Anda di halaman 1dari 6

Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa

di Era Milenial

Emelya Echa Hapsari (2214010061)


Bimbingan dan Konseling
Universitas Nusantara PGRI KEDIRI

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-
hari, dengan membaca individu mendapatkan berbagai informasi ilmiah dan hal-hal baru,
serta mampu memperluas wawasannya. Masalah minat baca siswa sangat perlu dibahas
karena dengan membaca siswa bertambah pengetahuannya dan dapat meningkatkan prestasi
belajarnya. Dengan banyak membaca baik tentang mata pelajaran maupun pengetahuan
umum, siswa dapat memperluas pengetahuan dan pengalamannya, sehingga membaca
merupakan suatu hal yang penting. Minat membaca akan mempengaruhi bentuk dan
intensitas individu dalam pengembangan diri dan menentukan masa depannya. Oleh karena
itu, kemauan membaca harus dikembangkan dan digali karena minat baca tidak diperoleh
sejak lahir secara cuma-cuma.

Kemajuan suatu bangsa dan negara tidak lepas dari keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Belajar itu sendiri identik dengan membaca bahkan menelusuri dari sejarah Islam
bahwa wahyu pertama diturunkan oleh Allah SWT. melalui malaikat Jibril dan diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi Akhir Zaman, sudah jelas bahwa Allah SWT
memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca, dalam hal ini membaca sangat penting
bagi kehidupan.
Minat baca masyarakat khususnya pelajar masih sangat rendah. UNESCO pada tahun
2012 melaporkan indeks minat baca masyarakat Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari
setiap 1.000 penduduk Indonesia hanya ada satu orang yang gemar membaca. Keinginan
untuk meningkatkan minat baca di kalangan siswa di sekolah tidak mudah diwujudkan.
Rendahnya minat baca suatu bangsa tercermin dari rendahnya minat baca masyarakatnya.

Dan rendahnya minat baca masyarakat diukur dari seberapa minat baca siswa di
sekolah. Tingkat minat baca siswa akan secara langsung menentukan minat baca masyarakat
sebagai stake holder sekolah itu sendiri. Ini adalah fakta bahwa belum ada budaya membaca.
Rendahnya minat membaca di sekolah dapat diukur dari kunjungan siswa ke perpustakaan
sekolah itu sendiri. Terbukti tingkat kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah sangat rendah.
Rata-rata jumlah siswa yang mengunjungi perpustakaan di sekolahnya relatif sedikit.

Sekolah merupakan tempat untuk melahirkan siswa yang bisa membaca dan memiliki
pengetahuan yang luas. Rendahnya minat dan kemauan membaca siswa akan berdampak
pada kualitas kelulusan. Maka perlu diketahui penyebab rendahnya kemampuan membaca
siswa di sekolah yaitu terbatasnya sarana dan prasarana membaca seperti ketersediaan
perpustakaan dan berbagai buku bacaan. Masih banyak sekolah yang mengandalkan
ketersediaan buku teks untuk kegiatan pembelajaran di kelas, padahal buku bacaan
pendukung yang menarik dan berkualitas akan sangat memotivasi siswa untuk menambah
wawasan pengetahuannya. Juga sekolah yang sudah memiliki fasilitas perpustakaan tidak
memiliki pelayanan yang baik. Bahkan fasilitas beberapa ruang perpustakaan masih sempit,
kurang ventilasi, penataan buku tidak teratur dan pada dasarnya kurang memberikan
kenyamanan kepada siswa, sehingga kegiatan membaca di perpustakaan menjadi
membosankan. Situasi belajar yang tidak memotivasi siswa untuk mempelajari buku-buku
tertentu di luar buku pelajaran. Pembelajaran di kelas jarang diajak berdiskusi atau diberikan
permasalahan mengenai materi yang dibahas untuk dipecahkan bersama sehingga siswa tidak
termotivasi untuk mencari informasi dari sumber lain dan tidak terlatih untuk menambah
pengetahuan melalui membaca. Sebagian guru belum menjadikan pendidikan, membaca ini
sebagai kebutuhan yang terlihat dari pemanfaatan waktu luang di sekolah bagi staf dan guru.
siswa lebih sering melihat gurunya bersenang-senang di waktu luangnya, sehingga siswa
tidak memiliki teladan guru dalam hal gemar membaca.
Dampak dari kurangnya minat membaca pada siswa akan berakibat pada dirinya
sendiri yaitu kurangnya kemampuan dalam penguasaan bidang ilmu pengetahuan dan seni,
menurunnya prestasi yang dicapai, dan menyebabkan buta aksara. Selain itu banyak
mengalami kendala dalam penguasaan dan pemanfaatan iptek untuk menghasilkan produk
yang berkualitas, kurangnya pengetahuan akan menghambat pola pikir sehingga mudah
dipengaruhi oleh berbagai doktrin dan paham negatif. Kurangnya membaca menyebabkan
kreativitas seseorang tidak berkembang.

Pola pikir kreatif akan terwujud jika Anda mengembangkan pola pikir dan mampu
merespon dengan cepat keadaan lingkungan sekitar dan hal ini dapat dilatih melalui kegiatan
membaca. Ide-ide kreatif yang muncul membuat individu bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang-orang di sekitarnya. Ketidaktahuan karena enggan menambah ilmu terbaru akan
menimbulkan ketidakpedulian. Lambat laun hal ini akan membuat orang yang bersangkutan
menutup diri dan sibuk dengan dunianya sendiri serta mengabaikan lingkungan sekitarnya.

Mereka yang tidak berwawasan luas cenderung mengalami kesulitan dalam


kehidupan sosialnya, karena tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena tidak mendapat
masukan sebanyak teman-teman disekitarnya. Orang yang asyik diajak bergaul umumnya
adalah orang yang mudah diajak bicara karena memiliki pengetahuan yang luas tentang
berbagai topik.

Sementara bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara, rendahnya minat dan kemampuan
membaca siswa, dalam persaingan global akan selalu tertinggal dari negara berkembang
lainnya, apalagi negara maju. Serta tidak mampu mengatasi segala permasalahan sosial,
politik, ekonomi, budaya dan lainnya selama Sumber Daya Manusia tidak berdaya saing,
karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurunnya minat membaca
juga mempengaruhi daya saing tenaga kerja Indonesia yang menempati urutan ke-46 dunia.
Dampak yang lebih besar dari keengganan membaca pada generasi muda ini adalah
hilangnya aset negara yang berkontribusi terhadap pembangunan bangsa yang berkualitas dan
produktif. yang tinggi

Guru bimbingan dan konseling adalah konselor. Konselor adalah tenaga pendidik
profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik sarjana pada program studi
Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi
penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Layanan bimbingan dan konseling pada pendidikan formal dan non formal disediakan
oleh konselor. Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor disebutkan bahwa kompetensi yang harus dikuasai
guru/Konseling Bimbingan dan Konseling mencakup 4 (empat) domain kompetensi, yaitu:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. kompetensi. Guru Bimbingan dan Konseling berperan untuk meningkatkan
minat baca siswa di era milenial yaitu mampu menerapkan minat baca siswa dengan
memberikan layanan informasi dan membuat madding atau poster tentang pentingnya
membaca bagi siswa, tentang pentingnya membaca bagi siswa. meningkatkan daya ingat dan
kemampuan kognitif siswa. Tidak hanya daya ingat dengan gemar membaca siswa akan
belajar banyak tentang apa yang mereka baca dan ini juga akan menambah pengetahuan
tentang buku yang mereka gunakan.

Guru BK juga mewajibkan siswa untuk membacakan buku yang mereka suka dan
sebelum proses belajar mengajar, mereka diwajibkan untuk membaca selama kurang lebih 15
menit setiap hari, dan menerapkannya seperti pada hari-hari tertentu, guru BK mengajak
siswa untuk mengikuti silent membaca di lapangan selama 30 menit, setelah selesai membaca
Guru Bimbingan Konseling mengajak siswa untuk membaca kembali buku yang telah
dibacanya. Adapun cara guru Bimbingan Konseling memberikan layanan informasi kepada
siswa setiap minggunya, selanjutnya guru Bimbingan Konseling memberikan layanan
informasi kepada siswa yang bermasalah dalam budaya membaca, yaitu dengan memberikan
layanan konseling individu kepada siswa yang bersangkutan

Guru BK dapat memberikan layanan informasi seperti bimbingan membaca dan


memotivasi siswa yang tidak mengikuti kegiatan membaca sesuai jadwal dan bagi siswa yang
sudah gemar membaca guru BK akan memberikan hadiah seperti novel, komik dan buku-
buku yang memotivasi siswa, seperti serta sesekali mengajak siswa untuk pergi ke
perpustakaan setempat di sekitar sekolah. Selain memotivasi siswa, dapat memberikan sarana
untuk meningkatkan budaya membaca dengan membuat madding bagi siswa yang ingin
mengungkapkan imajinasinya.
Berbagai macam solusi dalam memecahkan masalah kurangnya minat membaca juga
dapat dengan memberikan tugas kepada siswa mencari permasalahan aktual di media massa,
karena hal ini akan memaksa siswa untuk mencari bacaan dengan rasa keterpaksaan dan terus
menerus sehingga tidak bosan dan dengan tugas yang diberikan dapat membuat siswa
terbiasa membaca. Serta melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan sekolah dan
perpustakaan umum, dengan melengkapi koleksi buku di perpustakaan. Koleksi buku di
perpustakaan tidak hanya berorientasi pada kuantitas, namun juga kualitas bacaan perlu kita
perhatikan demikian juga dengan kemajuan tehnologi dimana perlu adanya penambahan
Buku Elektronik untuk itu pihak sekolah khususnya hendaknya memprogramkan suatu
perpustakaan yang lebih modern dengan penambahan computer dengan fasilitas hotspot yang
memadai agar siswa tertarik membaca di perpustakaan, Dengan demikian, kebiasaan
membaca tidak lagi sebuah aktifitas yang menjemuhkan.

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan


yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Minat membaca akan mempengaruhi bentuk dan
intensitas siswa dalam pengembangan diri dan menentukan masa depannya. Oleh karena itu
kemauan membaca harus dikembangkan, peran guru BK dalam meningkatkan minat baca
siswa dapat dilaksanakan dengan memberikan layanan informasi seperti bimbingan membaca
dan memotivasi siswa untuk melaksanakan kegiatan membaca seperti melaksanakan minat
baca siswa dengan memberikan informasi. jasa dan pembuatan madding atau poster tentang
pentingnya membaca mewajibkan untuk membaca buku yang disukai, sampai tugas yang
sebenarnya diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Indah.S. 2020. Upaya Guru Bk Dalam Meningkatkan Budaya Membaca Pada Siswa Kelas
VIII Di Mts N 1 Langkat. (Skripsi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)

Suyanto AA 2020. “Menumbuhkan Minat Baca Pada Peserta Didik Dan Warga Sekolah”.
Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Risat, dan Teknologi. Diunduh pada 24
Desember 2022, pukul 13.00 WIB

Dedy.F. 2018. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Penampakan Minat Membaca
Pada Siswa di SMP Negeri 31 Banjarmasin. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda,
Bermakna, Mulia. Diunduh pada 24 Januari 2022, pukul 13.00 WIB

Janan.W. 2018. Makalah Minat Baca Yang Sangat Rendah. Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga

Dinas perpustakaan dan Kearsipan Daerah. 2016. Pentingnya Budaya Membaca. Jawa Barat

Mandari.R. (2015). Layanan Konseling Individu Untuk Menumbuhkan Minat Membaca


Peserta Didik Di SMPN -14 Palangkaraya (Skripsi Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya).

Khairunnisa. 2014. Rendahnya Minat Baca Siswa. Kompasiana. Diunduh pada 24 Desember
2022, pukul 12.40 WIB

Saktah.HP 2013. Makalah Rendahnya Minat Baca Siswa. Universitas Jambi

Nandar.T. 2011. Makalah Rendahnya Minat Baca SMA.

Dwi NE 2007. Pembinaan Minat Baca bagi Siswa Sekolah Dasar. Makalah: SD Purwosari II
Singosari

Anda mungkin juga menyukai