Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah kami. Selain itu juga untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa
dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri,sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa
dan pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,Konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudayamodern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektualyaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit,yang hasilnyadiperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalamannyata.
Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori pembelajaranBehaviorisme yang didukung
oleh Skinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku
apabila terdapat perubahan tingkah lakukepada pelajar, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini,
kemudiannya beralih kepadateori pembelajaran Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di
mana ide utama pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili melalui struktur
mentaldikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan informasi yang
diterima,difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema, ide ini akan diterima begitu juga
sebaliknya dan seterusnya lahirlah teori pembelajaran Konstruktivisme yangmerupakan pandangan
terbaru di mana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada
pada mereka. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan
berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.
Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifatkontekstual daripada
absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu
perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan dibentukmenjadi pemahaman individual melalui
interaksi dengan lingkungan dan orang lain”. Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman,
dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting. Perspektif
konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil.
Hasil belajarsebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar
juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar
akanmempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. sebagai upayamemperoleh
pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitutindakan mencipta
sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan denganmemberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivismesebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa
yang dilalui dalam kehidupan kitaselama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Inimenyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak dipindahkan dariguru kepada murid
dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti pengalaman
masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripadausaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar
untuk murid.
Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada proses pengintegrasian
pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuanlama yang mereka milikig.
Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk menemukan berbagai
kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi
Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui
kerjasama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lamai.
Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas denganapa yang dialami
langsung oleh siswa
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajarmengajar adalah
sebagai berikut :1.
Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahankonsep ilmiah4.
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalanlancer5.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak bolehhanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya
sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengancara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan ataumenerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakanstrategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada
siswayang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi. Tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yangmemanjatnya.
Secara filosofis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi
sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-konyong.
Dalam proses belajar dikelas, menurut Nurhadi dan kawan-kawan (2004), siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstrusikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide. Siswa harus
menemukan dan menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu, maka
belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan “menerima”
pengetahuan.
Oleh karena itu, Slavin 1994 menyatakan bahwa dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus
terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran didalam kelas. Guru dapat
memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi
menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu, guru harus memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk
menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri.
Dalam otaknya, manusia memiliki sistem yang akan memaknai sesuatu (pengetahuan) yang berbeda
dengan individu manusia lain. Pemaknaan yang berbeda ini akan dihubungkan dengan pengalaman
dalam memori struktur otak. Pada saat belajar (pemaknaan pengetahuan), terjadi dua proses, proses
organisasi informasi dan proses adaptasi.
proses organisasi, proses ketika otak manusia menghubungkan informasi yang diterima dengan struktur
pengetahuan/memori yang sudah ada sebelumnya. Proses ini mampu memahami informasi baru dan
menyesuaikannya dengan memori sebelumnya.
Proses adaptasi
Kedua : Mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru,
sehingga terjadi keseimbangan (proses asimilasi dan proses akomodasi).
Proses ini ada dalam empat konsep dasar : skemata, asimilasi, akomodasi, keseimbangan (equilibrium)
3. Akomodasi : proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru,
menghasilkan skemata baru & berubahnya skemata lama, perubahan secara kualitatif.
4. Equilibrium (keseimbangan) : terjadi keseimbangan antara proses asimilasi & proses akomodasi
untuk mencapai struktur skemata yg stabil.
1. Periode sensoriomotor (usia 0-18/24 bulan). Bayi bergerak dari tindakan refleks instingtif pada
saat bayi lahir sampai pemikiran simbolis, membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui
pengalaman sensor tindakan fisik.
2. Periode preoperational (usia 2-7 tahun). Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata &
gambar
3. Periode operasional konkret (usia 7-11 tahun). Anak dapat berpikir logis tentang peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda dalam bentuk berbeda
4. Periode operational formal (lebih dari 11 tahun). Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih
abstrak dan logis serta lebih idealistik.
Belajar adalah adanya interaksi individu dan lingkungannya. Belajar melibatkan dua elemen penting.
Satu, belajar merupakan proses biologi dasar. Dua, proses psikososial sebagai proses yang berkaitan
dengan lingkungan sosial-budaya.
Stimulus yang didapatkan dari lingkungan ditangkap menggunakan alat indra untuk dapat menyerapnya,
kemudian diolah oleh otak. Keterlibatan fisik dan otak dalam mengelola informasi merupakan proses
secara fisik-psikologi sebagai elemen dasar dalam belajar. Ada Zone Proximal, suatu tingkat yang dicapai
seorang anak ketika melakukan perilaku sosial. Zona dimana anak tersebut membutuhkan pertolongan
orang lain.
Ide dasar lain adalah scaffolding : adalah memberikan dukungan & bantuan kepada anak yang sedang
belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan setelah anak tersebut mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.
Perkembangan bahasa
1. Preintelectual speech : tahap awal, ditandai dengan adanya proses dasar (menangis, mengoceh,
gerakan tubuh/fisik) yang berkembang
2. Naïve psychology : tahap kedua, ketika mengeksplor objek2 konkret yang ditemukan
3. Egocentric speech : tahap selalu berbicara tanpa memedulikan orang lain. Terjadi pada umur 3
tahun
4. Inner speech : tahap dalam mengarahkan perilaku seseorang. Terjadi pada umur 5 tahun
Kesimpulan
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak
melalui pengalamannya dari hasil interaksidengan lingkungannya.Pembelajaran yang mengacu kepada
teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka. Bukan kepatuhansiswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru. Dengan katalain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan mereka melaluiasimilasi dan akomodasi.