Anda di halaman 1dari 27

BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

2.1 Pekerjaan Umum


2.1.1 Definisi Proyek
Proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia,
yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu
serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan,
Dipohusodo (1995). Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam
mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan
untuk mengatur sumber daya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-
aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa tercapai. Organisasi proyek
juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan
cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Pengawasan dalam manajemen konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu. Pengawasan dalam manajemen konstruksi memiliki beberapa
fungsi antara lain:
a. Sebagai pengawasan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
b. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan dan mengatasi kendala
– kendala pada waktu pelaksanaan.
c. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
d. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah– masalah yang terjadi di lapangan.
e. Sebagai pengawasan mutu (quality control) untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan.
f. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan dan mengatasi kendala-
kendala pada waktu pelaksanaan.
g. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan
dengan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
h. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dan
mengatur pelaksanaan pekerjaan pembangunan sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (specification). Hal-hal yang
perlu diperhatikan antara lain:
1) Mutu bangunan (Quality Control)
2) Biaya yang digunakan (Cost Control)
3) Waktu pelaksanaan pekerjaan (Time Control)

2.2. Lokasi Praktek Kerja Lapangan


Lokasi proyek di Jln. Villa Puncak Tidar, Kalisongo, Kec. Dau Malang
Jawa Timur.

Gambar 2.1 gambar peta lokasi proyek


2.2.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi setiap pembangunan suatu proyek biasanya melibatkan
beberapa pihak dimana pihak yang satu dengan yang lainnya sangat erat
hubungannya dan harus dapat bekerja sama, sehingga nantinya tujuan dan hasil
yang hendak dicapai akan dapat terealisasi. Organisasi proyek menunjukan pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proyek dengan wewenang dan tanggung jawab
sesuai kontrak yang disetujui bersama pihak-pihak yang terlibat dalam struktur
organisasi.
Organisasi proyek menunjukan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
proyek dengan wewenang dan tanggung jawab sesuai kontrak yang disetujui
bersama pihak-pihak yang terlibat dalam struktur organisasi.

Pemilik Proyek (owner)

Budi Hartono

Konsultan Pengawas Kontraktor Pelaksana

Odelia I.K. Tias, S.TrT Yusuf Tenaga


Kerja

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

2.2.2 Tugas dan Wewenang Organisasi Proyek.


1. Struktur Organisasi Lapangan
Struktur organisasi lapangan merupakan struktur organisasi proyek yang
menunjukan orang-orang yang terlibat dalam teknis pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Bentuk struktur organisasi ini merupakan tugas kontraktor dengan
mementingkan ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Kelancaran proyek
ditentukan oleh unsur-unsur yang menangani pelaksanaanya. Struktur organisasi
lapangan untuk proyek yang satu dengan yang lain berbeda-beda tergantung:
a. Lingkup dan besarnya proyek.
b. Potensi pekerjaan.
c. Anggota staf yang tersedia.
Prinsip-prinsip berikut yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
organisasi di lapangan:
1) Jalur instruksi harus langsung dan sejelas mungkin.
2) Masing-masing staf harus memiliki uraian pekerjaan secara jelas dan
terperinci.
3) Masing-masing individu dibekali dengan wewenang untuk mengambil
keputusan sesuai dengan jabatannya.
2. Tugas dan Wewenang
Organisasi proyek merupakan suatu organisasi yang terdiri dari beberapa
unsur, yang masing-masing mempunyai hubungan kerja yang sangat erat.
Organisasi proyek dimaksud sengaja dibentuk untuk saling menunjang dan saling
mendukung dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
a. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek adalah orang atau badan baik instansi pemerintahan
maupun swasta yang mempunyai keinginan untuk memiliki bangunan/proyek.
Pemilik proyek merupakan pemegang anggaran yang mempunyai kesanggupan
menyediakan dana yang cukup untuk merealisasikan suatu proyek. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka pemilik proyek akan menunjuk perencana dan
kontraktor yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.Adapun
syarat-syarat pemilik proyek antara lain sebagai berikut :
1) Untuk prorangan harus memiliki dana atau anggaran biaya yang diperlukan
dan lokasi lahan bangunan yang diinginkan.
2) Pemilik (owner) berwenang menentukan persyaratan dan pelaksanaan
administrasi dokumen kontrak.
3) Pemilik (owner) berwenang memberikan semua instruksi kepada pemborong
melalui direksi lapangan maupun secara langsung.
4) Untuk swasta harus mempunyai pengangkatan tanah dan bangunan.
5) Untuk instansi dinas pemerintahan melalui departemen harus memiliki surat.
6) Menentukan kontraktor pelaksana proyek pemilik (owner) bertugas
membiayai seluruh pekerjaan pembangunan proyek baik perencana maupun
pelaksanaan sesuai nilai kontrak pada dokumen kontrak.
7) Pemilik (owner) bertugas mempelancarkan jalannya pekerjaan agar proyek
dapat selesai tepat pada waktunya tanpa adanya keterlambatan dengan
meningkatkan kemudahan pekerjaan dan menyediakan fasilitas pekerjaan.
b. Pemimpin Proyek
Pemilik proyek membentuk penanggung jawab pelaksana pembangunan
yaitu pemimpin proyek yang bertindak sebagai pemberi tugas. Tugas dan
kewajiban serta wewenang pemimpin antara lain :
1) Mengenai keputusan terakhir yang mengenai proyek tersebut.
2) Menandatangani semua surat perintah kerja dan syarat perjanjian pelaksanaan
pekerjaan dengan pihak kontraktor pelaksana.
3) Mengeluarkan semua instruksi kepada pihak pengawas dan kontraktor
pelaksana.
4) Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan maupun perpanjangan yang
diajukan oleh pihak kontraktor pelaksana.
5) Mengadakan pelelangan.
6) Mengusulkan calon kontraktor pemenang kepda pemilik proyek.
7) Mengadakan perjanjian kontrak dengan kontraktor.
8) Menetapkan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
9) Menetapkan pekerjaan tambah atau kurang akibat perubahan desain atas
sebab lain.
c. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu tim ahli yang menerima pekerjaan
perencanaan dari pemilik proyek. Tim ini meliputi ahli dari berbagai displin ilmu
seperti teknik sipil, arsitektur, listrik, geologi dan lain sebagainya. Perencana
bertanggung jawab atas hasil hitungan perencanaan yang dikerjakannya.
Konsultan perencana berfungsi membantu pemimpin proyek untuk melaksanakan
pengadaan dokumen perencanaan, dokumen perencana, dokumen lelang,
dokumen pelaksanaan dan memberi penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan
serta terhadap persoalan perencanaan yang timbul selama konstruksi. Tugas dan
kewajiban serta wewenang tim perencana adalah sebagai berikut :
1) Mempertimbangkan usulan-usulan dari proyek mengenai masalah-masalah
perencanaan.
2) Merealisasikan ide pemilik proyek berupa perencanaan yang lansung, lengkap
dan mendetail.
3) Membuat uraian secara tertulis mengenai perencana kerja dan syarat-syarat
dari pekerjaan.
4) Menghitung anggaran biaya (RAB).
5) Membuat gambar-gambar detail dan dokumen lainnya yang akan digunakan
sebagai dokumen pelelangann.
6) Memberikan penjelasan lanjutan mengenai isi dari dokumen kontrak apabila
diperlukan sebagai instruksi kepada kontraktor pelaksana.
7) Meninjau secara berkala tentang pekerjaan dan meminta pemerintah atau
pengujian khusus untuk menjamin pelaksana pekerjaan sesuai dengan
dokumen kontrak.
8) Memberi penjelasan atau desain dan memberikan solusi teknis selama
pelaksaan pembangunan.
9) Bersama pemimpin proyek mengadakan kegiatan pelelangan.

d. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang pengawasan
pekerjaan konstruksi. Selain itu konsultan pengawas berfungsi membantu
pimpinan proyek untuk melaksanakan pengawasan terhadap konstruksi yang
dilaksanakan oleh kontraktir, agar tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan
yang bisa berakibat fatal terhadap proyek yang dibangun.
Pada dasarnya, konsultan pengawas mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut : Mengadakan pengawasan terhadap jalannya
pekerjaan.Berwenang untuk menolak pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan
perencanaan.
e. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan usaha atau pengusaha yang telah lulus pra
kualifikasi dari pemerintahan setempat dan sanggup menaati peraturan yang telah
dibuat oleh pemilik proyek serta mempunyai kemampuan untuk meyelesaikan
proyek tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan. Kesuksesan suatu proyek
sangat ditentukan dansangat tergantung dari pelaksana pekerjaan yang dituntut
bekerja secara profesional. Adapun syarat-syarat kontraktor adalah sbb :
a. Pemilik modal yang memadai.
b. Memiliki tenaga ahli yang cukup.
c. Memiliki peralatan kerja.
d. Memiliki kantor dan ruang kerja.
e. Memiliki riwayat hidup yang baik.
Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab kontraktor adalah :
1) Sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak, kontraktor harus melaksanakan,
menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh perhatian dan
ketelitian.
2) Kontraktor harus mengarahkan semua keperluan tenaga kerja, bahan dan lain-
lain dimana hal tersebut memenuhi persyaratan yang telah tercantum di dalam
dokumen kontrak, maupun persyaratan yang wajar dan perlu untuk
disimpulkan dalam dokumen kontrak.
f. Pengawas lapangan
Konsultan Pengawas adalah memberikan layanan keahlian kepada owner
dan Tim Pengelola Teknis dalam melaksanakan tugas-tugas koordinasi dan
pengendalian seluruh kegiatan teknis pembangunan tahap pelaksanaan konstruksi
dan masa pemeliharaan, baik yang menyangkut aspek manajemen maupun
teknologi.
g. Tenaga Kerja
Tenaga kerja ini statusnya tetap yaitu bekerja sampai pekerjaan proyek
selesai. Tenaga kerja ini umumnya terdiri dari tenaga ahli yang memegang
peranan dalam mewujudkan keberhasilan suatu proyek antara lain :
1) Manajer proyek (proyek manajer) Manajer proyek mempunyai tugas antara
lain mengatur jalannya proyek, memberi pengarahan dan petunjuk teknis
dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan kepada pengawas lapangan atau
mandor, serta membuat laporan mengenai kemajuan atau hambatan
pelaksanaan proyek.
2) Manajer Lapangan (site manajer) Manajer lapangan adalah seorang yang
ditunjuk pihak kontraktor yang bertugas mewakili pihak kontraktor dalam
pelaksanaan pekerjaan proyek, dimana tugasnya adalah mengatur segala
sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan proyek di lapangan.
h. Logistik Proyek
Logistik proyek mempunyai tugas sebagai penghubung pihak proyek pada
suplier-suplier bahan, memperhitungkan keperluan bahan-bahan bangunan dan
mencatat setiap pemasukan dan pemakaian bahan, serta mengawasi keadaan mutu
bahan yang digunakan. Membuat suatu laporan managerial tentang penggunaan
peralatan, pemakaian dan persediahan bahan diproyek.
Tugas pokok dari seorang Logistik Proyek adalah sebagai berikut :
1) Melakukan survey terkait data jumlah material beserta harga bahan dari
beberapa supplier, toko material bangunan sebagai acuan untuk memilih
harga bahan termurah dan memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
2) Mengelola gudang dengan cara, mengatur tempat lokasi penyimpanan
material sehingga dapat dengan mudah untuk diakses serta tertata rapi
sehingga jumlah barang masuk dan keluar data terkontrol.
3) Membeli barang dan peralatan berdasarkan hasil survey sebelumnya sehingga
bisa mendapatkan harga material termurah.
4) Membuat catatan keluar masuknya barang.
5) Membuat laporan penggunaan barang dan peralatan.
6) Membuat catatan penggunaan barang dan capaian hasil pekerja atas
penggunan barang, bekerja sama dengan pelaksanaan lapangan.
7) Mengontrol ketersediaan barang dalam jumlah yang cukup, sehingga tidak
menganggu proses pekerjaan.
8) Berkoordinasi dengan pelaksana lapangan terkait jenis, jumlah dan jadwal
material dan alat yang akan dibutuhkan.
9) Konsultasi pasok dan optimasi jaringan.
10) Membuat laporan penerimaan atau penolakan barang melalui pemeriksaan
kuantitas dan kualitas material dan alat.
i. Mandor
Mandor adalah selaku manajer pada line terdepan yang akan menentukan
dalam pencapaian hasil akhir dari suatu kegiatan. Bagian terbesar masalah-
masalah produktivitas dan efisiensi pekerjaan konstruksi yang harus
memperhatikan dan terkendali terdapat pada jenjang ini. Sehingga untuk dapat
mewujudkan cakupan fungsi dan tugas semangkin luas.wawasaan dan kualifikasi
mandor harus diingatkan pula.Salah satu cara untuk membutuhkan semangat
profesional dalam meningkatkan hasil karya yang lebih baik. Tugas mandor
diantarnya :
1) Membaca memahami gambar kerja dan menterjemahkannya dalam langkah
operasional.
2) Melakukan peninjauan dan pengukuran lapagan ( setting uot ).
3) Merundingkan harga borongan pekerjaan.
4) Membuat jadwal dan rencana kerja.
5) Menyiapkan dan mengatur pembagian tugas para tukang dan pekerja.
6) Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam melakukan pekerjaan.
7) Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.
8) Mengukur dan menghitung hasil kerja/ofname
9) Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih pembayaran.
10) Membayar upah para tukang dan pekerjaan.

2.2.3 Sistem Pengupahan


Upah atau gaji suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang majikan
pada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja. Dari sudut
pandang pelaksanan bisnis, gaji dapat dianggap sebagi biaya yang dibutuhkan
untuk mendapat sumber daya manusia untuk menjalankan operasi, dan disebut
dengan biaya personil.Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah yaitu
sebagai berikut:
a. Upah menurut waktu Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan pada
lama bekerja seseorang. Satuan waktu dihitung per/jam,
per/hari,per/minggu,atau per/bulan. Misalnya pekerja bangunan dibayar per
hari atau per minggu.
b. Upah menurut satuan hasilMenurut sistem ini, besarnya upah didasarkan pada
jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Suatu hasil dihitung per/
potong barang, per/ satu panjang, per /satu berat. Misalnya upah pemetik
daun teh dihitung per/ kilogram.
c. Upah borongan Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas
kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya upah
untuk membangun rumah dan lain-lain. Upah model ini harus jelas bukan
hanya besarnya upah yang disepakati ,tetapi juga beberapa pekerjaan
ditugaskan kepada penerima borongan harus selesai.
d. Sistem bonus Sistem bonus adalah pembayaran tambahan dari luar upah atau
gaji yang ditunjukan agar pekerja dapat menjalankan tugasnya lebih baik dan
bertanggung jawab, dengan harapan keuntungan lebih tinggi.
e. Sistem mitra usaha Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian diberikan
dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada
perorangan melainkan pada organisasi pekerjaan di perusahaan tersebut.
2.2.3 Proses pengawasan
Banyaknya faktor kesalahan yang muncul dan hasil pekerjaan yang tidak
sesuai, sering diakibatkan oleh kelalaian manusia baik dari para pekerja tukang,
pengawas, dan pihak-pihak lainnya yang ikut terlibat. Pengawasan dalam bidang
teknis ini menyangkut masalah mutu pekerjaan.

2.2.4 Maksud, Tujuan, dan Fungsi pengawasan


1. Maksud Pengawasan
Yaitu untuk memperhatikan kualitas hasil pelaksanaan pekerjaan kolom
yang baik, maka salah satu yang harus diperhatikan adalah pengawasan mutu
bahan yang akan dipakai. Pengawasan dilakukan pada saat bahan yang akan
dipakai pada proses pekerjaan.
2. Tujuan Pengawasan
Konsep utama yang menjadi perhatian pengawasan adalah memperhatikan
proses pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dimulai dengan mengamati mutu, bahan /
material sejak dari lokasi sumber yang dilakukan oleh pekerja proyek. Tujuan
pengawasan yang dilakukan yaitu mengawasi atau mengamati pelaksanaan
pekerjaan yang sedang dilakukan agar dapat dijadikan ilmu tambahan.
3. Fungsi Pengawasan
Secara umum fungsi pengawasan adalah memastikan bahwa semua yang
dijalankan telah sesuai dengan acuan yang sudah direncanakan. Fungsi
manajemen pengawasan juga disebut dengan fungsi pengendalian atau
controlling.

2.2.5 Pengawasan yang Efektif


Suatu sistem pengawasan dapat dikatakan efektif apabila sistem
pengawasan tersebut sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan dan biasanya
sesuai dengan prinsip fleksibilitas Kade Setiawan (2014). Agar pengawasan
efektif, maka para manajer harus menghayati reaksi manusia terhadap sistem
pengawasan. Manusia tidak begitu saja menerima pengawasan yang dilakukan
manajer. Reaksinya bermacam-macam menolak sekali pengawasan terhadapnya,
mempertahankan diri dari sistem pengawasan yang diterapkan padanya dan
membela kinerja dan menolak sasaran kinerja yang tersirat dan tersurat pada
tujuan. Hal ini makin jelas bila sumber daya terbatas dan situasi penuh tekanan.
Dalam situasi seperti itu, orang cenderung untuk mempertahankan hasil kerja
yang dibatasi oleh kendala sehingga pengawasan biasanya tidak dikehendaki.
Sistem pengawasan yang efektif itu seharusnya mendukung strategis dan
memfokuskan diri pada apa yang harus dilakukan, tidak saja pada usaha
pengukuran. Pokok perhatian ada pada kegiatan yang penting bagi tercapainya
tujuan organisasi.
Sistem pengawasan harus mendukung usaha menyelesaikan masalah
dengan pengambilan keputusan, tidak hanya menunjukkan penyimpangan-
penyimpangan. Sistem tersebut harus dapat menunjukkan mengapa terjadi
penyimpangan dan apa yang harus dilakukan untuk perbaikannya. Sistem
pengawasan harus dapat dengan cepat atau dini mendeteksi penyimpangan
sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan segera agar terhindar
hal-hal yang tidak diharapkan. Sistem pengawasan yang efektif memberikan
informasi yang cukup bagi para pengambil keputusan, artinya informasi yang
mudah dimengerti, padat sistem pengawasan harus dapat mengakomodasi situasi
yang unik atau yang berubah-ubah sistem pengawasan harus pula dapat
mengakomodasikan kapasitas seseorang untuk mengawasi dirinya sendiri. Yang
penting harus ada saling percaya, komunikasi dan partisipasi pihak-pihak yang
berkepentingan. Pengawasan diri tercipta bila rancang bangun kerja jelas dan
pemilihan orang yang mampu bagi pekerjaannya dilakukan dengan baik.

2.3 Pekerjaan Pondasi


Menurut Gunawan (1983) pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi
bangunan yang berfungsi meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan
atas (upper structure/superstructure) ke dasar tanah yang cukup kuat
mendukungnya. Untuk tujuan itu pondasi bangunan harus diperhitungkan dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan
gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain tanpa
mengakibatkan terjadi keruntuhan geser tanah dan penurunan (settlement) tanah /
pondasi yang berlebihan.
Menurut Frick (2001) menyatakan bahwa pondasi merupakan bagian
bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah yang menjamin
kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup dan gaya – gaya luar
terhadap gedung seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain.
Menurut Bowles (1997) Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri
kepada dan kedalam tanah atau bebatuan yang terletak dibawahnya Sedangkan
menurut, Heinz (1980), Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan
bangunan dengan tanah.Yang menjamin kestabilan bangunan terhadap berat
sendiri Dalam pemilihan bentuk pondasi, jenis pondasi dan kedalaman pondasi
bangunan yang memadai perlu diprhatikan beberapa hal yang berkaitan pekerjaan
pondasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua jenis pondasi dapat dilaksanakan
disemua tempat penggunaan pondasi tiang pancang padat daerah padat penduduk
tentu tidak tepat meskipun secara teknis telah memenuhi syarat. Berikut ini cara
memilih pondasi berdasarkan daya dukung tanah:
a. Bila kondisi tanah keras terletak pada permukaan tanah atau kedalaman
pondasi antara 2-3 meter dibawah permukaan tanah maka pondasinya adalah
dangkal seperti pondasi jalur , pondasi telapak atau pondasi strauss pile.
b. Bila kondisi tanah lunak sehingga kedalaman kurang lebih 6 meter maka jenis
pondasi yang dapat digunakan adalah pondasi strauss atau bor pile manual.
c. Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi bored pile, pondasi
sumuran atau pondasi minipile.
Standar daya dukung tanah menurut peraturan pembebanan Indonesia
untuk Gedung 1983 adalah:
1) Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2)
2) Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
3) Tanah lunak (o,5-2 g/cm2 )
4) Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian
sederhana misalnya pada tanah yang berukuran 1 cm x 1cm yang 5 kg tidak akan
mengalami penurunan atau amblas, maka tanah tersebut digolongkan tanah kerja.

2.3.1 Jenis-jenis pondasi


Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditetentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung pondasi. jika terletak pada tanah yang miring lebih dari
10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau di bentuk tangga
dengan bagian bawah dan bagian atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi dua
yaitu.
a. Pondasi Strauss pile
Strauss pile adalah pekerjaan pondasi dengan cara tanah di bor secara
manual ( penggerak mata bor nya adalah tenaga manusia) hingga kedalaman
tertentu lalu dimasukkan besi tulangan yang telah diinstal kemudian dituangkan
adukan cor hingga penuh.
Gambar 2.3 contoh pondasi strauss pile
b. Pondasi tapak (fondations)
Di gunakan untuk mendukung beban titik individual seperti kolom untuk
struktur. Pondasi pad ini dapat di buat dalam bentuk bulatan (melingkar), persegi
atau rektagular. Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang
dengan ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad dalam juga dibuat dalam
bentuk bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan
beban dari kolom berat. Pondasi tapak di samping diterapkan dalam pondasi
dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi dalam.

Gambar 2. 4 Contoh Pondasi Tapak


c. Pondasi jalur atau pondasi memanjang (strip foundations)
Pondasi jalur adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung
beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau
beban kolom dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional
kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu
dibutuhkan .pondasi jalur atau pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam
bentuk memanjang dengan potongan persegi atau trapesium. Biasanya digunakan
pondasi dinding atau kolom praktis. Bahan untuk beton tanpa tulangan dan dapat
juga menggunakan pasangan batu pecah, Batu kali, cor beton tanpa tulangan dan
dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung
beban structural.

Gambar 2. 5 Contoh Pondasi Jalur


d. Pondasi tikar (Raft foundations)
Pondasi tikar atau pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban dari
struktur atas area yang luas, biasanya untuk seluruh area struktur. Pondasi raft
digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan
pondasi pada saling berinteraksi. Pondasi raft biasanya terdiri dari plat beton
bertulang yang membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki
keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan
mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi raft sering
dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya tahan tanah
karena pondasi raft dapat menyebarkan beban diarea yang lebih besar Pondasi
rakitan dalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar permukaan dari
satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur dengan tanah.
Digunakan dengan tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat dekat
disemua arahnya, bila memakai telapak, sisinya terhimpit satu sama lain.
Gambar 2. 6 Contoh Pondasi Tikar

a. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran menggunakan beton berdiameter 60- 80 cm dengan
kedalaman 1-2 meter . Didalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan
batu kali dan sedikit pembersihan di bagian atasnya. Pondasi ini kurang populer
sebab banyak kekurangannya, diantaranya boros untuk adukan beton dan untuk
sloof haruslah besar. Hal ini kurang diamati. Pondasi sumuran dipakai untuk tanah
yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah
timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang
mendekati sloof, diberi pembersihan untuk mengikat sloof

.
Gambar 2. 7 contoh pondasi sumuran
b. Pondasi umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi di topang oleh
pondasi batu kali yang berada didalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur,
serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian
bawah umpaknya atau tiangnya. Pondasi ini membentuk kreatifitas struktur yang
digunakan, sehingga sistem membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan-
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah. Sehingga bangaunan tidak akan
patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.
Gambar 2. 8 Contoh Pondasi Umpak

c. Pondasi piers (dinding diafragma)


Pondasi pers adalah pondasi yang meneruskan beban berat struktur yang di
buat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier
dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier adalah bahwa
pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan
jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan
pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis
pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat dibuat dari beton
bertulang . Karena itu, aturan perencanaan pondasi terhadap balok beton
diafragma adalah mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan.
Pondasi pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel, struktur adalah sistem
kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan dibawah bangunan
yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali.
Gambar 2.9 Contoh Pondasi Piers

d. Pondasi caissons (bor pile)


Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun didalam
permukaan tanah, pondasi ditempatkan sampai kedalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang dengan sistem pengeboran atau pengerukan tanah.
Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan
pengecoran beton bertulang sistem hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian
dan juga sistem penulangan beton bertulang didesain hampir sama dengan pondasi
pile yang mana juga di tunjukan untuk menahan beban Struktur melawan gaya
angkat dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan
gaya guling.
Gambar 2.10 Contoh Pondasi Caissons

2.3.2 Fungsi Pondasi


Pondasi dalam suatu bangunan konstruksi mempunyai peranan penting
karena berfungsi sebagai penahan atau penopang beban bangunan yang ada
diatasnya untuk diteruskan ke lapisan tanah yang ada dibawahnya, untuk
menghasilkan bangunan yang kuat dan kokoh. Pondasi suatu banguna harus di
rencanakan dengan baik.
Perencanaan dalam pemilihan pondasi suatu bangunan di tentukan
berdasarkan jenis tanah, kekuatan dan daya dukung tanah dan beban bangunan itu
sendiri. Pada tanah yang memiliki daya dukung baik, maka pondasinya juga
membutuhkan konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya labil dan memiliki daya
dukung yang jelek maka penentuan pondasinya juga harus lebih teliti. Fungsi
pondasi suatu konstruksi bangunan harus mampu menahan beban sebagai berikut:
1. Beban horizontal/ atau beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah.
2. Beban hidup atau live load, atau beban suatu fungsi bangunan.
3. Beban gempa
4. Beban angin
5. Gaya angkat air
6. Momen dan torsi

2.4 Sloof
Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak diatas pondasi, berfungsi
untuk meratakan beban yang diterima oleh pondasi, juga berfungsi sebagai
pengunci dinding agar apabila terjadi pergerakan pada tanah, dinding tidak roboh.
Sehingga sloof sangat berperan sekali terhadap kekuatan dari bangunan, bahan
yang digunakan adalah beton dengan campuran 1 semen : 2 Pasir : 3 split (koral).
Dimensi sloof yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai
satu, lebar 15 cm, tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah
diameter 10 mm (4d 10 ) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm
berjarak 15 cm ( d 8 –15). Untuk rumah lantai dua, dimensi sloof yang sering
digunakan adalah, lebar 20 cm tinggi 30 cm, besi beton utama 6 d 12 mm, begel
d8–10 cm (Anonim, 2011).
Untuk rumah tinggal tembokan sederhana, kunci ketahanan gempa adalah
pemakaian balok pondasi sloof, kolom praktis dan ring balok yang dibuat dari
beton bertulang dan disatukan dengan pasangan batanya Sukamta (2006). Pondasi
Strauss dan sloof adalah komponen yang wajib terangkai baik dan harus stabil
Raharjo dkk (2013).
Rangka bangunan yang terdiri dari kolom, balok sloof dan balok ring
semuanya terbuat dari beton bertulang yang saling berhubungan sehingga
membentuk konstruksi ruang. Konstruksi ruang ini mempunyai momen inersia
yang besar sehingga lebih kuat menahan momen guling akibat adanya gaya
horizontal yang ditimbulkan oleh gempa. Sementara gaya vertikal akibat berat
sendiri bangunan yang sebagian besar terbuat dari kayu dan seng relatif ringan
sehingga cukup kuat ditahan oleh rangka bangunan yang relatif tidak berdimensi
besar Setiawan (2007).
Dengan pembuatan sampel kolom dan balok atas yang dipasang sesuai
yang direncanakan dapat disimpulkan struktur tersebut stabil dan apabila terjadi
penurunan sebesar 2 cm atau 1/100 x L sloof (L sloof = 200 cm) maka struktur
masih stabil dan sambungan- sambungan masih utuh. Apabila terjadi penurunan 4
cm atau 1/50 x L sloof ( L sloof = 200 cm ) maka terjadi keretakan pada sloof dan
pergoyangan pada sambungan kolom pedestal dengan kolom. Penurunan tidak
boleh sampai 1/50 x L sloof dimana pada kondisi ini struktur menjadi tidak stabil
(Suwono, dkk. Tanpa Tahun).

2.4.1 Fungsi Sloof


Fungsi sloof sangat penting dalam struktur, diantaranya sebagai penahan
beban yang ada di atasnya seperti dinding, jendela, kusen untuk di salurkan ke
ujung-ujungnya atau ke bagian pondasi sehingga pondasi tidak langsung
menerima beban dari atas.
Sloof berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
“berdiri” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan
yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau pecah. Selain itu
Sloof juga memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menerima beban dari bagian bangunan diatasnya, seperti pasangan dinding,
pintu, jendela, dan sejenisnya.
2. Meratakan beban yang diterima dari bangunan diatasnya untuk kemudian
disalurkan menuju pondasi.
3. Sebagai pengikat antar kolom sehingga struktur bangunan menjadi kaku dan
aman terhadap guncangan akibat angin, gempa, dan lain-lain.
4. Sebagai dinding penahan material urugan tanah, pasangan keramik dan
berbagai macam pekerjaan lantai bangunan agar bisa tetap berada pada posisi
yang direncanakan.
5. Sloof juga bisa difungsikan sebagai ornamen untuk memperindah arsitektur
bangunan, terutama sloof yang lokasinya diatas permukaan tanah sehingga bisa
langsung terlihat oleh orang.
Selain itu, dari segi sosial, dengan adanya sistem struktur sloof maka
beberapa orang bisa memperoleh pendapatan, ada tukang bangunan yang
mendapatkan upah kerja, ada pengusaha besi begel yang mendapat keuntungan
dari penjualan, ada toko bangunan yang mendapatkan laba dari hasil penjualan
material, ada juga arsitek atau insinyur yang mendapatkan penghasilan dari
kegiatan menghitung, merancang dan melaksanakan pembangunan.

2.5 Kolom
Kolom adalah suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur Sudarmoko
(1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton (tiang
beton) adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom
berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan penerus beban dari atas
menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi. Kolom berfungsi sangat
penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari
atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.Seluruh
beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.
Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis
pondasinya sesuai dengan perhitungan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan
komponen tekan tidak diawali dengan tanda peringatan yang jelas, bersifat
mendadak.
Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur kolom harus diperhitungkan
secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi dari pada untuk
komponen struktur lainnya. Dak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil.
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga,
yaitu Kolom ikat (tie column). Kolom spiral (spiral column). Kolom komposit
(composite column). Dalam buku struktur beton bertulang Istimawan Dipohusodo
(1994), ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.

b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama


hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Pada bangunan, kolom merupakan batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang berfungsi sebagai pemikul beban dari balok. Peran kolom sangatlah
penting bagi suatu bangunan, di mana runtuhnya kolom dapat berakibat pada
keruntuhan sebagian dan atau keseluruhan struktur bangunan tersebut. Artinya,
kolom inilah yang menjadi elemen terpenting penyangga beban tekan vertikal
suatu bangunan sehingga dapat` berdiri dengan tegak.
Pada dasarnya, suatu kolom bangunan dibuat dengan menggabungkan
material yang tahan terhadap tarikan dan material yang terhadap tekanan. Besi
dan beton adalah dua material yang paling sering dipakai untuk membuat kolom
bangunan ini. Perlu diketahui, besi merupakan material yang paling tahan dengan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang paling tahan dengan tekanan.
Kombinasi dari keduanya menghasilkan kolom yang sanggup menahan gaya tarik
dan gaya tekan yang timbul pada suatu bangunan.
Prinsip kerja kolom bangunan yaitu meneruskan beban bangunan yang di
topangnya ke pondasi sehingga dapat berdiri tegak. Bisa dibayangkan bagaimana
kerangka tulang mampu membuat suatu makhluk hidup dapat berdiri tegak,
begitulah prinsip kerja kolom bangunan. Penghitungan beban yang ditahan kolom
dimulai dari beban atap yang akan menjalar ke kolom dan akhirnya beban dibawa
ke permukaan tanah melalui pondasi. Berdirinya setiap bangunan ditopang oleh
kolom utama dan kolom praktis.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu banguan dan memikul beban dari balok, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
lantai. Tahapan-tahapan dalam pekerjaan kolom yaitu :
1. Pekerjaan Persiapan
Rencanakan urutan kolom, urutan pemasangan bekisting kayu kolom
ukuran 5/7 dan papan 2 x 20 cm , penempatan kolom sesuai gambar rencana dan
dilakukan pengukuran pada setiap posisi bekisting kolom, selanjutnya melakukan
pekerjaan bekisting dan penulangan kolom.

2. Pekerjaan Bekisting
Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan
dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri yang
baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang ada.
Tujuan pemasangan bekisting kolom adalah untuk mengetahui penting pembuatan
cetakan yang baik, rata, kuat, siku dan lurus, karena apabila bekisting tidak siku
maka beton yang dihasilkan akan berubah bentuknya. Untuk mendapatkan
struktur kolom yang monolit disarankan agar proses pengecoran struktur kolom
ini dilakukan dalam kesatuan waktu tertentu. Oleh karenanya kemampuan cetakan
atau bekisting kolom harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu
menahan gaya-gaya yang timbul selama proses pengecoran, terutama yang
ditimbulkan oleh agregat beton basah.
1) Syarat-syarat pembuatan bekisting
Pembuatan bekisting harus memenuhi beberapa persyaratan agar
konstruksinya sesuai yang diharapkan. Persyaratan pembuatan bekisting
membangun rumah sederhana tahan gempa antara lain:
a) Papan bekisting harus dipasang dengan tepat dan kuat, kaku, awet dan diberi
rangka secukupnya untuk mencegah melengkungnya maupun terpelintirnya
papan pengaruh dari sinar matahari dan hujan.
b) Bekisting dan penyokongnya atau rangka harus kuat menahan beban bekisting
itu sendiri, beban orang, peralatan dan bahan-bahan lain yang digunakan.
Sambungan antara bagian yang membentuk bekisting harus cukup rapat agar
adukan tidak keluar dari bekisting yang dapat menyebabkan pemborosan
c) akibat dari terbuangnya adukan beton dari bekisting yang mengalami
kebocoran. Kebocoran dapat menimbulkan cacat pada beton itu sendiri.
2) Proses Pembuatan Bekisting
Pada pekerjaan bekisting kolom dalam proyek ini menggunakan multiplek
tebal 9 mm dan penyangga rangka balok menggunakan kayu berukuran 5/7 cm.
Adapun langkah-langkah pembuatan bekisting kolom adalah sebagai berikut:
a) Memotong multiplek dan balok kayu serta besi sesuai dengan ukuran yang
ditentukan
b) Merangkai bekisting kolom yang sudah dipasang sebelumnya
c) Multiplex disambung dengan cara dipaku atau diikat pada balok-balok atau
besi dukung yang telah disiapkan sebelumnya
d) Mengecek kembali kekuatan bekisting yang telah dipasang.
3. Pekerjaan Pembesian
a. Perakitan tulangan
Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan balok dapat
berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan:
1) Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui
dari ukuran kolom.
2) Mendesain bentuk atau dimensi dari tulangan kolom, dengan
memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada kolom tersebut.
3) Merakit satu per satu bentuk dari tulangan kolom dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak mudah terlepas.
b. Pemasangan Tulangan
1) Pemasangan tulangan utama kolom (tulangan memanjang) dilakukan dengan
bantuan perancah untuk menyangka tulangan agar tetap tegak.
2) Setelah selesai memasang semua tulangan utama kolom (tulangan
memanjang), pasang tulangan sengkang yang berfungsi menjaga agar tulangan
utama kolom tidak bergeser atau berubah posisinya.
3) Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
Dalam pemasangan besi tulangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain :
a) Besi atau baja tulangan harus bersih dari kotoran.
b) Rangkaian tulangan harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan gambar
rencana dan tidak boleh terlalu rapat dalam penempatanya.
c) Ikatan yang dilakukan pada tulangan harus benar-benar kuat.
4. Pengecoran Kolom
Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton segar ke
area bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan cor
tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap.
Penulangan spesi beton ke kolom dengan menggunakan gerobak sorong
dan ember atau kaleng dan dalam pelaksanaan ini dilaksanakan secara manual.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat-alat pendukung di lapangan, persiapan tangga darurat untuk
mengangkut beton secara manual, gerobak sorong penyalur beton, lampu
penerangan jika pengecoran dilakukan.
b. Memeriksa jumlah, letak, jarak antara panjang penyaluran, malam hari.
c. Menyiapkan molen untuk adukan beton karena pada pekerjaan pengecoran
tersebut dilakukan secara manual dan tidak menggunakan truk mixer panjang
penjangkaran, diameter tulangan, beton decking dan “kaki ayam” yang harus
sesuai dengan gambar rencana. Diperiksa pula posisi bekisting agar cukup
kuat menahan beban.
d. Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran
dengan cara menyirami air, sehingga tidak ada debu pada bekisting.
e. Setelah hal-hal tersebut diatas telah dilaksanakan maka pengecoran dapat
dilaksanakan.
f. Menuangkan spesi beton ke dalam bekisting kolom dan plat dengan gerobak
sorong dan kaleng atau ember dengan dibantu tenaga pengecor dalam
pemadatan beton.
g. Bekisting kolom dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai 21
hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hati untuk
menghindari terjadi patah pada kolom.
Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran kita harus mempersiapkan
tenaga kerja,alat,bahan dan pemeriksaan kondisi bekisting:
1. Alat:
a. Sekop
b. Setrika beton/cetok
c. Besi ukur tebal beton
d. Ember
e. Molen
f. Besi pemadat beton
g. Gerobak sorong
h. Tangga darurat
i. Papan yang dibuat kotak segiempat untuk penuangan campuran beton
j. Papan dan Multiplek untuk jalur gerobak dorong.
2. Bahan pengecoran Kolom :
a. Semen
b. Pasir
c. Kerikil
d. Air
3. Tenaga kerja :
Tukang cor yang terampil karena pekerjaan pengecoran membutuhkan kecepatan
dan keterampilan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai