian sesuai CRC Handbook of Chemistry sebagai berikut:
Pelaporan
Laporkan berat jenis benda uji sampai tiga angka di belakang koma atau berat isi benda uji sampai 1
kg/m3 terdekat dengan mencantumkan suhu pengujian
Ketelitian
a) Dua kali pengujian yang dilakukan oleh teknisi yang sama dan terhadap contoh uji yangsama, hasil
berat isi tidak boleh berbeda lebih dari nilai sebagai berikut:
Temperatur (°C) Berat Isi (kg/m3)
15,6 3,7
25,0 2,3
b) Dua kali pengujian yang dilakukan di laboratorium yang berbeda terhadap contoh ujiyang sama,
hasil berat isi tidak boleh berbeda lebih dari nilai sebagai berikut
Temperatur (°C) Berat Isi (kg/m3)
15,6 6,8
25,0 5,4
Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui temperatuh dimana aspal dan juga ter mulai lembek. Temperatur
ini digunakan sebagai acuan dilapangan untuk kemampuan aspal dan juga ter menahan temperatur
permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat mengurangi daya lekatnya.
Metoda ring and ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini dapat mengukur titik lembek
bahan semisolid sampai solid.
Titik lembek adalah temperatur pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak turun lapisan aspal
yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal menyentuh pelat dasar yang terletak di
bawah cincin pada jarak 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.
Faktor Yang Mempengaruhi Pengujian Titik Lembek
- Kualitas dan jenis cairan penghantar
- Berat bola besi
- Jarak antara ring dengan dasar plat besi
- Besarnya temperatur pemanasan
Aplikasi Nilai Titik Lembek
- Bersama-sama dengan nilai penetrasi digunakan untuk menentukan PI (penetration index) yang
merupakan tingkat kepekaan aspal terhadap temperatur
- Menentukan modulus bahan aspal dengan menggunakan nomogram Van Der Poel
- Menentukan sifat kelelahan dari lapisan aspal dan agregat
Peralatan
1. Cincin; dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan
Tujuan
Untuk mengukur temperatur dimana aspal mulai dapat mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat
pemanasan dengan menggunakan Cleveland Open Cup. Temperatur yang diperoleh adalah sebagai
semulai terhadap temperatur maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan
permanen.
Titik Nyala
Temperatur terendah dimana uap benda uji dapat menyala menyala (nyala biru singkat) apabila
dilewatkan api penguji. Temperatur titik nyala tersebut harus dikoreksi pada tekanan barometer
udara101,3kPa(760mmHg).
Titik Bakar
Temperatur terendah ketika uap benda uji terbakar selama minimum 5 detik apabila dilewatkan api
penguji.Temperatur titik bakar tersebut harusd ikoreksi pada tekanan barometer udara101,3kPa
(760mmHg)
Kegunaan
1. Titik nyala merupakan salah satu cara untuk menentukan kecenderungan aspal dapat menyala
akibat panas dan api, pada kondisi di laboratorium yang terkontrol, hasil tersebut dapat digunakan
sebagai informasi bahaya kebakaran yang sesungguhnya dilapangan.
2. Titik nyala digunakan sebagai informasi keselamatan pada pengiriman untuk bahan yang mudah
terbakar.
3. Titik nyala yang rendah memberikan petunjuk adanya bahan yang mudah menguap dan terbakar.
4. Titik bakar merupakan salah satu cara untuk menentukan kecenderungan aspal dapat terbakar
akibat panas dan api, pada kondisi di laboratorium yang terkontrol.
Peralatan
1. Alat cleveland open cup terdiri dari cawan cleveland, plat pemanas, nyala api penguji, pemanas
dan penyangga.
Nyala api penguji, sebagai sumber nyala penguji digunakan gas alam cair (LPG). Suplai tekanan
gas ke alat tidak boleh melebihi 3kPa.
2. Termometer dengan rentang pengukuran –6°C sampai dengan 400°C.
3. Barometer, untuk mengukur tekanan udara.
Pesiapan Peralatan
1. Cuci cawan cleveland dengan larutan pembersih untuk membersihkan aspal dari cawan cleveland,
kemudian keringkan.
c) Salah satu cara kerja alat titik nyala dapat diperiksa dengan menggunakan SWSs (Secondary
Tujuan
Untuk mengetahui kekenyalan aspal yang dinyatakan dengan panjang pemuluran aspal yang dapat
tercapai hingga sebelum putus. Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik aspal.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengulur jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari bahan bitumen
pada dua cetakan kuningan, akibat penatikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus.
Pemeriksaan dilakukan pada suhu (25 ± 0,5)°C dan dengan kecepatan tarik 50 mm/mnt dengan toleransi
± 5%.
Peralatan
1. Cetakan kuningan
Cetakan ini terdiri dari 2 bagian:
- Bagian yang disebut clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping
cetakan yang berfungsi sebagai pengunci sebelum cetakan in diuji. Pada saat pengujian,
bagian samping ini harus dilepas
- Pelat alas cetakan
2. Bak perendam
Harus dapat mempertahankan temperatur pengujian 25°C atau temperatur lainnya dengan
ketelitian 0,1°C. Isi air dalam bak perendam tidak boleh kurang dari 10 liter, kedalaman air di dalam
bak tidak boleh kurang dari 50 mm agar benda uji dapat terendam pada kedalaman 25 mm;
3. Mesin penguji dengan ketentuan sebagai berikut:
- apat menjaga benda uji tetap terendam;
- dapat menarik benda uji tanpa menimbulkan getaran dengan kecepatan tetap;
Cetakan Daktilitas
Keterangan:
A jarak pusat jari-jari : 111,5 – 113,5 mm
B Panjang total benda uji : 74,5 – 75,5 mm
C Jarak antar penjepit (clip) : 29,7 – 30,3 mm
D Tepi/bahu : 6,8 – 7,2 mm
E Jari-jari : 15,75 – 16,25 mm
F Lebar min potongan : 9,9 – 10,1 mm
G Lebar penjepit (clip) : 19,8 – 20,0 mm
H Jarak antar pusat dengan jari-jari kiri dan kanan : 42,9 – 43,1 mm
I Diameter lubang : 6,5 – 6,7 mm
J Tebal : 9,9 – 10,1 mm
a dan a’ : penjepit
b dan b’ : cetakan daktilitas
b) Letakkan cetakan daktilitas di atas pelat dasar pada tempat yang datar dan rata, sehingga semua
bagian bawah cetakan menempel baik pada pelat dasar;
c) Panaskan contoh uji sekitar 150 gr sambil diaduk untuk menghindari pemanasan setempat yang
Penjelasan:
- Teknisi tunggal (1S) : teknisi tunggal yang menguji di satu laboratorium
- Multi laboratorium (1S) : hasil dari beberapa laboratorium dengan contoh yang sama
- Teknisi tunggal (D2S) : teknisi tunggal yang menguji di laboratorium dan alat yang berbeda dengna
contoh yang sama
- Multi laboratorium (D2S) : hasil dari dua teknisi dari beberapa laboratorium dengan contoh yang sama
Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kekentalan (viskositas) aspal keras dengna mengunakan
alat Saybolt dan aspal cair dengan menggunakan alat Engler.
Kegunaan
Pengujian ini digunakan untuk menentukan salah satu karakteristik aspal sebagai identifikasi dalam
pengiriman. Standar ini menetapkan cara uji viskositas saybolt furol aspal secara empiris pada temperatur
yang ditentukan antara 120°C sampai dengan 240°C, yang dapat digunakan untuk menentukan
temperatur pencampuran dan temperatur pemadatan campuran beraspal. Temperatur pencampuran dan
temperatur pemadatan campuran beraspal diperoleh dari nilai viskositas berdasarkan hasil kalibrasi dan
standardisasi
Peralatan
1. Viskometer saybolt furol dan penangas
Penangas eksternal dapat digunakan, dan bila digunakan harus diletakkan pada jarak lebih dari
51 mm dari viskometer. Penangas terbuat dari bahan aluminium dengan pengatur temperatur tetap
dan tanpa alat pengaduk
Tabung Viskometer
Cincin Pemindah
4. Penutup tabung viskometer
Terbuat dari logam, berbentuk silinder dengan penutup mempunyai diameter lebih kurang 57 mm
dan tinggi 7 mm. Satu lubang terletak di tengah penutup, lubang berukuran sedikit lebih besar dari
diameter termometer.
5. Penyangga termometer
Penyangga termometer diletakkan di atas tabung viskometer.
Penyangga Termometer
6. Termometer viskositas saybolt
Temperatur Pengujian Standar Termometer
(°C) Rentang Pengukuran (°C) Skala Pembacaan (°C)
121 119 – 130 0,1
135 132 – 143 0,1
149 145 – 158 0,1
163 160 – 171 0,1
177 174 – 185 0,1
204 202 – 213 0,1
232 230 – 241 0,1
7. Termometer penanggas
8. Saringan
9. Labu penampung
Labu Penampung
Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kehilangan berat minyak dan aspal, yang dinyatakan dalam
persen berat semula.
Peralatan
1. Termometer;
2. Oven yang dilengkapi dengan :
- Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 ± 1)°C
- Pinggan logam berdiameter 35 cm, menggantung pada oven pada poros vertikal dan
berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran per menit;
Dimana
A = berat benda uji semula
B = berat benda uji setelah pemanasan
Pelaporan
- Hitunglah kehilangan berat
- Bandingkan nilai penetrasi, titik lembek dan daktilitas pada kondisi sebelum dan sesudah
kehilangan berat.
- Laporkan hasil pemeriksaan ganda (duplo) sampai angka 3 angka dibelakang koma.
Tujuan
Untuk menentukan kekentalan (viskositas) aspal dengan menggunakan alat saybolt
V = Kekentalan standar
t = Waktu alir
Pelaporan
Laporkan hasil pengujian samapi satu angka d belakang koma dari hasil rata-rata pengujian.
Tujuan
Untuk menentukan berat jenis aspal cair dengan menggunakan hidrometer
Pengertian Berat Volume
Berat volume aspal cair pada suhu tertentu. Satuan yang digunakan adalah kg/lt/25°C.
Berat Jenis
Perbandingan antara berat aspal cair dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25°C.
Peralatan
1. Hidrometer
2. Termometer dengan skala dari 0 – 100 °C
3. Bak perendam yang dilengkapi dengan pengotrol suhu dengna ketelitian (25 ± 0,1)°C
4. Gelas ukur kapasitas 250 ml
Benda Uji
Aspal cair
Langkah-langkah Pengujian
1. Benda uji yang telah dipersiapkan dimasukan seluruhnya ke dalam gelas ukur secara perlahan
untuk menjaga permukaan kaca pada gelas ukur tetap bersih dari percikan aspal cair untuk
memudahkan pembacaan nantinya dan untuk menghindari gelembung-gelembung udara
terperangkap.
2. Masukan gelas ukur yang telah berisi benda uji ke dalam bak perendah yang telah diatur suhunya
pada 25°C agar didapatkan suhu yang tetap.
3. Ukur suhu benda uji dengna mencelupkan termometer ke dalam bendu uji secara perlahan.
4. Jika suhu benda uji sama dengan 25°C maka pengukuran berat jenis dapat segera dimulai.
5. Masukan secara perlahan hidrometer yang telah dipersiapkan dengan cara hidrometer dipegang
secar tegak lurus pada tengah-tengah diameter gelas ukur, kemudian turunkan hidrometer
perlahan hingga ujungnya menyentuh benda uji.
6. Lepaskan hidrometer agar bebas dan masuk ke dalam benda uji.
7. Amati secara seksama untuk melihat apakah gelembung udara terjadi pada permukaan
hidrometer. Jika ada, maka ulangi butir 5.
8. Jika pada waktu hidrometer masuk bebas ke dalam benda uji, sisi hidrometer menyentuh sisi gelas
ukur maka dengna hati-nhati geser ujung atas hidrometer ke posisi tengah dari gelas ukur dan
dijaga agar hidrometer tidak menyentuh sisi dari gelas ukur waktu masuk bebas.
9. Biarkan hidrometer tersebut masuk secara perlahan ke dalam benda uji dan catat skala bacaan
pada hidrometer yang tersentuh benda uji setiap 10 mnt.