Oleh :
dr. Lilis Muliawati
Pembimbing :
dr. Fadhli Azimi
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. FS
Umur : 30 tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Bohusami, Kecamatan Wonggarasi
Agama : Islam
2. Anamnesis
Keluhan utama: Datang dengan keluhan luka pada jari tangan kiri
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/60 mmHg
Frek. Nadi : 70 x/menit
Frek. Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,5 º C
Status Generalisata
1. Kepala : Normocephali
2. Mata : Pupil : Isokor (+/+) Sklera : Ikterik (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+) Refleks cahaya : (+/+)
3. Telinga :Bentuk normal, oedem (-)
4. Hidung : Bentuk normal, oedem(-), hiperemis(-), deviasi septum(-)
5. Mulut : Bentuk normal, sianosis(-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-)
7. Thorax (Paru) :
Inspeksi : simetris, bentuk normal
Auskultasi : vesikuler
8. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Murmur (-)
9. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : tympani
11. Ekstremitas
Superior : Vulnus laserasi di regio digiti III&IV manus sinistra, nyeri (+)
Look
Pada extremitas atas sinistra tampak luka robek jari III&IV distal sinistra, perdarahan
aktif (+)
Feel
Move
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil lab :
Hemoglobin : 15,6 gr/dl
Leukosit : 8.500 /uL
Trombosit : 205.000/uL
PCV : 42
Ureum : 17 mg/dL
Kreatinin : 0,9 mg/dL
GDS : 171 mg/dL
Rapid test C-19 : Positif
5. Diagnosis Kerja
Finger Tip Injury Digiti III-IV Distal Sinistra + Rapid Antigen Covid 19 Reaktif
6. Penatalaksanaan
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Ranitidin amp/8 jam//iv
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
- Ketorolac amp/8 jam/iv
- Rencana debridement + amputasi + primary hecting
- konsul spesialis interna
Advice :
- Favipiravir 1600 mg/12 jam/PO (hari 1) lanjut 600 mg/12 jam/PO (hari 2-5)
- Vitamin C non acid 500 mg/8 jam/oral
- Vit B1 100 mg/24 jam/PO
POST OP
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam ( 50 % ) misalnya karena
tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri
dibedakan berdasarkan beratnya cedera :
- Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding.
- Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya
menimbulkan pendarahan yang hebat.
- Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan
yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke
jaringan karen elastisitasnya. 1
Gambar 5.
Klasifikasi oleh Tamai dan Ishikawa et al, amputasi jari berdasarkan level trauma1
Walaupun Klasifikasi Allen dan Ishikawa sederhana dan lebih mudah diaplikasikan tetapi tidak
dapat mendeskripsikan detail dari cidera. Klasifikasi PNB dari Evans dan Bernadis, memisahkan
cidera dan efeknya dalam 3 komponen dari finger tip : pulp, kuku dan tulang. Setiap komponen di
subdivisi-kan menjadi 7 atau 8 bagian, sehingga dapat mendeskripsikan cidera lebih akurat. 3
a. Trauma dengan hilangnya jaringan lunak tanpa bagian tulang yang terekspos
Terapi yang baik untuk jenis trauma ini adalah dengan skin graft atau penyembuhan luka
secara sekunder. Masih banyak kontroversi mengenai metode mana yang paling baik diantara
keduanya. Luka yang kecil (tidak lebih dari 1 cm2) dapat diterapi secara non-bedah.
Luka lebih besar yang diterapi non-bedah sembuh dengan lapisan epitelisasi yang tipis dan
tidak terlalu sensitif, sehingga penggunaan skin graft perlu dipertimbangkan. Skin grafts yang
digunakan pada permukaan palmar jari sebaiknya berupa full thickness karena kontraksinya
yang kurang, lebih durable, dan sensibilitas yang lebih baik daripada split grafts. Daerah
donor yang dipilih untuk small split skin graft sebaiknya area hipotenar, karena cukup
nyaman dan bagian kulitnya durable serta memiliki kesamaan warna kulit yang baik.
Sementara bila menggunakan full thickness dapat diambil dari daerah fossa cubiti.11
b. Trauma dengan hilangnya jaringan lunak dan tulang yang terekspos
Bila tulang terekspos, perlu dilakukan penutupan jaringan lunak yang cukup baik. Hampir
tidak pernah ada jaringan lunak yang cukup untuk menutup luka secara primer, dan usaha ini
dapat mengakibatkan nekrosis kulit, jari yang terasa nyeri, dan morbiditas memanjang.
Penutupan dengan flap lokal atau regional atau pemendekan tulang dengan penutupan
primer biasanya dibutuhkan untuk trauma jenis ini.
Flap Lokal
Merupakan flap dengan jaringan yang digunakan menyatu dengan jari yang terluka, dengan
paling tidak satu sisinya melekat pada defek. Keuntungannya adalah flap ini bisa digunakan
oleh pasien usia berapapun, mempertahankan panjang, defek donor tidak membutuhkan skin
graft, dan jaringannya memiliki kualitas, tekstur serta warna yang sama dengan daerah
resipien. Program range-of-motion dapat segera dimulai.
Gambar 6. Sudut dan level amputasi. A. Volar oblique tanpa tulang yang terekspos. B. Volar
oblique dengan tulang terekspos. C. Transverse dengan tulang terekspos. D. Dorsal oblique
dengan tulang
V-Y Flap
Untuk amputasi transverse atau dorsal oblique, volar triangular atau V-Y advancement flap
(Atasoy-Kleinert) adalah metode terapi yang paling ideal. Flap ini dapat digunakan pada
semua jari, termasuk ibu jari. Ujung distal flap dapat diperpanjang hanya sekitar 1 cm. Flap
ini tidak cocok untuk terapi pada amputasi yang terlalu proksimal dan pada trauma dengan
hilangnya jaringan volar lebih banyak daripada dorsal (volar oblique), dikarenakan tidak
cukupnya jaringan untuk perpanjangan. Flap ini didesain dengan ujung distal luka sebagai
dasar dari flap triangular.1,3
Gambar 7.
Flap triangular volar. A. Tulang dipotong hingga sama dengan kulit dan ujung distal nail bed.
B. Flap didesain dengan dasar pada margin distal luka dan apeks pada midline sudut distal
interphalang. C. Flap dimobilisasi. D. Flap diperluas kea rah distal melewati ujung tulang dan
dijahit ke ujung distal nail bed. E dan F. Kulit bagian volar dijahit.1
Untuk amputasi distal transverse jenis flap yang paling baik digunakan ialah Flap Kutler.
Dimana dilakukan penggunaan dual flap triangular dari sisi fingertip. Flap triangular
didesain pada masing-masing sisi ujung jari, dengan basisnya adalah ujung distal luka dan
apeks lebih proksimal. Setelah dilakukan insisi kulit dan jarigan subkutan, flap diperpanjang
tanpa undermining, melewati ujung tulang dan dijahit ke sisi lainnya. Kerugian teknik ini
adalah flap terlalu kecil dan mungkin sulit diperpanjang, dengan hasil penutupan tidak bisa
dicapai tanpa tension / tegangan.
Gambar 8. Teknik Atasoy V-Y. A, Insisi kulit dan mobilisasi flap triangular. B, Triangular
flap advancement C, Penjahitan dasar flap triangular ke nail bed. D, Penutupan defek, teknik
V-Y.
Flap Regional
Paling sering digunakan adalah cross-finger flap dan flap thenar. Dapat digunakan untuk
defek yang hampir sama melibatkan ujung jari. Jenis flap ini mempertahankan panjang dan
dapat menutupi amputasi dengan sudut volar oblique dan amputasi yang terlalu proksimal
untuk dilakukan flap lokal, juga dapat menggantikan hilangnya jaringan pulp. Pada pasien
dengan lebih dari satu trauma pada jari, cross-finger flap multipel atau kombinasi cross-
finger flap dan flap thenar mungkin baik untuk dilakukan.
Kerugian utama dari cross-finger flap adalah penggunaannya yang melibatkan dua tahapan
prosedur yang membutuhkan pembagian flap. Beberapa mempertimbangkan pasien yang
usianya lebih dari 40 merupakan kontraindikatif relatif penggunaan jenis flap ini, dikarenakan
imobilisasi yang panjang bisa menyebabkan kekakuan. Flap jenis ini dikontraindikasikan
pada pasien dengan osteofit atau arthritis pada jari yang terluka dan pasien dengan kondisi
sistemik seperti rheumatoid arthritis, diabetes dan gangguan vasospastik.
Setelah dilakukan prosedur operasi, tangan di-splint. Flap division dilakukan dengan
penggunaan anestesi lokal sekitar 12-14 hari setelah prosedur inisial. Menunda division flap
lebih dari 14 hari meningkatkan risiko kekakuan sendi.
2.2 FRAKTUR
2.2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.4
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan
luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi.
2.2.3 KLASIFIKASI
Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi
menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas
tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur
terbuka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat
ringannya luka dan berta ringannya patah tulang.5
ekstensor setinggi phalanx media atau proksimal, Lalu dapat diimobilisasi baik dengan
plaster splint ataupun fiksasi eksterna berukuran kecil. Pada hari 10-14, flap dipisahkan dari
donornya, dan mobilisasi aktif dimulai sesegera mungkin.
AMPUTATION REVISION
Dilakukan pada defek matrix yang cukup luas, juga pada usia lanjut atau dengan penyakit
sistemik yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan flap. Sisa dari matriks kuku diablasi,
bila insersi tendon fleksor atau ekstensor tidak dapat dipertahankan, maka dapat dilakukan
disartikulasi.
JENIS FIKSASI
Ekternal / EF (External Fixation)