Anda di halaman 1dari 16

POLRES SUMEDANG

KLINIK PRATAMA POLRES SUMEDANG

PANDUAN LAYANAN
DI KLINIK PRATAMA POLRES SUMEDANG

KLINIK PRATAMA POLRES SUMEDANG


Jl. Prabu Gajah Agung No 48
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Dunia pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang
sangat berat, karena dalam situasi seperti ini harus mampu memberikan pelayanan yang baik
sedangkan disisi lain harus menghadapi krisis multi dimensional yang berkepanjangan serta
selalu dikaitkan dengan keadaan gedung, personil maupun material untuk meningkatkan mutu
pelayanan maupun dukungan, sesuai dengan fungsi dan tugas pokok kesehatan Polri.
Klinik Pratama Polres Sumedang terletak di Jl. Prabu Gajah Agung, Kecamatan
Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Klinik Pratama Polres Sumedang merupakan
sandaran pelayanan kesehatan tingkat pertama bagi anggota Polri, ASN Polri dan Keluarganya
serta masyarakat di sekitar wilayah Kabupaten Sumedang. Sebagai sarana kesehatan yang
berada di bawah naungan Bidokkes Polri, disamping tugas pelayanan kesehatan, Klinik
Pratama Polres Sumedang juga memiliki tugas dukungan kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan beberapa kebijakan yang terkait dengan hal tersebut agar tugas pokok dapat
berjalan dengan baik.
Globalisasi dan krisis ekonomi dan politik, sangat menentukan perkembangan
pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini. Dalam situasi seperti ini selaku Pimpinan tidak ada
tindakan yang paling tepat, kecuali melaksanakan manajemen efisiensi, dengan penajaman
skala prioritas. Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang Republik Indonesia No.24
tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Permenkes No.71 tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional, serta Permenkes No.46
tahun 2013 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

b. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis ini dibuat agar dapat menjadi acuan bagi seluruh aktifitas
pelayanan klinis yang dilaksanakan di Klinik Polres Sumedang, sehingga pada akhirnya
kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM).

c. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman klinis ini adalah seluruh komponen tenaga kesehatan yang ada di
Klinik Pratama Polres Sumedang, yang meliputi tenaga medis, tenaga non medis, dan tenaga
kesehatan lainnya.
d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan klinis di Klinik Pratama Polres Sumedang meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien terlebih
dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data sosialnya dan
dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di poli umum, poli gigi, KIA atau ruang tindakan terbatas.
3. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan diberi
resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat sesuai dengan yang
tertera dalam resep.

e. Batasan Operasional
Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa
mengharuskan rawat inap.
Pasien klinik yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kondisinya
dapat pulang ke rumah. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan tambahan terhadap
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan
ketepatan terapi terhadap pasien. Konsultasi adalah upaya memberikan pengertian dan
pengetahuan kepada pasien mengenai hal-hal yang harus diketahui berhubungan dengan
kondisi kesehatannya.
Adapun landasan hukum yang dijadikan dasar dalam pembuatan pedoman ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pelayanan Klinis


Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di Klinik Pratama Polres Sumedang antara lain
sebagai berikut:
1. Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di Klinik Pratama Polres Sumedang adalah tenaga medis yang
bersertifikat dan berkompeten dibidangnya. Tenaga medis yang dimiliki oleh Klinik Pratama
Polres Sumedang meliputi tenaga dokter, perawat, asisten apoteker, yang sudah lulus dari
pendidikan serta lulus dalam uji kompetensi organisasi profesi masing-masing.
2. Tenaga Non Medis
Untuk menunjang pelayanan perawatan di instalasi rawat jalan harus di dukung oleh
tenaga administrasi yang mendukung dalam pelayanan instalasi rawat jalan.
Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Klinik Pratama Polres
Sumedang :
PELAYANAN PROFESI PETUGAS
Poli Umum Dokter Umum 2
Perawat 4
Kefarmasian Asisten Apoteker 1

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


Dalam operasionalnya, Klinik Pratama Polres Sumedang menginduk langsung kepada
Bidokkes Polri dan memiliki tugas pelayanan kesehatan mencakup Personel Polri beserta
keluarganya, dan PNS Polri beserta keluarganya, juga masyarakat umum yang terdaftar di
BPJS. Klinik Pratama Polres Sumedang melayani pasien BPJS baik dinas, mandiri, maupun
umum.
Dokter setiap hari bertugas di poli umum. Klinik Pratama Polres Sumedang memiliki 2
orang dokter. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang menjadi tugas
keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya, maka akan didisposisi untuk
melaksanakan tugas tersebut, sehingga pelayanan umum masih dapat dilayani oleh 1 orang
dokter.
Klinik Pratama Polres Sumedang memiliki 4 orang perawat umum. Perawat setiap hari
melakukan tugasnya sesuai bidang di poli masing-masing. Perawat poli umum melakukan
anamnesis singkat tentang keluhan pasien dan mengukur tanda-tanda vital sebelum kemudian
pasien didistribusikan ke ruang periksa dokter.
Klinik Pratama Polres Sumedang memiliki 1 orang petugas kefarmasian yaitu asisten
apoteker yang bertugas melayani resep obat pasien, dan 1 orang tenaga administrasi yang
bertugas menyelesaikan segala sesuatu terkait administrasi Rekam Medis
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Denah Gedung 1

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Poli umum yang terletak di dalam gedung memiliki 1 ruang pemeriksaan dokter,
termasuk didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di bagian depan ruangan ini/di sisi
pintu masuk terdapat meja anamnesa pasien sekaligus pemeriksaan awal oleh
perawat.Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas.
Ruang pemeriksaan poli gigi memiliki 1 dental unit yang dapat digunakan secara
maksimal oleh 1 orang dokter gigi, untuk menangani pasien-pasien poli gigi. Ruang poli gigi
dilengkapi dengan AC, sterilisator, almari alat.
Ruang farmasi terdiri dari 1 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan ruang
tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat dilengkapi dengan almari obat, meja
peracikan obat dan almari es, sedangkan ruang penyimpanan obat dilengkapi dengan rak-rak
penyimpanan obat.
2. Peralatan
RUANGAN ALAT
Poli Umum Tensimeter
Stetoskop
Termometer
Senter
Hammer reflex
Timbangan
Pengukur tinggi badan
Metline
Sterilisator
Hecting set
Otoscope
Tabung oksigen
Poli Gigi Tensimeter
Stetoskop
Dental unit
Scalling set
Tang rahang dewasa
Tang rahang anak
Bor gigi
Apotek Timbangan obat
Blender
Laminator
Kalkulator
Kertas perkamen
Laminator
Plastik obat
Pendaftaran Komputer
Printer
Mesin nomor antrian
Kipas angin
Rak status
Buku register

·
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

1. POLI UMUM
a Petugas Dokter umum
. penanggung jawab Perawat
b Perangkat kerja Tensimeter Saturasi Oksigen Pita Ukur
. Stetoskop Termometer
c. Tata laksana  Petugas melakukan pemanggilan pasien.
 Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui
keluhan dan kondisi pasien lebih lanjut dan
memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan
menuju meja dokter.
 Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Bila dokter merasa
pasien perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut,
maka dokter akan membuat surat rujukan baik
internal atau eksternal dan memberikannya kepada
pasien. Bila tidak, maka pasien mendapatkan resep
sesuai kondisi penyakitnya.

2. POLI GIGI
a. Petugas Dokter gigi
penanggung jawab
b. Perangkat kerja Dental unit
Diagnostik set
Tensimeter
Stetoskop
c. Tata laksana  Petugas menekan tombol panggilan poli.
 Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan
tanda vital pasien dan mencatatkannya di rekam
medis.
 Pasien disiapkan di kursi gigi untuk diperiksa dokter.
 Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien
dan mencatatkannya di rekam medis. Bila pasien
memerlukan tindakan perawatan gigi, maka dokter
gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak dan pasien
membutuhan obat, maka dokter akan menuliskan
resep untuk pengambilan obat di farmasi.

3. Farmasi
a Petugas Asisten apoteker
. penanggung jawab
b Perangkat kerja Alat tulis
. Plastik obat
Blender obat
Kertas perkamen
c. Tata laksana  Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang
telah disediakan dan menunggu obat disiapkan.
 Petugas mengambil lembar resep dan membacanya
untuk memastikan resep dapat dibaca dengan jelas
dan obat-obat yang tertulis di dalam lembar resep
tersedia.
 Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka
petugas akan menanyakan kepada
 petugas yang menulis resep.
 Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di
resep dan memasukkannya ke dalam bungkus
plastik, menuliskan informasi penggunaan obat di
bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
 Sambil menyerahkan obat, petugas juga
menyampaikan informasi yang perlu diketahui pasien
atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan
obat.

BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu didukung oleh
penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan
masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah
dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Klinik
Pratama Polres Sumedang yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan tanggal
lahir pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan tindakan dan prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien adalah sebagai berikut:


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR yang disesuaikan dengan tanda
pengenal resmi. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi khusus, yakni
pasien lanjut usia.

Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:


Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum melakukan
prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh :” Nama bapak siapa?” “Tolong sebutkan tanggal
lahir Bapak”. Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan kepada
penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di klinik:
a. Menggunakan teknik SBAR (Situation – Background – Assessment – Recomendation) dalam
melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pemberi layanan.
 Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
 Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
 Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.

b. Komunikasi Verbal (Write down/tulis, Read back/baca kembali)


 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/ laporan.
 Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh penerima
instruksi/ laporan.
 Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu pemberi instruksi/
laporan.
 Untuk istilah yang sulit atau obat – obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike) diminta
penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya : UBRETID.

S
Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien, umur, dan lokasi)………….
Masalah yang ingin disampaikan…..
Tanda- tanda vital :
B
Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:…
Alat Bantu…
A
Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi dan katakan penilaian anda.
R
Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan…

3. MENINGKATKAN KESELAMATAN PENGGUNAAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI


(HIGH ALERT)

Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah :


1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan obat yang perlu diwaspadai:
Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan yang jelas
berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert”.
Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert” dan
khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus
diencerkan sebelum diberikan.”
Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA. Tidak menyimpan obat
kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan.Biasakan mengeja nama
obat dengan kategori LASA saat menerima/memberi instruksi.
Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi:
Elektrolit Pekat
- MgSO4 20%
Golongan Opioid
- Fentanil
- Kodein HCl
Antikoagulan
- Miniaspi
Obat Hipoglikemia Oral
Obat Agonis Adrenergik
- Epinefrin
Anestetik Lokal
- Lidocain

5. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5
MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh, ekskreta, dan
selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala, kacamata pelindung, apron/ jas,
dan sepatu pelindung.

6. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan oleh
perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat rIsiko jatuh pasien guna
mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka


tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di Klinik Pratama Polres Sumedang semakin
tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM), pengunjung/pengantar pasien, pasien dan
masyarakat sekitar ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di Klinik Pratama Polres Sumedang yang tidak memenuhi standar.
Klinik Pratama Polres Sumedang sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165:”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di
atas, maka pengelola tempat kerja di FKTP mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga
kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. FKTP
harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di FKTP.
Program keselamatan kerja di Klinik Pratama Polres Sumedang merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan Klinik Pratama Polres Sumedang, khususnya dalam hal
kesehatan dan keselamatan bagi SDM, pasien, pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat
sekitar.

Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Klinik Pratama
Polres Sumedang, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan FKTP berjalan baik dan lancar.

Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan KAK
(Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Klinik Pratama Polres Sumedang.

Alat Keselamatan Kerja:


1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Spill kit
5. Obat-obatan
6. Kapas
7. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
2. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja.
3. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower,
respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
4. Buanglah sampah pada tempatnya.
5. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
6. Dilarang merokok.
7. Penerapan 7 langkah cuci tangan dan 5 momen cuci tangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau
jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar
produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah
yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya,
sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa
tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen.
Dalam bahasa layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh FKTP ditujukan
pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di


wilayah Polres adalah Bidokkes Polda Jabar. Sedangkan Klinik Pratama Polres Sumedang
bertanggungjawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan tingkat dasar yang dinaungi
oleh Bidokkes Polda Jabar, sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya. Tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Klinik Pratama Polres Sumedang tidak hanya untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan di wilayah Polres Sumedang, namun juga
pembangunan kesehatan berskala nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Klinik Pratama
Polres Sumedang, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai