Anda di halaman 1dari 19

GELOMBANG GAUSSIAN, GELOMBANG SCHRODINGER

DAN SIFAT FISIS GELOMBANG


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Inti

Dosen Pengampu:
Diah Mulhayatiah, S.Si., M.Pd.
Pina Pitriana, S.Si., M.Si.

Disusun oleh :

Muhammad Pandu A. S. 1152070042


Rizki Zakwandi 1152070065
Titin Kartini 1152070077
Widya Amanda 1152070079

PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2018 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik. Makalah dengan judul “Gelombang Gaussian, Gelombang Schrodinger dan
Sifat Fisis Gelombang” ini diajukan sebagai salah satu tugas terstruktur mata kuliah
Fisika Kuantum.
Makalah ini membahas tentang persamaan teoritik yang mendasari lahirnya
fisika kuantum, transformasi dari persamaan fisika klasik yang berubah menjadi
tinjauan kuantum, dan kontribusi serta penjelasan fisis dari persamaan gelombang
Scrodinger. Tim penulis berterima kasih kepada Ibu Diah Mulhayatiah, S.Si., M.Pd
dan Ibu Pina Pitriana, S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika
Kuantum yang telah memberikan tugas menulis makalah ini serta semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun konten fisika. Oleh karena
itu, kami membuka kesempatan bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, 25 September 2018

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1s
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................... 7
ISI DAN PEMBAHASAN...................................................................................... 7
A. Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu................................................. 7
B. Persamaan Schrodinger Tidak Bergantung Waktu ...................................... 9
C. Sifat-Sifat Fisis Suatu Gelombang ............................................................. 13
D. Interpretasi statistik .................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterbatasan fisika klasik dalam menjelaskan fenomena-fenomena
alam memunculkan lahirnya teori kuantum. Teori kuantum tidak hanya
memandang suatu objek berdasarkan keadaan makro, akan tetapi juga
menganalisis hingga keadaan mikronya. Energi yang selama ini dianggap
sebagai suatu keadaan kontiniu mengalami perubahan bentuk ketika dalam
dunia kuantum energi dinyatakan sebagai suatu paket-paket tertentu yang
dapat dipisahkan berdasarkan tingkatannya. Fungsi gelombang yang selama
ini berbentuk kontiniu dengan ciri khas gelombang sinusoidal mengalami
transisi menjadi paket gelombang yang tidak hanya bergantung pada varibel
waktu.
Kelahiran fisika kuantum ataupun mekanika kuantum tentunya
dipelopori oleh seseorang yang memahami akan adanya anomali pada gejala
fisis, akan tetapi hal tersebut tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik. Orang
tersebut adalah Schrodinger yang memandang suatu gelombang sebagai
objek yang terkuantisasi. Artinya energi yang dimiliki oleh gelombang
mekanik yang selama ini diasumsikan sebagai suatu yang kontiniu berubah
menjadi menjadi paket-paket gelombang tersendiri. Penjabaran lebih lanjut
mengenai fungsi gelombang Gaussian memberikan suatu titik terang untuk
menjelaskan anomali fisis tersebut.
Berdasarkan hal itulah, sebagai penggiat ilmu fisika dirasa perlu
untuk disajikan materi mengeni persamaan Schrodinger sebagai bekal
mengajar bagi calon guru fisika.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah keterkaitan antara gelombang Gaussian dan
gelombang Schrodinger?
2. Bagaimanaka penjelasan Schrodinger terkait fungsi gelombang yang
terikat fungsi waktu?

1
3. Bagaimanakah pandangan Schrodinger terkait keadaan stasioner
gelombang yang tidak bergantung waktu?
4. Bagaimanakah penjelasan fisis dari fungsi gelombang Schrodinger?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mendapat tambahan wawasan penulis mengenai
keterkaitan antara fisika klasik dan fisika kuantum.
2. Mahasiswa mendapat tambahan wawasan terkait persamaan
Schrodinger yang terikat waktu dan yang tidak terikat waktu.
3. Mahasiswa mendapat tambahan wawasan penulis terkait makna fisis
suatu fungsi gelombang.
4. Sebagai salah satu syarat nilai pada mata kuliah fisika kuantum.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Paket-Paket Gelombang Gausian


Sebelum kemunculan teori-teori kuantum dan kajian fisika modern,
fisika klasik masih memisahkan antara gelombang dan partikel dari suatu
kondisi fisis yang muncul. Hal ini didasari keterbatasan dari fisika klasik
dalam memperlihatkan bagaimana operasi bersama antara gelombang dan
partikel dalam suatu kasus. Kajian klasik terkait gelombang mekanik yang
terlihat dijelaskan oleh paket gelombang gausian yang mana suatu fungsi
gelombang untuk paket gelombang dengan kondisi minimum t=0
dinyatakan dengan (Pain, 2005):
A(k )  e  k ko  (1)
Untuk melihat bagaiaman posisi yang dihubungkan dengan variabel waktu,
perlu dilakukan suatu penyederhanaan menggunakan Transformasi Fourier
dengan menuliskan fungsi  bergantung terhadap k. Persamaan 1 dapat
ditulis ulang menjadi persamaan berikut:

  x, t    A(k )e
i ( kx  ( k ) t )
dk (2)


Sebelum pembahsan lebih lanjut mengenai energi pada tingkat objek yang
sangat kecil, maka perlu dibahas suatu bentuk persamaan energi yang
dinyatakan oleh gelombang klasik melalui persamaan difusi energi. Difusi
energi dan penyerapan energi gelombang secara klasik dinyatakan oleh
persamaan berikut (Pain, 2005):
 2 1  2
 (3).
x 2 c 2 t 2
Persaman gelombang mekanis untuk bidang tiga dimensi dinyatakan oleh
persamaan berikut:
 2  2  2
 2  2 atau 2 (4)
x 2
y z
Pemunculan persamaan 3 dan 4 dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana
terkaan atau perkiraan posisi dan sebaran sub atomik. Secara sederhana,

3
persamaan tersebut merupakan dasar untuk menjawab pertanyaan
“Dapatkah kita melihat bagian dalam atom?” atau “Dapatkah kita melihat
bagian dalam dari nukleus?”. Peninjauan terhadap fungsi gelombang yang
berlaku pada sebuah photon dengan E  pc sehingga   kc dengan
mengadopsi kesetaraan nilai dari   kc maka nilai energi untuk sebuah
elektron yang ditinjau secara non-relativistik adalah
p2  2k 2 k 2
E ,      (5)
2m 2m 2m
B. Paket Gelombang Gausian Bergantung Waktu
Pada pembahasan pada sub bab A, telah diperlihatkan bagaiman
bentuk paket gelombang Gaussian secara spesifik. Pembahasan selanjutnya
adalah bagaimana bentuk ketergantungan antara paket gelombang Gaussian
terhadap fungsi waktu yang nantinya pembahasan ini akan berlanjut kepada
persamaan Schrodinger yang terikat waktu. Merujuk kembali kepada
persamaan 1 dengan mengambil nilai minimum dari paket gelombang
Gaussian. Pada persamaan tersebut diperlihatkan bagaimana
ketergantungan nilai  terhadap k. Maka untuk pembahasan partikel bebas,
besarnya energi hanya bergantung pada momentum. Hal ini terlihat ketika
dilakukan penjabaran terhadp nilai  (k ) di titik tengah paket gelombang
yang memiliki ruang k (UCDS Physics, 2003).

d 1 d 2
 (k )   (k o )  k 0 (k  k 0 )  k 0 (k  k 0 ) 2 (6)
dk 2 dk 2

 ( k )  o   g ( k  k 0 )   (k  k 0 ) 2 (7)

Selanjutnya kita dapat melakukan subtitusi kepada persamaan 2. Maka

dengan mengasumsikan bahwa k’=k-ko maka nilai dari A(k ' )  e k ' .
2


 x, t   e
i ( k ' x  g t ) ik '2 t
 A(k ' )e
i ( k0 x 0t )
e dk ' (8)



 x, t   e
i ( k ' x  g t ) ik '2 t
e
i ( k0 x 0t ) k '2
e e dk ' (9)



 
 x, t   e  it k '2 i k ' x  g t
e
i ( k0 x 0t )
e dk ' (10)


4
C. Operator
Operator dalam pembahasan fisika kuantum merupakan suatu tools
yang berfungsi untuk memudahkan penurunan persamaan khususnya
persamaan gelombang. Sebagai contoh, operator linier yang memungkinkan
semua bidang di bagian sebelah kanan merujuk pada fungsi sebelah kiri.
Terdapat beberpa operator di dalam fisika kuantum, diantaranya (UCDS
Physics, 2003):
1. Operator ruang posisi (koordinat)
Pada operator ini kita akan melihat bagaimana fungsi gelomban
dinyatakan oleh momentum awal (ketika energi masih dalam E0).
1
u po ( x, t )  e i ( p o x  E0 t ) /  (11)
2
Atau jika dinyatakan dalam bentuk transformasi Fourier menjadi

 ( x, t )    ( p)u p ( x, t )dp (12)


Dengan meneruskan persamaan diatas, maka kita dapat menentukan


besaran momentum dalam bentuk:
p (op) u po ( x, t )  p0 u po ( x, t ) (13)

 
p ( op)  (14)
i x
Sehinga, dengan melanjutkan persamaan sebelumnya kita dapat
menemukan persamaan untuk operator energi, posisi dan
Hamiltonian yang dinyatakan dalam persamaan berikut:

E ( op)  i  Energy OP
t
x ( op)  x  Posisi OP (15-17)
2 2
H ( op)    V ( x)  Hamiltonia n OP
2m x 2
2. Operator ruang momentum
Berkebalikan dengan operator pada ruang koordinat, pada
operator ruang momentum kita dituntut untuk menemukan operator
posisi. Opertor posisi dalam ruang momentum adalah:

5
1
 x ( p)  e ipx0 /  (18)
0
2

x ( op)  i (19)
p
3. Fungsi Normalisasi
Fungsi normalisasi berfungsi sebagai suatu prasyarat dalam
pembahasan ini. Sutu fungsi yang sudah ternormalisasi akan
memiliki nilai akhir yang real. Secara matematis, normalisasi fungsi
dapat dilakukan dengan persamaan berikut:
  x2
2  2
 e 2  1
2
f ( x) dx  2
dx  (20)

2 
2

6
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
Persamaan Schrodinger dikenalkan oleh Erwin Schrodinger pada
tahun 1926 membahas tentang deskripsi gelombang partikel pada dimensi
atomik yang memenuhi prinsip dan hukum fisika. Persamaan Schrodinger
adalah persamaan untuk partikel bebas atau partikel yang dipengaruhi oleh
potensial yang konstan, V(x) = C = konstanta. Persamaan gelombang
partikel harus konstan dengan persamaan energi klasik yakni:
p2
EK  EP  Etotal  V  E (21)
2m
Persamaan gelombang juga harus memenuhi postulat de Broglie.
maka persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
2m
k2  (E  V ) (22)
h2
p2
Dengan membandingkan persamaan E dengan persamaan
2m
 h2 2
ih    , terlihat adanya koresponedensi antara energi E,
t 2m
momentum p dan operator differensial (Sani & Kadri, 2014).

E  i (23)
t

p  i (24)
Operator-operator tersebut bekerja pada fungsi gelombang  ( x, t ) .
Bentuk korespodensi ini yang nantinya digunakan untuk membangun
persamaan gerak kuantum berangkat dari bentuk klasik. Selanjutnya tinjau
partikel yang mengalami gaya F sebagai gradient dari energi potensial
V(x,t).
F  V ( x, t ) (25)
Karena itu, energi total artikel E dapat diungkapkan sebagai:
p2
E  V ( x, t ) (26)
2m

7
 x
2  Vt  
  Ae  
(27)
Berdasarkan korespodensi dari persamaan (21), persamaan gerak kuantum
partikel di dalam potensial V (x,t) diberikan oleh:
2 2  ( x, t )
  ( x, t )  V ( x, t ) ( x, t )  i (28)
2m t
Secara umum, karena energi E dapat dinyatakan dalam Hamiltonian, maka
E  H ( x, p, t ) (29)

i H ( x, i, t ) (30)
t
Dalam persamaan di atas, Hamiltonian berfungsi sebagai operator, maka
2 2
H    V ( x, t ) (31)
2m
Dalam keadaan tiga dimensi, persamaan Hamiltonian dapat dituliskan
sebagai:
 2   2  2  2 
H      (32-33)
2m  x 2 y 2 z 2 

 2   2  2  2   ( x, t )
H ( x, t )     2  2   V ( x) ( x, t )  i
2m  x 2 y z  t

Dalam kenyataannya, persamaan Schrodinger telah menghasilkan


ramalan yang sangat tepat mengenai hasil eksperimen yang diperoleh. Pada
persamaan terakhir diatas hanya bisa dipakai untuk persoalan non-
relativistik dan akan menjadi lebih rumit jika kelajuan yang mendekati
kecepatan cahaya.
Karena persamaan itu bersesuaian dengan eksperimen dalam batas
– batas berlakunya, kita harus mengakui bahwa persamaan Schrodinger
menyatakan suatu postulat yang berhasil mengenai aspek tertentu dari dunia
fisis. Betapapun sukses yang diperoleh persamaan Schrodinger, persamaan
ini tetap merupakan postulat yang tidak dapat diturunkan dari beberapa
prinsip lain, dan masing – masing merupakan rampatan pokok, tidak lebih
atau kurang sah daripada data empiris yang merupakan landasan akhir dari
postulat itu (Nurun, 2014).

8
B. Persamaan Schrodinger Tidak Bergantung Waktu
Kenyataan bahwa terdapat sistem energi yang ditinjau pada
persamaan Schrodinger yang tidak bergantung pada waktu memungkinkan
lahirnya analisis dan ide untuk menghilangkan variabel t pada persamaan
Schrodinger. Sistem energi tersebut adalah energi potensial yang secara
eksplisit tidak bergantung pada kondisi waktu. Secara matematis,
differensial orde kedua dari persamaan Schrodinger memberikan
kemungkinan atau peluang untuk menyelesaikan permasalahan secara
terpisah di masing-masing variabel. Solusi terpisah di masing-masing
variabel dapat dijadikan suatu generalisasi untuk penyelesaian problem.
Penggunaan persamaan Schrodinger yang tidak terika waktu didasari untuk
menemukan besaran  ( x, t ) ketika gelombang baru tercipta, artinya ketika
variabel waktu masih sanagt kecil (infinity time) (Griffiths, 1995). Dengan
menggunakan asumsi bahwa faktor ruang dan waktu dapat ditinjau secara
sepihak maka:
 ( x, t )  u( x)T (t ) (34)
Dengan mensubsitusikan kedalam persamaan Schrodinger diperoleh:
   2  2 u ( x)  T (t )
  V ( x)u ( x) T (t )  iu ( x) (35)
 2m x
2
 t

   2  2 u ( x) 
  V ( x )u ( x )  iu ( x) T (t )
 2 m  x 2
 t  const.  E (36)
u ( x) T (t )
Pemisahan variabel tersebut menunjukan bahwa terdapat kesetaraan
yang dimiliki oleh fungsi sebelah kiri (dengan komponen x) dengan fungsi
sebelah kanan (dengan komponen t). Kesetaraan keadaan tersebut
mengisyaratkan bahwa ketetapan energi yang berifat konstan. Pertama kita
tinjau untuk masing-masing variabel.
T (t )
iu ( x)  ET (t ) (37)
t
Sehingga untuk penyelesaian umumnya adalah
T (t )  Ce iEt /  (38)
Untuk variabel x persamaan diatas menjadi

9
  2  2 u ( x)
 V ( x)u ( x)  Eu ( x) (39)
2m x 2
Persamaan tersebut memiliki penyelesaian yang terikat pada fungsi
potensial (V(x)). Keadaan inilah yang dimaksudkan dengan persamaan
Schrodinger yang tidak terikat akan waktu. Berdasarkan persamaan
tersebut, kita tidak dapat menentukan dan menyelesaikan permasalahan
sebelum bentuk potensial (V(x)) diketahui. Dengan demikian fungsi
gelombang dapat direduksi menjadi
 ( x, t )  u( x)e iEt /  (40)
Penggunaan metode separasi/pemisahan variabel untuk
menyelesaikan persamaan Schrodinger memiliki beberapa keistimewaan,
diantaranya adalah:
1. Solusi separasi merupakan keadaan stasoner dari fungsi gelombang.
hal ini ditunjukan dengan rapat probabilitas dan nilai ekspektasi
variabel tidak bergantung pada waktu. Meskipun solusi akhir yang
kita miliki adalah
 ( x, t )  u( x)e iEt /  (41)
Akan tetapi kita memiliki nilai rapat probabilitas sebesar

 ( x, t )   ( x , t )   ( x, t )
2

 ( x, t )  u ( x)e iEt /  u ( x)e iEt / 


2
(42-44)
 ( x, t )  u ( x )
2 2

Merujuk pada persamaan tersebut maka variabel waktu dengan


sendirinya menghilang dari persaman Schrodinger dengan catatan
fungsi tersebut bersifat normal yang ditandai dengan nilai E yang real.
Penurunan terhadap nilai ekspektasi pada variabel dinamis
memberikan persamaan
   
Q( x, p)   uQ x, udx (45)
 i x 
 iEt / 
Q( x, p)   u ( x)e iEt /  Q( x, p)u ( x)e dx (46)

Persamaan diatas mengindikasikan bahwa setiap nilai ekspektasi


suatu besaran bernilai konstan terhadap waktu. Hal ini memungkinkan

10
pengabaian terhadap fungsi f (t ) dan mengganti variabel  dengan
variabel u. Perlu diperhatikan bahwa variabel u merupakan
penyederhanaan, hal ini bertujuan untuk menghindari kesalah
pahaman terhadap fungsi gelombang yang sebenarnya yang memuat
variabel t dalam bentuk eksponensial. Dengan demikian, penetapan
x sebagai suatu konstanta dengan p=0 maka tidak akan terjadi

kondisi stasioner dari suatu paket gelombang (Morisson, 1994).


2. Solusi Separasi Merupakan Keadaan Energi Total Tertentu
Pernyataan solusi separasi merupakan keadaan energi total
tertentu mengindikasikan bahwasanya terdapat total energi yang sama
di setiap saat melalui pengukuran. Merujuk pada operator energi
Hamiltonian (pers. 17) yaitu jumlah energi kinetik dan energi
potensial adalah
2 2
H ( x, p)    V ( x) (47)
2m x 2
Dengan menggunakan operator Hamiltonian maka persamaan
   2  2 u ( x)  T (t )
  V ( x)u ( x) T (t )  iu ( x) (48)
 2m x
2
 t

Dapat disederhanakan menjadi


H opu( x)  E (u( x)) (49)

Persamaan diatas disebut dengan persamaan karakteristik atau


persamaan nilai eigen dengan Hop sebagai operator Hamiltonoan, u(x)
nilai fungsi eigen dan E adalah nilai eigennya. Dengan demikian
penggunaan energi sebai konstanta menjadi lebih terlihat jelas
dikarenakan nilai eigen tersebut menunjukan keadaan energi yang
sama di berbagai titik atau momentum.
 2 2
H   V ( x) (50)
2m x 2
Fungsi hamiltonian yang terlihat sudah tidak lagi mengandung
variabel t sehingga ekspektasi energi totalnya menjadi:

H   u * H udx  E  u dx  E
2
(51)

11
Perlu diingat bahwa normalisasi dari fungsi  sebagai normalisasi
   
fungsi u. Dan juga H 2 u  H ( H u)  ( H )( Eu )  E ( H u)  E 2 u maka

H 2   u * H 2 udx  E 2  u dx  E 2 .
2
(52)

Karakterisasi sistem separasi akan terlihat ketika standar deviasi dari


fungsi muncul. Standar deviasi untuk sistem Hamiltonian ini adalah

 H2  H
2
 H 2  E2  E2  0 (53)

Nilai standar deviasi “nol” mengindikasikan bahwa pengukuran


sampel yang diperoleh memilikinilai yang sama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya solusi separabel ini memiliki sifat
bahwasanya setiap pengukuran energi totoal pasti memiliki nilai yang
sama di segala titik. Sehingga pernyataan awal pembasahan ini
terbukti (Gasiorowicz, 2003).
3. Solusi umum dari fungsi Schrodinger tidak bergantung waktu
merupakan kombinasi linier dari solusi separasi.
Pernyataan diataPhyss merupakan kelanjutan dari pembahasan awal
sistem separasi ini yang disebutkan bahwa gabungan dari separasi
variabel dapat dijadikan suatu genelarisir fungsi umumnya. Keadaan
ini terlihat dari kumpulan sistem separasi tak hingga yang mana
u1 ( x), u 2 ( x), u3 ( x)u n ( x) dengan masing-masing sistem berkaitan
dengan konstanta separasi. Sehingga terdapat fungsi gelombang yang
berbeda-beda yang berhubungan dengan energi-energi yang
diperbolehkan. Dengan mempertimbangkan nilai standar deviasi yang
“nol” maka dapat menjadikan konstanta separasi sebagai c. Dengan
demikian solusi umum dari sistem separasi variabel adalah

 ( x, t )  n1 cn u n ( x)e iE t /  .



n
(54)

Secara matematis, hal ini diperoleh dari persamaan umum kombinasi


fungsi linier sebagai
f ( z)  c1 f1 ( z)  c2 f 2 ( z )  c3 f 3 ( z)cn f n ( z) (55)

12
C. Sifat-Sifat Fisis Suatu Gelombang
Untuk fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu , 𝜓(𝑥),
|𝜓(𝑥)|2 𝑑𝑥 disebut peluang menemukan partikel di antara x dan x+dx
|𝜓(𝑥)|2 rapat peluang partikel berada di x. Total peluang untuk menemukan
partikel itu disepanjang sumbu-x adalah:
∞ ∞
∫−∞ 𝜓 ∗ (𝑥) 𝜓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫−∞|𝜓(𝑥)|2 𝑑𝑥 = 1 𝜓 ∗ 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑗𝑢𝑔𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖
𝜓. (56)
Fungsi 𝜓(𝑥) yang memenuhi persamaan di atas disebut fungsi yang
dinormalisasi , yang biasa disebut rapat peluang (Purwanto, 2006). Suatu
fungsi gelombang partikel harus memilki kelakuan yang baik, yaitu:
 Tidak sama dengan nol dan bernilai tunggal, artinya untuk suatu
harga x, 𝜓(𝑥), hanya memiliki satu harga saja.
 Fungsi dan turunannya kontinu disemua harga x dan
 Fungsi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk x menuju
±∞.

D. Interpretasi statistik
Fungsi gelombang tersebar pada suatu ruang pada fungsi x, untuk setiap
waktu. Interpretasi statistik born dari suatu fungsi gelombang dikatakan
bahwa |𝜓(𝑥, 𝑡)|2 adalah probabilitas untuk menemukan partikel pada titik
x pada waktu t.
|𝜓(𝑥, 𝑡)|2 𝑑𝑥 ={probabilitas untuk menemukan partikel diantara x
dan {x+dx} pada waktu t} (57)
Fungsi gelombang dibawah ini kemungkinan besar dapat ditemukan partikel
disekitar titik A, dan relatif tidak mungkin untuk menemukan partikel
disekitar titik B.

13
Gambar 1. Bentuk Gelombang Acak

Pada gambar fungsi gelombang di atas yaitu bentuk fungsi gelombang,


partikel kemungkinan besar ditemukan disekitar titik A, dan kemungkinan
paling kecil ditemukan di sekitar titik B. Dan area yang ter asir di atas
merepresentasikan kemungkinan ditemukannya partkel pada jangkauan dx.
Nilai harap
Jika fungsi gelombang 𝜓 sudah diperoleh, maka di definisika nilai harap
(expectation value) dari besaran A sebagai
(𝐴) = ∫ 𝜓 ∗ 𝐴𝜑 𝜓𝑑𝑣 (58)
Dengan 𝐴𝜑 adalah operator A(x-𝑖ℏ ⊽) yang mempresentasikan variabel A
di dalam mekanika kuantum (Sudiarta, 2012).

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan teoritis yang dikemukakan oleh Schrodinger untuk menjelaskan
anomali fisis yang terjadi memberikan suatu titik terang dalam membahas
fisika lebih lanjut. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal dianataranya:
1. Persamaan Schrodinger dapat ditinjau sebagai fungsi waktu untuk
keadaan yang kontiniiu.
2. Persamaan Schrodinger dapat ditinjau sebagai suatu fungsi
gelombang yang tidak terikat waktu untuk keadaan stasionernya.
3. Beberapa operator yang digunakan adalah Hamiltonian, Ruang
koordinat dan ruang momentum.
4. Keadaan stasioner tercipta ketika standar deviasi hasil pengukuran
bernilai nol, atau menghasilkan besaran yang sama di setiap titik uji.
B. Saran
Penulisan makalah ini sedikit mengalami kendala karena beberapa urutan
materi yang sedikit berbeda dengan rujukan. Sebagai contoh, pembahasan
mengenai operator fisi dilakukan setelah penjelasan materi ini. Sedangkan
untuk menjelaskan materi ini dibutuhkan pendekatan matematis seperti pada
operator fisis. Dengan demikian penulis menyarankan untuk diperhatikan
urutan penulisan materi agar dapat meningkatkan kualitas makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gasiorowicz, S. (2003). Quantum Physics (3rd ed.). USA: John Wiley & Son.
Griffiths, D. J. (1995). Introduction to Quantum Mechanics. USA: Prentice Hall.
Morisson, M. (1994). Understanding Quantum Physics. Oklahoma: Prentice Hall.
Nurun. (2014). Fisika Kuantum. Malang: UIN Malang.
Pain, H. J. (2005). The Physics aof Vibration and Wave. New York: Jhon Wiley &
Sons.
Purwanto, A. (2006). Fisika Kuantum. Yogyakarta: Gava Media.
Sani, R. A., & Kadri, M. (2014). Fisika Kuantum. Medan: Unimed Press.
Sudiarta, I. (2012). Mekanika Kuantum Draft. Mataram: Universitas Mataram.
UCDS Physics. (2003). Quantum Physics. California: UCSD.

16

Anda mungkin juga menyukai