Anda di halaman 1dari 21

TUMBUH KEMBANG ANAK

Pengertian :
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besar sel seluruh tubuh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnya
fungsi tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
(Whalay & Wong 1995)

Tahap-tahap tumbuh kembang anak dan ciri-cirnya :


a. Masa Prenatal : konsepsi-lahir
Germinal : konsepsi – 2 minggu
Embrionik : 2 – 8 minggu
Fetal : 8 – 40 minggu/kelahiran
Kecepatan tingkat pertumbuhan dan total ketergantungan menjadikan periode prenatal
menjadi sangat penting dalam proses perkembangan. Hubungan antara kesehatan ibu dan
wujud baru lahir menekankan pentingnya memperhatikan prenatal care.

b. Periode infant : dari lahir – 12 atau 18 bulan


Neonatal : lahir – 28 hari
Infant : 1 – 12 bulan
Ditandai dengan perkembangan motorik, kognitif dan perkembangan sosial. Bulan
pertama merupakan masa kritis. Penyesuaian fisik intra-extra uterin dan psikologis ibu.

c.Periode early childhood (masa anak awal) 1 – 6 tahun


Toddler : 1 – 3 tahun
Pra sekolah : 3 – 6 tahun
Periode ini terlihat anak mencapai gerakan yang meningkat sampai usia masuk sekolah.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi juga belajar menemukan bahasa dan
bersosialisasi, dependen-independen.

d. Middle childhood : 6 – 11/12 tahun


(Masa anak pertengahan) = masa sekolah
Perkembangan fisik, mental dan sosial pesat ditekankan pada perkembangan persaingan,
kerjasama sosial dan awal perkembangan moral. Mulai hubungan peer group. Tahap ini
merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri.

e. Later childhood : 11 – 19 tahun (masa anak akhir)


Prepubertas : 10 – 13 tahun
Adolesen : 13 – 18 tahun
Masa krisis : transisi. Periode maturasi seksual dan tubuh mencapai bentuk dewasa yang
sudah tetap (sex sekunder, identitas diri). Tahap ini “aku” meninjol, tetapi sesungguhnya
belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang anak :


1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan
a. Prenatal
- Nutrisi ibu hamil
- Mekanis
- Toksin/zat kimia
- Endokrin
- Radiasi
- Infeksi
- Stress
- Imunitas
- Anoksia embrio
b. Post Natal
• Biologis
- Ras, umur, gizi
- Kepekaan terhadap penyakit
- Penyakit kronis cacat
- Faktor metabolisme
- Hormon

• Fisik
- Geografis
- Sanitasi
- Radiasi

• Psikososial
- Stimulasi
- Teman sebaya
- Sekolah

Pola Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Directional Trend (Mengikuti arah)
Prinsip-prinsip meliputi :
a. Cephalocaudal atau head to tail
Direction (dari arah kepala ke kaki)
Misalnya : mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan
menggerakkan extremitas bagian bawah.

b. Proksimodistal atau near to far direction


Menggerakkan anggota gerak yanga paling dekat dengan pusat dan pada anggota
gerak yang lebih jauh dari pusat.
Misal : bahu dulu baru jari-jari.

c. Mass to specifik atau simple to complex


Menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian daerah yang lebih
komplex.
Misal : mengangkat bahu dulu kemudian jari-jari yang sulit atau melambaikan
tangan baru bisa menggerakkan jarinya.

2. Sequental Trends (Mengikuti tahapan)


Sequense dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara
teratur dan kontinyu/berurutan. Semua anak normal melalui fase ini, setiap fase
dipengaruhi oleh fase sebelumnya.
Misal : tengkurap – merangkak – berdiri - berjalan

3. Masa sensitif
a. Masa kritis
Masa apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan digantikan pada
masa berikutnya.

b. Masa sensitif
Mengarah pada perkembangan mikroorganisme.
Misal : pada saat berkembangnya otak, ibunya menderita maka kemungkinan anak tsb
akan menderita hidrocephalus/encephalitis.

c. Masa optimal
Suatu masa yang diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya.
Misal : anak usia 3 tahun saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-
bacaan/gizi yang tinggi, maka anak itu akan mencapai perkembangan yang optimal.
Perkembangan ini pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak.
Contoh : ada yang bisa bicara dulu baru berjalan.

Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang


Proses tumbuh kembang
1. Berkesinambungan dan sistematik
2 Terus menerus dan kompleks
3. Khusus, berlainan setiap orang
4. Mencakup aspek kuantitas dan kualitas
5. Memerlukan pengalaman-energi
6. Terjadi melalui adaptasi-konflik
7. Menghasilkan individualitas dari interaksi herediter genetik dan lingkungan
8. Hasil tumbuh kembang, pencapaian potensi individu

Pertumbuhan Fisik
Tinggi + berat badan
Lingkar kepala
Jumlah cairan tubuh
Perubahan suhu dan metabolisme
Pertumbuhan tulang, otot, jaringan limfoid, lemak, gigi.

Pertumbuhan
Panjang badan
 Panjang badan lahir (Indonesia) kurang lebih 48 cm
 Tahun I + 23 cm ---- 71 cm
 > 3 tahun : PB = 80 + 5 n cm (n = usia – tahun)

Usia 1 tahun = 1 ½ x PB lahir


4 tahun = 2 x PB lahir
6 tahun = 1 1/2 x PB 1 tahun
2-12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

Berat badan
 Berat badan lahir : 3000 gr
 Kenaikan berat badan
Triwulan I : 600 - 1000 gr/bulan
II : 500 - 600 gr/bulan
III : 350 - 450 gr/bulan
IV : 250 - 350 gr/bulan

 Berat badan usia 4 – 5 bulan : 2 x BB lahir


1 tahun : 3 x BB lahir
2 1/2 tahun : 4 x BB lahir
6 tahun : 2 x BB 1 tahun

BB = 8 + 2n Kg

Berat Badan
3 – 12 bulan : umur (bulan) + 9
2 Lingkaran kepala ---- pertumbuhan otak
1 – 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8 Lahir : 33 cm
2 tahun : + 2,5 cm/tahun
6-12 tahun : umur (tahun) x 7 - 5 3 – 5 tahun : + 1,25 cm/tahun
2 10 tahun : 53 tahun
Dewasa : 55 – 58 cm
Stimulasi Perkembangan Balita

Dilakukan oleh orang-orang terdekat di lingkungan anak: ayah, ibu, anggota keluarga yang
lain.

Manfaat :
 Mengarahkan perkembangan anak
 Mencegah terjadinya kelambatan perkembangan anak
 Mencerdaskan anak sambil meningkatkan rasa kasih sayang

Prinsip-prinsip dalam melakukan stimulasi


 Laksanakan dengan rasa cinta dan kasih sayang sambil bermain + menikmati
kesenangan bersama.

 Dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan ------- dimulai dari tahap


perkembangan yang telah dicapai.

 Bila perlu alat ----- gunakan alat yang aman sesuai kebutuhan

Menilai Tumbuh Kembang Anak :


- Memeriksa BB, TB/PB
- Mengukur lingkar kepala
- Perubahan bentuk tubuh
- Memperhatikan rambut
- Memperhatikan gigi
-------------------------- KMS

- Kemampuan :
 Gerakan – kasar, halus
 Berbicara
 Kecerdasan
 Menolong diri sendiri
 Bergaul

- Dilakukan tanpa paksaan, rasa marah/hukuman bila anak tidak mampu melakukan
kegiatan yang diminta.
- Beri pujian bila anak berhasil melakukan tugas dengan baik
- Hindari kebosanan dengan menciptakan suasana segar dan bervariasi

 Berjalan sendiri
tanpa jatuh

• Berjalan
Merambat yang akan
dicapai
‫ ٭‬Duduk dengan saat ini
kepala tegak

* Mengangkat kemampuan
kepala tegak anak
Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Terdapat berbagai pandangan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berikut ini akan diuraikan teori perkembangan psikoseksual, psikososial, kognitif, dan
perkembangan moral.

Perkembangan psikoseksual (Freud)


Freud mengemukakan bahwa perkembangan psikoseksual anak terdiri atas fase oral
fase anal, fase falik, dan fase genital. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu.
1. Fase oral (o sampai 11 bulan)
Selama fase bayi, sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas oral, seperti
mengisap, menggigit, mengunyah, dan mengucap.
Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral akan mempengaruhi fase
perkembangan berikutnya. Penanaman identitas gender pada bayi dimulai dengan adanya
perlakuan ibu atau ayah yang berbeda, misalnya bayi perempuan cenderung diajak
berbicara lebik banyak daripada bayi laki-laki, sementara ayah lebih banyak melakukan
aktivitas motorik pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan, misalnya dengan
mengangkat dan menjunjung bayi ke atas.

2. Fase anal (1 sampai 3 tahun)


Kesenangan anak selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses,
bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian
waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.

3. Fase falik ( 3 – 6 tahun )


Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitive.
Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Selain
itu untuk memahami identitas gender, anak sering meniru ibu atau bapaknya,misalnya
dengan menggunakan pakaian ayah dan ibunya. Secara psikologis pada fase ini mulai
berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrisnya.

4. Fase laten (6 sampai 12 tahun)


Selama periode ini anak menggunakan energi fisiknya dan psikologisnya yang
merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman melalui aktivitas
fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman
dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki dengan anak laki-laki. Pertanyaan anak
tentang seks semakin banyak mengarah pada system reproduksi. Dalam hal ini orang tua
harus bijaksana dalam merespons yaitu menjawab dengan jujur dan hangat.

5. Fase genital (12 sampai 18 tahun)


Tahapan akhir masa perkembangan menurut Freud adalah tahapan genital ketika anak
mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses kematangan organ reproduksi dan
produksi hormone seks.

Perkembangan psikososial (Erikson)


Perkembangan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah dengan
menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial, yaitu :
1. Percaya versus tidak percaya (0 sampai 1 tahun)
Penanaman rasa percaya hal yang sangat mendasar pada fase ini. Terbentuknya rasa
percaya diperoleh dari hubungan dengan orang lain dan orang yang pertama
berhubungan adalah orang tuanya, terutama ibunya. Belaian cinta kasih ibu dalam
memberikan perhatian dan memenuhi kebutuhan dasar yang konsisten terutama
pemberian makan disaat anak lapar dan haus adalah sangat penting untuk
mengembangkan rasa percaya. Ibu memerlukan dukungan terutama dari suami untuk
membina hubungan yang dekat dengan anak. Sebaliknya, anak akan mengembangkan
rasa tidak percaya pada orang lain apabila pemenuhan kebutuhan dasar tidak terpenuhi.
2. Otonomi versus rasa malu dan ragu (1 sampai 3 tahun)
Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh
dan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri
dengan menggunakan kemampuan yang sudah mereka miliki, seperti berjalan,
berjinjit, memanjat, dan memilih mainan atau barang yang diinginkannya. Pada fase
ini, anak akan meniru perilaku orang lain disekitarnya dan hal ini merupakan proses
belajar. Sebaliknya, perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa
dirinya kerdil atau saat mereka dipaksa oleh orang tuanya atau orang dewasa
lainnya untuk memilih atau berbuat sesuatu yang dikehendaki mereka.

3. Inisiatif versus rasa bersalah (3 sampai 6 tahun)


Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi
terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah
kemampuan untuk mengahasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah
akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehinga merasa tidak
puas atas perkembangan yang tidak tercapai.

4. Industry versus inferiority (6 samapai 12 tahun)


Anak akan belajar bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan
yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukannya bersama. Otonomi berkembang terutama awal usia 6
tahun dengan dukungan keluarga terdekat. Perubahan fisik, emosi dan social
berpengaruh terhadap body image. Penerimaan kelompok akan membantu anak
semakin mempunyai konsep diri yang positif. Kemampuan anak untuk berinteraksi
social lebih luas dengan teman di lingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan
perasaan sukses (sense of industry) tersebut.
Rasa inferior atau rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu mendapat
tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil memenuhinya. Selain itu, harga
diri yang kurang akan menjadi dasar yang kurang untuk penguasaan tugas-tugas di
fase remaja dan dewasa.
Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orang tua atau orang dewasa lainnya
terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan
perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.

5. Identitas dan kerancuan peran (12 sampai 18 tahun)


Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak yang
sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka
menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan
kelompoknya, bergaul dengan mengadopsi nilai kelompok dan lingkungannya,
untuk dapat mengambil keputusannya sendiri. Kejelasan identitas diperoleh apabila
ada kepuasan yang diperoleh dari orang tua atau lingkungan tempat ia berada, yang
membantunya melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak remaja,
sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan kerancuan
peran yang harus dijalankanya.

Perkembangan Kognitif (Piaget)


Perkembangan kognitif dibahas berdasarkan pada tahapan sensoris motorik,
praoperasional, concrete operational, dan formal operation.
1. Tahap sensoris-motorik (0 sampai 2 tahun)
Menghisap (sucking) adalah ciri utama pada perilaku bayi menangis, lalu ibu
menyusukannya dan anak terdiam. Kemudian, jika ibu menyusukan sambil
bernyanyi atau bersenandung, anak kemudian terdiam. Di lain waktu jika bayi
menangis dan ibu bernyanyi dan bersenandung, bayi juga terdiam. Dilain waktu jika
bayi menangis dan ibu menyanyi dan bersenandung, bayi juga terdiam. Jadi, bayi
belajar dan mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dengan dikondisikan
oleh lingkungannya. Pada tahap ini, anak mengembangkan aktivitasnya dengan
menunjukkan perilaku sederhana yang dilakukan berulang ulang untuk meniru
perilaku tertentu dari lingkungannya. Jadi perkembangan intelektual dipelajari
melalui sensasi dan pergerakan.
Tiga kejadian penting dari tahapan sensoris-motorik adalah perpisahan anak dengan
lingkungan seperti ibunya, ada persepsi tentang konsep benda yang permanen atau
konstan serta penggunaan symbol untuk memersepsikan situasi atau benda,
misalnya dengan menggunakan mainan.

2. Praoperasional (2 sampai 7 tahun)


Karakteristik utama perkembangan intelektual pada tahapan praoperasional didasari
oleh sifat egosentris. Anak usia 2-3 tahun mulai mengembangkan sebab akibat, trial
and error, dan mengintrepetasikan benda atau kejadian. Anak prasekolah (3 sampai
6 tahun) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki dunia sekolah.
Anak prasekolah berada pada fase preconceptual, anak sering menggunakan satu
istilah untuk beberapa orang yang punya ciri yang sama, misalnya menyebutkan
nenek untuk setiap wanita tua, sudah bongkok, dan memakai tongkat. Sedangkan
pada fase intuitive thought, anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang
dilakukannya. Satu hal yang harus diingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa
orang lain berpikir seperti mereka sehingga perlu menggali pengertian mereka
dengan pendekatan non verbal.

3. Concrete operational (7 sampai 11 tahun)


Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Kemampuan
berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali obyek atau situasi lebih
banyak untuk memecahkan masalah.
Anak sudah berpikir tentang konsep waktu dan mengingt kejadian yang lalu serta
menyadari kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum
mendalam, selanjutkan akan semakin berkembang diakhir usia sekolah atau awal
masa remaja.

4. Formal operation (11 sampai 15 tahun)


Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungannya.
Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau
symbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat
dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis, dan filosofis.
Pola berpikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang juga
memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.

Perkembangan Moral (Kohlberg)


Anak Toddler
Fase awal pre convensional beriorientasi pada hukuman dan kepatuhan, dimana gagasan
dibuat atas dasar untuk menghindari hukuman dan mendapat pujian. Hukuman yang
diberikan tidak pernah keras karena diarahkan untuk mendidik pengembangan kendali diri
membuat anak merasa puas. Anak biasanya menjadi seorang yang dapat diajak
bekerjasama, mandiri, percaya diri, kreatif dan ramah.

Anak Pra Sekolah


• Tidak mengerti prinsip-prinsip abstrak dengan benar
Contoh : api itu panas (sebelum memegang anak tidak mengerti)
• Tidak mematuhi peraturan-peraturan karena tidak mengerti
Contoh : Tidak boleh menonton TV terlalu dekat
• Mudah lupa akan peraturan orang tua yang diartikan oleh orang tua sebagai tidak patuh
• Belajar bagaimana bertindak tanpa mengetahui “mengapa”
• Tidak mempunyai rasa malu dan bersalah
Contoh : Sehabis mandi belum pakai baju langsung lari keluar
Anak Usia Sekolah
Kohlberg membagi tahap perkembangan moral anak yaitu : prakonvensional, konvensional
dan post konvensional. Pada usia sekolah anak masuk dalam tahap konvensional, pada
tahap ini anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau
tidak baik oleh orang lain.
Masyarakat adalah sumber yang menentukan apakah perbuatan seseorang itu baik atau
tidak, maka kalau mau diterima di masyarakat maka harus berbuat baik.
Anak mulai mempunyai keinginan untuk memperhatikan orang lain dan menyadari
kewajibannya untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan
pentingnya adanya norma-norma tersebut. Pengalaman yang ditemukan, anak mulai belajar
mentaati peraturan-peraturan yang diberlakukan, baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan.
Anak juga berani memprotes apabila peraturan yang berlaku tidak konsisten.

Masa Remaja
Perkembangan moral tingkat paska konvensional terjadi pada usia 13 tahun, ditandai
dengan perkembangan hati nurani individu dan penetapan nilai moral (kemampuan nilai
baik/buruk sesuatu)
Untuk pertamakalinya remaja dapat memahami konflik antara dua standar yang diterima
dan coba mengatasinya. Penguasaan diri terjadi secara internal baik terhadap standar yang
diamati dan alasan benar atau salah.

Perkembangan Relationship (Sullivan)


Usia 0-1 tahun
Interaksi pertama antara bayi dan figur ibu biasanya didapatkan dari ibu.
Hubungan dari kedua ini menurunkan rasa percaya pada hubungannya dengan kelompok
lain.

Anak Pra Sekolah


1. Selalu berusaha menyenangkan hati orang tua dan mengharapkan perhatian yang lebih
dari mereka.
Contoh : senang bila diminta tolong untuk melakukan sesuatu

2. Menunjukkan rasa sayang terhadap saudara kandung.


Contoh : orang lain tidak boleh menggendong atau membawa adiknya

3. Anak laki-laki lebih dekat dengan ayahnya atau menjadikan ayahnya sebagai figur
Contoh : bila bapaknya seorang polisi, ia ingin berpakaian dan bersikap seperti bapaknya

4. Peningkatan bakat yang tersendiri dan dengan senang diperlihatkan kepada orang tua
dengan mengharapkan pujian.

Anak Sekolah
Periode usia sekolah, anak mulai memasuki hubungan sosial yang lebih luas dengan teman
teman, guru, orang lain dalam kelompok.
Mereka menjalin hubungan yang spesial/khusus dengan grup lain, menjalin keakraban,
sharing dengan kelompok, memiliki teman sejati.
Pengalaman yang kita temui, anak mulai memiliki sahabat/teman dekat di sekolah, lebih
percaya kepada teman dari pada orang tua/orang disekelilingnya.
Anak mau mencurahkan perasaannya kepada sahabatnya.
Masalah-Masalah Yang Berhubungan Dengan Tumbuh Kembang Anak
Masalah-masalah umum
Bayi
1. Konstipasi, kolik
2. Teething
3. Bangun tengah malam
4. Thumb sucking

Toddler
1. Temper Tantrum
2. Toilet Training
3. Sibling rivalry
4. Negativism

Pra sekolah
1. School phobia
2. Sibling rivalry
3. Fear of dark

Remaja
1. Drug abuse
2. Sexual abuse

Masa Anak Awal


Toddler - Pra sekolah
(1-3 tahun) (3 – 6 tahun)

☻Perkembangan motorik terpenuhi


☻Belajar bahasa, hubungan sosial, kontrol diri, sistem nilai, dependen, independen
☻Membentuk konsep diri

Masa Anak Pertengahan


Masa Sekolah (6 – 12 tahun)
☻Mulai hubungan peer group
☻Perkembangan hubungan sosial, perkembangan moral
☻ Kritis, pembentukan konsep diri

Masa Anak Akhir


Pubertas - Adolesens
(10-13 tahun) (13-18 tahun)
☻Kritis ---- transisi
☻Pertumbuhan meningkat, sex sekunder
☻Identitas diri

Masa Bayi
1. Menghisap ibu jari tangan (thumb sucking)
2. Tumbuh gigi (teething)
3. Kecemasan/takut terhadap sesuatu yang belum dikenal
4. Perubahan telapak kaki ---- sepatu bayi
5. Kesulitan pemberian makan
☻Regurgitasi
☻Spitting up
☻Rumination
Thumb Sucking
◘ Aktifitas yang menyenangkan bagi bayi
------- tidak puas menyusu/minum susu botol
◘ Aktifitas ini ------ ada yang mulai sejak dalam kandungan
◘ menjadi masalah bila aktifitas ini terus ada : ------ Maloklusi gigi
------- Bentuk ibu jari terganggu
◘ Menghisap dot “empeng” ----- kadang upaya menenangkan anak ----- keliru
◘ Ketergantungan penggunaan dot ------ gangguan perkembangan bicara : mengurangi
keinginan untuk mulai berbicara
◘ Menghisap jari menetap ----- Masalah emosional orang tua-anak

Intervensi (controversial) :
1. Penggunaan zat yang pahit pada jari
2. Beri penguatan : hadiah, pujian perhatian untuk memperoleh tujuan yang diinginkan
3. Therapi Paradoxical ---- melihat kembali situasi yang tidak memberikan kepuasan bagi
anak.

Teething
☺Usia tumbuh gigi susu ----- bervariasi, keteraturan, bila diprediksi
☺ 2 (dua) tahun pertama : jumlah gigi = usia 6 bulan
☺ Proses fisiologis : Mahkota gigi ----- merobek membran periodontal
----- rasa tidak nyaman : ngiler, menghisap jari, menggigit, iritabel,
sulit tidur, menolak makan : “Panas, muntah, diare bukan gejala tumbuh gigi”

Intervensi :
☺ Mainan untuk digigit
☺ Minum/makanan ------ dingin
☺ Baby oral jel ----- topikal anestesi
☺ k/p analgetik sistemik

Perubahan Telapak Kaki


Masa Bayi
Bentuk tubuh kaki datar oleh karena lengkungan dilindungi bantalan lemak -----
pertumbuhan tulang kaki + otot ---- lengkungan + sepatu bayi ----- proteksi, tidak
menghambat pertumbuhan tulang otot ----- bahan lembut, fleksibel (daerah ibu jari), tidak
iritatif. Bagian depan/jari ----- ½ bundar.
Orang tua perlu menyadari penggunaan sepatu bayi yang tepat.

Regurgitasi
Keluarga kembali makanan dari lambung ke mulut, biasanya dikaitkan adanya sendawa
----- sesudah pemberian makanan.
◙ Diburem
◙ Tidak sering digendong
◙ Posisi tidur miring kanan, kepala pakai bantal tipis

Spitting Up
Dikeluarkannya makanan yang belum ditelan dari mulut segera setelah makanan masuk
----- mengurangi lecet pada sudut mulut, dagu, leher.
◙ Pasang alas makan
◙ Kebersihan kulit

Rumination
☼ Secara aktif dan sengaja mempertahankan
☼ Bisa menyebabkan keadaan malnutrisi
☼ Terjadi : - Mental retardasi berat
- Gangguan hubungan orang tua - anak
☼ Sebagai respons tingkah laku yang dikondisikan oleh karena meningkatnya kebutuhan
stimulasi diri/perhatian orang tua
☼ Terapi :
• Psikoterapi ---- memperbaiki kemampuan pengasuhan
• Modifikasi pola makan
• Perhatian meningkat (sebelum-selama-sesudah) makan

Toddler
1. Temper Tantrum
2. Toilet Training
3. Negativism
4. Sibling Rivalry

1. Temper Tantrum
Tingkah laku marah/protes ----- keinginan tak terpenuhi ----- upaya toddler menunjukkan
sikap independent : - berbaring/berguling di lantai
- menendang
- menjerit sekuatnya
- tahan napas

Mengatasi :
♦ Mengabaikan selama tingkah laku tidak membahayakan (diri, lingkungan)
♦ Sikap tegas + konsisten orang tua
♦ Perlu rasa aman dan berkuasa atas sesuatu
♦ Dihindari ----- memberi persyaratan bila meminta sesuatu
♦ Ajak kegiatan yang menyentuh perasaan ----- bacakan buku cerita

Penting : Merupakan perkembangan tingkah laku normal


Sering : waspada sebagai tanda adanya masalah

2. Toilet Training
Suatu proses membantu anak untuk mengontrol keinginan bab/bak dan
mengidentifikasi kebutuhan bab/bak serta dapat menolong dirinya sendiri

♦ Melatih anak bab/bak secara teratur


♦ Membiasakan anak bab/bak pada tempatnya kapan mulai? “Bila anak sudah siap”

Peran dan sikap orang tua


♦ Kesabaran
♦ Memberikan kepercayaan
♦ Membiarkan anak berkembang sesuai usianya
♦ Bimbingan ----- kebersihan, wc
♦ Pujian
♦ Membantu

Faktor yang mempengaruhi training


1. Usia anak
2. Faktor perkembangan
3. Faktor lingkungan ----- kebudayaan/budaya
4. Sikap orang tua mendukung anak

Tanda anak siap Toilet training


1. Kesiapan fisik
♥ Dapat mengontrol spincter ani (18-24 bulan)
♥ Dapat menahan selama 2 jam
♥ bab teratur
♥ Dapat duduk, jalan, jongkok
♥ Mampu melepas dan mengenakan pakaian

2. Kesiapan mental
♥ Dapat mengenali rasa ingin bab/bak
♥ Dapat mengkomunikasikan verbal/non verbal
♥ Dapat menerima dan mengikuti petunjuk

3. Kesiapan psikologis
♥ Dapat mengexpresikannya ke orang tua
♥ Dapat duduk 5-10 menit tanpa marah
♥ Ingin tahu tentang kebiasaan orang tua/kakak
♥ Tidak sabar bila celana basah ----- ingin cepat ganti pakaian

4. Kesiapan orang tua


♥ Mengenali tingkat kesiapan anak
♥ Keinginan menyediakan waktu untuk training anak
♥ Keluarga tidak sedang mengalami stress
Misal : - pindah rumah
- adik baru
- perceraian

Tehnik menggunakan Toilet Training


1. Menggunakan pot kecil/toilet ---- di kamar mandi
2. latihan berlangsung 5-10 menit (orang tua sebaiknya menunggui)
3. Selesai latihan diikuti dengan cara membersihkan diri
4. Pujian jika anak bisa bab/bak

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan Toilet training


1. Bentuk pispot ----- membuat anak merasa nyaman dan aman. Jika di toilet ---- posisi
2. Kebiasaan bab ----- waktu diperhatikan. Jika telah waktunya anak segera diajak untuk
bab di pot yang ada
3. Komunikasikan dengan kata-kata sederhana dan mudah dimengerti oleh anak ---- anak
tahu apa yang diharapka orang tua.
4. Sebaiknya anak tidak diberi kesibukan saat dilakukan toilet training
5. Jangan menghukum jika anak tidak dapat melakukan toilet training dengan baik
6. Jangan memaksa anak untuk duduk di toilet/melakukan toilet training ----- tunggu
sampai anak benar-benar siap.
7. Toilet training hendaknya tidak dimulai jika keluarga sedang mengalami tekanan
(masalah)
8. Pakaian (baju/celana) yang mudah dilepas
9. Bak : - mengurangi monum sebelum tidur
- membangunkan tengah malam untuk bak
- tidak boleh ditahan jika ingin bak saat tengah malam
10. Anak pria----- bak berdiri, anak wanita ---- bak jonggok
11. Cuci tangan setelah bak/bab

3. Negativism
- Suatu respon anak toddler ----- jawaban selalu negatif “tidak” untuk setiap
ajakan/permintaan
- Menampilkan “self control”

Anticipatory Guidance
♥ Hindarkan pertanyaan dengan jawaban ya/tidak
♥ Jawaban pertanyaan ---- pilihan
♥ Tidak menyuruh anak bila kecapaian/lapar
4. Sibling Rivalry
Keluarga baru “Adik” ----- krisis terutama pada Toddler
Tidak benci pada bayi tetapi perubahan karena kelahiran tersebut :
- Kasih sayang terbagi ----- perhatian pada bayi
- Kebiasaan rutin kacau
- Kehilangan tempat tidur
Usia 5 tahun ----- adaptasi untuk masuk sekolah + adanya adik ---- krisis meningkat

Penatalaksanaannya :
1. Persiapan 1 – 2 bulan menjelang kelahiran bayi
☻Tahu perubahan perut ibu
☻ Gambar pertumbuhan janin
☻ Ajak :
- merasakan gerak janin
- kontak dengan bayi lain
☻ Bermain dengan boneka
☻ Ibu hamil tua ----- siap pindah tempat tidur/kamar
☻ Kenaikan kegiatan lain setelah bayi lahir ----- tekankan tugas rutin tidak
terganggu
☻ Libatkan perawatan bayi
☻ Awasi saat anak berinteraksi

Masalah berbicara “Stuttering”


Usia 2-4 tahun : periode krisis perkembangan ---- perkembangan perbendaharaan kata yang
cepat dalam berinteraksi dengan lingkungan tidak selaras kamampuan mental ----- ada saat
terdian didalam mencoba mengungkapkan akata-kata.
Keadaan ini masih merupakan karakteristik perkembangan bahasa yang normal.
Bisa berubah sampai dengan usia 7 tahun.

Pencegahan dilakukan sejak dini :


1. Memandang keraguan berbicara/gagap sebagai bagian perkembangan
2. Mengajak anak untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara
3. Memberi cukup waktu, perhatian saat anak berbicara, tidak mengkritik
4. Melatih bebicara secara jelas dan artikulasi baik ----- tetapi jangan memaksa harus
sempurna
5. Identifikasi bila gagap
6. Beri penguatan + ----- anak berbicara
7. Hindari membantu ---- suplai kata saat ada hambatan
FEARS

dan bervariasi ----- pra sekolah

Terhadap : - hal-hal nyata


- khayalan

Misal : 1. Gelap
2. Berada seorang diri
3. Binatang
4. Setan (Ghost)
5. Obyek/orang ----- rasa sakit

Penyebab nyata : tidak diketahui


Piaget : tipe daya pikir anak (pra konseptual)
Freud : Castration complex

Mengatasi :
☻ Melibatkan secara aktif anak untuk menemukan ---- metode praktek
- Pasang lampu di kamar
- Menempatkan mainan di kran, tempat mandi
- Demonstrasikan benda yang lebih besar (tidak dapat masuk ke saluran)
- Berkhayal ---- gembaran menyenangkan
- “Reward” ---- keberanian anak

Sexual Abuse

Adalah mengajak, merayu, ataupun memaksa anak untuk bertingkah laku sexual secara
terbuka (walaupun berupa rangsangan) dapat berupa :
- Perzinahan, incest
- Exhibitionis
- Menyentuh, mencium, memainkan
- Pornografi, Prostitusi

===&&&&===
PENGARUH BERMAIN PADA TUMBUH KEMBANG ANAK

Pengertian :
Menurut Miller BF & Keane CB (1983), bermain adalah mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari.
Foster (1989) bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri
untuk memperoleh kesenangan.

Kesimpulan :
Bermain merupakan keinginan dalm mengatasi konflik dari anak yang tidak disadari serta
dialami dengan suatu kepuasan. Dengan bermain anak dapat menemukan dan mengatur
kelangusngan hidup tumbuh kembangnya. Permainan yang tidak dinikmati menyebabkan
tumbang tidak berlangsung dengan baik.

Klasifikasi bermain :
Menurut isinya terbagi menjadi :
☻Sosial afektif play
- Anak belajar memberi respons terhadap respons yan diberikan oleh lingkungan
terhadapnya dalam bentuk permainan. Misal : orang tua bebicara dan memanjakan dan
anak tertawa senang.
☻ Sense of plesure play
- Anak akan memperoleh kesenangan dari obyek yang ada disekitarnya, misal : anak
bermain air atau pasir
☻ Skill play
- Merupakan permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh
keterampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang. Misal :
mengendarai sepeda.
☻ Dramatic play atau Role play
- Anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misal : menjadi ayah, ibu,
perawat, dokter atau guru.

Menurut karakteristik sosial, bermain terdiri :


☼ Solitary Play
☼ Paralel Play
☼ Assosiatif Play
☼ Cooperatif Play

☼ Solitary Play
Dilakukan oleh Todler merupakan jenis permainan dimana anak bermain sendiri
walaupun ada beberapa orang lain bermain disekitarnya.

☼ Paralel Play (Permainan sejenis)


Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak
ada saling tergantung.

☼ Assosiatif Play
Merupakan permainan anak bermain dalam kelompok dengan aktifitas yang sama
tetapi
belum terorganisir dengan baik. Jadi belum ada pembagian tugas diantara anak dan
anak bermain sesuai dengan keinginannya. Anak saling meminjam dan memberikan
alat permainan.
Contoh : dua orang anak bermain boneka dan saling meminjam sambil
berbicara/berinteraksi dengan bahasa yang sederhana.
☼ Cooperatife Play
Anak bermain bersama dengan jenis permainan yang terorganisir, terencana dan ada
aturan-aturan tertentu. Permainan dilakukan oleh anak usia sekolah/remaja. Anak
bermain dalam kelompok dengan anak yang lain anak diskusi dan melakukan aktifitas
untuk tujuan tertentu.

Bermain dan Manfaatnya bagi Perkembangan Anak


Bermain akan membantu :
1. Perkembangan kognisi/intelektual
♦ Bahasa
- Resetive ---- memahami apa yang dikatakan orang lain
- Expresive --- mengungkapkan perasaan, pendapatnya.
- Perbedaan kata

♦ Belajar konsep : warna – ukuran ----- bentuk ----- arah------ urutan -----pengelompokan.
♦ Kreatifitas
♦ Experiment
♦ Explorasi

2. Perkembangan motorik
♦ Kasar
♦ Halus

3. Perkembangan sosial
♦ Komunikasi
♦ Relasi
♦ Penyelesaian masalah
♦ Peran sosial

4. Perkembangan kepribadian
♦ Ketekunan
♦ Konsentrasi
♦ Konsep diri
♦ Penyaluran emosi
♦ Moral
♦ Murah hati
♦ Jujur
♦ Sportif

5. Perkembangan fisik
♦ Otot tubuh lebih kuat
♦ Indra lebih peka
♦ Energi lebih teratur
BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Pengertian terapi berrmain :


Pilliteri (1994) th/bermain adalah tehnik permainan yang digunakan untuk menolong anak
agar dapat mengungkapkan perasaannya, berfikir dan meningkatkan motivasi melalui
permainan.

Tujuan : Pilliteri 1994


1. Dapat melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan sehingga kelangsungan
tumbuh kembang dapat berjalan dengan baik.
2. Dapat mengembangkan kreatifitas, pengalaman bermain yang tepat.
3. Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena penyakit di rumah sakit

Prinsip Bermain di Rumah Sakit


1. Tidak banyak energi, singkat, sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Permainan tidak bertentangan dengan program th/
5. Waktu bermain melibatkan orang tua/keluarga

Keuntungan Bermain di Rumah Sakit :


1. Meningkatkan hubungan perawat dan klien
2. Memulihkan rasa mandiri
3. Dapat mengekspresikan rasa tertekan
4. Bermain terapeutik ----- meningkatkan penguasaan pengalaman yang terapeutik.
5. Permainan kompetesi ----- menurunkan stress
6. Membina tingkah laku positif di Rumah Sakit
7. Alat komunikasi antara perawat dan klien
KONSEP DAN DASAR KOMUNIKASI

Komunikasi therapeutik pada keperawatan Pediatrik


Pengertian :
Adalah hubungan interpersonal dimana perawat klien memperoleh pengalaman belajar
bersama serta memperbaiki pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman
emosional klien, mempunyai tujuan spesifik. Saling membagi perasaan, pikiran, perilaku
untuk membentuk keintiman yang teurapetik dan berorientasi pada masa sekarang

Ciri-ciri komunikasi therapeutik


◙ Empaty
- Kemampuan untuk mengerti sepenuh perasaan orang lain
- Dapat terlihat secara non verbal
- Rasa empaty akan memotivasi untuk menolong orang lain

◙ Trust
- Respek terhadap ketenangan orang lain, berhasrat berbuat sesuatu yang dapat
dipertanggung jawabkan
- Cenderung menimbulkan perasaan percaya orang lain
- Kejujuran sangat penting

◙ Validasi
- Menegaskan kembali tentang pesan yang sudah disampaikan
- Terjadi apabila menerima, memberi respek

◙ Perhatian
- Keterlibatan emosi dan diexpresikan
- Secara non verbal --- memandang, mengangguk dan perabaan

Komunikasi pada anak sehubungan dengan perkembangan proses pikir


Masa bayi :
1. Komunikasikan non verbal lebih dominan
2. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat
diinterpretasi oleh orang sekitar.
Misal : bayi menangis karena lapar atau kesakitan maka ibu mengelus,
menggendong.

Bayi kurang 6 bulan


- Menggerakkan tangan, kaki, menendang ---- untuk mendapatkan perhatian
---- tepuk-tepuk

Bayi lebih 6 bulan


1. Takut pada orang asing
2. Berpusat pada irinya dan ibunya

Anak kurang 5 tahun


1. Sangat egosentris, berpusat pada dirinya
2. Takut terhadap ketidaktahuan
3. Belum fasih berbicara

- Beritahu apa yang akan terjadi pada dirinya


- Beri kesempatan untuk memegang sesuatu
- Gunakan kata-kata simple, singkat dan yang dikenal
- Beri pujian untuk hal-hal yang tercapai
- Pandangan mata sejajar
Usia sekolah (5-8 tahun)
1. Hanya percaya pada apa yang dilihat dan diketahui, tanpa perlu penjelasan yag lebih
mendalam.
2. Tertarik pada aspek fungsional dari semua prosedur, obyek aktifitas (mengapa,
bagaimana, untuk prosedur tsb dilakukan)
3. Sangat memperhatikan kebutuhan tubuh, sangat peka terhadap yang mengancam
dan menyakitkan tubuh ----- beri pendekatan yang positif.

Anak usia remaja


1. Mempunyai pola pikir dan tingkah laku peralihan anak ke dewasa
2. Bila terjadi stress maka akan didiskusikan dengan teman sebaya mengenai masalah
dengan orang dewasa dan luar keluarganya, terbuka terhadap perawat
3. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya.
- Memberi support penuh perhatian
- Jangan melakukan interupsi
- Expresi wajah tidak menunjukkan heran
- Hindari pernyataan yang menimbulkan rasa malu
- Jaga privacy
- Waktu wawancara anak dan orang tua diikutsertakan, jika dilema anak dan orang
tua, perawat harus mengklarifikasi.

Teknik berkomunikasi dengan anak


1. Melalui orang ketiga tidak logis bertanya pada anak
2. Bercerita : - Bahasa mudah dimengerti
- Tehnik menarik
- Perlihatkan gambar
3. Biblio th/
Buku/majalah membantu anak mengexpresikan perasaan dan melakukan aktifitas
sehubungan dengan cerita di dalam buku.
4. Menyebutkan keinginan sehingga perawat akan mengetahui apa yang diinginkan klien
5. Ranting scala khusus untuk anak usia sekolah digunakan untuk mengkaji rasa sakit, sedih
dan gembira
6. Pro dan kontra, mengajukan satu situasi
Misal : situasi RS anak meminta menulis 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk.
7. Menulis, bagi yang tidak dapat mengungkapkan secara verbal
8. Menggambar, proyeksi kepribadian secara spontan
9. Bermain, sangat efektif dapat meningkatkan perkembangan, dapat menjalin hubungan
interpersonal dengan teman dan petugas.
Bayi : ciluk …… ba
Todler : Boneka tangan

Pendekatan umum pada anak sebelum dilakukan prosedur


1. Berbicara dengan ortu, seolah-olah tidak memperdulikan anak, lambat laun baru berpusat
pada anak.
2. Buat penilaian yang cocok ----- memuji pakaian
3. Cerita, sesuatu yang lucu / permainan simple
4. Gunakan permainan yang tidak menakutkan
5. Jika menginginkan beri pilihan
6. Memulai prosedur sambil bermain dari yang mudah sampai dengan yang menakutkan.

Komunikasi dengan Orang Tua


1. Mendorong orang tua untuk berbicara
- Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan anak dan factor-faktor yang
mempengaruhi kehidupan anak.
- Apa yang dilihat ibu sebagai masalah, harus dipikirkan perawat
- Untuk mengetahui perasaan ortu - gunakan pertanyaan terbuka
2. Foucusing
- Mengarahkan pada pokok pembicaraan, sambil memberi kesempatan pada ortu untuk
mengexpresikan perasaannya secara bebas.
3. Mendengarkan
- Menunjukkan perhatian dan konsentrasi baik verbal, maupun non verbal terhadap
seluruh aspek, komunikasi
4. Diam (silence)
- Memberi waktu untuk diam sehingga ortu dapat memikirkan apa yang hendak
diutamakan.
- Memungkinkan ortu untuk mengingat pikiran, perasaan atau mencari jawaban atas
pertanyaan.
5. Empaty
- Perawat mencoba apa yang dirasa oleh orang tua dengan memberi rasa aman
6. Meyakinkan kembali
- Meyakinkan bahwa ortu sudah berperan baik
- Sering terjadi anak sakit ortu cemas sehingga perawat meyakinkan perasaan ortu
7. Merumuskan masalah
Perawat dan ortu harus sepakat terhadap masalah yang muncul
8. Pemecahan masalah
Perawat sebagai fasilitator, ortu yang terlibat dalam pemecahan masalah akan lebih tepat
mengikuti tindakan lanjut.
9. Memberi petunjuk apa yang akan terjadi sehingga ortu mengetahui dan siap bila masalah
muncul.
10. Menghindari hambatan dalam komunikasi banyak hal yang menghambat komunikasi
yang akan memperagakan kualitas hubungan
Misal :
- Terlalu memberi saran
- Cepat mengambil keputusan
- Merubah pokok pembicaraan
- Membatasi pembicaraan dan melakukan intervensi

-----****-----

Anda mungkin juga menyukai