Anda di halaman 1dari 97

1|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan dibidang kesehatan menjadi salah satu prioritas

utama mengingat di Kabupaten Bandung Barat walaupun pada saat

ini Indeks Pembangunan Manusianya sudah relatif tinggi yaitu 75,6.

Diharapkan dengan melalui penerapan PPK-BLUD, Puskesmas TTP

Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat akan terpacu untuk lebih

meningkatkan kualitas mutu pelayanan di bidang kesehatan kepada

masyarakat sehingga dapat mendukung terhadap peningkatan

kembali nilai Indeks Pembangunan Manusia.

Tujuan utama penerapan PPK-BLUD ini adalah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat secara lebih

efektif dan efisien sejalan dengan praktek bisnis yang sehat yang

pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang

didelegasikan oleh Bupati Kabupaten bandung Barat yang

diharapkan melalui kebijakan ini masyarakat akan semakin mudah

untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas terutama pada

pelayanan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat

yaitu bidang kesehatan.

Sejalan dengan pergeseran paradigma Puskesmas TTP

Ciwaruga sebagai layanan publik dan layanan pasar, maka

Puskesmas harus dikelola secara entepreneur bukan secara

birokratik lagi. Untuk itu Puskesmas perlu melakukan

perubahan mendasar sehingga lebih mandiri dan mampu

berkembang menjadi lembaga yang berorientasi terhadap

kepuasan pelanggan (customer satisfaction).


2|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

Adanya reformasi pengelolaan keuangan Negara dengan

terbitnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, memberikan angin segar bagii

Puskesmas untuk pengelolaan yang lebih baik ke depan. Di

dalam pasal 68 dan 69 Undang-undang tersebut, diatur suatu

koridor baru dalam pengelolaan keuangan negara yaitu Badan

Layanan Umum atau disingkat BLU. Sebagai aturan

pelaksanaannya, terbitlah Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 61 Tahun 2007.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum BLU/BLUD

dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Nomor 1 tahun 2004

mengelompokkan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD), yaitu suatu instansi di lingkungan pemerintah

daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas. Puskesmas TTP Ciwaruga telah menjadi BLUD,

sehingga Puskesmas TTP Ciwaruga telah menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) yaitu pola pengelolaan

keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan

untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan


3|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan

keuangan daerah pada umumnya. Puskesmas telah menerapkan

PPK-BLUD dapat lebih leluasa menentukan keputusan-keputusan

strategis dengan memperhatikan dan menjalankan praktik bisnis

yang sehat, dikelola oleh orang-orang yang profesional sehingga

diharapkan Puskesmas mampu bertahan bahkan bersaing dan/atau

mandirii dengan tetap sinergi dengan program-program pelayanan

kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

Sesuai surat Direktorat Jenderal Keuangan Daerah

Kementrian Dalam Negeri Nomor : 420/1116/Kedua tanggal 17

Nopember 2011, hal pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK-BLUD) disebutkan bahwa Puskesmas TTP

Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat dapat menetapkan PPK–BLUD

sepanjang memenuhi persyaratan substanstif, teknis dan

adminstratif sebagaimana dipersyaratkan pada Permendagri Nomor

61 Tahun 2007. Persyaratan administrastif sebagaimana dijelaskan

pada pasal 11 Permendagri tersebut salah satunya adalah Pola Tata

Kelola.

Pola Tata Kelola ini disusun dan disampaikan kepada

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk memenuhi salah satu

ketentuan ditetapkannya Puskesmas TTP Ciwaruga Kabupaten

Bandung Barat menjadi BLUD dalam pengelolaan keuangan. Pada

Bab pendahuluan ini akan dikemukakan hal-hal yang berkenaan

dengan Pengertian, Prinsip-prinsip dan Tujuan Penerapan.

Untuk dapat menerapkan status PPK-BLUD bertahap

menjadi penuh maka Puskesmas TTP Ciwaruga mengajukan

kembali persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh


4|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

Puskesmas sesuai dengan Permendagri No 61 tahun 2007 Pasal 11

adalah dapat menyajikan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Surat Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja

pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

2. Pola Tata Kelola;

3. Rencana Strategi Bisnis Tahun 2018;

4. Standar Pelayanan Minimum (SPM);

5. Laporan Keuangan pokok atau Proyeksi Laporan keuangan;

6. Laporan Audit Terahir atau Penyataan bersedia untuk diaudit

secara independen.

A. Pengertian Pola Tata Kelola

Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

61 Tahun 2007 tentang Pola Tata Kelola yang merupakan peraturan

internal SKPD atau Unit Kerja yang akan menerapkan PPK BLUD.

Selanjutnya dalam pasal 31 dan 32 Permendagri Nomor 61 Tahun

2007 disebutkan, BLUD beroperasi berdasarkan Pola Tata Kelola

atau peraturan internal, yang memuat antara lain:

a. Struktur organisasi; menggambarkan posisi jabatan, pembagian

tugas, fungsi, tanggung jawab, dan wewenang dalam organisasi.

b. Prosedur kerja; menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja

antar posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi.

c. Pengelompokan fungsi yang logis; menggambarkan pembagian

yang jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi

pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian internal

dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.


5|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

d. Pengelolaan sumber daya manusia; merupakan pengaturan dan

kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang

berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan

kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan

organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.

B. Prinsip – Prinsip Tata Kelola

Prinsip – prinsip yang digunakan dalam penerapan pola tata

kelola pada Puskesmas TTP Ciwaruga berdasarkan Permendagri

no. 61 tahun 2007, pasal 31 ayat 2 yang meliputi Transparasi,

Akuntabilitas, Responsibilitas dan Independensi.

1. Transparansi yaitu mengikuti asas keterbukaan yang dibangun

atas dasar kebebasan arus informasi mengenai BLUD secara

langsung dapat diterima bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban pengelolaan sumber

daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada

BLUD dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

periodik.

3. Responsibilitas yaitu kesesuaian atau kepatuhan kedalam

pengelolaan Organisasi terhadap prisip – prinsip bisnis yang

sehat serta perundang undangan

4. Independensi yaitu keadaan dimana BLUD dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan

dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan nilai – nilai etika.


6|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

C. Tujuan Pola Tata Kelola

Tujuan Pola Tata Kerja Puskesmas TTP Ciwaruga sesuai

dengan Permendagri No. 61 pasal 3 yaitu: bertujuan meningkatkan

kualitas pelayanan kepada masyarakat, untuk mewujudkan

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan atau pemerintah

daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa.

D. Sumber Referensi Pola Tata Kelola

Sumber referensi untuk menyusun Pola Tata Kelola

Puskesmas TTP Ciwaruga antara lain adalah :

a. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Reformasi

Pemerintah.

b. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Reformasi

Keuangan Daerah.

c. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional.

d. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah.

e. Undang Undang Nomor …. Tahun …. Tentang JKN

f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diperbaharui

dengan Peraturan Pemeritah Nomor 74 Tahun 2012.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Organisasi

Pemerintahan Daerah.

h. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengaturan

tentang pengeloaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada


7|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ) milik pemerintah

daerah

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang

Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum.

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah.

k. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: PER/02/M.PAN/1/2007 Tanggal 25 Januari 2007

tentang Pedoman Organisasi Satuan Kerja Di Lingkungan

Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum.

l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat.

m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang

Pengaturan Penggunaan Dana Kapitasi JKN untuk FKTP

n. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang

UPTD dan Cabang Dinas.

o. Peraturan Daerah Nomor ............... Tahun 2017 Tentang

Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat.

p. Peraturan Daerah Nomor ........ Tahun ..... Tentang Pengaturan

Kapitasi JKN

q. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor 163 Tahun

2013, Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Kabupaten

Bandung Barat Nomor 472 Tahun 2011 Tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Dasar di Lingkungan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat.


8|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

r. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor 50 Tahun

2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.

s. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor 29 Tahun

2017 tentang Tugas dan Rincian Tugas Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung Barat.

t. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor …….. Tahun

…… Tentang Pengaturan Kapitasi JKN

E. Perubahan Pola Tata Kelola

Pola tata kelola Puskesmas ini akan direvisi apabila terjadi

perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan pola tata kelola Puskesmas sebagaimana disebutkan di atas

kebutuhan internal Puskesmas, serta disesuaikan dengan fungsi,

tanggung jawab, dan kewenangan organ Puskesmas serta perubahan

lingkungan.
9|P OLA T AT A KE LO LA P KM CIW ARUG A

BAB II

STRUKTUR TATA KELOLA

A. Struktur Tata Kelola

Puskesmas TTP Ciwaruga adalah Unit Pelaksana Teknis

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat yang bertanggung jawab

terhadap pembangunan kesehatan serta berperan dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Dengan demikian Puskesmas TTP Ciwaruga merupakan salah

satu Puskesmas yang berfungsi sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata

pertama.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembentukan dan

susunan organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung Barat. Pada

Dinas Daerah dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan sebagian

kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan penunjang yang

mempunyai wilayah kerja 1 (satu) atau beberapa Kecamatan.

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Barat mengacu pada Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 50

Tahun 2016, yaitu sebagai berikut:


10 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

a. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari:


1) Kepala Dinas;
2) Sekretariat, membawahi:

a) Subbagian Umum dan Kepegawaian;

b) Subbagian Keuangan; dan

c) Subbagian Penyusunan Program.

3) Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :


a) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer
b) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan JAMKES
c) Seksi Fasyankes dan Peningkatan Mutu

4) Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, membawahi:

a) Seksi Kesehatan Keluarga;

b) Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja; dan

c) Seksi Gizi Keluarga.

5) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,


membawahi:
a) Seksi Surveilance dan Imunisasi;
b) Seksi Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa ; dan
c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

6) Bidang Sumber Daya kesehatan

a) Seksi SDM Dan Alkes;


b) Seksi Pengendalian Farmasi dan Makanan, Kosmetik
dan Tradisional;
c) Seksi Pengembangan Kesehatan.
11 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

7) UPTD yang terdiri dari :

a) UPTD Farmasi
b) UPTD Promkes
c) UPTD Kesehatan
d) UPTD Laboratorium

8) Kelompok Jabatan Fungsional.


a) Pada Dinas dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
penunjang yang mempunyai wilayah kerja 1 (satu) atau
beberapa kecamatan.

b) UPTD merupakan unsur pelaksana teknis operasional


Dinas Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.
c) Pengaturan mengenai nomenklatur, jumlah dan jenis,
susunan organisasi, tugas dan fungsi UPTD ditetapkan
dengan Peraturan Bupati tersendiri.
d) UPTD dan UPT yang mempunyai wilayah kerja
Kecamatan dalam pelaksanaan tugasnya secara
operasional dikoordinasikan oleh Camat.
12 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NO 50 TAHUN 2016


BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

KA DINAS KESEHATAN
Drg Hernawan Widjajanto,M.Kes

SEKRETARIS
Drg. Primanti Laksanawati,MKM

SUBBAGIAN PENYUSUNAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN &


PROGRAM KEUANGAN UMUM
Kusmia, SKM Jul Irawani,MM.Kes Rahadian Malik, SKM.M.AP

BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG PENCEGAHAN DAN BIDANG SUMBERDAYA BIDANG PELAYANAN
dr Hj Nur Listiyaningsih,M.kes PENGENDALIAN PENYAKIT KESEHATAN KESEHATAN MASYARAKAT
Drg. Neni Noviani,M.kes H. Nanang Ismantoro, SKM.MM Drg. Maqdhesy,MARS

KELOMPOK
SEKSI PELAYANAN SEKSI SURVAILANCE DAN
JABATAN SEKSI SDM DAN ALKES SEKSI KESEHATAN
KESEHATAN PRIMER IMUNISASI
FUNGSIONAL Tuti Heriayati,SKM.,MM KELUARGA
dr.Wisnu Pramulo Ady Jauhari, SKM.MM
Hj. Nina Farida, Am.Keb

SEKSI PENCEGAHAN DAN


SEKSI PEL KESEHATAN PENGENDALIAN PENY TDK SEKSI PENGENDALIAN FARMASI DAN SEKSI KESLING DAN
RUJUKAN DAN JAM KES MENULAR DAN KES JIWA MAKANAN MINUMAN, KOSMETK DAN KESEHATAN KERJA
TRADISIONAL dr. Toni Daniel
dr. Lia N Sukandar dr. Evi Apriana Rendra Gustiawan, SKep

SEKSI FASYANKES DAN SEKSI PENCEGAHAN DAN SEKSI PENGEMBANGAN


PENINGKATAN MUTU PENGENDALIAN PENYAKIT SEKSI GIZI
KESEHATAN Dian Yudiana, S.STP,MKM
Drg. Eming Sariyoni,MM.MH.Kes MENULAR H. Jajang Mulyana,SKM.MM
H. Asep Sutia, S.Sos.,MM

UPTD FARMASI UPTD PROMKES UPTD KESEHATAN UPTD


Asep Dewi LABORATORIUM
Hidayatulloh,S.Far,Apt Murniati,SKM,MM
13 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

2. Struktur organisasi Puskesmas

Pola Struktur organisasi puskesmas mengacu kepada


Permenkes nomor 75 tahun 2014, yang sudah diberlakukan
dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
Nomor 440/5387/Dinkes/2015 tentang Penetapan Struktur Kerja
Organisasi Puskesmas adalah sebagai beikut :
1. Kepala Puskesmas.
2. Kasubag Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu
kepala Puskesmas dalam pengelolaan :
a. Sistem Informasi Puskesmas;
b. Kepegawaian;
c. Keuangan;
d. Rumah Tangga.
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional yang terdiri dari :
a. Penanggungjawab UKP (Unit Kesehatan Perorangan),
terdiri dari:
 Pemeriksaan Umum (termasuk Lansia, MTBS);
 Pemeriksaan Gigi dan Mulut;
 Pemeriksaan KIA/KB;
 Layanan Gawat Darurat;
 Pelayanan Gizi Klinik;
 Pelayanan Rawat;
 Pelayanan Kefarmasian; dan
 Laboratorium/Penunjang.
b. Penanggungjawab UKM Esensial dan Perkesmas; terdiri
dari:
 Promkes dan UKS;
 Kesling;
 KIA/KB Komunitas;
 Gizi Kesmas;
 P2 Penyakit;
14 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

 PERKESMAS
c. Penanggungjawab UKM pengembangan; Terdiri dari:
 Kesehatan Jiwa;
 UKGMD;
 Kes. Tradisional;
 Kes. Olah Raga;
 Kes. Indera;
 Kes. Lansia;
 Kes. Kerja;
 Upaya kesehatan lainnya
d. Penanggungjawab Jaringan Pelayanan.
 Puskesmas Pembantu;
 Puskesmas Keliling;
 Bidan di Desa;
 Jejaring FasKes.
15 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A
Kepala Puskesmas
Indria, dr

Kasubag Tata Usaha


LAMPIRAN II : Ika Jatnikawati , SKM
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TTP Ciwaruga
(Berdasarkan SK Nomor 440/5387/Dinkes/2015) 1. Sistem Informasi Pus : Nastiti Purbandini,
Skp,Ners.
2. Kepegawaian : Ika Jatnikawati, SKM
3. Keuangan : Hj. Rusmiati, Amd.Keb
4. Rumah Tangga : Barita Verawati, Skp.,Ners

Penanggung jawab UKM Esensial dan Penanggung jawab UKM Pengembangan Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Penanggungjawab Jaringan Pelayanan
Perkesmas Riana Lampung, SKM Laboratorium Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Dr. Indria dr. Venita Noor Ajiziah Kesehatan
Ika Jatnikawati, SKM

Promkes dan UKS


Hesti Indra Putri, AMG, Kesehatan Jiwa Pemeriksaan Umum (termasuk Lansia,
Barita Verawati, SKp,.Ners MTBS) Puskesmas Keliling
Dr. Indria Mardalena, Amd.Kep
Kesling
Cicih Kurniasih, SKM UKGMD Pemeriksaaan Gigi dan Mulut Bidan Desa Ciwaruga
Hesti Indraputri Drg. Welly Narwelly Memi Sari Intan, Amd.Keb
KIA/KB Komunitas
Rosida Sinaga, Amd.Keb Kes. Tradisional Komplementer
PemeriksaanKIA/KB Bidan Desa Sariwangi
Riana Lampung, SKM
Imas Wiarsih, Amd.Keb Rati Fitriasari, Amd.Keb
Gizi Kesmas
Kesehatan Olahraga
Meika Susana, AMGz Pelayanan Gizi Klinik
Meika Susana, AMGz Pembina Desa Cigugur Girang
Meika Susana, AMGz
Rosida Sinaga, Am d.Keb
P2 penyakit Kesehatan Indera
Dr. Indria Siti Robiah Pelayanan Kefarmasian
Suwarni
Jejaring Faskes
Kesehatan Lansia Cicih Kurniasih, SKM
PERKESMAS
Riana Lampung, SKM Laboratorium/Penunjang
Nastiti Purbandini, SKp,.Ners
sssssssssssss Siti Robiah
Kesehatan Kerja
Dr. Indria

Upaya Kes lainnya


16 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Uraian Tugas Kepala UPTD

(1) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai
tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan
pelaksanaan program kesehatan di lingkup Kecamatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
mempunyai fungsi:

a. Pengumpulan dan pengolahan bahan dalam penyusunan


rencana teknis operasional pembinaan, pengembangan serta
pengendalian terhadap pelaksanaan program pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas) di lingkup Kecamatan;

b. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian


terhadap pelaksanaan program pusat kesehatan masyarakat
di lingkup Kecamatan.

c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai


dengan tugas pokok dan fungsi; dan

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta


capaian kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

(3) Uraian tugas Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas) adalah sebagai berikut:

a. Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan


umum Dinas di wilayah kerjanya;

b. Mengumpulkan dan mengolah data basis program


kesehatan di lingkup Kecamatan;

c. Menyiapkan bahan, menyusun dan melaksanakan program


kesehatan di lingkup Kecamatan berdasarkan kebijakan
teknis, sasaran dan program kerja badan serta kondisi
dinamis masyarakat di wilayahkerjanya;

d. Menyiapkan bahan dan mempelajari, menelaah peraturan


perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas sesuai dengan
bidang tugas.
17 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

e. Menyiapkan bahan dan menyusun kebijakan teknis


penyelenggaraan Puskesmas.

f. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pengelolaan


ketatausahaan Puskesmas.

g. Menyiapkan bahan dan melaksanakan monitoring, evaluasi


dan pelaporan untuk pengendalian pelaksanaan rencana
strategis dan rencana kerja UPTD Puskesmas.

h. Menyiapkan bahan dan melaksanakan evaluasi dan analisis


hasil kerja guna pengembangan rencana strategis dan
rencana kerja UPT Puskesmas.

i. Menyiapkan bahan dan melaksanakan upaya kesehatan


essensial meliputi upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif di bidang upaya kesehatan lingkungan, upaya
kesehatan ibu, anak dan KB, upaya perbaikan gizi
masyarakat dan upaya pencegahan serta pemberantasan
penyakit menular.

j. Menyiapkan bahan dan melaksanakan upaya kesehatan


pengembangan meliputi : upaya kesehatan usia lanjut,
upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan mata,
upaya kesehatan telinga, upaya kesehatan jiwa, upaya
kesehatan olah raga, upaya kesehatan tradisional, upaya
kesehatan kerja dan lainnya.

k. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan peran


serta masyarakat di bidang kesehatan.

l. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembangunan


berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

m. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan rujukan


medis dan kesehatan masyarakat secara berjenjang.

n. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pemungutan


retribusi daerah di lingkungan Puskesmas.

o. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pelayanan kesehatan


lanjutan yang meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan
gawat darurat.
18 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

p. Menyiapkan bahan dan melaksanakan penyusunan


indikator dan pengukuran kinerja penyelenggaraan
Puskesmas.

q. Menyiapkan bahan dan melaksanakan sosialisasi pelayanan


puskesmas.

r. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan


program kesehatan di wilayah kerjanya;

s. Melaksanakan koordinasi dengan lembaga/organisasi


terkait;

t. Mendistribusikan tugas kepada stafdan/atau fungsional


sesuai dengan bidang tugasnya;

u. Memberi petunjuk kepada stafdan/atau fungsional untuk


kelancaran pelaksanaan tugasnya;

v. Memeriksa hasil kerja stafdan/atau fungsional serta


menyelia kegiatan stafdan/atau fungsional untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja;

w. Mengendalikan dan mengarahkan pelaksanaan tugas staf


dan/atau fungsional penyuluh berdasarkan rencana kerja
yang telah ditetapkan;

x. Mengevaluasi pelaksanaan tugas staf melalui sasaran kerja


pegawai (SKP) untuk mengetahui prestasi kerjanya dan
sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;

y. Menyusun dan/atau memeriksa konsep-konsep surat yang


diajukan oleh bawahan untuk memperoleh konsep surat
yang benar;

z. Melaporkan pelaksanaan tugas dalam lingkup program


kesehatan di lingkup Kecamatan, secara lisan, tertulis,
berkala atau sesuai kebutuhan kepada pimpinan dan camat
di wilayah kerjanya;

aa. Memberi saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai


bidang tugasnya; dan

bb. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan


oleh pimpinan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
19 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

(4) Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di


lingkup Kecamatan membawahkan Subbagian Tata Usaha.

Uraian Tugas Subbagian Tata Usaha

a. Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


ayat (4) dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada UPTD yang mempunyai
tugas pokok merencanakan teknis operasional dan
melaksanakan kegiatan administrasi umum dan kepegawaian,
keuangan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program serta
kelembagaan dan ketatalaksanaan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Kepala Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian,


keuangan, valuasi dan pelaporan pelaksanaan program
serta kelembagaan dan ketatalaksanaan;

b. Pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan,


kepustakaan, kehumasan, protokol, barang milik
daerah/aset dan rumah tangga kedinasan;

c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai


dengan tugas pokok dan fungsi; dan

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta


capaian kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

c. Uraian tugas Kepala Subbagian Tata Usaha adalah sebagai


berikut:

a. Membantu Kepala Unit Pelaksana Teknis dalam menyusun


dan melaksanakan kebijakan UPTD di lingkup kerjanya;

b. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan lingkup


Subbagian Tata Usaha UPTD;

c. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian,


keuangan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
serta kelembagaan dan ketatalaksanaan;
20 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

d. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat,


kearsipan, kepustakaan, kehumasan dan protokol;

e. Melaksanakan administrasi berkenaan dengan


penggunaan, penyimpanan, pendistribusian dan
inventarisasi barang milik daerah/aset di lingkup UPTD;

f. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan sarana dan


prasarana UPTD;

g. Melaksanakan pengurusan rumah tangga, kebersihan,


ketertiban dan keamanan ruang kerja serta lingkungan
UPTD;

h. Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, Daftar


Penilaian Sasaran kerja pegawai (SKP), Daftar Urut
Kepangkatan (DUK), sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan
peningkatan kesejahteraan pegawai;

i. Melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan


mengikuti ujian dinas dan izin/tugas belajar;

j. Melaksanakan penyiapan data dan bahan lainnya yang


diperlukan dalam pengelolaan dan pembinaan kepegawaian
serta disiplin pegawai;

k. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas staf;

l. Membagi tugas kepada staf sesuai dengan bidang tugas


masing-masing;

m. Memberi petunjuk kepada staf untuk kelancaran


pelaksanaan tugas;

n. Menyelia kegiatan staf di lingkungan subbagian Tata Usaha


untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja
masing-masing;

o. Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas staf


berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan;

p. Mengevaluasi pelaksanaan tugas staf melalui sasaran kerja


pegawai (SKP) untuk mengetahui prestasi kerjanya dan
sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
21 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

q. Menyusun dan/atau memeriksa konsep surat dinas


berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

r. Melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis,


berkala atau sesuai kebutuhan kepada pimpinan;

s. Memberi saran dan pertimbangan kepada pimpinan


menyangkut bidang tugasnya; dan

t. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan


oleh pimpinan, sesuai dengan bidang tugas pokok dan
fungsinya.

C. PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan

pelayanan telah didokumentasikan dalam Standard Operating

Procedure (SOP). SOP merupakan acuan bagi seluruh insan

Puskesmas TTP Ciwaruga dalam melaksanakan pekerjaan. Acuan

pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian vital dalam pengelolaan

Puskesmas TTP Ciwaruga dan diharapkan merupakan suatu

standar baku dalam proses bisnis Puskesmas sehingga pelayanan

kepada seluruh pengguna dapat mencapai standar yang diinginkan.

SOP Puskesmas TTP Ciwaruga dalam rangka memberikan

pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan manajemen,

pelayanan medis, maupun pelayanan non medis telah ditetapkan

oleh Pejabat Pengelola Puskesmas.

SOP ini telah didokumentasikan, disosialisasikan, dan

diimplementasikan di setiap instalasi dan unit kerja lainnya. Dengan

adanya SOP ini diharapkan pelaksanaan atau proses kinerja dan

layanan pada setiap unit kerja dapat dilaksanakan dengan baik dan

dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil


22 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

kinerja dari setiap proses kinerja. SOP yang telah ditetapkan, secara

ringkas uraiannya adalah sebagai berikut:

A. Pelayanan Manajemen

1. Prosedur Pelayanan Umum dan Kepegawaian

Standar Operasional adalah dokumen yang berisi serangkaian

instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses

penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara

melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat

penyelenggaraan dan personil yang berperan dalam kegiatan.

Sebagai suatu aturan, regulasi, dan kebijakan yang secara

terus menerus menjamin perilaku yang benar bagi seluruh

pegawai instansi pemerintah maka SOP sangat tepat

diterapkan pada aktivitas administrasi perkantoran yang

relatif bersifat rutin, berulang serta menghendaki adanya

keputusan yang terprogram guna melayani pelanggannya.

Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan,

merupakan inti kegiatan Puskesmas dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar pelayanan yang

diberikan dapat berjalan sesuai banyak pihak, terutama

pasien yang bersangkutan. Prosedur baku pelayanan

ditetapkan untuk menghindari kesalahan dalam penanganan

pasien. Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan

terdiri dari Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan

pada rawat jalan. Rawat jalan terdiri dari: BP UMUM, BP GIGI,

KIA-KB, Gawat Darurat, Gizi Klinik, Pelayanan Rawat,

Farmasi, Laboratorium/penunjang.
23 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Standar 0perasional Prosedur pelayanan penunjang

kesehatan, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dengan pelayanan kesehatan Puskesmas.

Ketelitian, keakuratan, dan kelengkapan peralatan penunjang

medis menjadi salah satu penentu kesembuhan pasen.

Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan pada

laboratorium dll.

Standar Operasional Prosedur pelayanan manajemen

memberikan pelayanan kepada kegiatan pelayan dan

penunjang kesehatan Puskesmas agar seluruh personil yang

terlibat dalam menjalankan tugasnya sesuai uraian tugas

yang telah ditetapkan untuk itu proses-proses manajemen

harus dijalankan dengan cepat, tepat dan akurat. Standar

Operasional Prosedur manajemen terdiri dari Standar

Operasional Prosedur pada kepegawaian umum, pelaporan

dan rekam medis, keuangan dan lain-lain.

2. Prosedur Pelayanan Keuangan

a. Prosedur tata usaha dan akuntansi Pendapatan BLUD

Puskesmas.

b. Prosedur tata usaha keuangan Akuntansi Belanja BLUD

Puskesmas bersumber dari :

1) Jasa Layanan;

2) Hibah;

3) Hasil kerjasama sama dengan lain;

4) APBD;

5) APBN;
24 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

6) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.

3. Prosedur Perencanaan SDM, Peralatandan Sarana Kesehatan

Lainnya

a. Perencanaan SDM Kesehatan;

b. Perencanaan Peralatan Kesehatan;

c. Perencanaan Sarana Kesehatan Lainnya.

D. Pelayanan Medis

1. Pelayanan Rawat Jalan

a. Poliklinik

Poliklinik Rawat Jalan terdiri dari Klinik Umum, Klinik

Gigi, KIA, Prosedur rawat jalan pada poliklinik

menguraikan langkah-langkah pemberian pelayanan

kepada pasien rawat jalan mulai dari pemilahan kelompok

pasien, pendaftaran dan pembayaran jasa layanan, dan

pemberian layanan kesehatan pada masing-masing poli,

serta tindakan lanjutan yang diperlukan oleh pasien.

Prosedur rawat jalan melalui Poliklinik selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran SOP.

b. Unit Gawat Darurat

Puskesmas TTP Ciwaruga belum memiliki ruang khusus

unit gawat darurat, tetapi memiliki Ruang Tindakan Medik

untuk mengatasi tindakan kegawatdaruratan Pelayanan

Primer. Prosedur pada penanganan kasus gawat darurat

menguraikan langkah-langkah mengutamakan

penanganan pasien yang sifatnya gawat dan darurat sejak

pasien datang hingga tindakan lanjutan yang diperlukan


25 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

pasien seperti dirujuk ke rumah sakit. Prosedur rawat

jalan melalui UGD/ unit tindakan medis selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran SOP.

E. Pelayanan Penunjang Medis

Layanan penunjang medis Puskesmas TTP Ciwaruga meliputi:

Laboratorium dan Apotek.

a. Laboratorium

Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan

berupa layanan laboratorium, kepada pasien sesuai surat

pengantar dari Poliklinik BP, KIA-KB, UGD. Prosedur

pemberian layanan penunjang medis selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran SOP.

b. Apotek

Prosedur layanan obat menguraikan pemberian pelayanan

penyediaan obat-obatan kepada pasien sesuai resep dari poli

rawat jalan, UGD dan pelayanan di luar gedung seperti

kegiatan Puskesmas keliling, Perkesmas, dan Posyandu (Balita

dan Lansia). Prosedur layanan obat di apotik selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran SOP.


26 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

F. Pelayanan Non Medis

Layanan non medis Puskesmas TTP Ciwaruga meliputi:

1. Prosedur Pelayanan Gizi

Prosedur pelayanan gizi menguraikan pemberian layanan gizi

berupa penyuluhan, konseling atau klinik gizi untuk terapi

diet untuk pasien Poliklinik, dan dalam bentuk perencanan

dan pengolahan makanan biasa/khusus. Prosedur pelayanan

gizi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran SOP.

2. Prosedur Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Prosedur pemeliharaan sarana dan prasarana menguraikan

tindakan pemeliharaan atau perbaikan terhadap sarana dan

prasarana kedokteran/kesehatan sesuai jadwal yang telah

ditetapkan atau berdasarkan laporan dari pengguna, baik

dilakukan sendiri atau oleh pihak lain, dan pembuatan

laporan penyelesaian pekerjaan. Prosedur pemeliharaan

sarana dan prasarana selengkapnya dapat dilihat pada

lampian SOP.

3. Prosedur Pelayanan Pusling

Prosedur pelayanan pusling menguraikan pemberian layanan

ambulance bagi pasien yang memerlukannya dalam rangka

rujukan ke Rumah Sakit. Prosedur pelayanan ambulance

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran SOP.

4. Prosedur Rekam Medik

Prosedur rekam medik menguraikan proses penanganan data

pasien mulai dari pemeriksaan kelengkapan dokumen/data

pasien, pengkodean, pengindeksan, dan pengarsipan.


27 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Prosedur rekam medik selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran SOP.

5. Prosedur Kesehatan Lingkungan

Prosedur pelayanan kesehatan lingkungan menguraikan

pemberian layanan kesehatan lingkungan berupa

penyuluhan, konseling atau klinik sanitasi untuk terapi

pasien Poliklinik, dan dalam bentuk perencanan dan

pengolahan makanan biasa/khusus. Prosedur kesehatan

lingkungan menguraikan langkah-langkah pemeriksaan air

limbah, limbah padat berbahaya, serta air bersih secara

berkala dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

Prosedur kesehatan lingkungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran SOP.

Seluruh Standar Operasional Prosedur kerja Puskesmas

selengkapnya dapat dilihat di Lampiran tentang SOP Puskesmas

TTP Ciwaruga .

G. PENGELOMPOKAN FUNGSI YANG LOGIS

Pengelompokan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas dan


rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang
sesuai dengan prinsip pengendalian internal dalam rangka
efektifitas pencapaian organisasi.
Dari uraian struktur organisasi Puskesmas TTP Ciwaruga
beserta uraian tugasnya sebagaimana disebutkan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa organisasi Puskesmas telah
dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang logis, sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pemisahan fungsi yang tegas di antara
Pejabat Pengelola BLUD yang terdiri dari Pemimpin BLUD
(Kepala UPT Puskesmas), Pengelola Keuangan (Sub Bagian
Tata Usaha), dan Koordinator (Upaya Kesehatan Essensial,
28 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Upaya Kesehatan Pengembangan, Upaya Kesehatan


Penunjang).
b. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas
untuk masing-masing fungsi dalam organisasi.
c. Adanya sistem pengendalian internal yang memadai. Hal ini
antara lain tercermin dari adanya kebijakan dan prosedur
yang membantu setiap unit organisasi dalam Puskesmas
untuk melaksanakan kewajibannya dan menjamin bahwa
tindakan pengendalian telah dilakukan untuk mengatasi
risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Kegiatan pengendalian tersebut termasuk
serangkaian kegiatan seperti kewenangan, otorisasi, verifikasi,
rekonsiliasi, penilaian terhadap prestasi kerja, pembagian
tugas, serta pengamanan terhadap aset organisasi.

H. PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan


pengambilan kebijakan yang jelas, terarah dan
berkesinambungan mengenai sumber daya manusia pada suatu
organisasi dalam rangka memenuhi kebutuhannya baik pada
jumlah maupun kualitas yang paling menguntungkan sehingga
organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien, efektif, dan
ekonomis. Organisasi modern menempatkan pegawai pada posisi
terhormat yaitu sebagai aset berharga (brainware) sehingga perlu
dikelola sebagaimana mestinya baik saat penerimaan, selama
aktif bekerja maupun setelah purna tugas.
1. Pegawai Negeri Sipil pada Puskesmas dan Jejaringnya
merupakan Aparatur Sipil Negara, berdasarkan Undang
Undang Nomor ...... Tahun .......... tentang ASN dan Peraturan
Pemerintah turunannya termasuk Permenpan tentang
Reformasi Birokrasi sebutannya berubah menjadi Aparatur
Sipil Negara (ASN) dan Pegawai P3K (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja)
2. Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian ASN Puskesmas
dan Jejaringnya (formasi, pemerimaan, penempatan dan
29 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

pengkayaan) mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah


melalui Badan Kepegawaian SDM (BKPSDM) berkoordinasi
dengan kepegawaian Dinas Kesehatan. Untuk pengelolaan
kepegawaian P3K Puskesmas dan Jejaringnya dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Puskesmas melalui UPTD Kesehatan. Dalam
realitasnya ada pola lain pengelolaan kepegawaian yang
dilakukan oleh Puskesmas melalui mekanisme outsourching
3. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah dapat mepunyai pegawai non
Pegawai Negeri Sipil.
4. Pengelolaan pegawai non Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Tentang pengelolaan SDM di Puskesmas TTP Ciwaruga
dilakukan dengan cara Pengembangan Jumlah SDM dan
pengembangan Kualitas SDM.

a. Program Perkembangan Jumlah SDM


Peningkatan SDM dalam jumlah yang cukup memadai
merupakan salah satu kebijakan manajemen untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas TTP Ciwaruga Kabupaten Bandung
Barat dan sekitarnya. Jumlah SDM disesuaikan dengan
tugas, fungsi dan beban kerja yang ada sehingga operasional
puskesmas dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
30 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Jumlah SDM di Puskesmas TTP Ciwaruga pada tahun 2015


diperlihatkan pada tabel 1 dibawah ini :
TABEL 1 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA PUSKESMAS TTP
CIWARUGA TAHUN 2017
No Pendidikan Jumlah Keterangan
1 Dokter Gigi (S1) 1 Kepala Puskesmas
2 Dokter Umum (S1) 1 1 PNS
3 Dokter Umum (S1) 1 1 TKK
4 Ners 2 2 PNS
6 D3 Keperawatan 1 1 PNS
7 D3 Kebidanan 5 5 PNS
8 D3 Gizi 1 1 PNS
9 D3 Keperawatan Gigi 1 1 PNS
10 SPK 1 1 PNS
11 Sanitarian (S1) 1 1 PNS
12 Penyuluh Kesehatan (S1) 1 1 PNS
13 Kesehatan Masyarakat 1 1 PNS
14 SMA Sederajat 5 1 PNS, 2 TKK, 2 HONORER

b. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia


Dari gambaran kondisi Sumber Daya Manusia tersebut di atas,
maka program pengembangan Sumber Daya Manusia
Puskesmas TTP Ciwaruga lima tahun ke depan diarahkan pada
pemenuhan jumlah SDM agar berada pada rasio yang ideal, hal
ini juga terkait dengan kelengkapan sarana medis, kecukupan
dana, kesiapan gedung, fasilitas pendukung, dan lain-lain.
Selain itu, pengembangan Sumber Daya Manusia juga
diarahkan agar memenuhi kualifikasi SDM sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelayanan
kesehatan kepada pasien/masyarakat dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
disesuaikan dengan kebutuhan puskesmas dengan tetap
memperhatikan penempatan pegawai dari Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat.
31 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

1) Program Pengembangan Kualitas SDM


Program pengembangan SDM pada Puskesmas TTP Ciwaruga
dijabarkan sebagai berikut: .
a. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada
pengembangan kemampuan SDM baik tenaga medis,
paramedis maupun administrasi melalui kegiatan
penelitian, kegiatan ilmiah, diskusi panel, seminar,
simposium, lokakarya, penulisan buku, studi banding,
dll.
b. Pengembangan sumber daya di Puskesmas TTP Ciwaruga
diarahkan untuk menempuh jenjang karir agar
memenuhi formasi pegawai yang ideal dengan
memanfaatkan tenaga yang sudah ada. Pegawai
puskesmas yang diharapkan menempuh jenjang karir
adalah :
 2 Sarjana menjadi Management S2
 1 Kesehatan Masyarakat yang telah mengikuti Diklat
Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan menjadi
Adminkes
 1 SPK menjadi D3 Keperawatan
 1 SMF menjadi D3 Farmasi
 1 D3 keperawatan menjadi S1 Keperawatan
 5 D3 Kebidanan menjadi D4 Kebidanan
 2 orang berpendidikan SMA menjadi D3 Rekam medis
Keterangan : Pengaturan waktu untuk penempuhan
jenjang karir diatur dan mengetahui Kepala
Puskesmas dan Kepala Tata Usaha.
c. Kunjungan dokter spesialis ( kunjungan dokter
kandungan dan dokter anak ) untuk tahun 2016
dijadwalkan dalam 1 semester pertama kunjungan dokter
spesialis sebulan 1x dan semester selanjutnya dievaluasi
dari hasil semester sebelumnya, apakah frekuensi
kunjungan ditambah atau tetap.
32 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

TABEL 2 PROYEKSI PENGEMBANGAN KUALITAS JUMLAH SDM


PUSKESMAS TTP CIWARUGA TAHUN 2016-2021

No Pendidikan 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Keterangan


1 Administrasi (S2) 1 Jenjang karir
2 Management (S2) 1 Jenjang karir
3 D3 Akutansi 1 Rekruitmen
4 Dokter Spesialis - - 1 Kunjungan dr.Sp
5 Dokter umum
6 Dokter Gigi 1 Rekruitmen
7 NERS - - - - - -
Keperawatan
8 Apoteker 1 Rekurtmen
9 SKM (S1)
10 S1 Gizi 1 Jenjang karir
Masyarakat
11 S1 Keperawatan - - 1 Jenjang karir
12 D4 Kebidanan 4 Jenjang karir
14 D3 Kebidanan 2 Rekurtmen
15 D3 Keperawatan 1 Jenjang Karir
16 D3 Keperawatan
Gigi
17 D3 Farmasi 1 Jenjang karir
18 D3 Kesling
19 D3 Gizi
20 D3 Analis 1 Rekrutmen
21 D3 Rekam Medis 2 Rekurtmen
22 Pekarya
Kesehatan
23 SPK
24 SMA Sederajat
25 Sekolah Dasar

2) Pola Rekruitmen
Dokter, tenaga fungsional dan tenaga administrasi
Puskesmas TTP Ciwaruga dapat terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil maupun tenaga profesional non Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan kebutuhan Puskesmas.
33 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun


non medis pada Puskesmas TTP Ciwaruga adalah sebagai
berikut:
(1) SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di lingkungan Puskesmas dilaksanakan
berdasarkan Petunjuk Teknis Pengadaan Calon Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Pengadaan Calon PNS
b. Pendaftaran
c. Pelaksanaan Ujian
d. Penentuan kelulusan
e. Pengangkatan
f. Pengendalian dan Pengawasan
g. Ketentuan Lain
(2) SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non-PNS
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari tenaga profesional
non-PNS dilaksanakan sebagai berikut:
a. Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi
yang lowong atau adanya perluasan organisasi dan
perubahan pada bidang-bidang yang sangat
mendesak yang proses pengadaannya tidak dapat
dipenuhi oleh Pemerintah Daerah.
b. Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM
yang profesional, jujur, bertanggung jawab, netral,
memiliki kompetensi sesuai dengan tugasyang akan
diduduki sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan
serta mencegah terjadinya unsur KKN (Kolusi,
Korupsi, dan Nepotisme) dalam rekrutmen SDM.
Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan
dan pengambilan kebijakan yang jelas, terarah dan
berkesinambungan mengenai sumber daya manusia pada
suatu organisasi dalam rangka memenuhi kebutuhannya
baik pada jumlah maupun kualitas yang paling
menguntungkan sehingga organisasi dapat mencapai tujuan
34 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

secara efisien, efektif, dan ekonomis. Organisasi modern


menempatkan pegawai pada posisi terhormat yaitu sebagai
aset berharga (brainware) sehingga perlu dikelola
sebagaimana mestinya baik saat penerimaan, selama aktif
bekerja maupun setelah purna tugas.
1. Pegawai Negeri Sipil pada Puskesmas Induk dan
Puskesmas Pembantu merupakan Pegawai Negeri Sipil
Daerah.
2. Pengelolaan kepegawaian sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepegawaian negara.
3. Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian Puskesmas
Induk dan Puskesmas Pembantu mendapat pembinaan
dari Sekretaris Daerah melalui BKD berkoordinasi
Kepegawaian Dinas Kesehatan.
4. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah dapat mempunyai
pegawai non Pegawai Negeri Sipil.
5. Pengelolaan pegawai non Pegawai Negeri Sipil
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
35 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

BAB III

PROSES TATA KELOLA

A. Pengangkatan Dan Pemberhentian Dewan Pengawas Dan


Pejabat Pengelola
(Permendagri Nomor 61 tahun 2007 pasal 34, 35, 36, 37)

1. Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Bupati


melalui Sekretaris Daerah.
2. Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD dapat berasal dari
pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non pegawai
negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLUD.
3. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat
pengelola dan pegawai BLUD yang berasal dari pegawai negeri
sipil disesuaikan dengan ketentuan perundangan-undangan
di bidang kepegawaian.
4. Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan
Pegawai BLUD yang berasal dari tenaga profesional non
pegawai negeri sipil dilaksanakan berdasarkan peraturan yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan setelah mendapat
persetujuan Bupati.
5. Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat
pengelola BLUD ditetapkan berdasarkan kompetensi dan
kebutuhan praktik bisnis yang sehat. Kompetensi merupakan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola
BLUD berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Kebutuhan praktik
bisnis yang sehat merupakan kesesuaian antara kebutuhan
jabatan, kualitas dan kualifikasi dengan kemampuan
keuangan BLUD.
6. Pemilihan Pejabat Pengelola dilakukan dengan mekanisme uji
kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan
secara transparan, profesional, mandiri, dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
36 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

7. Masa jabatan anggota Pejabat Pengelola ditetapkan dalam


kurun waktu tertentu dan dapat diangkat kembali untuk satu
kali masa jabatan berikutnya.
8. Pejabat pengelola terdiri dari : Pemimpin, pejabat keuangan,
pejabat teknis.
9. Pejabat Pengelola diberhentikan oleh Bupati setelah masa
jabatannya habis. Pejabat Pengelola dapat diberhentikan
sebelum habis masa jabatannya oleh Bupati, apabila terbukti:
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
b. Tidak melaksanakan ketentuan Undang-undang.
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD, dan
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan
perbuatan pidana kejahatan dan/atau yang berkaitan
dengan tugasnya dalam melaksanakan pengurusan atas
BLUD.
10. Rencana pemberhentian dengan alasannya sebagaimana
dimaksud dalam point 9 diberitahukan secara tertulis oleh
Bupati kepada anggota Pejabat Pengelola yang bersangkutan.
11. Keputusan pemberhentian ditetapkan dalam kurun waktu
yang telah ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri secara tertulis dan disampaikan
kepada Bupati.
12. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka
Pejabat Pengelola yang bersangkutan dapat menjalankan
tugasnya namun tidak boleh membuat keputusan/kebijakan
strategis.
13. Jika dalam jangka waktu yang ditetapkan terhitung sejak
tanggal penyampaian pembelaan diri Bupati tidak
memberikan keputusan pemberhentian Pejabat Pengelola
tersebut, maka rencana pemberhentian tersebut menjadi
batal.
14. Kedudukan sebagai Pejabat Pengelola berakhir dengan
dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh Bupati.
37 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

B. Program Pengenalan
1. Pejabat Pengelola yang baru wajib diberikan program
pengenalan mengenai BLUD Puskesmas.
2. Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan
Pejabat Pengelola yang baru berada pada Pimpinan BLUD
(Kepala UPT Puskesmas).
3. Program pengenalan meliputi:
a. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada
BLUD Puskesmas.
b. Gambaran mengenai BLUD Puskesmas berkaitan dengan
tujuan, sifat dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan
operasional, strategi, dan masalah-masalah strategis
lainnya.
c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang
didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan
kebijakan pengendalian internal.
d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Pejabat
Pengelola.

C. Kerjasama Pendidikan

Dalam pelaksanaan tugasnya Puskesmas TTP Ciwaruga sebagai


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Dalam pelaksanaan untuk keberhasilan upaya promotif
dan preventif tersebut Puskesmas TTP Ciwaruga telah
melakukan beberapa kerjasama dalam Institusi Pendidikan yang
bertujuan untuk mengembangkan usaha kesehatan promotif dan
preventif seperti Usaha Kesehatan Sekolah dan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah dengan pihak ketiga yang ada diwilayah kerja
Puskesmas TTP Ciwaruga , serta Puskesmas TTP Ciwaruga
Menerima Siswa dan Mahasiswa dari SMK Berbasis Kesehatan
dan Perguruan Tinggi untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
38 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Kerjasama Pendidikan antara Puskesmas TTP Ciwaruga dan


Pihak ketiga pada kurun waktu tahun 2015, antara lain adalah :
1. Program UKS dan UKGS lanjutan antara Puskesmas TTP
Ciwaruga dengan PAUD, TK diwilayah kerja Puskesmas TTP
Ciwaruga .
2. Program UKS dan UKGS lanjutan antara Puskesmas TTP
Ciwaruga dengan seluruh SD, SMP, SMA dan SMK diwilayah
kerja Puskesmas TTP Ciwaruga .
3. SMK Bhakti Nusantara Nasional melakukan kerjasama PKL
siswa di bidang farmasi di Puskesmas TTP Ciwaruga.
39 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A
40 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A
41 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A
42 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

D. Rencana Strategi Bisnis Dan Rencana Bisnis Dan Anggaran

“ Tercapainya masyarakat wilayah Ciwaruga yang sehat dan


mandiri 2018 “
Misi Puskesmas TTP Ciwaruga

1) Membudayakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

2) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Sehat

3) Melaksanakan Setiap Program Kesehatan Dengan Bersumber

Data

4) Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dengan Pelayanan Prima

Yang Berkualitas Dan Terjangkau

5) Memelihara dan Meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

masyarakat serta lingkungan.

6) Pengembangan Fungsi Dan Peran Puskesmas Dalam

Melaksanakan Kemitraan Dengan Berbagai Pihak Terkait

Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Dan

Pemberdayaan Masyarakat

Tata Nilai Puskesmas TTP Ciwaruga :

C Ciptakan kenyamanan bagi masyarakat dengan memberikan

pelayanan senyum,salam, sapa, sopan, santun (5S)

I Integritas dalam menjalankan tugas

N Niat melayani dengan sepenuh hati

T Terampil dalam memberikan pelayanan yang menyeluruh

A Akuntabel dapat dipertanggungjawabkan

1. Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB)


lima tahunan dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan
yang merupakan penjabaran RSB yang telah disahkan dengan
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bandung Barat.
43 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

2. Dalam jangka waktu yang telah ditetapkan sebelum berakhirnya


RSB, Pejabat Pengelola wajib menyampaikan rancangan RSB
periode berikutnya.
3. Renstra mencakup program strategis yang berisi proses kegiatan
yang berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai sampai dengan
kurun waktu satu sampai lima tahun dengan memperhitungkan
potensi, peluang dan kendala yang ada dan mau timbul.
4. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan RBA yang telah disetujui
DPRD kepada PPKD untuk dimintakan pengesahan menjadi DPA
selambat-lambatnya bulan Desember tahun anggaran yang
bersangkutan.
5. Bupati melalui Sekretaris Daerah, PPKD, Tim Anggaran Eksekutif
memberikan masukan-masukan penyusunan RSB dan RBA, serta
melakukan pembahasan bersama dengan Pejabat Pengelola
sebelum memberikan persetujuannya.
6. Pejabat Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan RSB dan
RBA serta melaksanakan evaluasi dan pengendaliannya.
7. Perubahan RBA yang melampaui ambang batas maksimal
harusdisetujui oleh Bupati, dan dilakukan melalui mekanisme
perubahan APBD.
8. Bupati melalui Sekretaris Daerah memantau pelaksanaan RBA
dan kesesuaiannya dengan RSB, serta memberikan masukan-
masukan dalam upaya pencapaiannya.

E. Pendelegasian Wewenang
1. Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada
Kepala Instalasi/Unit diatur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dengan pertimbangan untuk menunjang kelancaran
tugas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2. Kepala Instalasi harus melaksanakan wewenang yang
didelegasikan tersebut dengan penuh tanggungjawab dan
memberikan laporan pelaksanaannya secara berkala kepada
Pejabat Pengelola.
3. Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk
disesuaikan dengan tuntutan perkembangan Puskesmas.
44 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

4. Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan


tanggung jawab pejabat pengelola.

F. Pengambilan Keputusan

1. Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan


musyawarah untuk mufakat.
2. Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan
kepentingan stakeholders puskesmas, risiko yang melekat,
dan kewenangan yang dimiliki oleh setiap pengambil
keputusan.
3. Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya
memberikan masukan peningkatan kinerja Puskesmas.
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil
tanpa diadakan rapat, asalkan keputusan itu disetujui secara
tertulis.
5. Bupati dan Pejabat Pengelola harus konsisten dalam
menjalankan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.

G. Manajemen Resiko

1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan


perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan
usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian
karena adanya suatu risiko.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi
dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan
usaha.
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman,suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko
dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber
daya.
45 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Mengidentifikasi risiko itu penting karena untuk memulai


proses pembelajaran yang berguna mencegah kejadian yang
sama berulang kembali, itu semua bias berjalan dengan baik
apabila seluruh karyawan Puskesmas harus memahami
kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC),
dan bagaimana alur serta cara melaporkan (dibuat sistem
pelaporan kejadian di puskesmas).

2. Proses Manajemen Risiko


a. Pengendalian Risiko
Risiko yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan
tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.
Pengendalian Resiko dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara
pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya,
tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun
seperti diilustrasikan pada gambar di bawah :
46 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Hierarki Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan


berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang
menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut
antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan,
administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat di
bawah ini :

Hirarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3

ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya Tempat


Substitusi Kerja/Pekerjaan
Alat/Mesin/Bahan Aman
SUBSTITUSI
Mengurangi
Bahaya
Modifikasi/Perancangan
PERANCANGAN Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman
Tenaga Kerja
Prosedur, Aturan,
Aman
Pelatihan, Durasi Kerja,
ADMINISTRASI Mengurangi
Tanda Bahaya, Rambu,
Paparan
Poster, Label
Alat Perlindungan Diri
APD
Tenaga Kerja

b. Pengawasan (Monitor ) dan tinjauan(Review) Risiko


Alat bantu yang digunakan untuk mengawasi dan meninjau
kegiatan di Puskesmas adalah Risk Register. Risk Register
adalah Pusat dari proses manajemen risiko Puskesmas. Risk
register juga merupakan alat manajemen yang
memungkinkan Puskesmas dapat memahami profil risiko
47 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat


penyimpanan untuk semua informasi risiko.
Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Risk register korporat, digunakan untuk resiko ekstrim
(peringkat 15-25)
2) Riskregister divisi, digunakan untuk resiko dengan
peringkat lebih rendah atau risiko yang diturunkan dari
risk register korporat karena peringkatnya sudah turun.

Risk register ini bersifat sangat dinamis, karena setiap bulan


bisa saja berubah. Perubahan itu dapat berupa:
1) Jumlahnya berubah karena ada risiko baru yang
teridentifikasi
2) Tindakan pengendalian risikonyaberubah karena terbukti
tindakan pengendalian risiko yang ada tidak cukup
efektif
3) Peringakat riskonya berubah karena dampak dan
peluangnya berubah
4) Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko
korporat,karena peringkatnya sudah lebih rendah dari 25
(dipindahkan ke risk register divisi).
3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko di Puskesmas
a. Petugas Pelayanan Kesehatan

Petugas/Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang


mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU RI No:
23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1, pasal l ayat 3).
Sebagai tenaga profesional, petugas kesehatan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengembangkan pelayanan yang unik kepada
masyarakat yang memiliki serangkaian pengetahuan
ilmiah
2) Menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik
yang berlaku
48 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

3) Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan


profesinya
4) Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa
meningkatkan kualitas palayanan yang diberikan
kepada masyarakat oleh anggotanya
5) Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif
6) Melakukan ikatan profesional lisensi, jalur karir,
mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan
spesifik serta altruisme.
b. Fasilitas
c. Lingkungan
d. Keselamatan pasien
Implementasi keselamatan pasien di Puskesmas terdiri
dari
1) Identifikasi pasien dengan benar
2) Tingkatkan komunikasi efektif
3) Tingkatkan keamanan untuk pemberian obat yang
berisiko tinggi
4) Eliminasi salah sisi, salah pasien
5) Reduksi risiko pasien cedera dari jatuh
Langkah-langkah menuju kesalamatan pasien di
Puskesmas:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien,ciptakan kepemimpinan dan budaya yang
terbuka, pemimpin yang adil dan mendukung seluruh
staf Puskesmas
2) Membangunkomitmen dan fokus yg kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien di Puskesmas
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko kembangkan
sistem & proses pengelolaan resiko serta lakukan
identifikasi dan assesment hal yang potensial
bermasalah
4) Membangkan sistem pelaporan,sehingga dapat
dipastikan karyawan Puskesmas dapat dengan mudah
melaporkan kejadian serta Puskesmas mengatur
pelaporan.
49 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dengan


cara membangkan cara-cara komunikasi yang terbuka
dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien serta mendorong karyawan Puskesmas
untukmelakukan analisis akar permasalahan untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien gunakan informasi yg ada tentang
kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada system pelayanan.

H. PELAPORAN
Pelaporan, Akuntansi dan Pertanggungjawaban Keuangan diatur
dalam PP nomor 23 tahun 2005, Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27,
berbunyi sebagai berikut :
Pasal 25
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai
dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
Pasal 26
1. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan
dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.
2. Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh
asosiasi Profesi Akuntan Indonesia.
3. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana
dimaksud pada ayat2, BLU dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
4. BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntnasi
dengan mengacu pada Standar Akuntansi yang berlaku sesuai
dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh Menteri/
Pimpinan lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota sesuai
dengan kewenangannya.
50 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Pasal 27
1. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud dalam pasal
26 ayat2 setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi
anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan catatan atas Laporan keuangan, disertai laporan
mengenai kinerja.
2. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh
BLU dikonsolidasikan dalan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat1.
3. Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 dimuat sebagai lampiran laporan
keuangan BLU.
4. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat 1
disampaikan secara berkala kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/ Gubernur/ Bupati/ Walikota, sesuai dengan
kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah
Daerah.
5. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
disampaikan kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga/ Kepala
SKPD serta kepada Menteri Keuangan/ Gubernur/ Bupati/
Walikota, sesuai dengan kewenangannya, paling lambat 1
(satu) bulan setelah periode pelaporan terakhir.
6. Laporan keuangan BLU merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporanpertanggungjawaban keuangan
Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah Daerah.
7. Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan
Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah Daerah
dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
8. Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh
pemeriksa esktern sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

I. Akutansi Berbasis Kinerja Dan Penilaian Kinerja


1. Bupati menilai kinerja puskesmas dan Pejabat Pengelola
melalui mekanisme yang telah ditetapkan.
51 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

2. Kinerja puskesmas yang dinilai sesuai dengan sasaran berikut


indikator kinerja keberhasilan sebagaimana tercantum dalam
Rencana Strategis Bisnis yang dilaporkan secara berkala.
3. Kinerja tahun kinerja, meliputi : hasil kegiatan usaha, faktor
yang mempengaruhi kinerja, perbandingan RBA tahun berjalan
dengan realisasi, laporan keuangan tahun berjalan, hal-hal
yangperlu ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian
kinerja tahun. Target kinerja : perkiraan pencapaian kinerja
pelayanan, perkiraan keuangan pada tahun yang
direncanakan.
4. Penilaian kinerja puskesmas dilakukan secara berkala dan
dapat menjadi dasar pertimbangan Bupati untuk memutuskan
peningkatan/penurunan atau pencabutan status BLUD
Puskesmas.
5. Kinerja Pejabat Pengelola dievaluasi secara berkala pada setiap
akhir tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan
oleh Bupati dengan menggunakan kriteria penilaian yang
umum berlaku dalam puskesmas.
6. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan tolok ukur kinerja
masing-masing pengelola program untuk mendukung kinerja
puskesmas.
7. Penilaian kinerja terhadap bidang dilakukan setiap tahun dan
dilakukan secara transparan.

J. Suksesi Manajemen
Manfaat manajemen suksesi bagi organisasi, sebagai berikut:
1. Memastikan kontinuitas kepemimpinan yang disiapkan untuk
posisi eksekutif kunci.
2. Memanfaatkantim manajemen senior dalam mendisiplinkan
proses pemeriksaan bakat kepemimpinan dalam organisasi.
3. Menempatkan isu keberagaman dalam agenda organisasi.
4. Menuntun pengembangan aktivitas eksekutif kunci.
5. Memeriksa kembali struktur, proses, dan sistem dari unit
bisnis dan korporat.
6. Bekerja sama dengan SDM lain yang mendukung
pembaharuan kepemimpinan.
52 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

7. Memberi kontribusi terhadap nilai pemegang saham.


Usaha perencanaan SDM untuk menempatkan orang yang tepat
pada posisi dan waktu yang tepat harus didukung oleh tim
kepemimpinan yang kuat. Dalam konteks inilah manajemen
suksesi tidak bisa diabaikan dalam perencanaan SDM. Sebab,
fokus manajemen suksesi adalah menyiapkan tim kepemimpinan
yang kuat di masa mendatang. Tim kepemimpinan yang kuat,
dimungkinkan terbentuk jika dalam organisasi terdapat:
1. Kumpulan bakat
2. Persamaan organisasi.
3. Budaya yang mendukung
4. Sistem administrasi yang baik
Penekanan baru pada manajemen suksesi terjadi ketika berbagai
perubahan terjadi begitu cepat sehingga semakin sulit untuk
diantisipasi. Penekanan baru itu adalah penekanan pada proses
yang berkelanjutan dan terintegrasi. 6 dimensi yang dapat
membantu mengembangkan manajemen suksesi yaitu:
1. Orientasi perusahaan;
2. Fokus organisasional;
3. Keluaran (outcome);
4. Teknik-teknik penilaian; dan
5. Pools seleksi
Manajemen suksesi berusaha untuk mengembangkan
kepemimpinan yang kuat terutama untuk tugas-tugas
strategis.Seiring dengan berbagai perubahan di luar maupun di
dalam organisasi mengakibatkan tuntutan terhadap perbaikan
dalam pengelolaan suksesi tersebut.Hal itu dimaksudkan agar
perencanaan suksesi tetap relevan untuk meregenerasi
kepemimpinan organisasi.

K. Pengendalian Internal
1. Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian
Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset
puskesmas, serta membantu manajemen dalam hal:
1. Upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding
of assets);
53 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

2. Menciptakan keakuratan data akuntansi;


3. Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam
penerapan praktek bisnis yang sehat.
Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan
terstruktur, yang terdiri dari:
2. Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
3. Filosofi dan gaya manajemen;
4. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan
kewenangan dan tanggung jawabnya;
5. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya
manusia;
6. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat
Pengelola.
2. Pengkajian dan Pengelolaan Risiko, yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko
usaha relevan;
3. Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam suatu proses pengendalian terhadap
kegiatan puskesmas pada setiap tingkat dan unit dalam
struktur organisasi, antara lain mencakup kebijakan dan
prosedur yang membantu manajemen melaksanakan
kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan penting
dilakukan untuk mengatasi risiko yang dihadapi dalam
mencapai sasaran puskesmas. Kegiatan pengendalian
termasuk serangkaian kegiatan seperti kewenangan, otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi kerja,
pembagian tugas dan keamanan terhadap asset puskesmas.
4. Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses
penyajian laporan keuangan mengenai kegiatan operasional,
finansial, dan ketaatan atas ketentuan dan peraturan yang
berlaku pada puskesmas, yang memungkinkan Pejabat
Pengelola dan Manajemen untuk menjalankan dan
mengendalikan kegiatan usahanya. Laporan tidak hanya
54 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

berhubungan data internal, tetapi juga informasi tentang


kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi penting untuk
menginformasikan pengambilan keputusan dan laporan
eksternal.
5. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem
pengendalian internal, termasuk fungsi audit internal pada
setiap tingkat dan unit struktur organisasi puskesmas,
sehingga dapat dilaksanakan secara optimal, dengan
ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan
kepada Pejabat Pengelola dan tembusannya kepada Dewan
Pengawas.

L. Pengadaan Barang Dan Jasa


Dalam pelaksanaan tugas Puskesmas harus memiliki sarana dan
prasarana. Sarana yang dimiliki Puskesmas TTP Ciwaruga
adalah bangunan Puskesmas dengan tanah hibah dari pihak
Desa Ciwaruga yang telah dilimpahkan kewenangan kepemilikan
dan penggunaannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat dan difungsikan sebagai Bangunan Puskesmas
TTP Ciwaruga , 1 buah bangunan Polindes yaitu bangunan
Polindes Desa Sariwangi adalah tanah hibah dari Desa Sariwangi.
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling
sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);

b. sistem pencahayaan;

c. sistem sanitasi;

d. sistem kelistrikan;

e. sistem komunikasi;

f. sistem transpotasi; dan


g. kendaraan ambulance.
Bangunan dan prasarana tersebut harus dilakukan
pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar
tetap berfungsi dengan baik.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
55 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

a. Standar mutu, keamanan, keselamatan;


b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.

Pengadaan barang dan/atau jasa sesuai permenkes 61 tahun


2007 berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa
yang ditetapkan oleh pimpinan BLUD dan disetujui Kepala
Daerah. Pengadaan barang dan/atau jasa harus dapat menjamin
kesedian barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah,
dengan proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah
menyesuaikan dengan kebutuhan yang mendukung kelancaran
pelayan BLUD.
Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari
hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan
pengadaan pemberi hibah, dan atau ketentuan pengadaan barang
dan/atau jasa yang berlaku sepanjang disetujui pemberi hibah.
Prinsip pengadaan barang dan jasa:
1. Pengadaan barang dan jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif,
akuntabel dan praktik bisnis yang sehat.
2. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan mekanisme
pengadaan barang dan jasa dengan memperhatikan
pemerataan kesempatan berusaha, ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip pengendalian yang
memadai.
3. Pengadaan Barang dan Jasa dilaksanakan oleh pelaksana
pengadaan yang dapat berbentuk pejabat, tim/panitia atau
unit yang dibentuk oleh Pejabat Pengelola Puskesmas yang
ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan
barang dan / atau jasa guna keperluan BLUD Puskesmas.
4. Pelaksana pengadaan terdiri dari personil yang memahami
tatacara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang
bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan dan membuat
56 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

laporan pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada pejabat


pengelola.

M. Kebijakan Keuangan Dan Pemberian Jasa Layanan (Strandar


Dan Tarif)
Kebijakan keuangan
Kebijakan keuangan mengacu pada siklus yang terjadi di
Puskesmas dan disesuaikan dengan kondisi di Puskesmas.
Kebijakan keuangan yang terkait erat dengan perlakuan
akuntansi, khususnya pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan.
1. Kebijakan Pendapatan

1.1 Pendapatan Pelayanan


1) Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat merupakan pendapatan
operasional Puskesmas.
2) Pendapatan Puskesmas terdiri dari pendapatan pasien
umum dan pihak ketiga.

 Pendapatan pasien umum adalah pendapatan yang


diperoleh dari pembayaran langsung pasien.

 Pendapatan pihak ketiga adalah pendapatan yang


diperoleh dari pembayaran pasien yang dijamin oleh
pihak ketiga, yang terdiri dari:
 BPJS
 Jaminan Kesehatan lainnya.
3) Tarif Puskesmas ditentukan berdasarkan metoda
perhitungan unit cost yang akan ditetapkan kemudian.
Pendapatan dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
 Pendapatan Pasien Rawat Jalan yaitu semua
pendapatan yang diperoleh dan timbul dari kegiatan
pada instalasi Rawat Jalan
 Pendapatan Penunjang Medis, yaitu semua
pendapatan yang diperoleh dan timbul dari kegiatan
atau pelayanan yang diberikan kepada pasien di
instalasi penunjang.
57 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

 Pendapatan lain-lain, yaitu semua pendapatan yang


diperoleh dan timbul dari kegiatan atau pelayanan
selain dari pasien rawat jalan, dan penunjang medis.
1.2 Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBD/APBN
yang berupa kas diberlakukan sebagai pendapatan
Puskesmas.
1.3 Pendapatan hibah terdiri dari pendapatan hibah terikat dan
tidak terikat berupa kas yang diperoleh langsung dari
masyarakat atau badan lain dan merupakan pendapatan
Puskesmas yang harus diperlakukan sesuai
dengan peruntukannya.

1.4 Hasil kerja sama Puskesmas dengan pihak lain dan/atau


hasil usaha lainnya merupakan pendapatan Puskesmas.

1) Kebijakan pelayanan kesehatan


2) Pelayanan kesehatan Puskesmas menggunakan standar
pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Bupati sesuai
dengan kewenangannya dan diusulkan oleh puskesmas.
3) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 harus mempertimbangkan kualitas
layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.

2. Kebijakan Pengelolaan Piutang

BLUD dapat memberikan piutang sehubungan dengan


penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi yang
berhubungan Langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan Puskesmas. Piutang Puskesmas dikelola dan
diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah
sesuai dengan praktik bisnis yang sehat dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1 Penagihan Piutang
Penagihan Pasien Pulang Paksa (Pulang atas permintaan
sendiri). Penagihan pasien pulang paksa adalah
58 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

penagihan yang dilakukan kepada pasien yang pulang


atas inisiatif sendiri dan pada saat pulang pasien belum
melakukan pembayaran terhadap pelayanan yang
diberikan oleh puskesmas.Penagihan terhadap pasien
pulang paksa ini menjadi tanggung jawab Sub Bidang
Keuangan.

2.2 Penagihan Pihak Ketiga


Penagihan JKN, Jaminan pelayanan ini diperuntukkan
bagi keluarga peserta yang meliputi isteri atau suami dari
peserta dan anak yang sah atau anak angkat dari peserta
yang berhak menerima tunjangan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
a) Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan meliputi
(1) rawat jalan tingkat lanjutan,
(2) pelayanan1 (satu) hari (“one day care”),
(3) pelayanan kesehatan penunjang,
(4) pelayanan obat,
(5) rehabilitasi medis,
(6) pelayanan gawat darurat (“emergency”) dan
(7) persalinan.
b) Jaminan yang diperoleh berupa pelayanan kesehatan
yang diperlukan dalam upaya pencegahan,
penanggulangan, pengobatan dan pemulihan
gangguan kesehatan, diawali dengan pelayanan
kesehatan tingkat pertama di Puskesmas beserta
jaringannya
c) Penagihan terhadap BPJS dilakukan sesuai dengan
peraturan
2.3 Penghapusan Piutang
Piutang Puskesmas dapat dihapus secara mutlak atau
bersyarat oleh pejabat yang berwenang setelah
memperhatikan penyisihan kerugian piutang yang
diuraikan di bab Laporan Posisi Keuangan (Neraca),
khususnya pembahasan piutang.
Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang
59 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

ditetapkan dengan peraturan Bupati sesuai dengan


kewenangannya dan dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kebijakan Pengeluaran
Kebijakan Umum Pengeluaran Belanja Puskesmas terdiri dari
unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan
dalam RBA (Rencana Bisnis Anggaran), Penetapan Anggaran atau
dokumen lain yang telah disahkan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan belanja Puskesmas diselenggarakan secara fleksibel
berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan
dengan jumlah pengeluaran dan mengikuti praktik bisnis yang
sehat.
Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas
sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA dan dokumen
anggaran yang telah disahkan. Belanja Puskesmas yang
melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat
persetujuan Bupati atas usulan kepala Puskesmas sesuai dengan
kewenangannya. Belanja Puskesmas dilaporkan sebagai belanja
barang dan atau jasa SKPD/pemerintah daerah.

4. Kebijakan Pengelolaan Kas


4.1 Kebijakan umum pengelolaan kas

 Pengelolaan kas Puskesmas dilaksanakan berdasarkan


praktik bisnis yang sehat.
 Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD
menggunakan Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Setiap penerimaan kas harus disetorkan ke rekening
Puskesmas di bank paling lambat 24 jam berikutnya.
 Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk
memperoleh pendapatan tambahan dilakukan sebagai
investasi jangka pendek pada instrumen keuangan
dengan risiko rendah.
60 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

4.2 Kebijakan Kas Harian

Yang termasuk dalam kas harian adalah pengelolaan kas


kecil untuk kebutuhan non rutin.
 Tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan
pengelolaan kas kecil yang sehat
 Pembayaran dengan menggunakan kas harian maksimal
penggunaan belum ditentukan sesuai kebutuhan.
 Pengisian kembali kas kecil didasarkan pada imprest
fund system, yaitu pemegang kas harian
mempertahankan saldo kas kecil.
5. Kebijakan Pelaporan Keuangan
5.1 Kebijakan Umum Pelaporan Keuangan

 Puskesmas menerapkan sistem infomasi manajemen


keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis
yang sehat.
 Setiap transaksi keuangan Puskesmas harus
diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola
secara tertib.
 Akuntansi dan laporan keuangan Puskesmas
diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi
Akuntansi Indonesia dan Standard Akuntansi
Pemerintahan yang diterbitkan oleh Komisi Standard
Akuntansi Pemerintahan (KSAP);
 Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana
dimaksud pada butir 3 di atas, Puskesmas dapat
menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik;
 Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sistem
akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang
berlaku sesuai dengan jenis layanannya;
 Laporan keuangan Puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam butir 3 di atas setidak-tidaknya meliputi:
1) Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi
Keuangan, terdiri atas:
a) laporan posisi keuangan (neraca);
61 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

b) laporan operasional;
c) laporan aliran kas, dan
d) catatan atas laporan keuangan.
2) Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi
Pemerintahan, terdiri atas:
a) laporan posisi keuangan (neraca);
b) laporan realisasi anggaran (LRA); dan
c) catatan atas laporan keuangan.
5.2 Kebijakan Pelaporan Keuangan

1) Laporan keuangan puskesmas disampaikan secara


berkala kepada Bupati sesuai dengan kewenangannya,
untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan
pemerintah daerah.
2) Laporan keuangan Puskesmas terdiri dari:
a) Laporan keuangan triwulanan berupa laporan
operasional dan aliran kas;
b) Laporan keuangan tengah tahun/semester;
c) Laporan keuangan tahunan
3) Laporan keuangan disampaikan kepada Pimpinan PPK
BLUD serta Bupati sesuai dengan kewenangannya, paling
lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
4) Laporan keuangan Puskesmas merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah daerah.
5) Penggabungan laporan keuangan Puskesmas pada
laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

5.3 Kebijakan Pemeriksaan

1) Laporan pertanggungjawaban keuangan puskesmas


diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pemeriksaan internal Puskesmas dilaksanakan oleh
satuan pengawas internal yang merupakan unit kerja
62 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

yang berkedudukan langsung di bawah kepala


Puskesmas.

N. Media Komunikasi dan Informasi


Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi
puskesmas secara elektronik dan non elektronik. Sistem
informasi Puskesmas mencakup :
1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dan jaringannya;
2. Survei lapangan;
3. Laporan lintas sektor dan lintas program;
4. Laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas TTP Ciwaruga .

Dalam menyelanggarakan sistem informasi, Puskesmas TTP


Ciwaruga wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
1. Pemerintah Daerah, Pejabat Pengelola, dan stakeholders
lainnya berhak memperoleh informasi yang lengkap dan
akurat mengenai puskesmas secara proporsional.
2. Pejabat Pengelola bertanggungjawab untuk memastikan agar
informasi mengenai puskesmas diberikan kepada Bupati dan
stakeholders lainnya secara tepat waktu dan lengkap.
3. Pejabat Pengelola Puskesmas melakukan komunikasi secara
efektif dengan sesama Pejabat Pengelola, dan Bupati melalui
media komunikasi yang tepat dan efisien.
4. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan kebijakan
mengenai komunikasi dan pengelolaan informasi termasuk
klasifikasi kerahasiaan informasi.

O. Penunjukan Dan Peran Auditor Eksternal


1. Pelaksanaan audit atas pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan BLUD Puskesmas dilakukan oleh BPK sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dengan
persetujuan Bupati dapat meminta BPKP Perwakilan Provinsi
Jawa Barat untuk melakukan audit. Audit terhadap laporan
keuangan puskesmas oleh Auditor Eksternal tersebut
bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran
63 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

penyajian laporan keuangan secara independen dan


profesional.
2. Puskesmas harus menyediakan semua catatan akuntansi dan
data penunjang yang diperlukan oleh Auditor Eksternal.
3. Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada
Bupati dan Pejabat Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
4. Pejabat Pengelola Puskesmas menindaklanjuti laporan hasil
audit yang dilaksanakan Auditor Eksternal dan melaporkan
perkembangan tindak lanjut tersebut kepada Bupati melalui
Kepala Dinas Kesehatan.
5. Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan memantau
perkembangan tindak lanjut atas laporan hasil audit Auditor
Eksternal.
6. Inspektorat Kabupaten Bandung Barat sesuai tupoksinya
melakukan audit kinerja atas penyelenggaraan dan pengelolaan
BLUD Puskesmas secara berkala sesuai PKPT yang disusun.
Hasil audit atas kinerja dilaporkan kepada Bupati dan Pejabat
Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
7. Tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit kinerja menjadi
tanggung jawab Pejabat Pengelola Puskesmas dan melaporkan
perkembangan tindak lanjut tersebut kepada Bupati melalui
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten.

P. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah suatu situasi dimana kepentingan
pribadi atau golongan akan menghalangi keberhasilan
kepentingan kelompok yang lain. Dalam hal ini akan dibahas
beberapa konflik kepentingan yang sekiranya dapat menghambat
keberhasilan pelaksanaan BLUD puskesmas antara lain:
1. Konflik nilai dalam kebijakan birokrasi pemerintah Daerah
yang sifatnya belum mendukung kepada pelaksanaan sistem
BLUD, yang dipengaruhi oleh unsur-unsur politis.
2. Konflik internal puskesmas, antara lain karyawan yang masih
tidak setuju dengan sistem BLUD atau mengenai perubahan
jabatan pengelola keuangan yang diaudit secara transparan.
64 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

3. Konflik kepentingan dari masyarakat sebagai pengguna jasa


layana kesehatan, yang masih berfikiran secara tradisional
terutama yang masih menganut sistim bebas tarif.
4. Konflik kepentingan dari pihak ketiga seperti dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), atau Tokoh Masyarakat dan/atau
Tokoh Agama yang tidak mendukung sistem BLUD akibat
dari kurangnya pemahaman mengenai BLUD dan pengaduan
dari satu pihak tanpa konfirmasi.

Q. Tanggung Jawab Sosial Puskesmas Dan Penanganan Limbah


Puskesmas harus melaksanakan fungsi sosial tanpa
mempengaruhi mutu pelayanan yang disediakan, antara lain
berpartisipasi dalam penanggulangan bencana alam nasional
atau lokal dan melakukan misi kemanusiaan puskesmas.
Pengelola menetapkan dan menjalankan program yang terkait
dengan tanggung jawab sosial Puskesmas secara periodik dan
melaporkannya kepada Bupati. Pengelola harus memastikan
bahwa puskesmas selalu berupaya mempedulikan kelestarian
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
1. Puskesmas memegang teguh asas kepedulian dan keadilan
terhadap masyarakat sekitar lingkungan operasional
puskesmas.
2. Puskesmas memastikan bahwa dalam kegiatan usaha
untuk pelayanan kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan dan senantiasa mempertimbangkan aspek
lingkungan lainnya yang terkait.
3. Puskesmas selalu berusaha mendorong munculnya
kebutuhan masyarakat atas kesehatan lingkungan serta
pengelolaan sampah medis secara khusus dalam upaya
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kerja sehari-hari


Puskesmas TTP Ciwaruga memiliki tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Tanggungjawab sosial adalah tanggungjawab yang
diemban oleh Puskesmas baik dalam menghasilkan barang dan
65 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

jasa yang berdaya guna tanpa menimbulkan efek samping negatif


baik secara medis dan non medis. Selain itu produk limbah yang
dihasilkan dalam proses pelayanan medis harus dikelola dengan
baik sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan sekitar wilayah Puskesmas.
Kepala Puskesmas menunjuk petugas penanggungjawab
pengelolaan lingkungan dan limbah.
Tugas pokok dan fungsi petugas pengelola lingkungan dan
limbah
a. Menyusun rencana kegiatan kesehatan lingkungan
berdasarkan data program Puskesmas dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai
pedoman kerja.
b. Melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan
meliputi pengawasan danpembinaan TTU/TPM/ Pestisida,
pelayanan klinik sanitasi, penyuluhan kesehatan lingkungan
dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Mengevaluasi hasil kegiatan pembinaan kesehatan
lingkungan secara keseluruhan.
d. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya
sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada
atasan.
Tata kelola lingkungan dan limbah dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu limbah non medis dan limbah medis.
1. Tata Kelola Limbah Non Medis
Tata kelola limbah non medis merupakan pengelolaan limbah
yang dihasilkan dari aktivitas non medis baik organik maupun
anorganik yangbersumber dari lingkungan, pegawai,
pengunjung, dan alat non medis. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan penampilan Puskesmas dan jejaringnya.
Kegiatannya meliputi :
 Pengadaan dan penataan tempat penampungan sementara
(TPS) di tiap ruangan dan tempat strategis lainnya (TPS 1)
 Mobilisasi harian ke TPS II (halaman UPT Kesmas)
 Peningkatan kegiatan jumat bersih
66 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

 Pengangkutan limbah non medis oleh truk sampah DKP


2. Tata kelola Limbah Medis
Tata kelola limbah medis merupakan pengelolaan limbah yang
dihasilkan dari aktivitas medis (cair, padat, biologi, kimiawi) baik
yang bersumber dari kegiatan medis teknis atau alat penunjang
medis.
Tujuannya adalah untuk menghindari dampak yang diakibatkan
oleh limbah medis, baik terhadap petugas, pengunjung,
lingkungan, dan masyarakat. Kegiatannya meliputi :

Limbah medis padat


1. Tahap Pemilahan
a. Pemilahan limbah dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah sesuai dengan jenis limbah medis
padat yang dihasilkan meliputi limbah benda tajam,
limbah medis, infeksius, limbah farmasi dan kimiawi
b. Limbah benda tajam termasuk jarum suntik dikumpulkan
dalam satu wadah kotak berwarna kuning (safety box)
c. Limbah infeksius : pot sputum, cairan darah, kapas,
perban, ditempatkan dalam satu wadah . pendesinfeksian
dilakukan selama kuran lebih 10 menit dengan cara
direndam dalam larutan chlorin 10% diencerkan dengan
perbandingan 1:19, terkecuali untuk pot sputum direndam
selama 24 jam
2. Tahap Pengumpulan
Pada tahap ini semua limbah medis dikumpulkan dari tiap
ruangan IGD, Gigi, Laboratorium lalu dikumpulkan di tempat
penampungan sementara, kemudian akan diambil secara
periodik oleh dinas kesehatan Kabupaten Bandung Barat.

Limbah medis cair


1. Limbah cair domestik dari dapur disatukan dalam satu
saluran dengan limbah medis cair
2. Limbah medis cair yaitu darah, urine, dahak langsung diolah
melalui instalasi pengolahan limbah
67 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

3. Alat bekas pakai direndam di wadah dan diberi larutan clorin


10% selama 1 (satu) malam, kemudian dicuci disterilkan. Air
bekas pakai dibuang melalui IPAL (instalasi pengolahan air
limbah).

R. Budaya Organisasi, Budaya Kerja dan Etika

Kode etik merupakan aturan atau kaidah-kaidah, nilai-nilai yang


mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta
perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para anggotanya.
Kode etik adalah merupakan hal penting sebagai pedoman PNS
untuk melaksanakan tgas kedinasan dan kehidupan sehari-hari.
Etika pegawai dalam birokrasi perlu disesuaikan dengan melihat
dan mendengarkan aspirasi masyarakat bagaimana arah dan
bentuk birokrasi publik. Selain itu pegawai juga dituntut untuk
melayani masyarakt secara prima dan menopang
keberlangsungan program pemerintah serta secara maksimal
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan komitmen yang kuat dari pimpinan dan terus
menerus mendorong lingkungan agar kondusif.
Tata Tertib Pegawai
1. Hari kerja senin sampai dengan sabtu pada hari libur sesuai
dengan jadwal piket yang telah ditetapkan
2. Wajib mengisi bukti kehadiran dengan sistem digital sidik
jari pukul 07.00 (bukti kehadiran pegawai apel pagi dan
harian)
3. Pegawai wajib apel pagi setiap senin di kecamatan
4. Waktu jam kerja
Pagi : pukul 07.30 – 14.00
5. Seragam dinas
Senin dan Selasa : Warna Khaki Lengkap Atribut,
Rabu : Hitam Putih Lengkap Atribut
Kamis : Batik Bandung Barat lengkap atribut
Jumat : Batik
Sabtu : Batik

Hari besar Nasional dan Setiap tanggal 17 memakai seragam


68 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

korpri lengkap
Bagi Perempuan seragam kerudung :
Senin, Selasa : Warna Krem
Rabu : Warna Hitam
Kamis, Jumat, Sabtu : Disesuaikan dengan Batik
Sepatu rapih dan berkaus kaki
6. Ijin keluar pada jam kerja kedinasan untuk keperluan
apapun, wajib lapor dan mengisi buku ijin keluar yang
dikoordinir oleh kepala tata usaha.

S. Donasi dan Etika Usaha

Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang


berlaku di lingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tata
krama aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat efisiensi
dan produktivitas yang maksimal.Etika usaha menyangkut
hubungan perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan
dalam lingkungannya, etika kerja menyangkut hubungan kerja
antara puskesmas dan stafnya, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.Terdapat tiga faktor utama yang
memungkinkan terciptanya iklim etika dalam perusahaan, yaitu:

(1) Terciptanya budaya perusahaan secara baik.


(2) Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling
percaya.
(3) Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.
Terdapat beberapa hal yang bisa mendorong pekerja berperilaku
etis dalam pekerjaannya, yaitu:

(1) Komunikasi yang baik dan efektif.


(2) Ketentuan/standar.
(3) Keteladanan.
Dengan menggunakan etika bisnis sebagai dasar berperilaku
dalam bekerja, baik digunakan oleh manajemen maupun oleh
semua anggota organisasi, maka perusahaan akan mempunyai
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang
berkualitas adalah yang memiliki kesehatan moral dan mental,
punya semangat dalam meningkatkan kualitas kerja di segala
69 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

bidang, mampu beradaptasi dan memiliki kreativitas tinggi, ulet


dan pantang menyerah, serta berorientasi pada produktivitas
kerja.

Untuk memiliki SDM yang berkualitas, diperlukan adanya


pemberdayaan karyawan seoptimal mungkin, dengan
menciptakan lingkungan kerja yang saling menghargai.
Pemberdayaan staf yang terintegrasi dengan etika bisnis
diharapkan akan menimbulkan rasa percaya antara pimpinan
dengan staf.

Keberhasilan manajemen dalam pemberdayaan karyawan sangat


ditentukan oleh kesadaran para karyawan terhadap perlunya
nilai-nilai kebenaran dan moral (nilai-nilai etika) sebagai landasan
berperilaku dalam berbisnis. Pemberdayaan karyawan yang
didasarkan pada etika bisnis merupakan langkah strategis untuk
pengurangan biaya dalam jangka panjang, karena semua
pekerjaan dilakukan didasarkan pada standar yang telah
ditetapkan perusahaan, dan masing-masing karyawan sadar akan
tanggungjawab yang diembannya.

Dari sinilah setidaknya kita sadar akan pentingnya penerapan


etika dalam bisnis. Secara umum, ada beberapa cara yang dapat
ditempuh manajemen untuk meningkatkan moral tenaga kerja,
yaitu:

a. Memberikan kompensasi/imbalan kepada tenaga kerja dalam


porsi yang wajar dengan tidak memaksakan kemampuan
perusahaan.
b. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan menyenangkan
c. Meningkatkan spiritual pekerja
d. Memperhatikan masa depan pekerja termasuk
mengembangkan pengetahuan, karir dan keterampilannya.
e. Mengkomunikasikan segala informasi secara jujur dan
terbuka dengan pekerja.

Sesuatu yang bisa kita terapkan dalam etika bekerja adalah


sistem reward and punishment. Perumusan norma-norma ini
harus dituangkan secara jelas dan harus transparan. Salah satu
alat yang dapat digunakan perusahaan untuk menciptakan iklim
70 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

beretika dalam perusahaan adalah dengan menciptakan kode


etik. Kode etik berfungsi sebagai: Inspirasi dan panduan dalam
bekerja, pencegahan dan disiplin, memelihara tanggung jawab,
memelihara keharmonisan, memberikan dukungan.

Etika yang mengatur kinerja ditetapkan dalam bentuk Standar


Pelayanan Minimum.

1. Standar Pelayanan Minimum (SPM)


Bupati menetapkan Standar Pelayanan Minimum
Puskesmas yang tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 163
tahun 2013 yang merupakan perubahan dari Peraturan
Bupati no 472 tahun 2011.untuk memastikan bahwa
seluruh pelanggan telah memperoleh layanan secara
profesional sesuai standar, yang mencakup kualitas fasilitas,
kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya
serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pejabat Pengelola BLUD harus menetapkan mekanisme
pemberian layanan jasa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemberian jasa
pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh staf medis dan
tenaga kesehatan lainnya secara profesional sesuai dengan
standar profesi, kompetensi dan pelayanan medis dalam
rangka mencapai kualitas layanan yang dipersyaratkan
melalui penerapan sistem manajemen mutu untuk menjamin
kepuasan pelanggan dan seluruh stakeholders.
2. Tarif Jasa Pelayanan Kesehatan
Jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif puskesmas terdiri
dari jasa pelayan atau jasa operator/jasa lainnya. Jasa
pelayanan terdiri dari: Jasa dokter, jasa keperawatan, jasa
kefarmasian, jasa paramedis, nonkeperawatan, dan jasa
pelaksana teknis puskesmas. Jasa pelayanan yang tercantum
dalam komponen tarif bukanlah insentif.Jasa pelayan terdiri
dari jasa pelayanan standar dan non standar.Besaran jasa
pelayanan dalam komponen tarif puskesmas adalah besaran
jasa yang telah diatur dalan peraturan daerah (Perda).
Selanjutnya jasa medis, jasa keperawatan, jasa kefarmasian,
jasa paramedis, nonkeperawatan, dan jasa pelaksana teknis
71 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

puskesmas yang tercantum didalam tarif puskesmas disebut


sebagai insentif setelah diatur dalam sistem distribusinya
dalam sistem remunerasi.
Insentif dokter adalah pendapatan individu yang dihasilkan
akibat pelayanan dokter dan bagian dari jasa pelayanan
puskesmas yang tercantum dalam komponen tarif puskesmas
dan bersifat individu meliputi dokter umum dan dokter
gigi.Insentif keperawatan adalah pendapatan kelompok yang
dihasilkan akibat pelayanan keperawatan merupakan bagian
dari jasa pelayanan puskesmas yang tercantum dalam
komponen tarif puskesmas dan bersifat kelompok meliputi
perawatan umum dan kebidanan.
Insentif kefarmasian adalah pendapatan kelompok farmasi
yang dihasilkan akibat pelayanan kefarmasian yang
merupakan bagian dari pelayanan puskesmas yang tercantum
dalam komponen tarif penjualan obat dan bahan habis pakai
puskesmas bersifat kelompok, meliputi asisten apoteker dan
pelaksana farmasi.
Insentif paramedis non keperawatan adalah pendapatan
kelompok yang dihasilkan akibat pelayan perawatan yang
merupakan bagian jasa pelayanan puskesmas yang tercantum
dalam komponen tarip puskesmas meliputi jasa laboratorium,
asisten apoteker/pelaksana farmasi, penata gizi.
Intensif pelakaksana teknis adalah pendapatan kelompok
yang dihasilkan akibat dari pelayanan tenaga teknis non
dokter dan non paramedis yang merupakan bagian dan jasa
pelayanan puskesmas dan tercantum dalam komponen tarif
puskesmas meliputi supir ambulance.
Insentif terdiri dari insentif langsung dari persentase jasa yang
dihasilkan dan sisanya merupakan kontribusi kedalam POS
remunerasi yang selanjutnya di distribusikan kepada seluruh
karyawan selanjutnya disebut sebagai insentif tidak langsung.
Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan
kebijakan terhadap pemberian layanan kesehatan serta
melakukan pengawasan atas pelaksanaannya. Oleh
karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan
72 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

penghitungan biaya per unit setiap jenis layanan (cost finding)


sebagai dasar pengambilan kebijakan mengenai penetapan
tarif layanan kesehatan, misalnya kebijakan pemberian
subsidi tarif layanan kesehatan kepada pasien tidak mampu.
Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus melakukan
reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala.
Pejabat Pengelola melakukan evaluasi kualitas pemberian
jasa pelayanan yang telah dilakukan pada akhir periode
sebagai bahan masukan pada periode berikutnya.
3. Sistem Penatausahaan dan Akuntansi Pengelolaan BLUD
Pejabat Pengelola menetapkan pedoman mengenai sistem
penatausahaan dan akuntansi yang diterapkan untuk
pengelolaan keuangan dan penyusunan pertanggungjawaban
BLUD sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta disusun
berdasarkan pengendalian internal yang memadai.
Selanjutnya Pejabat pengelola Puskesmas menyelenggarakan
sistem penatausahaan dan akuntansi sesuai pedoman yang
telah ditetapkan tersebut, baik secara manual maupun
komputerisasi.
Pejabat Pengelola menetapkan organisasi dan pengelola yang
berwenang dalam penatausahaan dan akuntansi pengelolaan
keuangan BLUD.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya
pada akhir semester dan akhir tahun dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan pemerintah daerah sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
4. Remunerasi
Remunerasi adalah jumlah total kompensasi yang terdiri dari
gaji, Tunjangan Penambahan Penghasilan (TPP), jasa
pelayanan, uang makan minum, gaji k-13, THR. Remunerasi
merupakan insentif karyawan yang disisihkan dari jasa
pelayanan dan laba operasional penunjang medis. Remunerasi
merupakan salah satu unsur yang penting untuk diketahui
oleh manajemen puskesmas karena menyangkut
kesejahteraan seluruh karyawan. Remunerasi disesuaikan
73 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

berdasarkan kesepakatan melalui beberapa pendekatan yang


fleksibel.
Tujuan :
1) Membangun image yang baik dari organisasi
2) Menjamin kesejahteraan karyawan
3) Memberikan motivasi terhadap kinerja karyawan
4) Mempertahankan keberadaan karyawan bagi organisasi
Prinsip dasar Remunerasi:
Dalam penentuan remunerasi ini menggunakan tiga prinsip
dasar agar terdapat solusi yang tepat dalam mencapai tujuan
yang diinginkan, antara lain adalah:
1) Kebersamaan, karena dalam organisasi puskesmas
karyawan bekerja saling membutuhkan dan koordinasi
yang baik
2) Keterbukaan, semua karyawan dalam bekerja harus
terbuka dan saling mengingatkan guna pencapaian hasil
yang optimal
3) Keadilan, adalah pelaksanaanya sistem pembagian
remunerasi ini harus adil dan wajar sesuai dengan
penampilan kerja masing-masing karyawan.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelolaan Remunerasi adalah :
a. Jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan, serta
produktivitas
b. Pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan
sejenis
c. Kemampuan Pendapatan BLUD
d. Kinerja Operasional BLUD dengan mempertimbangkan
antara lain Indikator keuangan, pelayanan, mutu dan
manfaat bagi masyarakat.
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD
diberikan berdasarkan indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja
b. jabatan yang disandang
c. resiko kerja
d. tingkat kegawatdaruratan
74 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

e. Keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku


f. Hasil/capaian Kinerja
Hak dan kewajiban :
1) Manajeman puskesmas berkewajiban menyediakan
alokasi dana untuk insentif karyawan.
2) Setiap karyawan Puskesmas berhak mendapatkan
insentif sesuai dengan kerja yang dicapai.
3) Pengaturan pembagian atau distribusi insentif
berdasarkan sistem indexing, yang tercantum dalam
sistem remunerasi.
4) Seluruh karyawan dapat insentif sesuai dengan
kinerjanya dan berdasarkan total index perorangan yang
dimiliki.
5) Setiap karyawan yang menghasilkan jasa pelayanan dan
penunjang berkewajiban memberikan kontribusi kepost
remunerasi yang besaran prosentasinya ditentukan
dalam sistem remunerasi.

T. Pemantauan Ketaatan Tata Kelola

Pemantauan ketaatan atas pelaksanaan tata kelola


penyelenggaraan BLUD Puskesmas menjadi tugas dan wewenang
Satuan Pengawas Internal. Dalam hal Satuan Pengawas Internal
belum dibentuk, tanggung jawab pemantauan tersebut menjadi
tanggung jawab Pejabat Pengelola Puskesmas yang didelegasikan
ke masing-masing Pengelola Keuangan dan Teknis.
1. Disiplin Pegawai
a) SDM yang berasal dari PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalm peraturan perundang-
undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar akan dijatuhi hukuman
disiplin. Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil, maka bila terdapat
pelanggaran disiplin atau indisipliner, pegawai negeri sipil
yang bersangkutan akan di jatuhi hukuman disiplin
75 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

sesuai dengan tingkat hukuman disiplin yang terdiri dari :


hukuman disiplin ringan, sedang dan berat.
Adapun jenis hukuman disiplin sesuai dengan
tingkatannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Jenis hukuman disiplin ringan terdiri atas : teguran
lisan, teguran tertulis dan pernyataan tidak puas
secara tertulis.
- Jenis hukuman disiplin sedang terdiri atas :
penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun,
penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun dan
penundaan pangkat setingkat lebih rendah selama 1
tahun.
Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud
dalam PP no 53 tahun 2010 adalah sebagai berikut :
penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3
tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan,
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS dan pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS.
b) SDM Yang Bukan berasal dari PNS
Jika terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner untuk
SDM yag berasal dari non PNS, maka tindakan atau
sanksi yang diberikan sesuai dengan kebijakan dari
Pimpinan BLUD Puskesmas TTP Ciwaruga selaku
Pimpinan di Unit kerja yang bersangkutan, dengan
petunjuk dan bimbingan dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat.
76 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

BAB IV
PENEGAKAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA

A. Transparansi

Transparansi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar


di Puskesmas TTP Ciwaruga merupakan pelaksanaan tugas
dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat, serta
mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan.
Kegiatan transparansi merupakan tugas dan kewenangan:
a. Kepala Puskesmas, berkenaan dengan proses memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
program Kesehatan di lingkup Puskesmas;
b. Kepala Tata Usaha, berkenaan dalam hal merencanakan
teknis operasional dan melaksanakan kegiatan administrasi
umum dan kepegawaian, keuangan,evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan program serta kelembagaan dan
ketatalaksanaan.
Transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara
Puskesmas TTP Ciwaruga dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
pelayanan sesuai dengan standar.
Puskesmas TTP Ciwaruga menerapkan transparansi dalam
bentuk Laporan Keuangan, Laporan Manajemen, dan Laporan
Hasil Kinerja dalam bentuk laporan Bulanan, Triwulan, dan
Tahunan.

B. Akuntabilitas

Akuntabilitas Program

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui


Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju
Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua
77 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

yakni:
1. Upaya Kesehatan Essensial
Upaya kesehatan Essensial Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan
global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Upaya kesehatan
Essensial ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan Essensial tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya
yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang
telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Kesehatan Penyakit Tidak menular
j. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
78 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan


masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak
termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan
penunjang dari setiap upaya essensial dan upaya pengembangan
Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan
penunjang, baik upaya kesehatan essensial maupun upaya
kesehatan pengembangan.Apabila perawatan kesehatan
masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut,
maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan
pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula
bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya
Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan
oleh Puskesmas bersama DinasKesehatan Kabupaten Bandung
Barat dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya
kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan
essensial Puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti
target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah
tercapai.Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
Puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat.Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan dapat
pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan
masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat perlu dilengkapi
dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula
pelayanan rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat
dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam
79 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan


tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis,
kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Akuntabilitas Kegiatan

Penyelenggaraan upaya kesehatan essensial dan upaya


kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan
Puskesmas secara terpadu.Azas penyelenggaraan Puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas.Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari
setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan essensial maupun upaya
kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah
pertanggung jawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas
harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
Kecamatan,sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
80 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)


secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, bidan di desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat.Dalam arti Puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB);
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD);
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi);
d. Upaya kesehatan sekolah: Dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid;
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL);
f. Upaya kesehatan usia lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda;
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK);
h. Upaya kesehatan jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM);
i. Upaya Kesehatan Penyakit Tidak menular : Posbindu Penyakit
Tidak menular
j. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra);
81 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

k. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): Dana


Sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Mobilisasi Dana
Keagamaan;
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan.Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang
perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan
jiwa, promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan Camat, Lurah/kepala Desa, Pendidikan, Agama;
82 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan


dengan Camat, Lurah/kepala Desa, Pendidikan, Agama,
pertanian;
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Organisasi
profesi, Organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB;
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan
Camat, Lurah/Kepala Desa, Pertanian, Pendidikan, Agama,
Koperasi, Dunia usaha, PKK, PLKB;
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Tenaga
kerja, Koperasi, Dunia usaha, Organisasi kemasyarakatan;
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Tenaga kerja, Dunia
usaha;
4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah
rujukan.Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.Padahal
Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya.Untuk membantu Puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh
azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana
pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi
83 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib


merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu
(baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga
macam:
a) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan
kepada tenaga Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan
pelayanan medik di Puskesmas.
2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan, dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya
kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat, maka Puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam:
a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan,
peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-
bahan habis pakai dan bahan makanan.
b) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian
masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
84 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya


masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain
Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya
Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak
mampu.

Akuntabilitas Keuangan

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan


dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab
Puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup.

Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan Puskesmas, yakni:


1. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah Kabupaten
Bandung Barat. Di samping itu Puskesmas masih menerima dana
yang berasal dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua
macam, yakni:
a) Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana
pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta
pengadaan obat.
b) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan,
pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis
pakai serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat untuk diajukan dalam
Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah Kabupaten Bandung Barat
untuk seterusnya dibahas bersana DPRD Kabupaten Bandung
Barat. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan
85 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan


Kabupaten Bandung Barat.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam
dokumen keuangan diturunkan secara bertahap ke Puskesmas
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. Untuk
beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan
pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut
dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
Barat atau oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima
Puskesmas adalah Kepala Puskesmas, sedangkan administrasi
keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan Puskesmas yakni
seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat atas usulan Kepala Puskesmas.
Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah
disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan
kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang
dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh pemerintah daerah
masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang
terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh
dana retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas
menggunakan sebagian dari dana yang diperoleh dari
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya
berkisar antara 25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima.
Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan
operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara
86 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

berkala dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke pemerintah


daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas
menggunakan seluruh dana yang diperolehnya dari
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk
membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu
Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana
seperti ini disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai
dengan kebijakan dasar Puskesmas yang juga harus
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang
dananya ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi
Puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas
tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah
tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang
menjadi tanggungjawab pemerintah.
5. Sumber lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa
sumber lain seperti Jaminan Kesehatan Nasional, Sesuai dengan
konsep yang telah disusun, direncanakan pemerintah hanya
bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan
dibiayai melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuali
untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah
dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini,
apabila Puskesmas tetap diberikan kesempatan
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka
Puskesmasakan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi
dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk
itu Puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut
sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak dapat memenuhi
kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain
tetap memberikan keuntungan bagi Puskesmas. Tetapi apabila
Puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
87 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

kesehatan masyarakat, maka Puskesmas hanya akan menerima


dan mengelola dana yang berasal dari pemerintah.

C. Responsibilitas

Merupakan keadilan dan kesetaraan atau kepatuhan dalam


pengelolaan organisasi terhadap prinsip bisnis yang sehat serta
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan BLUD, Puskesmas
mendapatkan keleluasaan atau fleksibilitas dalam pengelolaan
sumber daya manusia, keuangan yang diatur dalam regulasi
khusus. Tetapi tetap harus mematuhi perundangan yang berlaku,
yang tujuannya untuk pengaturan dan pengawasan. Mendorong
agar organ puskesmas dalam membuat keputusan dan
menjalankan kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral
yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku,dandilandasi kesadaran tanggung jawab
sosial puskesmas. Bentuk responsibilitas antara lain adalah
dengan mematuhistandar operasioanal prosedur dalam setiap
pemberiana layanan kesehatan.
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan dan sistem
manajerial telah didokumentasikan dalam Prosedur dan
Ketetapan (Protap) atau Standard Operating Procedure (SOP).
Prosedur dan Ketetapan ini telah didokumentasikan,
disosialisasikan, dan diimplementasikan di setiap bagian dan unit
kerja lainnya. Dengan adanya protap atau SOP ini diharapkan
pelaksanaan atau proses kinerja dan layanan pada setiap unit
kerja dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan manual
mutu. Dengan prosedur kerja ini pula dapat dijadikan bahan
evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil kinerja dari setiap
proses kinerja.
Prosedur kerja PPK BLUD Puskesmas TTP Ciwaruga dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik
pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang kesehatan, maupun
pelayanan manajemen, yang secara ringkas dapat diuraiakan
sebagai berikut:
88 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

1. Standar Operasional dan Prosedur pelayanan kesehatan,


merupakan inti kegiatan Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar pelayanan yang
diberikan dapat berjalan sesuai harapan banyak pihak,
terutama pasien yang bersangkutan. Prosedur baku
pelayanan ditetapkan untuk menghindari kesalahan dalam
penanganan pasien. Standar operasional dan prosedur
pelayanan kesehatan terdiri dari standar operasional dan
prosedur yang di tetapkan pada rawat jalan. Rawat jalan
terdiri dari rawat jalan BP umum, BP gigi, KIA.
2. Standar Operasional dan Prosedur pelayanan penunjang
kesehatan, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan pelayanan kesehatan Puskesmas.
Ketelitian, keakuratan dan kelengkapan peralatan penunjang
medis menjadi salah satu penentu kesembuhan pasien.
Standar operasional dan prosedur pelayanan penunjang
kesehatan terdiri dari standar operasional dan prosedur yang
ditetapkan pada laboratorium, dll.
3. Standar Operasional dan Prosedur Pelayanan Manajemen,
memberikan pelayanan kepada kegiatan pelayanan dan
penunjang kesehatan Puskesmas agar seluruh personil yang
terlibat dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan uraian
tugas yang telah ditetapkan. Untuk itu proses-proses
manajemen harus dijalankan dengan cepat, tepat dan akurat.
Standar operasional dan prosedur manajemen terdiri dari
standar operasional dan prosedur pada kepegawaian, umum,
pelaporan dan rekam medis, keuangan dll.

D. Independensi
Merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan prinsip bisnis yang sehat. Mendorong pengelolaan
puskesmas secara profesional, transparan dan efisien, serta
memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ
puskesmas.
89 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

BAB V
PENGELOLAAN HUBUNGAN DENGAN STAKEHOLDERS

A. Pengguna Jasa
1. Puskesmas menghormati hak-hak pasien selaku pengguna
jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Puskesmas memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa
sesuai standar layanan yang telah ditetapkan.
3. Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara
profesional melalui mekanisme yang baku dan transparan.
4. Perbaikan citra pada pelayanan pasien BPJS :
 Kecepatan Pelayanan dan Tepat Waktu ( Just in time )
 akses pelayanan
 Kesinambungan Pelayanan ( seamles )
 Penanganan Rujukan Balik

B. Mitra Usaha
1. Mitra usaha meliputi rekanan, BPJS Kesehatan, asuransi
kesehatan lainnya, serta pihak ketiga lainnya.
2. Puskesmas menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi
dengan itikad baik, saling menguntungkan, akuntabilitas,
transparansi, kewajaran dan tidak merugikan stakeholders
serta dituangkan dalam kesepakatan secara tertulis.
3. Kerjasama Puskesmas dengan mitra usaha dapat berupa
transaksi jual beli barang dan/atau jasa serta Kerja Sama
Operasional (KSO) dalam bentuk kerjasama pelayanan
kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan
gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan kerjasama
lainnya yang sah.
4. Puskesmas dan mitra bisnis bermitra secara profesional
dengan mematuhi setiap kesepakatan yang telah
dituangkan dalam kontrak kerjasama.
90 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

C. Pegawai
1. Pegawai puskesmas yang terdiri dari tenaga medis,
tenaga paramedis, dan tenaga lainnya adalah aset yang
sangat berharga, maka puskesmas berkewajiban
meningkatkan kompetensi dan karakternya. Puskesmas
dapat memberikan penghargaan yang pantas kepada
pegawai yang berprestasi. Dalam hal adanya terjadi masalah
yang menyangkut tuntutan pasien terhadap tenaga
medis/paramedis, puskesmas berkewajiban memberikan
bantuan hukum yang diperlukan. Hubungan antara tenaga
medis/paramedis dan non medis dengan pihak puskesmas
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pejabat Pengelola
Puskesmas.
2. Setiap kebijakan puskesmas yang terkait dengan pegawai
disusun secara transparan, mengakomodasi kepentingan
pegawai dan peraturan perundang-undangan yang terkait.
3. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian
dengan pegawai dibuat secara tertulis dengan memuat
hak dan kewajiban setiap pihak secara jelas.
4. Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan
dilaksanakan secara adil dan transparan.
5. Puskesmas menciptakan kondisi kerja dengan selalu
memperhatikan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja
pegawai.
6. Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai,
puskesmas menghormati hak asasi serta hak dan
kewajiban pegawai sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
7. Puskesmas memberi kesempatan yang sama tanpa
membedakan senioritas, gender, suku, agama, ras, dan antar
golongan. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) diatur
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
a. Pengelolaan PNS
Pengembangan SDM aparatur pemerintah tentu tidak akan
terlepas dari peraturan yang mendasarinya yaitu Undang-
undang Republik Indonesia Nomor43 Tahun 1999 tentang
91 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

peruahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang


pokok-pokok kepegawaian. Ada sejumlah hal dalam Undang-
undang tersebut yang perlu digaris bawahi karena sangat erat
kaitannya dengan upaya pengembangan PNS.
Pertimbangan yang memunculkan undang-undang ini
adalah adanya keyakinan bahwa untuk mencapai tujuan
nasional Rebublik Indonesia diperlukan PNS yang terampil
menjalankan perannya sebagai abdi masyarakat yang
menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, serta
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila dan UUD 1945. Dalam hal ini
diperlukan sosok PNS yang mampu melaksanakan tugas
pemerintah dan pembangunan secara profesional dan
bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Manajemen PNS merupakan keseluruhan upaya untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme
penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian,
yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan
kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kepegawaian, dan
pemberhentian. Melalui cara itu, manajemen PNS yang
dilakukan dengan tepat diyakini dapat menjamin
penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan secara
berdaya guna dan behasil guna.
Formasi Pegawai
Formasi pegawai di lingkup Puskesmas disesuaikan dengan
kebutuhan pegawai sesuai dengan profesi berdasarkan jenis
pekerjaan/keahlian/ bidang pelayanan yang ada di
Puskesmas.
Pengadaan Pegawai
Pengadaan pegawai untuk tenaga yang bekerja di lingkup
Puskesmas TTP Ciwaruga
a) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil melalui proses seleksi
oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang
selanjutnya ditugaskan di Puskesmas TTP Ciwaruga .
b) Mutasi/lolos butuh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
92 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berdasarkan


kebutuhan formasi pegawai. Pemindahan PNS secara
terperinci diatur dalam PP No.96 tahun 2000 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
PNS.
c) Pemberhentian Pegawai / Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK). Pemberhentian pegawai untuk PNS diatur dalam PP
No. 32 tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS dan PP No.
30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS.
b. Pengelolaan Non PNS
Pelayanan yang berkualitas akan tercapai bila didukung
oleh sarana, prasarana serta sumber daya manusia yang cukup.
Jumlah PNS yang terbatas yang di tugaskan oleh pemerintah
Kabupaten Bandung Barat di Puskesmas TTP Ciwaruga , maka
kepala Puskesmas mengajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat untuk merekrut tenaga non PNS.
1. Pengadaan dan Pengangkatan
a. Pengangkatan tenaga non PNS berdasarkan seleksi
disesuikan dengan formasi pegawai yang dibutuhkan.
b. Pengangkatan Pegawai non PNS dilakukan berdasarkan
pada prinsip efisiensi, ekonomis dan produktif dalam
peningkatan pelayanan.
c. Rekruitmen Pegawai non PNS dilakukan oleh Direktur
dengan cara seleksi, meliputi :
 Seleksi administrasi;
 Test kesehatan;
 Seleksi akademik;
 Ketrampilan;
 Wawancara.
2. Disiplin
a. Disiplin pegawai merupakan suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan, dan ketertiban.
93 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

b. Pelanggaran terhadap disiplin pegawai sebagaimana


dimaksud pada bag (a) dikenakan hukuman berdasarkan
ketentuan/peraturan perundang-undangan.
3. Penempatan
Penempatan pegawai di sesuaikan dengan keahliannya atau
berdasarkan pada kebutuhan.
4. Jenjang Karir
Jenjang karir disesuaikan dengan peraturan kepegawaian
yang ada yaitu ada jabatan struktural atau jabatan
fungsional.
5. Pembinaan (Penghargaan dan Sanksi)
Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas pegawai
maka Puskesmas TTP Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat
menerapkan kebijakan mengenai penghargaan bagi pegawai
yang mempunyai kinerja baik dan sanksi bagi pegawai yang
tidak memenuhi ketentuan atau melanggar ketentuan/
peraturan perundang-undangan.
 Peringatan secara lisan oleh kepala Tata Usaha.
 Peringatan secara tertulis.
 Pemutusan hubungan kerja.
6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemberhentian Pegawai/ Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), didasarkan pada penilaian kinerja, dan loyalitas.

D. Pemerintah Selaku Regulator


1. Puskesmas harus mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan
puskesmas baik yang menyangkut layanan jasa, pegawai,
pelanggan, masyarakat sekitar, lingkungan, sesama pelaku
usaha, perpajakan, perbankan dan lain-lain.
2. Puskesmas selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang
harmonis dan konstruktif atas dasar kejujuran terhadap
regulator serta penyelenggara negara lainnya.
3. Puskesmas mendukung penerimaan negara dan daerah baik
langsung maupun tidak langsung sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
94 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

4. Puskesmas akan selalu meningkatkan kualitas layanan dalam


upaya memberikan kontribusi terhadap pembangunan
pelayanan Kesehatan diwilayah kerja.

E. Masyarakat Sekitar Dan Lingkungan


1. Puskesmas memegang teguh asas kepedulian dan keadilan
terhadap masyarakat sekitar lingkungan operasional
puskesmas.
2. Puskesmas memastikan bahwa dalam kegiatan usaha
untuk pelayanan kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang
ditetapkan dan senantiasa mempertimbangkan aspek
lingkungan lainnya yang terkait.
3. Puskesmas selalu berusaha mendorong munculnya
kebutuhan masyarakat atas kesehatan lingkungan serta
pengelolaan sampah medis secara khusus dalam upaya
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
95 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

BAB VII
PENUTUP

Pola tata kelola adalah ketentuan internal Puskesmas TTP


Ciwaruga yang berkenaan dengan organisasi, tatalaksana dan
akuntabilitas serta transparasi. Bertujuan untuk mengoptimalkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pola tata kelola merupakan aturan dasar yang mengatur
tatacara penyelenggaraan Puskesmas serta menjadi pedoman dalam
melaksanakan kegiatan operasional Puskesmas TTP Ciwaruga.
Dengan adanya tata kelola diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat secara lebih efektif dan efisien
sejalan dengan praktek bisnis yang sehat yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Bupati
melalui penerbitan sebanyak-banyaknya 22 peraturan turunan
untuk mendukung fleksibilitas pengelolaan puskesmas dengan pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD).
Untuk itu puskemas perlu dilengkapi dengan system informasi
berbasis teknologi (ICT) untuk mendukung pengambilan keputusan
pimpinan (Decision support system) yang memadukan unsur
kompetensi tenaga, update technology terkini dan system operasi
(operation system) dalam layanan UKP maupun UKM (Distric Health
System). Yang diharapkan melalui kebijakan ini masyarakat akan
semakin mudah untuk memperoleh pelayanan yang berkualitas
terutama pada pelayanan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar
masyarakat yaitu di bidang Kesehatan.

Ciwaruga, 05 Mei 2018


Kepala Puskesmas
TTP Ciwaruga

drg. Welly Narwelly


NIP. 196102041989012002
96 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

LAMPIRAN – LAMPIRAN

KOMUNIKASI DAN KOORDINASI LINTAS


PROGRAM
No. Dokumen : SOP/UKM/
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS TTP drg. Welly Narwelly
CIWARUGA

NIP. 196102041989012002
1. Pengertian 1. Koordinasi adalah perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga
peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan
atau simpang siur
2. Komunikasi yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator
melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang
mengarah pada keadaan sehat, baik secara fisik, mental maupun social
3. Lintas Program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan
beberapa program terkait yang ada di puskesmas.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan komunikasi dan koordinasi lintas program
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. ..... Tentang .....
4. Referensi
5. Alat dan Bahan 1. ATK
2. Komputer dan printer
3. Buku catatan
6. Langkah- 1. Pengelola program menyusun rencana pelaksanaan program
langkah 2. Pengelola program menyampaikan pelaksanaan programnya pada saat rapat
puskesmas
3. Pelaksana program dan lintas program membuat jadwal pelaksanaan program
4. Pelaksana program dan lintas program menyepakati cara dan waktu
pelaksanaan program
5. Pengelola program dan lintas program melaksanakan program / kegiatan
berdasarkan jadwal yang telah dibuat
6. Penanggung jawab program mencatat notulen hasil pertemuan
7. Bagan Alur
Menyusun rencana pelaksanaan
program

Menyampaikan pelaksanaan programnya pada saat rapat puskesmas

Membuat jadwal pelaksanaan program

Menyepakati cara dan waktu pelaksanaan kegiatan

Melaksanakan kegiatan berdasarkan jadwal yang telah


dibuat

Mencatat notulen hasil pertemuan lintas program


97 | P O L A T A T A K E L O L A P K M C I W A R U G A

8. Hal-hal yang Jika tidak dilakukan koordinasi dengan program yang lain maka kegiatan tidak bisa
perlu berjalan lancar, oleh karena itu penanggung jawab lintas program harus bekerja sama
diperhatikan dalam melakukan kegiatan tersebut.
9. Unit terkait
10. Dokumen 1. SOP Identifikasi Kebutuhan dan harapan Masyarakat
terkait 2. SOP Komunikasi dan Koordinasi Lintas Sektor
11. Rekaman
historis No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai