Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing adalah penghasil daging yang sangat produktif. Hal ini

dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa sekitar 10% pasokan daging

di Indonesia berasal dari kambing (Rangkuti et al., 1984). Selain daging,

kambing juga mampu menghasilkan susu dan kulit yang dapat digunakan

untuk kerajinan tangan, bulu kambing juga bernilai karena dapat

digunakan untuk serat tekstil. Selain berbagai fungsi utamanya, kambing

daerah tropis juga mempunyai arti penting lain. Diantaranya adalah untuk

investasi, jaminan bila terjadi kegagalan panen pada petani kecil dan

sebagai hewan penyedia pupuk kandang. Kambing mempunyai banyak

kelebihan diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan, memiliki

resistensi terhadap penyakit, dan hidup baik pada kondisi dimana hewan

domestik lain sulit untuk hidup.

Perkembangan ternak ruminansia masih sulit berkembang, hal ini

terkendala oleh ketersediaan hijauan yang terbatas. Indonesia merupakan

negara tropik yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim

penghujan. Pada musim penghujan produksi hijauan di Indonesia sangat

berlimpah, sedangkan produksi hijauan pada musim kemarau sangat

terbatas. Hal tersebut dapat mempengaruhi proporsi pemberian pakan

1
hijauan pada ternak. Feradis (2010) mengatakan bahwa musim sangat

berpengaruh terhadap konsumsi pakan, asupan serat kasar, dan protein

kasar pada kambing di dataran rendah, menengah, dan tinggi di

Indonesia.

Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan

khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak, Dari

aspek ekonomi biaya pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari

seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek teknis, kualitas pakan akan

sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging, telur, susu)

dan produktivitas ternak (misal calving interval, tingkat kematian).

Ketersediaan pakan hijauan saat musim hujan melimpah sedangkan pada

musim kemarau pakan hijauan sangat sedikit sehingga hal ini berdampak

pada peternakan yang mengalami penurunan produktivitas.

Salah satu upaya untuk mengantisipasi akan hijauan yang terbatas

pada saat kemarau adalah dengan menggunakan manajemen pakan

metode restriksi (pengurangan pakan dalam batas kebutuhan tubuh),

kemudian dilanjutkan dengan memberikan refeeding (pemenuhan pakan

kembali pasca restriksi), sehingga timbul efek compensatory growth dari

fase restriksi. Pola pembatasan pakan yang tepat akan banyak

menguntungkan karena tidak mengganggu proses metabolisme dan dapat

meningkatkan penyerapan zat makanan karena laju digesti menjadi

lambat.

2
Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan

waktu pembatasan dan pemenuhan kembali jumlah pakan terhadap

konsumsi pakan, kecernaan dan perubahan bobot badan pada kambing

kacang jantan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi pemberian

pakan dalam aspek produksi pada ternak.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Kacang

Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia

(Devandra dan Burns, 1994). Kambing kacang memiliki ukuran tubuh

yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak (Batubara et

al., 1993). Menurut Jakfar (2010), kambing kacang (lokal) memiliki potensi

dan peluang untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah

pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging

dan kotoran. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai

penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat.

Keunggulan kambing kacang lainnya adalah jumlah anak

perkelahiran yang tinggi tidak hanya kembar dua tetapi juga dapat

mencapai tiga atau empat. Selain itu kambing kacang juga memiliki

potensi yang lain seperti daya adaptasi yang baik terhadap kondisi yang

terbatas seperti cekaman panas dan kualitas pakan yang rendah (Dinas

Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Tengah, 2005). Meskipun kambing ini sangat mudah beradaptasi terhadap

kondisi pakan setempat (Sianipar et al., 2003), pengembangan kambing

kacang juga terhambat karena adanya keterbatasan ketersediaan pakan

pada musim kemarau (Lubis, 1994).

4
Pakan

Jerami kacang tanah (rendeng). Kacang tanah merupakan tanaman

legum yang mampu mengambil nitrogen udara melalui simbiosisnya

dengan bakteri Rhizobium. Kemampuan mengikat nitrogen baru dimiliki

pada umur 15 sampai 20 hari setelah penanaman (Suprapto, 2001).

Reksohadiprodjo (1984) menyebutkan bahwa jerami kacang tanah

merupakan bagian dari limbah pertanian dan merupakan bagian terbesar

dari sisa tanaman kacang tanah yang dapat digunakan sebagai bahan

pakan ternak ruminansia.

Cahyono (1995) menyatakan sistematika tanaman kacang tanah

adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta (tanaman berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (biji berada dalam buah)

Classis : Dicotylrdoneae (biji berkeping dua)

Sub ordo : Polipetalis/Rosales

Familia : Leguminoceae (kacang-kacangan)

Sub familia : Papilionaceae

Genus : Arachis

Species : Arachis hypogaea L.

Kacang tanah yang tergolong genus Arachis mempunyai 12

spesies. Namun, yang selama ini dikenal dan banyak dibudidayakan

adalah dari spesies Arachis hypogaea L, mempunyai dua subspesies,

yakni subspesies hypogeae dan subspesies fascigiata. Kedua subspesies

5
tersebut memiliki perbedaan sifat-sifat morfologi. Kacang tanah

subspesies fascigiata terdiri dari dua tipe, yakni tipe valensia dan tipe

spanis, sedangkan kacang tanah subspesies hypogeae hanya ada satu

tipe, yakni tipe virginia. Daun kacang tanah merupakan sumber protein

dan zat kapur sehingga sangat baik untuk pakan ternak (misalnya ternak

kelinci). Pemberiannya kepada hewan ternak tidak boleh dalam keadaan

segar (daun baru dipangkas) dan juga tidak boleh dalam jumlah

berlebihan, sebab daun kacang tanah yang diberikan dalam keadaan

segar dan berlebihan dapat menyebabkan sakit perut atau kembung

(bloat) bagi hewan ternak yang memakannya (Cahyono, 1995).

Jerami atau tangkai tanaman yang kering dari tanaman kacang

tanah (Arachis hypogaea) memiliki nilai gizi lebih tinggi daripada jerami

lainnya (Williamson dan Payne, 1993). Jerami kacang tanah mempunyai

kandungan bahan kering (BK) sebanyak 35 %, protein kasar (PK)

sebanyak 15,1 %, serat kasar (SK) sebanyak 22,7 %, total digestible

nutrient (TDN) sebanyak 65 %, Ca sebanyak 1,51 % dan P sebanyak 0,20

% (Hartadi et al., 1990).

Konsentrat

Konsentrat merupakan bahan pakan ternak yang mengandung

energi relatif tinggi, serat kasar rendah, bahan ekstrak tanpa nitrogen

(BETN) tinggi dan mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1991).

Suplementasi pakan konsentrat pada pakan ternak ruminansia

dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi atau zat pakan, meningkatkan

6
konsumsi pakan juga meningkatkan daya cerna pakan bila diberikan

pakan dasar hijauan (Mulyono, 2005). Suplementasi konsentrat ini

biasanya digunakan untuk menyempurnakan susunan nutrisi dari bahan

pakan dasar sebelum diberikan pada ternak dengan tujuan produksi

tertentu (Parakkasi, 1999).

Pembatasan Pemberian Pakan

Pertumbuhan kompensantori dapat difenisikan sebagai suatu

proses fisiologis dimana organisme mempercepat pertumbuhannya

setelah periode pembatasan pakan dalam rangka untuk mencapai berat

badan yang pertumbuhannya berkurang (Hornick et al., 2000).

Penelitian Aboelmaaty et aI. (2008) menunjukkan bahwa dengan

penurunan pemberian pakan pada ternak kambing 50% dari rata-rata

konsumsi sebelumnya selama 35 hari menyebabkan penurunan berat

badan yang signifikan. Namun demikian setelah pengembalian jumlah

pakan selama 35 hari ternyata terjadi kompensasi pertambahan berat

badan. Kompensasi pertambahan berat badan pada tiap ternak akan

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang mungkin

akan mempengaruhi kompensasi pertambahan berat badan antara lain

adalah jenis atau bangsa ternak, tingkat stress, dan lama restriksi.

Dashtizadeh et al. (2008) dalam penelitiannya menunjukan

kelompok ternak yang diberi periode restriksi selama 75 hari mengalami

peningkatan berat badan lebih tinggi di periode pemenuhan pakan

7
kembali dibanding kelompok ternak periode restriksi 45 dan 60 hari. Ryan

(1990) menambahkan peningkatan durasi pembatasan pakan cenderung

meningkatkan pertumbuhan berat badan saat periode pemenuhan pakan

kembali.

Waktu Pembatasan Pakan

Pembatasan pakan pada ternak kambing sebesar 40% dilakukan

selama 35 hari menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.

Yakubu et al. (2007) dan Dashtizadeh et al. (2008) menyatakan bahwa

penurunan berat badan selama periode pembatasan pakan adalah

strategi dalam tubuh ternak, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan

nutrisi yang dibutuhkan tubuh ternak untuk mempertahankan

pertumbuhan dan perkembangan. Namun setelah pengembalian jumlah

pakan selama 35 hari terjadi kompensasi pertambahan berat badan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi pertambahan berat

badan antara lain jenis atau bangsa ternak, tingkat stress dan lama

restriksi (Aboelmaaty et al., 2008).

Pembatasan pakan sebesar 40% pada ternak kambing Kacang

jantan selama 2 bulan mengalami penurunan secara bertahap, namun

pada saat pengembalian jumlah pakan kembali berat badan yang didapat

tidak setinggi pada pembatasan pakan selama 35 hari. Hewan dapat

merespon secara berbeda terhadap pengembalian jumlah pakan ketika

pembatasan gizi sudah tidak dilakukan, perbedaan tersebut dapat

8
dipengaruhi oleh faktor genetik, usia di mana pembatasan dikenakan,

lama restriksi, kualitas pakan dan durasi refeeding (Benschop, 2000).

Kecernaan

Kecernaan pakan didefinisikan sebagai jumlah atau bagian pakan

yang tidak diekskresikan melalui feses dan diasumsikan sebagai nutrien

yang diabsorbsi oleh ternak. Kecernaan biasanya dinyatakan dalam

bahan kering atau dalam bentuk persentase yang disebut koefisien cerna

(McDonald et al., 1995).

Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan pakan antara lain

adalah level pakan, banyaknya serat atau lignin (jenis tanaman), definisi

nutrien, preparasi bahan pakan, pengaruh frekuensi pemberian pakan,

palatabilitas pakan, adaptasi perubahan pakan, perbedaan spesies ternak

dan status fisiologis rumen (Church dan Pond, 1988; Tomaszewska et al.,

1993).

Kecernaan pada ruminansia dapat ditentukan dengan

menggunakan ternak secara langsung. Kecernaan pakan ditetapkan

berdasarkan jumlah bahan pakan yang dimakan dikurangi jumlah (feses)

yang dikeluarkan, demikian juga dengan nutrien yang tercerna. Penetapan

kecernaan secara in vivo dilakukan menggunakan metode koleksi total

atau total collection yang dibagi menjadi tiga periode yaitu periode

adaptasi kandang dan pakan, periode pendahuluan, dan periode koleksi

data masing-masing selama tujuh hari. Periode adaptasi dan periode

pendahuluan ada kalanya dijadikan satu sehingga tidak ada batasan yang

9
nyata. Koleksi data meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul 8.00

sampai pukul 8.00 pada hari berikutnya (Utomo, 2012). Tillman et al.,

(1998) menyatakan bahwa periode koleksi berlangsung selama 5 sampai

15 hari dan selama periode ini feses dikumpulkan, ditimbang dan dicatat.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah sejumlah pakan yang dapat dikonsumsi

ternak pada periode waktu tertentu (Van Soest, 1994). Ternak ruminansia

yang normal (tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi pakan

dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk

mencukupi hidup pokok (Siregar, 1996).

Pakan yang dikonsumsi menentukan jumlah zat–zat makanan yang

tersedia bagi ternak dan selanjutnya akan mempengaruhi tingkat

produktivitas ternak tersebut. Namun yang menentukan konsumsi pakan

pada ternak ruminansia sangat komplek, karena banyak faktor yang

terkait seperti sifat pakan, ternak dan faktor lingkungan, dimana makin

baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi pakan (Tarigan, 2009).

Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa konsumsi BK harian

kambing lokal asli daerah tropis yang diberikan pakan sekenyang

kenyangnya adalah 1,8% sampai 4,7 %. Suwignyo et al. (2015)

menyatakan pembatasan pakan berpengaruh nyata terhadap tingkat

konsumsi nutrien, tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik

pada kambing bligon.

10
Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan

bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala

dan dinyatakan sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu

tertentu: tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan

mempunyai tahap yang cepat dan tahap yang lambat. Tahap yang cepat

terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat

dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1989).

Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu peningkatan

bobot badan sampai mencapai dewasa yang disebut pertumbuhan dan

pertumbuhan konformasi (bentuk tubuh) serta berbagai fungsi dan

kesanggupanya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang

disebut perkembangan. Hampir pada semua hewan, walaupun betina

lebih cepat mencapai dewasa namun jantan lebih besar dan lebih berat

dari pada betina dalam kehidupan dewasa (Lawrie, 1995).

Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan

ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan

komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti

otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama

air, lemak, protein dan abu pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan

kastrasi serta genotif juga mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi

protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan

yang lebih cepat (Soeparno, 1992).

11
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia, yang cocok

untuk di kembangbiakkan di daerah tropis yang jarang akan ketersediaan

hijauan. Kambing kacang merupakan ternak yang mudah beradaptasi

dengan lingkungan yang tidak sesuai dengan hewan domestik lain, selain

itu kambing kacang tahan terhadap berberap penyakit. Hijauan pakan

sebagai pakan utama ternak ruminansia sering mengalami kekurangan

terutama pada musim kemarau, untuk memenuhi kebutuhan hijauan

dilakukan pemanfaatan dengan limbah pertanian, salah satu limbah

pertanian yang banyak tersedia adalah jerami kacang tanah.

Konsumsi pakan merupakan hal pokok yang akan mempengaruhi

produksi ternak. Volume pakan yang diperlukan kambing tergantung dari

berat badan dan kemampuan memakan. Jika kebutuhan pakan kambing

cukup maka produksinya akan baik, begitu pula sebaliknya, apabila

kebutuhan pakan kambing kurang maka produksinya akan turun.

Kecernaan merupakan banyaknya pakan yang dapat dicerna

didalam saluran pencernaan. Penambahan jumlah bahan makanan yang

dimakan mempercepat arus makanan dalam usus sehingga mengurangi

daya cerna. Daya cerna yang tertinggi didapat pada jumlah konsumsi

sedikit lebih rendah dari kebutuhan hidup pokok, sehingga pengurangan

jumlah pakan pada fase restriksi dapat meningkatkan kecernaan ternak.

12
Pengurangan jumlah pakan yang sesuai baik dalam hal jumlah

maupun waktu dimungkinkan akan menghasilkan compensantory growth.

Saat periode pengurangan pakan akan memicu penurunan berat badan

dan pada saat pemenuhan kembali akan terjadi penambahan bobot

badan.

Respon ternak terhadap pengurangan jumlah pakan dan

pemenuhan pakan kembali akan mempengaruhi konsumsi dan kecernaan

pada ternak. Pengaruh dari penambahan pakan kembali akan

meningkatkan konsumsi pakan, juga dapat meningkatkan kecernaan

bahan kering pakan. Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan

menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

produksi.

Hipotesis

Perlakuan pembatasan dan pemenuhan kembali pakan pada

perbedaan waktu akan memiliki efek yang lebih tinggi dibandingkan tanpa

perlakuan pembatasan pakan dan pemenuhan kembali terhadap

peningkatan konsumsi pakan, peningkatan kecernaan nutrien dan

pertambahan bobot badan pada kambing kacang.

13
MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan di kandang

percobaan Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, dan Laboratorium Hijauan

Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta.

Materi

Ternak percobaan. Ternak yang digunakan adalah 19 ekor

kambing kacang jantan yang memiliki karakter morfologi panjang badan

50,33 cm, tinggi pundak 52 cm, tinggi pinggul 58,4 cm dan lingkar dada

64,77 cm (Setiadi et al., 1997), dengan rata- rata umur delapan bulan.

Jenis kambing yang digunakan adalah kambing kacang yang memiliki ciri-

ciri ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri

tegak (Batubara et al., 1993), dengan berat badan awal rata- rata 16,71

kg.

Kandang percobaan. Kandang percobaan yang digunakan terdiri

atas satu unit kandang berbentuk panggung dengan petak-petak individu

berukuran 1,5 x 0,75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air

minum. Tempat pakan menempel di luar bagian depan dari petak individu,

sedangkan untuk tempat air minum digunakan ember yang dimasukkan ke

dalam kandang.

Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan duduk dengan merek

Camry kapasistas 10 kg dengan ketelitian 25 g untuk menimbang pakan,

timbangan berat badan merk Camry kapasitas 100 kg untuk menimbang

14
berat badan kambing. Chopper, parang, ember, rangkaian alat-alat

laboratorium.

Pakan. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan berupa jerami

kacang tanah (rendeng) yang dibeli dari petani di wilayah Sleman.

Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat komersial berbentuk pelet

dengan nama Gemuk A® produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia.

Pemberian pakan dihitung 3% bahan kering dari bobot badan untuk

kambing perlakuan kontrol, dengan perbandingan hijauan dan konsentrat

60:40, sedangkan untuk kambing perlakuan restriksi jumlah pakan yang

dberikan sebanyak 60%, sehingga jumlah pakan yang dikurangi adalah

40% dari kebutuhan total harian dalam bahan kering maka, pemberian

pakan dalam bentuk bahan kering tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi ransum perlakuan


Perlakuan (% BK dari BB ternak)
Bahan pakan BK BO PK TDN
PO P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2
Fase full
feeding dan 4,74 4,74 4,74 1,28 1,28 1,28 0,48 0,48 0,48 1,64 1,64 1,64
refeeding
Fase restriksi 2.92 2.92 2.92 0.76 0.76 0.76 0.28 0.28 0.28 0.98 0.98 0.98
Keterangan : BB : berat badan, BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, TDN : total digestible
nutrient, PO : control, P1 : restriksi 1 bulan, P2 : restriksi 2 bulan.
Air minum diberikan secara ad libitum serta dikontrol pada saat
pemberian pakan pagi dan sore. Komposisi hijauan dan konsentrat yang
diberikan pada kambing kacang saat penelitian disajikan pada Tabel 2.

15
Tabel 2. Komposisi kimia pakan penelitian
Bahan Komposisi
pakan BK (%) BO (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%)
Rendeng 28,47 18,73 16,09 24,68 7,56 65,96
Konsentrat 85,46 79,33 16,04 10,63 79,33 71,11
Keterangan : BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, SK : serat kasar,
LK : lemak kasar, TDN : total digestible nutrient.

Metode

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 sampai

Desember 2014, bertempat di kandang percobaan Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada. Analisis komposisi kimia pakan dilakukan di

Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada.

Pra-penelitian

Pra-penelitian dilakukan selama satu bulan dimaksudkan untuk

membiasakan ternak dengan lingkungan yang baru (adaptasi ternak).

Ternak di tempatkan pada kandang yang telah disediakan, kemudian

diberikan pakan berupa konsentrat dan hijauan sesuai kebutuhan.

Tahapan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap, dapat dilihat

skema penelitian pada Gambar 1. Tahap pertama yaitu pengurangan

pakan yang berlangsung selama satu bulan dan dua bulan. Jumlah pakan

yang dikurangi adalah 40% dari kebutuhan total harian dalam bahan

kering maka, jumlah pakan yang dberikan sebanyak 60%. Perbandingan

hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Tahap kedua berlangsung selama

16
satu bulan dan dua bulan, yaitu tahap pemenuhan kembali pakan sesuai

dengan 3% bahan kering dari berat badan ternak. Pakan hijauan kacang

tanah (rendeng) dan konsentrat diberikan secara ad libitum. Perubahan

dari proses full feeding ke restriksi dilakukan secara gradual, yaitu

penurunan pakannya dilakukan secara bertahap dilakukan selama satu

minggu pada akhir perlakuan. Hal yang sama dilakukan ketika

perpindahan dari pengurangan pakan ke tahap pemenuhan kembali

pakan.

Restriksi Refeeding
- P1 : 1 bulan - P1 : 1 bulan
-P2 : 2 bulan - P2 : 1 bulan

Pengambilan data

Data yang diambil selama penelitian adalah konsumsi pakan, bobot

hidup.

Konsumsi pakan. Konsumsi pakan dihitung dengan cara

mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan pakan sisa atau pakan

yang tidak dimakan. Pakan yang akan diberikan ditimbang terlebih dahulu,

sedangkan sisa pakan ditimbang pada sore hari untuk pakan yang

diberikan di pagi dan pagi hari untuk pakan yang diberikan pada sore hari.

17
Bobot hidup. Bobot hidup diambil setiap satu minggu sekali

dengan cara menimbang berat badan ternak sebelum diberi pakan,

dilakukan pada pagi hari agar mendapat berat kosong ternak.

Kecernaan. Feses ditampung selama 24 jam selama periode

pengamatan, ditimbang. Contoh feses dijemur di bawah sinar matahari.

Pengamatan dilakukan selama 7 hari secara berturut pada akhir periode

restriksi dan refeeding, kemudian feses yang sudah kering dikomposit dari

setiap perlakuan untuk dianalisis bahan kering, bahan organik, protein

kasar, dan serat kasar. Koefisien cerna nutrien dapat dihitung dengan

formula :

a. Konsumsi Bahan Kering (BK) :

Konsumsi BK = (pemberian pakan x % BK) - (sisa pakan x % BK)

b. Konsumsi Bahan Organik (BO)

Konsumsi Bahan Organik = Konsumsi bahan kering x % BO

c. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) :

(𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 −𝐵𝑂 𝑓𝑒𝑠𝑒𝑠 )


Kecernaan BK = x 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

d. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) :

(𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 −𝐵𝑜 𝑓𝑒𝑠𝑒𝑠 )


Kecernaan BO = x 100%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛

Rancangan Percobaan dan Analisis data

Rancangan Percobaan penelitian dilakukan dalam Rancangan

Acak Kelompok. Data yang diperoleh dianalisis variasi pola searah

menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows.

18

Anda mungkin juga menyukai