Anda di halaman 1dari 24

Update Situasi Laboratorium

Pemeriksaan Mikroskopis TB

dr. Retno Kusuma Dewi, MPH


Outline
1. Situasi TBC
2. Strategi Nasional TBC
3. Situasi Mikroskopis TBC
4. Active Case Finding
5. Tantangan dan Upaya
1 Situasi TBC
Tuberkulosis (TBC) masih merupakan masalah
kesehatan utama di Indonesia

• Indonesia saat ini berada pada peringkat


kedua negara dengan beban TBC terbanyak
di dunia setelah India, dengan perkiraan
kasus baru pada tahun 2021 adalah 969.000
kasus
• Penurunan notifikasi kasus TBC tahun 2020
dan 2021 memberikan efek negatif pada
kasus TBC yang terdeteksi dan menyebabkan
peningkatan orang dengan TBC yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.

Kamis, 03 November 2022 INAHEF 2022


Berdasarkan WHO-GTB Report 2022
(estimasi 2021)
Tuberkulosis di Indonesia Tahun 2020-2021
Estimasi Kasus TB
824,000*
Ternotifikasi TB Kasus TB Anak
2020 2021 2020 2021
393,323 443,235 33,366 42,187
Treatment Coverage (TC) Kasus TB HIV
2020 2021 2020 2021

48% 54% 8,003 8,344


Terkonfirmasi TB RR/MDR Treatment Success Rate
2020 2021 2020 2021

7,921 8,268 83% 86%


Kasus Enroll TB RR/MDR Pasien TB Meninggal
2020 2021 2020 2021

4,590 5,082 13,110 15,186


2 Strategi
Nasional TBC
Kebijakan Pendukung Program TBC

Permenkes No SE Menkes Peraturan


Pemenkes No 67 4 tahun 2019 660/2020 ttg Presiden Nomor Penyusunan
Tahun 2016 Tentang Kewajiban 67 Tahun 2021 Permenkes tentang
tentang Standar Fasyankes Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Pelayanan Melaporkan Penanggulangan Sanatorium
TBC Minimal Kasus TBC TBC

2016 2018 2019 2020 2021 2022


Peraturan
Pemerintah Kepmenkes No STRANAS SE Dirjen P2P
No 2 Tahun 2020-2024 No. 936 tahun Proses Revisi
No 755 tahun 2021 tentang
2018 2019 Perubahan Alur &
Permenkes No
Tentang Tentang 67 Tahun 2016
Tentang PNPK Penanggulangan Pengobatan
Standar TBC Tuberkulosis
Pelayanan TBC
Minimal
Peta Jalan Eliminasi TBC sejalan dengan target global
2022 2025 2030

Target Nasional* Penurunan insiden sebanyak 20% Penurunan insiden sebanyak 50% Penurunan insiden sebanyak 80%
260 / 100,000 163 / 100,000 65 / 100,000
Penurunan angka kematian
6 / 100,000

Indikator • Treatment coverage 90% • Treatment coverage 90% • Treatment coverage ≥ 90%
• Success Rate 90% • Success Rate 90% • Success Rate ≥ 90%
• TB Preventive Treatment (TPT) • TB Preventive Treatment (TPT) • Terapi Pencegahan TBC (TPT)
untuk kontak serumah 48% untuk kontak serumah 70% kontak serumah ≥ 80%

Target Global • Penurunan insiden sebanyak • Penurunan insiden sebanyak


END TB 50% 80%
Strategy** • Penurunan angka kematian • Penurunan angka kematian
sebanyak 75% sebanyak 90%
Catatan:
*Perpres nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
**Insiden baseline tahun 2015: 325 per 100 ribu penduduk
Indikator dan target utama lab TB
(Stranas penanggulangan TB 2020-2024)
Jenis Pemeriksaan Mikrobiologi dalam
Program TBC
TCM Mikroskopis Line Probe Assay
• Deteksi: MTB dan • Deteksi: bakteri tahan • Lini 2: gol Fluorokuinolon
resistansi Rif asam dan obat injeksi lini dua
• 2 jam pemeriksaan, • Tidak bisa membedakan (individual drug)
TAT 1 hari BTA lingkungan/MOTT • Lini 1: INH dan Rif
• TAT 1 hari • 2 hari pemeriksaan, TAT 7
hari

Biakan Uji Kepekaan


• Menumbuhkan kuman • Deteksi: resistansi terhadap OAT
dalam media cair (2-6 • Dalam bentuk paket SDP (INH high,
minggu) maupun padat (2- Moxi high, Amk, PZA, Lzd, Cfz, Bdq, Lfx)
8 minggu) • Dikerjakan dalam media padat (3-4
minggu) maupun cair (1-3 minggu)
Dukungan Program dalam
Diagnosis Tuberkulosis
• Perubahan paradigma dalam penegakan diagnosis TBC dan TBC RO
yang harus dilakukan:
a. Lebih dini
b. Lebih akurat
c. Untuk semua jenis dan tipe penyakit TBC
d. Deteksi cepat untuk mengetahui resistansi obat TBC.

• Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan perubahan alur


diagnosis dan pengobatan sesuai Surat Edaran Dirjen P2P No. 936
tahun 2021  Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis
utama yang digunakan untuk penegakan diagnosis Tuberkulosis

• Peran Pemeriksaan Mikroskopis tidak dapat digantikan, terutama


untuk pemantauan kemajuan pengobatan (follow up)
3
Situasi
Mikroskopis
TBC
Perubahan Mekanisme Uji Silang
Mikroskopis TBC

Berdasarkan SE Dir P2PML No.


PM.01.03/1/194/2022 tentang
Pemberitahuan Mekanisme Uji Silang
Mikroskopis TBC pada 18 Januari 2022,
1. Uji silang dilakukan untuk seluruh fasyankes
yang melakukan pemeriksaan mikroskopis
baik untuk diagnosis maupun follow up.
2. Adanya perubahan mekanisme uji silang
3. Masing-masing kabupaten/kota
mengidentifikasi fasyankes di
wilayahnya yang melakukan pemeriksaan
mikroskopis TB sebagai target fasyankes
yang harus dilakukan uji silang.
Petunjuk Teknis Mikroskopis TBC

Pada bulan Oktober 2022 telah tersedia pembaharuan buku


petunjuk teknis pemeriksaan mikroskopis TBC,
1. Fasyankes yang tidak memiliki akses terhadap TCM dapat
mendiagnosis TBC menggunakan pemeriksaan
mikroskopis, harus dilanjutkan dengan pemeriksaan TCM
untuk mengetahui status resistansi terhadap rifampisin.
2. Peran pemeriksaan mikroskopis tidak dapat digantikan
sebagai sebagai sarana untuk pemantauan pengobatan
pasien TBC.
3. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pewarnaan
Ziehl-Neelsen di laboratorium yang terjamin mutunya
secara berjenjang sesuai jejaring laboratorium.
4. 4.Penjaminan mutu pemeriksaan mikroskopis TBC melalui
Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
5. 5PME utama bagi pemeriksaan mikroskopis TBC adalah uji
silang yang melibatkan beberapa komponen yaitu
fasyankes mikroskopis, dinkes kab/kota, LRI, dinkes
provinsi, LRP, dan LRN.
SOP Tatacara Penggunaan
Aplikasi ETBC-12
1. Sehubugan dengan adanya perubahan format
pelaporan uji silang, saat ini telah tersedia
aplikasi eTBC- 12.
2. Saat ini telah tersedia SOP tatacara penggunaan
aplikasi eTBC 12 untuk level fasyankes,
sedangkan untuk level LRI, LRP, dan dinas
kesehatan masih dalam proses pembuatan.
Kedepannya akan dibuat buku petunjuk teknis
terkait tatacara penggunaan aplkasi eTBC 12
pada semua level.
3. Data eTBC12 per 29 Nov 22:
• Terdapat 12.040 akun dari 10.605 fasyankes
• Jumlah data dasar: 15.419 records dari
6.154 fasyankes
• Jumlah data identitas sediaan: 152.106
records dari 6.931 fasyankes
Fasyankes ikut Uji Silang & Berkinerja Baik dalam Uji Silang Mikroskopis
TW1-TW4 2018, 2019, 2020 dan 2021
4000 100%
93%
90%
Jumlah Fasyankes 3500 89% 89% 89% 89%
Mikroskopis TB
86% 86% 86% 86%
82% 82% 82%
78% 78% 80% 83% 80%
3000
70%
2500
60%

2000 50%

42% 40%
1500 38% 36% 36%
33%
31% 26% 29% 30%
28% 26%
1000 25% 25% 25%
23%
∑ Faskes 2018 = 7,045 21%20%
18%
∑ Faskes 2019 = 7,471
500
∑ Faskes 2020 = 7,471 10%
∑ Faskes 2021 = 7,927
0 0%
TW 1 - TW 2 - TW 3 - TW 4 - TW 1 - TW 2 - TW 3 - TW 4 - TW 1 - TW 2 - TW 3 - TW 4 - TW 1 - TW 2 - TW 3 - TW 4 -
2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021
Faskes ikut Uji Silang 3415 3236 3062 2315 3783 2904 2333 2150 2777 2458 2208 1536 2288 2148 2165 2020
Faskes bekinerja baik 2680 2538 2521 1984 3114 2331 1947 1857 2485 2187 1964 1360 1977 1841 2004 1661
% Kinerja Baik (per cakupan) 78% 78% 82% 86% 82% 80% 83% 86% 89% 89% 89% 89% 86% 86% 93% 82%
% Faskes Kinerja Baik
38% 36% 36% 28% 42% 31% 26% 25% 33% 29% 26% 18% 25% 23% 25% 21%
(per total faskes)
Panel Tes Mikroskopis 2021
diikuti oleh LRP yang dilaporkan kepada LRN tiap semester

Siklus 1 Siklus 2

∑ Lab Lulus
3% ∑ Lab Lulus
14%
∑ Lab Tidak Lulus
(setelah pembacaan
ulang) ∑ Lab Tidak Lulus
(setelah
83% ∑ Lab Tidak Lulus
(tidak mengirim 100% pembacaan ulang)
pembacaan ulang)

Siklus 1 2021, dari 35 LRP terdapat 25 LULUS dan 10 TIDAK Siklus 2 2021, dari 35 LRP terdapat 33 LULUS dan 2
LULUS. Dari 10 tidak lulus, 3 diantaranya (DIY, Maluku dan NTT) TIDAK LULUS (Maluku dan Kaltim). Dari 2 tidak lulus,
melakukan pembacaan ulang dengan hasil TIDAK LULUS, dan 1 setelah melakukan pembacaan ulang dinyatakan LULUS.
LRP (Gorontalo) yang tidak mengirimkan hasil pembacaan ulang. Maka seluruh LRP LULUS.
Maka 31 LRP dari 35 dinyatakan LULUS.
4 Active Case
Finding (ACF)
Kegiatan Active Case Finding (ACF)
1. Berdasarkan data SITB per 18 Oktober 2022 diketahui bahwa cakupan
penemuan dan pengobatan TBC yaitu 56%, sehingga masih banyak kasus yg
belum ternotifikasi dan belum terlaporkan. Selain itu capaian pasien
terkonfirmasi bakteriologis tahun 2021 adalah 51%. Untuk memenuhi gap
tersebut diperlukan upaya penemuan kasus TBC secara aktif.
2. Program Penanggulangan TBC melaksanakan kegiatan skrining Xray dan
pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada kontak serumah pasien
TBC di 25 kab/kota yg dilaksanakan pada bulan November 2022 sampai April
2023.
3. Terduga TBC yg ditemukan melalui ACF didiagnosis sesuai alur diagnosis yang
berlaku di daerah masing-masing. Alat diagnosis utama adalah TCM, namun
jika terdapat penumpukan spesimen dan keterlambatan hasil TCM,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan mikroskopis.
5 Tantangan
dan Upaya
Tantangan dan Upaya
1. Tantangan terkait upaya Penemuan Kasus TBC:
• Berdasarkan Stranas Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2020-2024 mentargetkan Eliminasi
TB tahun 2030.
• Dengan terbitnya PERPRES No 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis)
komitmen untuk Eliminasi TBC diharapkan dapat didukung oleh lintas sektor, program serta
Kementerian/Lembaga.
• Berdasarkan SE Dirjen P2P No.936 Tahun 2021, TCM merupakan alat diagnosis utama yang
digunakan untuk penegakan diagnosis Tuberkulosis namun pemeriksaan mikroskopis tetap
digunakan sebagai pemeriksaan diagnosis dengan kendala akses terhadap TCM dan
untuk pemeriksaan pemantauan pengobatan TB SO dan TB RO.
2. PME Mikroskopis TB
• Perubahan mekanisme uji silang
• Banyaknya kemungkinan kesalahan dengan penggunaan ETBC12 versi excel dikarenakan alur
yang cukup kompleks
3. Kegiatan ACF
Dengan adanya kegiatan ACF, pemeriksaan menggunakan alat TCM akan meningkat dan overload,
sehingga untuk beberapa fasyankes dilakukan diagnosis dengan menggunakan mikroskopis.
Terima kasih
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Subdirektorat Tuberkulosis
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan
SOSIAL MEDIA
Instagram : @tbc.indonesia
Facebook : TBIndonesia
Twitter : @TBIndonesia
YouTube : TB Indonesia
Website Subdit TB : tbindonesia.or.id

Anda mungkin juga menyukai