Hubungan
Hubungan
Karena itu, ketika membaca firman Tuhan, kita harus menenangkan hati
dan menggunakan hati kita untuk merenungkan mengapa Tuhan
mengatakan hal-hal seperti itu, apakah kehendak Tuhan dan apakah hasil
yang ingin dicapai Tuhan bersama kita dengan mengatakan hal-hal seperti
itu. Hanya merenungkan firman-Nya secara mendalam dengan cara inilah
kita dapat memahami kehendak Tuhan dan menjadi lebih berkenan di hati-
Nya, dan hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi makin normal.
Sebagai contoh, kita melihat bahwa Tuhan Yesus berkata: "Sesungguhnya
Aku berkata kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama
seperti anak kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga"
(Matius 18:3). Kita semua dapat memahami makna sepintas dari pernyataan
ini, bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang jujur. Tetapi hal-hal seperti
pentingnya menjadi orang jujur, mengapa Tuhan mencintai orang jujur dan
bagaimana tepatnya menjadi seorang yang jujur, semua itu adalah
persoalan yang harus kita renungkan secara lebih mendalam. Melalui
pembacaan doa dan perenungan firman Tuhan, kita akan memahami
bahwa esensi Tuhan adalah setia, dan bahwa tidak ada kebohongan atau
kecurangan dalam apa pun yang Tuhan katakan atau lakukan, dan karena
itulah Tuhan mengasihi orang jujur dan membenci orang yang curang.
Tuhan menghendaki kita agar menjadi orang jujur, karena hanya dengan
menjadi orang jujur sesuai dengan tuntutan Tuhan, kita dapat dituntun oleh
Tuhan ke dalam kerajaan-Nya. Jadi bagaimana tepatnya kita menjadi orang
jujur? Pertama, kita tidak boleh berbicara dusta, tetapi kita harus murni dan
terbuka serta mengatakan apa yang ada dalam hati kita; kedua, kita tidak
boleh bertindak curang, kita harus mampu meninggalkan kepentingan kita
sendiri, dan tidak menipu Tuhan maupun manusia; ketiga, tidak boleh ada
kecurangan dalam hati kita, tidak boleh ada motif atau tujuan pribadi
dalam tindakan kita, tetapi sebaliknya kita harus bertindak hanya untuk
melakukan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Setelah terang ini dicapai
melalui perenungan, kita merenungkan tindakan dan perilaku kita dan
kemudian melihat apakah kita masih memiliki banyak ungkapan curang:
Saat berurusan dengan orang lain, sering kali kita tidak dapat
menghentikan diri kita sendiri untuk tidak berbohong atau menipu demi
melindungi kepentingan, reputasi, dan status kita sendiri. Ketika
mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan, kita mungkin mengatakan
dalam doa bahwa kita ingin mengasihi Tuhan dan memuaskan-Nya, tetapi
ketika ujian menimpa kita, misalnya anak sakit atau kita sendiri sakit atau
anggota keluarga kehilangan pekerjaan, kita mulai mengeluh kepada
Tuhan, sedemikian rupa sehingga kita ingin menghentikan pekerjaan kita di
gereja. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa kita mengorbankan diri kita
sendiri untuk Tuhan dengan cara yang cemar, dan dengan cara di mana kita
membuat kesepakatan dengan Tuhan. Kita mengorbankan diri kita untuk
Tuhan agar mendapat keuntungan dari Tuhan, dan tidak semata-mata demi
memuaskan Tuhan. Ini hanya beberapa contoh dari ungkapan kecurangan
kita. Dari ungkapan-ungkapan ini, kita dapat melihat bahwa kita bukanlah
orang yang benar-benar jujur. Setelah melihat dengan jelas kelemahan dan
kekurangan kita sendiri, ketetapan hati pun muncul dalam diri kita untuk
haus akan kebenaran dan kita berusaha melakukan lebih banyak firman
Tuhan dalam hidup kita. Inilah hasil yang dicapai dengan merenungkan
firman Tuhan.
Tentu saja, hasil ini tidak dapat dicapai dengan merenungkan firman Tuhan
satu kali, tetapi dengan merenungkan firman-Nya berkali-kali. Kita juga
harus secara sadar melakukan firman Tuhan setiap kali menghadapi
masalah. Singkatnya, selama kita tanpa henti merenungkan firman Tuhan
dengan hati kita dengan cara ini, maka kita akan dapat memperoleh
pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Suatu hari, kita akan mendapatkan
terang baru, dan hari berikutnya kita akan mendapatkan sedikit lebih
banyak terang baru dan, seiring berjalannya waktu, kita akan dapat lebih
memahami tentang kebenaran dalam firman Tuhan, jalan pengamalan akan
menjadi lebih jelas, hidup kita akan mengalami kemajuan secara bertahap,
dan hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi makin dekat.
1 Petrus 5:8
Orang sering tidak suka disuruh menunggu. Di persimpangan jalan saat ini
terdapat banyak lampu pengatur lalu lintas yang memiliki jumlah detik
untuk lampu merah maupun untuk lampu hijau. Jumlah detik itu ada yang
sangat cepat 15 detik namun ada yang dianggap sangat lama karena
mencapai 150 detik. Namun kalau diingat bahwa 150 detik itu kelihatannya
besar jumlahnya tetapi sebenarnya hanya 2,5 menit. Menunggu 2,5 menit di
lampu merah bagi sebagian besar orang terasa sangat lama, sehingga
membuat mereka menjadi tidak sabar dan sering menjadi marah.
Ketika kita masih kecil kita memiliki cita-cita untuk menjadi sesuatu. Namun
dengan berjalannya waktu, karena berbagai alasan banyak dari cita-cita
kita terlupakan. Salah satu sebabnya adalah karena tidak sabar menunggu,
tidak sabar dan tekun meniti cita-cita tersebut, mudah putus asa, ingin
menggapai atau merengut apa yang ada di depannya secepatnya dan
mengorbankan tujuan besar yang dicita-citakan. Banyak dari kita ingin cita-
cita, atau rencana mereka terjadi lebih cepat dari waktunya. Karena tidak
mampu bersabar, kita akhirnya menyerah.