Dosen Pengampu
Ismail, M.Pd
1. Berliando Fernando Samat (12211311115)
2. M. Reza (12211311016)
3. Mochammad Rhafi A,AP (122113109850)
4. Muhammad El Fattah (122113)
5. Nada Aprilia Putri (12211321022)
6. Nana Nirwana (12211320261)
7. Nur Azizaturrohmah (12211320227)
8. Padma Sudira (12211320255)
9. Resti Ananda (12211320267)
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmahnirrahim
Alhamdulillahirabbil’ Alamiin, Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang
maha Esa karena atas rahmatnya kami bisa menyelesaikan Laporan praktikum
kelompok kami. Dan berkat rahmatnya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisa Bentuk Lahan Fluvial Dusun Lan, Kuok Merangin Kampar” sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas berstruktur. Shalawat beserta salam
senantiasa penulis curahkan kepada pimpinan dan suri tauladan umat manusia yaitu
Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Laporan Praktikum ini banyak
hambatan dan kesulitan yang dihadapi, tetapi atas dukungan, doa dan bantuan dari
berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :
2
memberikan izin kepada kami untuk melakukan praktik lapangan dan juga
menemani kami selama kegiatan berlangsung, semoga Allah memberikan
kesehatan dan keberkahan untuk bapak sekeluarga.
4. Ibu Rosmawati, M.Pd, sebagai sekretaris jurusan pendidikan geografi yang
juga telah menemani kami dalam kegiatan praktikum tersebut.
5. Ibu Fatmawati, M.Pd, sebagai dosen meteorologi dan klimatologi pendidikan
geografi yang dengan kemurahan hatinya bisa menemani kami dalam
melakukan survei dan analisa lokasi bentuk lahan fluvial, dan juga sebagai
penasehat dan penyemangat kepada saya dan rekan-rekan saya.
6. Bapak Almegi M.Pd sebagai dosen jurusan pendidikan geografi yang juga telah
menemani kami dalam kegiatan praktikum tersebut.
7. Terkhususnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua kami, tanpa dengan doa restu mereka kami tidak bisa menyelesaikan
laporan praktikum ini dengan baik walaupun masih jauh dari kata sempurna.
8. Terima kasih kepada teman-teman yang telah berusaha dan bekerja sama dalam
menyelesaikan hasil laporan praktikum geomorfologi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan hasil Laporan
praktikum ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
3
DAFTAR ISI...,.............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................5
DAFTAR TABEL...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................7
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................7
B. RUMUSAN
MASALAH.........................................................................................8
C. TUJUAN.................................................................................................................8
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................9
A. GEOMORFOLOGI.................................................................................................9
B. BENTANG LAHAN.............................................................................................10
C. BENTANG BUDAYA..........................................................................................11
D. BENTUK LAHAN FLUVIAL..............................................................................12
E. HUTAN LINDUNG..............................................................................................18
F. HUTAN BUDIDAYA...........................................................................................19
G. KEARIFAN
LOKAL.............................................................................................20
BAB V PENUTUP......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................36
DAFTAR
LAMPIRAN...............................................................................................37
4
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar 4.2, Peta Lokasi Lubuak
Nginio.......................................................................
Gambar 4.7,
Sawit...........................................................................................................
Gambar 4.12,
erosi..........................................................................................................
Gambar 4.14,
meander....................................................................................................
6
Gambar 4.16, Point
bar...................................................................................................
7
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2,
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Geomorfologi adalah sebuah cabang ilmu dari ilmu geografi yang dimana
ilmu ini mempelajari tentang bentuk permukaan bumi, dan perubahan-perubahan yang
terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi juga di terjemahkan menjadi ilmu tenteng
bentang alam dan bentuk lahan. Pada awal mulanya orang-orang Eropa menyebut
ilmu ini dengan sebutan fisiografi untuk mempelajari ilmu bumi ini, dahulunya ilmu
fisiografi ini mencakup beberapa ilmu lainnya seperti mempelajari tentang ocenografi,
Klimatologi, Hidrologi, Meteorologi, dan Geografi. Akan tetapi orang di wilayah
Amerika, tidak begitu sependapat dengan definisi ini dalam bidang ilmu yang hanya
mempelajari tentang ilmu saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi. Bentang-
bentang alam merupakan fenomena kebumian. Pembentuk bentang-bentang alam
adalah batuan yang telah mengalami peristiwa tertentu, dan hasil interaksi antara
peristiwa yang bersumber dari dalam bumi (endogen), dan yang bersumber dari luar
bumi (eksogen).
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi di permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda alam yang
kita kenal dengan istilah nama Geomorphic Agent, berupa air dan angin. Keduanya
merupakan penyebab yang dibantu oleh dengan adanya gaya berat, dan
keseleruhannya bekerja dengan bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap
bentuk permukaan bumi. Ada dua tenaga yang membentuk permukaan bumi ada yang
bersifat membangun dan merusak, dimana tenaga membangun ini adalah tenaga yang
memiliki proses penting dalam pembentukan permukaan bumi dari awal yang
disebabkan oleh tenaga dari dalam (endogen), dan tenaga pembangun ini adalah
tenaga yang memiliki proses yang merusak dimana hasil dari pembentukan tenaga
membangun ini dirusak oleh tenaga dari luar (eksogen).kedua tenaga ini bekerja sama
dalam melakukan pengubahan bentuk realief dinpermukaan bumi.
Menurut Verstappen terdapat sepuluh bentuk lahan. Salah satunya adalah
bentuk lahan fluvial. Bentuk dari asal fluvial ini terbentuk akibat hasil dari akibat
aktifitas sungai dan air yang ada dipermukaan bumi. Aktivitas ini berupa pengikisan,
pengangkutan, dan jenis buangan yang terjadi pada daerah dataran rendah seperti
9
lembah, ledok, dan dataran alluvial. Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi
pada bentuk lahan asal fluvial adalah dataran banjir, kipas aluvial, meander, dataran
berawa, gosong sungai (chanel bar), daratan tengan (point bar), tanngul alam, teras
sungai, dan lain sebagainya. Hubungan antara proses bentuk lahan fluvial dan marine
terkadang dapat membentuk delta dimuara sungai yang relatif tenang, contoh bentuk
lahan fluvial adalah pulau kemaro yang merupakan delta kecil di tengah sungai musi
di palembang.
Pada wilayah di desa lan, sungai laki, Kuok ini terdapat hasil dari tenaga
eksogen berupa bentuk lahan fluvial seperti gosong sungai dengan dua tipe yaitu
point bar dan channel bar, dataran limpah banjir didampingi dengan tanggul alam,
dan meander. Proses eksogen fluvial itu disebabkan oleh adanya daerah aliran sungai
(DAS) yaitu anak dari sungai kampar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ciri-ciri bentuk lahan fluvial yang terjadi di Sungai Laki, Lubuak
Nginio, Kuok, Kampar?
2. Bagaimana proses-proses fluvial yang berlangsung berdasarkan kenampakan
geografis pada peta topografi di Sungai Laki, Lubuak Nginio, Kuok, Kampar?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan ciri-ciri bentuk lahan fluvial yang terjadi di sungai laki, lubuak
nginio, kuok, kampar.
2. Menjelaskan proses-proses fluvial yang berlangsung berdasarkan kenampakan
geografis pada peta topografi di sungai laki, lubuak nginio, kuok, kampar.
10
BAB II
PEMBAHASAN
A. GEOMORFOLOGI
Pada Hakikatnya Geomorfologi Dapat Didefinisikan Sebagai Ilmu
Tentang Roman Muka Bumi Beserta Aspek-Aspek Yang Mempengaruhinya. Kata
Geomorfologi (Geomorphology) Berasal Bahasa Yunani, Yang Terdiri Dari Tiga
Kata Yaitu: Geos (Erath/Bumi), Morphos (Shape/ Bentuk), Logos (Knowledge
Atau Ilmu Pengetahuan). Berdasarkan Dari Kata-Kata Tersebut, Maka Pengertian
Geomorfologi Merupakan Pengetahuan Tentang Bentuk-Bentuk Permukaan
Bumi. Worcester (1939) Mendefinisikan Geomorfo Logi Sebagai Diskripsi Dan
Tafsiran Dari Bentuk Roman Muka Bumi.
Menurut Worcester Ini Lebih Luas Dari Sekedar Ilmu Pengetahuan
Tentang Bentang Alam (The Science Of Landforms), Sebab Termasuk
Pembahasan Tentang Kejadian Bumi Secara Umum, Seperti Pembentukan
Cekungan Lautan (Ocean Basin) Dan Paparan Benua (Continental Platform),
Serta Bentuk-Bentuk Struktur Yang Lebih Kecil Dari Yang Disebut Diatas,
Seperti Plain, Plateau, Mountain Dan Sebagainya.
Menurut Lobeck (1939) Dalam Bukunya Geomorphology: An Introduction To
The Study Of Landscapes. Landscapes Yang Dimaksudkan Disini Adalah
Bentang Alam Alamiah (Natural Landscapes). Dalam Mendiskripsi Dan
Menafsirkan Bentuk-Bentuk Bentang Alam (Landform Atau Landscapes) Ada
Tiga Faktor Yang Diperhatikan Dalam Mempelajari Geomorfologi, Yaitu:
Struktur, Proses Dan Stadia. Ketiga Faktor Tersebut Merupakan Satu Kesatuan
Dalam Mempelajari Geomorfologi. Para Akhli Geolomorfologi Mempelajari
Bentuk Bentuk Bentangalam Yang Dilihatnya Dan Mencari Tahu Mengapa Suatu
Bentang Alam Terjadi, Di Samping Itu Juga Untuk Mengetahui Sejarah Dan
Perkembangan Suatu Bentang Alam, Di Samping Memprediksi Perubahan
Perubahan Yang Mungkin Terjadi Dimasa Mendatang Melalui Suatu Kombinasi
Antara Observasi Lapangan, Percobaan Secara Fisik Dan Pemodelan Numerik.
Geomorfologi Sangat Erat Kaitannya Dengan Bidang Ilmu Seperti Fisiografi,
Meteorologi, Klimatologi, Hidrologi, Geologi, Dan Geografi. Kajian Mengenai
Geomorfologi Yang Pertama Kalinya Dilakukan Yaitu Kajian Untuk Pedologi,
Satu Dari Dua Cabang Dalam Ilmu Tanah. Bentang Alam Merupakan Respon
Terhadap Kombinasi Antara Proses Alam Dan Antropogenik. Bentang Alam
11
Terbentuk Melalui Pengangkatan Tektonik Dan Volkanisme, Sedangkan
Denudasi Terjadi Melalui Erosi Dan Mass Wasting. Hasil Dari Proses Denudasi
Diketahui Sebagai Sumber Bahan Sedimen Yang Kemudian Diangkut Dan
Diendapkan Di Daratan, Pantai Maupun Lautan. Bentang Alam Dapat Juga
Mengalami Penurunan Melalui Peristiwa Amblesan Yang Disebabkan Oleh
Proses Tektonik Atau Sebagai Hasil Perubahan Fisik Yang Terjadi Di Bawah
Endapan Sedimen. Proses-Proses Tersebut Satu Dan Lainnya Terjadi Dan
Dipengaruhi Oleh Perbedaan Iklim, Ekologi, Dan Aktivitas Manusia.
Model Geomorfik Yang Pertama Kali Diperkenalkan Adalah Model Tentang
Siklus Geomorfik Atau Siklus Erosi, Dikembangkan Oleh William Morris Davis
(1884–1899). Siklus Geomorfik Terinspirasi Dari Teori Uniformitarianisme Yang
Pertama Kalinya Dikenalkan Oleh James Hutton (1726-1797). Berkaitan Dengan
Bentuk-Bentuk Lembah Yang Terdapat Dimuka Bumi, Siklus Geomorfik Mampu
Menjelaskan Urut-Urutan Dari Suatu Sungai Yang Mengikis Lembah Yang
Mengakibatkan Kedalaman Suatu Lembah Menjadi Lebih Dalam Lagi,
Sedangkan Proses Erosi Yang Terjadi Pada Kedua Sisi Lembah Yang Terjadi
Secara Teratur Akan Membuat Lembah Menjadi Landai Kembali Dan Elevasinya
Menjadi Semakin Lebih Pula. Siklus Ini Akan Bekerja Kembali Ketika Terjadi
Pengangkatan Dari Daratan.
Dalam Mempelajari Ilmu Geomorfologi Secara Baik Diperlukan Dasar
Pengetahuan Yang Baik Dalam Bidang Klimatologi, Geografi, Dan Geologi Serta
Ilmu Fisika Dan Kimia Yang Berhubungan Dengan Proses Pembentukan
Permukaan Bumi. Secara Garis Besar Proses Pembentukan Bumi Menganut Asas
Berkelanjutan Dalam Bentuk Geomorfik, Yang Meliputi Pembentukan Permukaan
Bumi Dari Tenaga Yang Berasal Dari Dalam (Endogen) Dan Hingga Tenaga
Yang Merusak Struktur Muka Bumi Yang Disebut Dengan Tenaga (Eksogen).
B. BENTUK LAHAN
Bentuk Lahan (Landform) Adalah Gambaran Nyata Dari Permukaan Lahan
Seperti, Pegunungan, Bukit, Lembah, Dataran, Dan Yang Sejenis Dengan Itu.
Landform Akan Berpengaruh Terhadap Hidrologi Dan Proses Pembentukan
Tanah. Ilmu Yang Mempelajari Dan Menjelaskan Landform Serta Proses-Proses
Pembentukannya Di Atas Permukaan Bumi Serta Ilmu Yang Menelaah Hubungan
Antara Bentuk-Bentuk Landform Dan Proses-Proses Pembentukan Dalam Tata
Ruangnya Disebut Geomorfologi. Klasifikasi Bentuk Lahan Telah Dimuat Dalam
12
Katalog Bentuk Lahan Yang Disusun Oleh Desaunettes (1977). Dasar
Klasifikasinya Adalah Hasil Proses Pelapukan Dan Erosional Yang Bekerja Pada
Berbagai Batuan Yang Berbeda Dengan Memperhatikan Beberapa Faktor, Yaitu:
1. Kondisi Iklim.
2. Sifat Alami Dan Susunan Struktural Dari Perlapisan.
3. Waktu Yang Diperlukan Untuk Berlangsungnya Proses.
Klasifikasi Bentuk Lahan Berikutnya Adalah Yang Dikemukakan Oleh
Verstappen Dan Van Zuidam (1975) Dalam Rusdiyanto (1996). Dasar
Klasifikasinya Adalah Morfometri, Morfografi, Morfogenesis, Morfokronologi,
Dan Litologi. Pembagian Klasifikasi Tersebut Adalah Sebagai Berikut:
1. Bentuk Lahan Asal Struktural
2. Bentuk Lahan Asal Vulkanik (Gunung Api).
3. Bentuk Lahan Asal Denudasional
4. Bentuk Lahan Asal Fluvial (Aliran Air).
5. Bentuk Lahan Asal Marina (Pasang Surut).
6. Bentuk Lahan Asal Glasial (Es).
7. Bentuk Lahan Asal Aeolian (Angin).
8. Bentuk Lahan Asal Solutional (Karst)
9. Bentuk Lahan Asal Organik.
C. BENTANG BUDAYA
Bentang Budaya Merupakan Kenampakan Dari Suatu Masyarakat Yang
Mempunyai Pengertian Sebagai Sekumpulan Penduduk Dengan Seluruh
Karakteristik Sosialnya Dan Lingkungan Sosialnya Yang Meliputi Faktor-Faktor
Kebiasaan, Tradisi, Adat Istiadat, Hukum, Kepercayaan, Agama, Ideologi, Dan
Sebagainya (Mitchell,2002). Bentang Budaya Timbul Sebagai Hasil Interaksi Dan
Adaptasi Antara Manusia Dengan Alam Dan Dalam Prosesnya Terjadi Hubungan
Timbal Balik. Dari Hubungan Tersebut Maka Akan Membentuk Suatu
Perwujudan Bentang Budaya Dengan Jenis Tertentu Dan Tentunya Juga Akan
Mengakibatkan Munculnya Gejala Sosial Seperti Kemiskinan, Kepadatan
Penduduk, Jenis Mata Pencaharian, Dan Sebagainya. Untuk Mengklasifikasikan
Bentang Budaya Maka Dapat Dilakukan Dengan Menggunakan Pendekatan
Lokasi (Site Dan Situational) Yaitu Dibagi Menjadi Dua Yaitu Bentang Desa Dan
Kota Yang Mempunyai Kenampakan Budaya, Sosial, Ekonomi, Dan Fisik Yang
13
Berbeda-Beda (Rowntree,1996). Melalui Interpretasi Dan Analisis Peta, Foto
Udara, Atau Citra Penginderaan Jauh Yang Didukung Dengan Data Dan
Observasi Lapangan Maka Akan Diperoleh Karakteristik Dari Masing-Masing
Komponen Bentang Lahan Baik Komponen Fisik Maupun Komponen Sosial
Ekonomi Dan Budayanya Analisis Komponen Bentang Alam Pada Umumnya
Didasarkan Atas Relief, Struktur, Dan Proses Yang Dinamakan Bentuk Lahan
(Landform).Bentuk Lahan Digunakan Sebagai Satuan Analisis Yang
Menggunakan Pendekatan Keruangan, Kelingkungan, Dan Kompleks Wilayah
Yang Selanjutnya Dapat Digunakan Untuk Menentukan Kebijakan Dalam
Perencanaan Pemanfaatan Lahan Baik Dalam Skala Lokal, Regional, Maupun
Nasional. Komponen Bentang Budaya Dapat Dikenali Dengan Mudah
Mendasarkan Pada Aktivitas Manusia Dalam Memanfaatkan Lahan Yang
Tercermin Pada Pemanfaatan Ruang Seperti Yang Dapat Terlihat Pada Bentang
Pertanian, Industri, Pemukiman, Dan Sebagainya. Selain Itu Secara Garis Besar
Bentang Budaya Juga Dapat Dikelompokkan Menjadi Bentang Desa Dan Kota
Yang Masing-Masing Mempunyai Karakteristik Yang Khas.
D. BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL
Bentuk Lahan Asal Fluvial Menurut Suharsono (1988), Dalam Heru Harmono
Dan Arif Ashari (2013:118) Dihasilkan Oleh Kerja Aliran Sungai, Dalam Hal Ini
Terutama Pada Daerah-Daerah Deposisi Seperti Lembah Sungai Besar Dan
Dataran Fluvial. Proses Kerja Aliran Sungai Yang Menghasilkan Bentuk Lahan
Fluvial Meliputi Dari Tiga Bagian Antara Lain Saling Berkaitan Yaitu, Erosi,
Transportasi, Dan Sedimentasi. Karena Dalam Tiga Hal Tersebut Saling
Berkaitan Erat Dan Biasanya Juga Sering Disebut Dengan Aktivitas Tunggal.
Tahapan Dalam Proses Ini Diawali Dengan Erosi, Kemudian Pengangkutan, Dan
Sedimentasi, Apabila Lerang Atau Debit Aliran Permukaan Semakin Kecil, Maka
Kecepatan Energi Aliran Air Juga Mengangkut Material Hasil Erosi Berkurang.
Dalam Buku Chay Asdak (2007:338) Dua Penyebab Utama Terjadinya Erosi
Dan Erosi Yang Terjadi Karena Alamiah Dan Erosi Yang Terjadi Karena
Aktivitas Manusia. Erosi Alamiah Terjadi Biasanya Karena Proses Pembentukan
Tanah Dapat Terjadi Karena Proses Pembentukan Tanah Dan Erosi Yang Terjadi
Untuk Mempertahankan Keseimbangan Tanah Secara Alami. Salah Satu Diantara
Tipe Erosi Yang Terjadi Di Daerah Tropis Adalah Erosi Tebing Sungai
14
(Strambank Erosion) Pengikisan Pada Tebing-Tebing Sungai Dengan
Penggusuran Dasar Daerah Sungai Oleh Aliran Air.
Sedimentasi Dalam Chay Asdak (2007:391) Adalah Hasil Dari Erosi. Sedimen
Sering Dijumpai Di Dalam Sungai. Baik Terlarut Atau Tidak Terlarut, Adalah
Merupakan Produk Dari Pelapukan Batuan Induk Yang Dipengaruhi Oleh Faktor
Lingkungan, Terutama Perubahan Iklim. Hasil Pelapukan Batuan Induk Tersebut
Kita Kenal Dengan Partikel-Partikel Tanah. Partikel-Partikel Tanah-Tanah
Tersebut Dapat Terkelupas Dan Terangkut Ke Tempat Yang Lebih Rendah Untuk
Kemudian Masuk Ke Dalam Sungai Dan Dikenal Dengan Sedimen Sehingga
Transpor Sedimen Dari Tempat Tinggi Ke Rendah Dapat Menimbulkan
Pendangkalan.
Menurut Van Sleen, Dkk (1974) Dan Suharsono (1988) Dalam Heru Pramono
Dan Arif Ashari (2013:118) Terdapat Tiga Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi
Alami Dari Sedimen Fluvial, Yaitu :
1. Muatan Sedimen Pada Tubuh Perairan Yang Dikontrol Oleh Kecepatan
Aliran, Gradien, Dan Pasokan (Supply) Dari Muatan Sedimen Itu Sendiri.
2. Luas Dan Kondisi Alami Daerah Aliran Sungai, Mencakup Kondisi
Geologi, Iklim, Relief, Tanah, Vegetasi, Penutup, Dan Bentuk DAS.
3. Kondisi Aliran Air Yang Meliputi Kecepatan, Kuantitas, Dan Arah Aliran
Air Serta Variasinya.
Dalam Ghufron Fikrianto (2015) Perbedaan Kontur Tanah Membuat Pola
Aliran Sungai Berbeda-Beda, Pola Aliran Sungai Dibedakan Menjadi Beberapa
Kelompok, Yaitu :
1. Rektangular, Yaitu Pola Aliran Sungai Yang Terdapat Pada Daerah Yang
Mempunyai Struktur Patahan.
2. Angular, Yaitu Pola Aliran Sungai Yang Membentuk Sudut <90°. Pola
Aliran Ini Masih Mengikuti Garis-Garis Patahan.
3. Radial Sentrifugal, Yaitu Pola Aliran Sungai Pada Kerucut Gunung
Merapi Atau Dome Yang Baru Memasuki Stadium Muda Dan Arah
Alirannya Menuruni Lereng (Meninggalkan Pusatnya).
4. Radial Sentripetal, Yaitu Pola Aliran Sungai Pada Suatu Kawah Atau
Cekungan Pada Gunung, Arah Alirannya Menuju Ke Pusatnya.
15
5. Trelis, Yaitu Pola Aliran Sungai Yang Berbentuk Seperti Treli Atau
Jeruji, Pola Ini Terbentuk Di Pegunungan Lipatan.
6. Anular, Yaitu Pola Aliran Sungai Utamanya Berbentuk Melingkar
(Radial, Anak Sungainya Hampir Berbentuk Tegak Lurus Dengan Sungai
Utama, Pola Ini Terbentuk Pada Pegunungan Tua.
7. Dendritik, Yaitu Pola Aliran Sungai Yang Mirip Cabang Atau Akar
Tanaman, Pola Aliran Ini Berada Pada Daratan Yang Landai Sehingga
Arus Sungainya Tidak Terlalu Deras Dan Tidak Cukup Kuat Untuk
Menempuh Jalur Lurus Dan Pendek.
8. Pinnate, Yaitu Pola Aliran Sungai Yang Muara-Muara Sungainya
Membentuk Sudut Lancip.
Orde Sungai Adalah Posisi Percabangan Alur Sungai Di Dalam Urutannya
Terhadap Induk Sungai Pada Suatu DAS. Berdasarkan Metode Stahler, Alur
Sungai Palung Hulu Yang Tidak Mempunyai Cabang Disebut Orde Pertama
(Orde 1), Pertemuan Antara Orde Yang Memiliku Angka Yang Sama Akan
Menjadi Orde Dengan Satu Angka Yang Lebih Besar Dari Orde Sebelumnya
Namun Jika Kedua Cabang Sungai Yang Bertemu Memiliki Nilai Orde Yang
Berbeda, Maka Nilai Terbesar Yang Dipakai Untuk Orde Selanjutnya. Demikian
Seterusnya Sampai Diketahui Orde Terbesar Sungai Utama.
Menurut Charkton (2008) Dalam Heru Pramono Dan Arif Ashari (2013:119)
Sistem Fluvial Terdiri Atas Tiga Bagian Yaitu Zona Erosi, Zona Transportasi,
Dan Zona Deposisi. Zona Erosi Merupakan Bagian Hulu Daerah Aliran Sungai
Dan Merupakan Wilayah Yang Terdapat Sungai Berstadium Muda. Zona
Transportasi Merupakan Wilayah Sungai Berstadium Dewasa. Adapun Zona
Deposisi Merupakan Wilayah Sungai Yang Berstadium Tua Yang Banyak
Dijumpai Kenampakan Hasil Deposisi. Beberapa Contoh Bentuk Lahan Asal
Proses Fluvial, Yaitu (Heru Pramono Dan Arif Ashari, 2013:124):
a. Dataran Aluvial Dan Kipas Aluvial
Apabila Sungai Atau Aliran Yang Bermuatan Banyak Muncul Dari Bukit
Atau Pegunungan Dan Mengalir Menuju Ke Arah Rendah, Maka
Diendapkanlah Aluvium Hasil Pengikisannya Karena Terjadi Perubahan
Derajat Kemiringan. Aluvium Yang Diendapkan Menyebar Dalam Bentuk
Menyerupai Kipas Di Dataran Rendah, Disebut Kipas Aluvial (Aluvial
16
Fan) Sedangkan Dataran Aluvial Terbentuk Apabila Serangkaian Kipas-
Kipas Aluvial Yang Berdampingan Bergabung Satu Sama Lain.
17
Gambar 2.2, Crevasse Splays
c. Dataran Banjir
Dataran Banjir (Flood Plain) Terbentuk Melalui Pengendapan Muatan
Sungai Berstadium Dewasa. Sungai Dewasa Ditandai Oleh Permulaan
Perkembangan Dasar Lembah Yang Datar, Dihasilkan Oleh Erosi Lateral.
d. Tanggul Alam
Tanggul Alam Terbentuk Dari Akumulasi Sedimen Yang Membatasi
Alur Sungai Yang Nampak Sebagai Tanggul Memanjang. Tinggi
Maksimum Suatu Tanggul Terdapat Pada Bagian Tepi Dalam Tanggul
Yang Berbatasan Dengan Alur Sungai Dengan Lereng Curam. Pada Sisi
Yang Menjauhi Alur Sungai Ke Arah Dataran Banjir, Lereng Tanggul
Berangsur-Angsur Berkurang Menjadi Miring Hingga Landai.
Kenampakan Ini Mengindikasikan Pada Saat Terjadi Banjir Tinggi Muka
Air Sungai Pernah Mencapai Permukaan Tanggul Bahkan Melampauinya.
18
Gambar 2.4, Tanggul Alam
e. Teras Aluvial
Teras Merupakan Bentuk Lahan Asal Proses Fluvial Yang Dicirikan
Oleh Keberadaan Dinding Berlereng Curam Pada Satu Sisi Dan Lereng
Datar/Landai Pada Sisi Lainnya.
19
Erosi Ke Arah Samping Pada Sisi Yang Berlawanan. Di Dalam Point Bar
Terdapat Igir-Igir (Scroll) Yang Diantaranya Diselingi Oleh Alur-Alur
(Swales) Dengan Kedudukan Hampir Sejajar Satu Sama Lain. Secara
Umum Tekstur Material Point Bar Tergantung Pada Keadaan Sedimen
Yang Terangkut Oleh Aliran Sungai Pada Saat Banjir, Namun Demikian
Swales Cenderung Terisi Material Halus.
20
Gambar 2.7, Chennel Bar
i. Delta
Delta Merupakan Bentuk Lahan Asal Proses Kepesisiran Yang Terdiri
Atas Penyusunan Darat Dan Laut Terhadap Sedimen Yang Terbawa Oleh
Proses Fluvial, Yang Membentuk Bentang Lahan Aluvial Melalui
Deposisi Pada Muara Sungai.
21
Gambar 2.9, Delta Sungai
E. HUTAN LINDUNG
Hutan Lindung Adalah Kawasan Hutan Yang Mempunyai Fungsi Pokok
Sebagai Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan Untuk Mengatur Tata Air,
Mencegah Banjir, Mengendalikan Erosi, Mencegah Intrusi Air Laut, Dan
Memelihara Kesuburan Tanah.
22
F. HUTAN BUDIDAYA
Hutan Budidaya Adalah Jenis Hutan Yang Dikelola Oleh Manusia Secara
Sengaja. Pohon-Pohon Ditanam Di Satu Kawasan Dan Biasanya Hanya Terdiri
Atas Satu Pohon Saja. Sementara Itu, Penebangan Dapat Dilakukan Sesuai Usia
Pohon. Adapun Karakteristik Dari Hutan Budi Daya Antara Lain Sebagai Berikut:
23
Gambar 2.11, Hutan Budidaya
G. KEARIFAN LOKAL
Kearifan Lokal Akan Selalu Terhubung Pada Kehidupan Manusia Yang Hidup
Di Lingkungan Hidup Yang Arif. Karena Lingkungan Hidup Merupakan
Kesatuan Ruang Dengan Semua Benda Yang Berada Di Dalamnya Baik Itu
Makhluk Hidup Maupun Benda Mati. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup Dinyatakan Bahwa Lingkungan Adalah Kesatuan
Ruang Dengan Semua Benda, Daya Keadaan, Dan Makhluk Hidup, Termasuk Di
Dalamnya Manusia, Dan Perilakunya Yang Mempengaruhi Kelangsungan
Kehidupan Dan Kesejahteraan Manusia Serta Makhluk Hidup Lainnya.
24
Lingkungan Memiliki Unsur-Unsur Di Dalamnya, Yaitu Biotik, Abiotik Dan
Sosial Budaya. Biotik Merupakan Unsur-Unsur Lingkungan Hidup Yang Terdiri
Dari Segala Jenis Makhluk Hidup, Mulai Dari Manusia, Hewan, Tumbuhan,
Maupun Organisme Atau Jasad Renik Lainnya. Sedangkan, Abiotik Merupakan
Segala Unsur Lingkungan Yang Terdiri Dari Benda-Benda Mati Seperti Air,
Udara, Dan Lain-Lain. Dan Sosial Budaya Terdiri Dari Unsur Lingkungan Yang
Diciptakan Manusia Yang Di Dalamnya Terdapat Nilai, Gagasan, Norma,
Keyakinan, Serta Perilaku Manusia Sebagai Makhluk Sosial Atau Makhluk Yang
Tidak Dapat Hidup Sendiri.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
D. ALUR PENELITIAN
MENGANILISIS DAN
SURVAY LOKASI
MENGOLAH DATA MEMBUAT LAPORAN
PRAKTIKUM
PRAKTIKUM
27
4. Lalu Setelah Itu Analisi Data Yang Telah Dikumpulkan Akan Menghasilkan
Sebuah Kesimpulan Mengenai Bentuk Lahan Sungai Laki, Lubuak Nginio, Yang
Bersangkutan Dengan Fl
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. TEMUAN PENELITIAN
1. Identifikasi Bentang Lahan Budaya
a. Identifikasi Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Ini Dilakukan Di Sungai Laki, Lubuak Nginio, Desa Lan,
Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Lubuak Nginio Adalah Sebuah Lubuk
Kecil Yang Tersembunyi Ditengah Hutan Yang Menyimpan Ketenangan Dan
Kesederhanaan. Lubuak Nginio Terletak Di Antara Desa Rantau Berangin Dan
Desa Pulau Terap. Lubuak Berasal Dari Bahasa Ocu Yang Berarti Lubuk Atau
Ceruk Terdalam Sungai, Sedangkan Nginio Juga Berasal Dari Bahasa Ocu
Yang Berarti Dalam Dan Seram. Menurut Warga Sekitar, Arti Dari Lubuk
Nginio Adalah Air Terjun Yang Jatuh Seolah Olah Seperti Air Yang
Mendidih. Penelitian Ini Kami Fokuskan Di Aliran Sungai Laki, Dan Bentang
Alam Sekitar Yang Terhubung Dalam Wilayah Desa Pulau Terap Dan Rantau
Berangin, Sebagai Pendukung Dan Penguat Data Utama Kami. Secara
Astronomis, Kecamatan Kuok Terletak Di 0’25’99’66.5 N 100’91’98’08.7 E.
Untuk Mencapai Tempat Penelitian Yang Terletak Di Wilayah Kuok, Kampar
Menempuh Lebih Kurang 120 Menit Perjalanan Dari UIN SUSKA. Untuk
Mencapai Tempat Penelitian Melewati Jalan Yang Beraspal Hingga Melalui
Jalan Tanah Merah Yang Termasuk Jauh Dari Jalan Utama Lintas
Bangkinang-Pekanbaru. Di Sepanjang Jalan Peneliti Melihat Banyak
Hamparan Sawah Dan Juga Perkebunan Sawit Yang Tersusun Di Sepanjang
Ruas Jalan Tempat Kami Ingin Melakukan Praktikum. Transportasi Bus
Peneliti Juga Bisa Masuk Kedalam Lokasi Tetapi Memang Tidak Masuk
Hingga Kedalam Lubuak Nginio, Sehingga Para Peneliti Harus Berjalan Kaki
Lagi Ke Atas Lebih Kurang 1 Km. Ditempat Lokasi Terdapat Peternakan
Kerbau Dan Perkebunan Sawit. Dan Juga Di Lokasi Terlihat Juga Rumah
Peristirahatan, Toilet Umum, Musholla, Dan Juga Tempat Warung Untuk
28
Berbelanja. Namun, Di Tempat Penelitian Tersebut Tidak Memiliki Tempat
Kuliner Khas Setempat Dan Tempat Untuk Menginap (Home Stay). Karena
Memang Menurut Bapak Zulkarnain, Yang Merupakan Salah Satu Warga
Yang Memiliki Lahan Di Sekitar Lubuak Nginio, Lokasi Tersebut Hanya
Diperuntukan Untuk Wilayah Wisata, Dan Takutnya Jika Ada Tempat Seperti
Itu Para Wisatawan Melanggar Larangan Di Wilayah Setempat.
29
Gambar 4. 1 Lokasi Penelitian
b. Kondisi Pemukiman
Bersumber Dari Data Kuok Dalam Angka Tahun 2021 Dan Wawancara
Seorang Penduduk Setempat, Di Desa Lan, Lubuak Nginio Ini Karena
Terdapat Dua Buah Desa Yang Ada Di Derah Tersebut Yaitu Desa Pulau
Terap Dan Merangin Dimana Pulau Terap Sendiri Memiliki Penduduk Sekitar
30
2.143 Jiwa, Sedangkan Di Desa Merangin Memiliki Lebih Kurang 1.526 Jiwa.
Untuk Jumlah Pertumbuhan Di Kedua Desa Mungkin Hanya Dari Faktor
Kelahiran Dan Mungkin Itu Tidak Terlalu Signifikan. Dan Untuk Migrasi Di
Wiilayah Tersebut Menurut Warga Setempat Belum Ada. Kalau Untuk
Tekanan Demografis Menurut Warga Setempat Mungkin Tidak Terlalu
Banyak.
Jenis Kelamin/Sex
Kelompok Umur
Age Groups Laki-Laki Perempuan Jumlah
Male Female Total
(1) (2) (3) (4)
00-04 Tahun 1 019 916 1 935
05-09 Tahun 1 298 1 227 2 525
10-14 Tahun 1 328 1 205 2 533
15-19 Tahun 939 1 013 1 952
20-24 Tahun 1 202 1 128 2 330
25-29 Tahun 1 166 1 127 2 293
30-34 Tahun 1 022 992 2 014
35-39 Tahun 1 020 984 2 004
40-44 Tahun 911 909 1 820
45-49 Tahun 827 850 1 677
50-54 Tahun 768 700 1 468
55-59 Tahun 629 604 1 233
60-64 Tahun 488 477 965
65-69 Tahun 295 303 598
70-74 Tahun 140 149 289
>75 Tahun 142 233 375
31
Kuok 13 194 12 817 26 011
Tabel 4.1, Data Umur Penduduk Menurut Kuok Dalam Angka
Kepadatan Penduduk
Persentase Penduduk Rasio Jenis Kelamin
Desa/Kelurahan (Per Km2) 1
Percentage Of Total Penduduk
Village/Kelurahan Population Density
Population Population Sex
Per Sq.Km 1
Ratio
(1) (5) (6) (7)
Kuok 31,87 138,17 102,54
Merangin 7,93 53,71 103,85
Empat Balai 11,19 80,83 100,
Pulau Jambu 11,96 51,24 100,52
Silam 9,09 26,57 104,41
Bukit Melintang 3,89 16,85 105,91
Lereng 8,2 94,38 100,19
Pulau Terap 7,99 69,35 106,05
Batu Langka Kecil 7,89 26,83 108,43
Kuok 100 54,98 102,94
32
Gambar4.5, Data Unit Kesehatan Kuok Dalam Angka 2021
Tabel 4.1, Data Fasilitas Kesehatan
c. Permukiman
Diwilayah Tersebut Para Peneliti Melihat Diantara Kedua Desa Tersebut
Memiliki Pola Pemukiman Yang Berbentuk Menyebar, Dimana Jarak Antara
Rumah Satu Dengan Rumah Lainnya Berjauhan Dan Telihat Menyebar Tidak
Beraturan. Dilihat Dari Segi Bentuk Pemukiman Di Dominasi Berbentuk
Rumah Panggung, Dimana Berbahan Dasar Kayu Dan Semen, Sedangkan
33
Kalau Untuk Pola Permukiman Di Daerah Tersebut Tidak Merata Atau
Dispersed Rural Settlements. Dilihat Dari Bentuknya Kualitas Pemukiman
Didaerah Tersebut Masih Banyak Yang Kurang Memadai Seperti Masih
Banyak Rumah Rumah Panggung Yang Terbuat Dari Kayu, Takutnya Saat
Ada Bencana Alam Bangunan Tersebut Tidak Kokoh Dan Hancur. Dari Segi
Pemanfaatan Masih Bisa Digunakan Sebagai Tempat Tinggal Dfan Tempat
Berteduh Warga Di Daerah Lubuak Nginio Tersebut.
34
Gambar4.7, Sawit
e. Sosial Budaya
Dari Hasil Wawancara Dan Berdasarkan Hasil Dari Data Yang Kami
Peroleh Dari Kuok Dalam Angka Maka Kami Mendapatkan Hasil Penelitian,
Dibidang Sosial Budaya Mayoritas Masyarakat Di Wilayah Lubuak Nginio
Berpendidikan Di Desa Merangin Banyak Masyarakatnya Yang
Menyeleseikan Sekolahnya Sedangkan Pada Derah Pulau Terap Sendiri
Banyak Anak-Anaknya Yang Tidak Sampai Sekolah Atau Putus Sekolah
Dikarenakan Di Wilayah Pulau Terap Memiliki Keterbatasan Ekonomi, Untuk
Masalah Kesehatan Diantara Dua Desa Tersebut Tidak Memiliki Kendala Di
Karenakan Juga Di Bantu Oleh Pemerintah Setempat Daerah Kuok. Untuk
Agama Di Daerah Lubuak Nginio Ini Mayoritas Keselurahannya Beragama
Islam Dan Hanya Sedikit Warganya Yang Beragama Kristen. Untuk
Organisasi Di Wilayah Pulau Terap Dan Merangin Ini Didominasi Mengikuti
Pemuda Pancasila Dan Remaja Mesjid.
35
Gambar4.8, Tabel Data Pendidikan Masyarakat Kuok Dalam Angka 2021
36
Gambar4.9, Tabel Data Sekolah Kuok Dalam Angka 2021
37
Sekolah Menengah 54 51 - - 54 51
Atas
(SMA)1,3/Senior
High Schools1,3
Sekolah Menengah 42 40 7 7 49 47
Kejuruan (SMK)1,3,4
Vocational High
Schools1,3,4
Madrasah Aliyah (MA)2 60 53 - - 60 53
Madrasah Aliyah (MA)2
Tabel 4.2, Tabel Data Guru Menurut Kuok Dalam Angka
f. Pemanfaatan Lahan Dan Ruang
38
Tidak Menyalahkan Aturan Agama Dan Agar Tidak Terjadi Kejadian Yang
Tidak Diinginkan. Disana Juga Terdapat Subuah Batunyang Tegak Lurus
Tanpa Ada Penyanggahnya Dan Biasa Masyarakat Sekitar Sering Juga
Menyebut Dengan Batu Ajaib.
2. Identifikasi Bentang Lahan Alami
a. Bentuk Lahan
Desa Lubuk Nginio Memiliki Bentuk Relief Yang Tak Berarturan Ada
Yang Tinggi Dan Ada Yang Rendah. Hal Ini Disebabkan Karena Adanya
Proses Endogen Dan Eksogen. Proses Endogen Meliputi Adanya Sinklinal
(Lipatan Yang Turun) Dan Antiklinal (Lipatan Yang Naik), Sedangkan Proses
Eksogen Meliputi Erosi Yang Terjadi Di Sekitaran Sungai Laki Yang
Disebabkan Oleh Air. Dikarenakannya Terjadi Proses Tersebut Di Daerah
Sungai Laki Tersebut Banyak Terdapat Dataran Banjir Yang Terbentuk Oleh
Tenaga Eksogen Yang Mengikis Dataran Tersebut. Pada Daerah Fluvial
Sungai Laki, Lubuak Nginio Ini Kita Bisa Melihat Jelas Terbuntuknya Proses
Sinklinal Dan Antiklinal Yang Disebabkan Faktor Yang Terjadi Selama
Bertahun-Tahun. Juga Banyak Terdapat Jenis Batuan Induk Yang Besar-Besar
Di Daerah Aliran Sungai Laki, Baik Dari Batu Yang Induk, Maupun Batuan
Yang Bersal Dari Sedimentasi Atau Pengendapan Pasir Di Wilayah Tersebut.
39
b. Genesis
Menurut Dari Penjelasan Warga Setempat Dan Penjelasan Dari Dosen
Pengampu Geologi Umum Yang Kami Wawancarai Tentang Lubuak Nginio
Ini Terjadi Dikarenakan Proses Alamiah Yang Terjadi Akibat Tenaga Eksogen
Dan Endogen Sebagai Pembentuk Awalnya. Dan Proses Terjadinya
Pembentukan Tersebut Dari Lipatan Dimana Terbentuknya Dari Tenaga
Endogen Dari Lipatan Yang Membentuk Sinklinal Yang Berbentuk Lembah
Dengan Proses Yang Lama Dan Dilalui Oleh Air Maka Terisi Dan
Membentuk Sungai Laki Tersebut. Dalam Proses Pembentukannya Sungai
Laki Ini Juga Terbentuk Dari Tenaga Eksogen Yang Dimana Aliran Sungai
Yang Bergerak Dari Hulu Ke Wilayah Hilir Yang Di Mana Air Ini Terus
Mengikis Dataran Maka Terbentuklah Air Terjun Dan Aliran Sungai Yang
Ada Di Sepanjang Desa Lan Tersebut, Sungai Laki Ini Menurut Warga
Setempat Juga Terhubung Dangan PLTA, Dan Juga Terhubung Yang Berakhir
Ke Wilayah Aliran Sungai Kampar Sebagai Sungai Induk.
c. Proses Geomorfologi
Menurut Penjelasan Bapak Ismail M.Pd Sebagai Dosen Pengampu Dan
Dari Hasil Penelitian Kami Di Sungai Laki, Lubuak Nginio Ini Dapat Kita
Lihat Banyak Terjadinya Erosi Tepi Sungai Maupun Erosi Internal Sungai
Atau Dalam Sungai Yang Seperti Di Daerah Tepian Sungai Laki Tersebut
Banyak Terdapat Bekas Pengikisan Tanah Akibat Air, Dan Angin Dan Pada
Bagian Dalam Sungai Juga Bisa Kita Lihat Erosi Pada Daerah Meander Yang
Terdapat Wilayah Yang Sangat Dalam Akibat Derasnya Aliran Air Sungai
Tersebut. Di Lokasi Juga Banyak Terbentuk Dari Hasil Pengendapan Akibat
Pengikisan Batuan Yang Menjadi Pasir Dan Akan Membentuk Seperti Point
Bar Pada Koordinat 47+ 713687 28736 UTM, Channel Bar Pada Koordinat
47+ 13914 29395 UTM, Dan Tanggul Alam Koordinat 47+ 13194 29394
UTM. Dikarenakan Adanya Aliran Yang Sangat Deras Pada Lokasi Penelitian
Tersebut Juga Banyak Pergerakan Massa Batuan Yang Terus Berjalan Seiring
40
Dengan Pergerakan Aliran Sungai Yang Lama-Lama Akan Mengikis Dan
Hancur Menjadi Pasir Di Daerah Sungai Tersebut.
Gambar4.12, Erosi
41
Gambar4.14, Meander
42
Gambar4.15, Tanggul Alam
43
d. Karakteristik Hidrologi
Pada Lokasi Penelitian Tepatnya Di Sungai Laki Lubuak Nginio Dapat
Kita Lihat Bahwa Sungai Tersebut Memiliki Kedalaman Yang Bervariasi Dari
Titik Awalnya Para Peneliti Berjalan Dengan Kedalaman 48cm, Hingga
Sampai 600 Meter Berjalan Kedalaman Sungai Pun Bervariasi. Untuk Debit
Air Di Lubuak Nginio Ini Juga Sering Terjadi Hujan Maka Debit Wilayah
Tersebut Aliran Sangat Besar Dan Deras, Jika Tidak Hujan Aliran Air Di
Dekat Air Terjun Maupun Di Hilirnya Pun Juga Ikut Normal. Dari Rasa Air
Tersebut Juga Bisa Diminum Dan Tidak Memiliki Bau Karena Masih Dalam
Keadaan Dekat Dengan Alam Dan Belum Terkontaminasi Oleh Pabrik Atau
Industri Lainnya. Suhu Di Wilayah Tersebut Juga Dingin Karena Karena
Masih Lestari Dengan Banyaknya Pepohonan Dan Suhu Juga Rendah Dan
Tekanannya Tinggi. Banyak Juga Warga Sekitar Yang Menggunakan Sungai
Tersebut Untuk Menjadi Tempat Untuk Melakukan Aktivitas Baik Tempat
Mencari Nafkah Maupun Tempat Mencuci.
Air Permukaan Di Sungai Laki, Lubuak Nginio Juga Termasuk Ke
Dalam Aliran Sungai Yang Mengalir Sepanjang Sungai Laki Desa Lan
Tersebut, Air Tanah Di Daerah Lubauk Nginio Juga Terdapat Air Tanah , Di
Mana Air Dari Dalam Tanah Tersebut Mengalir Dari Batuan Dan Keluar Dari
Bagian Celah-Celah Tanah. Mata Air Di Lubuak Nginio Terdapat Pada
Bagian Hulu Sungai Yang Terdapat Air Terjun Yang Jadi Dan Menjadi
Awalnya Pergerakannya Air Tersebut.
e. Flora Dan Fauna
Sepanjang Jalan Para Peneliti Dapat Melihat Banyaknya Jenis Flora
Dan Fauna Yang Terdapat Pada Daerah Lubuak Nginio Dari Flora Yang
Terdapat Disana Kita Bisa Melihat, Sawit, Terong, Dan Padi Dan Untuk
Fauna Kita Dapat Melihat Banyak Berbagi Macam Fauna Seperti Kerbau,
Capung, Kupu-Kupu, Ikan, Dan Cacing. Yang Tersebar Di Wilayah Lubuak
Nginio Tersebut Termasuk Hewan-Hewan Tipe Asiatis.
44
Gambar 4.17, Flora Dan Fauna
45
Bentuk Pola Pemukiman Di Wilayah Ini Adalah Pola Menyebar Dengan
Mengikuti Jalan (Linier). Rata-Rata Bangunan Atau Rumah Penduduk Di Desa
Tersebut Berbahan Dasar Kayu Dengan Model Rumah Panggung. Desa Tersebut
Merupakan Salah Satu Desa Swadaya Karena Didesa Tersebut Terdapat Macam-
Macam Budidaya Baik Di Sektor Pertanian Maupun Peternakan Dengan Kualitas
Yang Bagus. Untuk Pemanfaatan Lahannya, Penduduk Memanfaatkan Lahan Untuk
Penanaman Sawit, Kelapa, Dan Sayur-Sayuran. Dalam Bidang Ketenagakerjaan,
Didesa Tersebut Hanya Diperuntukkan Untuk Warga Sekitar Saja Karena Mayoritas
Mata Pencahariannya Hanya Pertanian Dan Peternakan Yang Bisa Dikelola Oleh
Warga Setempat.
Dalam Bidang Pendidikan, Kedua Desa Tersebut Memiliki Tingkat
Pendidikan Yang Rendah Namun Di Desa Pulau Terap Lebih Maju Daripada Desa
Merangin. Sedangkan Dalam Bidang Kesehatan, Kedua Desa Tersebut Memiliki
Tingkat Kesehatan Yang Relatif Sedang Menuju Tinggi. Dalam Bidang Keagamaan,
Mayoritas Penduduk Didesa Tersebut Beragama Islam. Didesa Tersebut Memiliki
Dua Organisasi Yaitu Remaja Masjid Dan Pemuda Pancasila. Relasi Sosial Pada Desa
Pulau Terap Dan Desa Merangin Memiliki Kerja Sama Yang Cukup Erat. Adat
Istiadat Atau Tradisi Didesa Tersebut Pada Saat Pesta Pernikahan Memiliki Tradisi
Berbalas Pantun.
Didesa Tersebut Memiliki Permasalahan Sosial Seperti Pencurian Yang
Disebabkan Oleh Pendidikan Masyarakat Setempat Yang Kurang Dan Juga Masalah
Ekonomi Yang Membuat Warga Setempat Banyak Melakukan Kejahatan Atau
Kriminalitas. Namun Pada Saat Ini, Menurut Warga Setempat Tingkat Kriminalitas
Tersebut Sudah Mulai Berkurang.
Setelah Melakukan Penelitian Tersebut, Peneliti Dapat Mengidentifikasi Dari
Bentuk Lahan Alami Seperti Yang Kami Lihat, Untuk Relief Di Lubuok Nginio Itu
Berbentuk Lipatan Sinklinal Yang Membentuk Sebuah Cengkungan Yang Dalam
Seperti Lembah Yang Ditengahnya Terdapat Sungai Yang Mengalir. Dari Struktur
Sungai Tersebut, Terdapat Beberapa Komponen Yang Terdapat Di Sungai Tersebut
Mulai Dari Di Temukannya Meander, Channel Bar, Point Bar, Gosong Sungai,
Tanggul Alam, Dan Dataran Banjir Yang Bisa Dilihat Secara Langsung. Proses
Pembentukan Sungai Tersebut Menurut Penjelasan Yang Peneliti Dapatkan Bahwa
Sungai Tersebut Terbentuk Dari Proses Yang Cukup Lama Di Awali Dengan
Pengikisan Air Sungai Yang Berasal Dari Hulu. Untuk Batuan Yang Terdapat Di
46
Sungai Laki Masih Banyak Terdapat Batuan Induknya Yang Belum Terkikis Oleh
Proses Tenaga Eksogen.
Sejarah Yang Pernah Terjadi Di Sungai Tersebut Menurut Bapak Hendra,
Sungai Tersebbut Terbentuk Karena Dipengaruhi Oleh Tenaga Yang Berasal Dari
Dalam Bumi (Eksogen) Yang Membentuk Lipatan Sinklinal Yang Prosesnya Bisa
Terjadi Karena Peristiwa Masa Lalu Dan Dibantu Dengan Tenaga Ordo III Atau
Tenaga Eksogen. Proses Pembentukannya Mengikis Wilayah-Wilayah Yang Dilalui
Oleh Air Sungai Yang Terus Mengalir Dan Berhubungan Langsung Dengan Sungai
Induknya. Disungai Tersebut Terdapat Erosi Yang Disebabkan Oleh Air Yang
Mengikis Tepi-Tepi Sungai Dan Membentuk Sedimentasi Di Tepinya Atau Sering
Disebut Dengan Channel Bar. Untuk Pergerakan Massa Batuan Yang Terkikis
Disungai Ini Bisa Sampai Ke Sungai Induknya Yaitu Sungai Kampar Akan Tetapi
Batuan Yang Terkikis Sehingga Membentuk Pasir Akan Membentuk Sebuah Pulau
Atau Sering Disebut Dengan Point Bar.
Karakteristik Hidrologi Di Sungai Ini Menurut Penjelasan Dari Ibu Fatmawati,
Kedalaman Sungai Tersebut Bervariasi Dari Ketinggian Satu Meter Hingga
Ketinggian Sampai Empat Meter Dengan Debit Air Pada Saat Musim Hujan Berarus
Deras Dan Pada Saat Tidak Musim Penghujan Debit Air Tersebut Memiliki Arus
Yang Normal. Dari Yang Telah Peneliti Lakukan, Air Disungai Laki Tersebut Tidak
Berbau Dan Airnya Jernih Bahkan Bisa Digunakan Untuk Kebutuhan Sehari-Hari.
Rasa Air Di Sungai Tersebut Adalah Tawar. Di Sungai Tersebut Memiliki Suhu Yang
Rendah, Karena Di Sekitaran Lubuok Nginio Masih Terdapat Banyak Pepohonan
Yang Masih Terjaga Keasriannya.
Flora Dan Fauna Di Sungai Tersebut Masih Banyak Ditemukan. Jenis Fauna
Didesa Tersebut Yaitu Sapi, Kerbau, Capung, Kupu-Kupu, Dan Ikan. Sedangkan
Jenis Flora Di Desa Tersebut Terong, Sawit, Kelapa, Durian, Matoa, Karet Dan Lain
Sebagainya. Pola Persebaran Flora Dan Fauna Ini Menyebar Secara Menyeluruh.
Masalah Lingkungan Fisik Di Desa Tersebut Adalah Banyaknya Warga Yang
Tidak Tertib Membuang Sampah, Sehingga Sampah Itu Berserakan Dimana-Dimana.
47
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Lubuak Nginio Merupakan fluvial atau aliran sungai Yang Berada Di Desa
Meringin Dan Desa Sungai Terap, Desa Lan, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar,
Riau. Didalamnya Terdepat Sebuah Aliran Anak Sungai Kampar Yang Diberi Nama
Sungai Laki. Menurut Masyarakat Setempat Nama Lubuak Ngiono Ini Diambil Dari
Bahasa Ocu Yang Berarti Lubuak Atau Air, Sedangkan Nginio Atau Mendidih. Untuk
Bisa Mendatangi Tempat Tersebut Kita Harus Memperhatikan Beberapa Aturan Yang
Telah Di Tetapkan Oleh Masyarakat Setempat. Menurut Masyarakat Pantangan Di
Wilayah Tersebut Jangan Ada Yang Berdua-Duaan Apalagi Saat Tengah Malam, Dan
Juga Harus Menjaga Perkataan Kita Saat Di Sana. Untuk Mata Pencarian Masyarakt
Setempat Ialah Hanya Dari Wisata Dan Sawit. Akan Tetapi Ada Beberapa Warga
Yang Memiliki Warung Di Depan Rumahnya. Untuk Dari Segi Perekonomiannya
Masyarakat Hanya Memanfaatkan Itu. Sedangkan Dari Segi Kesehatan Dan
Pendidikan Menurut Warga Setempat Banyak Anak-Anak Muda Didaerah Setempat
Yang Putus Kuliah Dikarenakan Faktor Biaya Yang Tidak Ada. Sedangkan Pada
Kesehatan Menurut Masyarakat Setempat Pemerintah Sudah Berupaya Untuk
Menjaga Kesehatan Masyarakat Setempat. Terlebihnya Di Wilayah Desa Terap Dan
Desa Merangin. Di Sungai Laki Tersebut Banyak Terdapat Proses Geologi Maupun
Geomorfologi Antara Lain Di Sungai Banyak Terdapat Meander, Channel Bar, Point
Bar, Tanggul Alam, Dataran Banjir, Akan Tetapi Untuk Kipas Aluvial Dan Danau
Tapal Kuda Tidak Terdapat Di Wilayah Tersebut Karena Termasuk Golongan Sungai
Kecil.
B. Kritik Dan Saran
Penelitian Ini Dilakukan Hanya Untuk Mengumpulkan Data Akan Tetapi Data
Tersebut Hanya Terbatas, Atau Kurang Lengkap. Dan Juganya Banyak Yang Turun
Ke Lapangan Mengakibatkan Susahnya Untuk Mengambil Dokumentasi.
Penelitian Ini Ditujukan Untuk Masyarakat Luas Agar Dapat Memahami Apa
Saja Yang Terdapat Di Daerah Sungai Lubuak Nginio Tersebut, Dan Untuk
Memberikan Informasi Tentang Sungan Dan Bentang Alam, Baik Alami Maupun
Budaya Di Daerah Tersebut.
48
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay (2007), Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran sungai. Bandung :
GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Dr. Suwartono, M. Hum (2014), Dasar -Dasar Metodologi Penelitian. CV. ANDI
OFFSET Yogyakarta.
Santoso, (2010), Dinamika Bentang Alam Dan Pengaruhnya Terhadap Aspek Fisik
Lahan, Padang, Sumatra barat
49