Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MEILITUS

RINA PRISKA TARIDA PANGARIBUAN, S.Kep


NIM: 00319081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AWAL BROS
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
DM

A. PENGERTIAN DIABETES MELITUS

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan

gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan

Suddarth,2002).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin

absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism

karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012)

B. ETIOLOGI

Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui

dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa

Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan

yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu:

1. diabetes melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas

yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:

a. Faktor genetik

Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu

predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya


tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu

tertentu.

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat suatu respon autoimun

sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang

dianggapnya jaringan tersebut sebagai jeringan abnormal.

c. Faktor lingkungan

Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor

ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh

hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel

beta

2. Diabetes Melitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum

diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko

teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II

yaitu:

a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelopok etnik tertentu


3. Faktor non genetik

a. Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah

mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.

b. Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya

pankreatitis.

c. Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi

biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara

d. Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah

tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,

feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,

feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

C. MANIFESTASI KLINIS

Yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut : Pada tahap awal

sering ditemukan :

1. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat

sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi


osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

penderita mengeluh banyak kencing.

2. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih

banyak minum.

3. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel

mengalami starvasi (lapar).

4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan

kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh bersama

mendapat peleburan zat bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

5. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sorbitol

fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat penimbunan

sorbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak


Untuk gejala khusus DM tipe 2 dengan ulkus yaitu sebagai berikut:

1. Umumnya pada daerah plantar kaki

2. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki

3. Berjalan yang kurang seimbang

4. Adanya fisura dan kering pada kulit

5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan

6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal

7. ABI normal

8. Luka biasanya dalam dan berlubang

9. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis

10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri

11. Xerosis (keringnya kulit kronik)

12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis

13. Eksudat yang tidak begitu banyak

14. Biasanya luka tampak merah

Gejala permulaannya adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau

peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari) dan bertambah

lanjutnya kaki merasa mati rasa. Di samping itu, penurunan fungsi proprioseptif

(kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda

yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan

dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung. Penurunan sensibilitas nyeri

dan suhu membuat penderita kaki diabetes beresiko untuk mengalami cedera dan

infeksi pada kaki tanpa diketahui.


D. PATOFISIOLOGI

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja secara optimal, jumlah

insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut

dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta pankreas

karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua

adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena

kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer (Fatimah, 2015).Insulin yang disekresi

oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh.

Kadar glukosa darah yang tinggi 10menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi

insulin (Hanum, 2013). Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga

berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi.

Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit

autoimun dan idiopatik (NIDDK, 2014).

Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi

insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post

reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk

mempertahankan kadar glukosadarah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk

menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan

otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan

sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam

darah tinggi (Prabawati, 2012).Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat

pada proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan

glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis
osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya

cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang

melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah

menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai

kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan

mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut (Hanum,

2013).
E. PATWAY
Gula dalam darah
Kerusakan Sel Ketidakseimbagan tidak dapat dibawa
Beta produksi Insulin masuk ke sel

Batas
glukosuria melebihi hiperglikemi Anabolisme protein
ambang ginjal menurun

Dieresis osmotik
Aliran darah Syok Kerusakan pada antibodi
lambat hiperglikemi

poliuri
Iskemik Koma Kekebalan tubuh menurun
jaringan diabetic
Kehilangan
elektrolit dalam
Neuropati sensori
sel KETIDAKEFEKTIFAN perifer
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
dehidrasi
Proses peradangan

RESIKO SYOK

RESIKO
KERUSAKAN
Kurang NYERI AKUT
Kehilangan kalori INTEGRITAS
INFEKSI JARINGAN
pengetahuan

Sel kehilangan bahan


ANSIETAS
untuk metabolisme

Merangsang
hipotalamus

Protein dan lemak di INTOLERANSI


bakar AKTIVITAS

KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
F. PENATALAKSANAAN

a.       Penatalaksanaan Medis

Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:

1) Obat Hipoglikemik Oral

Pemicu sekresi insulin

(1)   Sulfonilurea

Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta

pankreasuntuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra pankreas

yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting karena

ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien insulinopenik. Mekanisme

kerja golongan obat ini antara lain:

(a)      Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored

insulin)

(b)     Menurunkan ambang sekresi insulin

(c)      Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa

(2)   Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama.

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivate

asam benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini diabsorbsi

dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat

melalui hati.(FKUI, 2011)


2) Penambah sensitivitas terhadap insulin

a) Biguanid

Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.

Etformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap

insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga

pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin

meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga

menurunkan glukosa darah dan menghambat absorbsi glukosa dari

usus pada keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)

b) Tiazolidindion

Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek

farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini

bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi

produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)

c)      Penghambat glukosidase alfa

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim

glukosidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial.

Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan

hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.(FKUI,

2011)

d)     Incretin mimetic, penghambat DPP-4


Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan

terhadap sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar

glukosa dapat diturunkan. (FKUI, 2011)

3)   Insulin

Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari

pulau Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin

yang bila kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa

darah akan terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung

(C-peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar.

Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan

memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Pada

DM Tipe II tertentu akan butuh insulin bila:

a)     Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar

glukosa darah

b)     Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan

pembedahan, infark miocard akut atau stroke.Pengaruh insulin

tehadap jaringan tubuh antara lain insulin menstimulasi pemasukan

asam amino ke dalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa

protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah

penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi

pemasukan glukosa ke dalam sel untuk di gunakan sebagai sumber

energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan

hati.(FKUI,2011)
b.     Penatalaksanaan Keperawatan
 

Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:

1)   Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang

ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun

keluarga pasien.

2)  Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan

potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang

sakit dan menyelesaikan masalah penyakit diabetes dan resikonya.

3)  Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam

pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut

4)   Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari

alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk kesehatan,

menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau pekerjaan, pola makan

yang baik

5)   Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan dan

meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang

memiliki resiko

6)   Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani

atau kebugaran yang sesuai.

c.       Penatalaksanaan Diet

Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes

memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control metabolic

yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:


1)  Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan

keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau obat

hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas

2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.

3)  Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan

kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari

penyakit metabolic

4)   Dapat mempertahankan berat badan yang memadai

5)  Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek,

komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati

autonomic dan penyakit jantung

6)  Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus

pada orang dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa/Nuchter >140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudiansesudah

mengkomsumsi 75 gr Karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl

(11,1 mmol/L

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar GD Sewaktu:

I. Plasma vena <110 110 -199 > 200

II. Darah kapiler < 90 90 - 199 > 200

Kadar GD Puasa:

III. Plasma vena <110 110 -125 > 226

IV. Darah kapiler < 90 90 - 109 > 110


H. PENGKAJIAN

1.     Identitas

Jenis kelamin : Dapat terjadi pada semua jenis kelamin

Umur : Banyak terjdi pada umur > 45 tahun, diabetes tipe satu dapat

terjadi pada umur muda atau anak-anak.

2.      Riwayat Kesehatan

a.    Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada

ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata

cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

b.   Riwayat kesehatan lalu

Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung

seperti Infark miokard

c.   Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

3.      Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

a.   Pemeriksaan Fisik

a)      Pemeriksaan Vital Sign

Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan

pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam

batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.

b)      Pemeriksaan Kulit


Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan

cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit

terasa gatal.

c)      Pemeriksaan Leher

Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP

(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.

d)     Pemeriksaan Dada (Thorak)

Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat

dan dalam.

e)      Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)

Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

f)      Pemeriksaan Abdomen

Dalam batas normal

g)     Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Sering BAK

h)    Pemeriksaan Muskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

i)      Pemeriksaan Ekstremitas

Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal

j)       Pemeriksaan Neurologi

GCS :15

KesaSdaran Compos mentis Cooperative(CMC)

b.      Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :


a)      Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan

dua jam post prandial > 200 mg/dl. Aseton plasma (aseton) : positif secara

mencolok. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt • Gas darah arteri pH

rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) • Alkalosis respiratorik •

Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,

menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. • Ureum/kreatinin : mungkin

meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. • Amilase darah : mungkin

meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada

(pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan

insufisiensi insulin.

b)    Pemeriksaan fungsi tiroid

Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.

c)      Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada

urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

d)     Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan

jenis kuman.
4.      Fungsional Gordon

a.     Pola persepsi

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup

sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk

sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan

untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6

juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik bahkan

mereka takut akan terjadinya amputasi

b.     Pola nutrisi metabolik

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar

gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering

kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme

yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan

menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

c.      Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan

pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).

Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

d.    Pola aktivitas dan latihan

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,

tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi

koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara

maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

e.      Pola tidur dan istirahat

Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga klien

mengalami kesulitan tidur.

f.       Kognitif persepsi

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka

sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan,

gangguan penglihatan .

g.      Persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya

perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien

mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

h.      Peran hubungan

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan

menarik diri dari pergaulan.

i.       Seksualitas

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga

menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta

memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada

daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih
tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao Tseng on

journal, Maret 2011)

j.       Koping toleransiLamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,

perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang

negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

konstruktif / adaptif.

k.      Nilai Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki

tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola

ibadah penderita.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

3. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kekurangan kalori


J. INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dispepsia, nyeri gangguan

pencernaan lemak (obstruksi aliran empedu)

Tujuan : Dalam 1 kali 24 jam pemberian asuhan keperawatan Pemenuhan

kebutuhan nutrisi pasien adekuat.

Kriteria hasil:

1. Melaporkan mual/muntah hilang.

2. Menunjukkan kemajuan mencapai BB individu yang tepat.

3. Makanan habis sesuai porsi yang diberikan.

Intervensi

1. Kaji distensi abdomen.

Rasional: Adanya ketidaknyamanan karna gangguan percernaan,nyeri gaster

2. Timbang berat badan pasien

Rasional: Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi.

3. Diskusikan dengan klien makanan kesukaan dan jadwal makan yang disukai

Rasional: Melibatkan klien dalam perencanaan, klien memiliki rasa kontrol dan

mendorong untuk makan.

4. Berikan suasana yang menyenangkan pada saat makan, hilangkan ransangan


yang berbau.
Rasional : untuk meningkatkan nafsu mkan dan menghilangkan mual

5. Kolaborasi dengan ahli diet/ tim pendukung nutrisi sesua indikasi.

Rasional Berguna untuk merencanakan kebutuhan nutrisi individual melalui rute


yang paling tepat.
B. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam status

kekebalan pasien meningkat

Kriteria hasil

 tidak didapatkan infeksi berulang

 tidak didapatkan tumor

 status respirasi sesuai yang diharapkan

 temperatur badan sesuai yang diharapkan

 tidak didapatkan fatigue kronis

 WBC absolut dbn

Intervensi

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Rasional: lingkungan yang bersih mampu mencengah terjadinya infeksi

 Pertahankan teknik isolasi

Rasional: tehnik isolasi yang baik agar pasien terhindar dari kuman kuman

 Batasi pengunjung bila perlu

Rasional : setiap pengunjung akan membawa kuman yang akan menginfeksi

pasien

 Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah

berkunjung

Rasional : tangan merupakan tempat tranmisi kuman , dengan mencuci

tangan akan mengurangi kuman tersebut

 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan


Rasional : tehnik hand hyigine sangat di perlukan ketika perawatan luka

 Tingkatkan intake nutrisi dan cairan

Rasional : untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien

 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Rasional: menurunkan angka infeksi

 Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan, panas,

nyeri, tumor

Rasional: tanda tanda infeksi yang perlu di perhatikan

 Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC

Rasional : wbc menigkatkan merupakantanda adanya infeksi

c.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Tujuan:

Setelah 2 kali 24 jam pemberian asuhan keperawatan kecemasan pasien berkurang

kriteria hasil :

 pasien terlihat tenang

 pasien terlihat rileks

 pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya

intervensi

1) Kaji tingkat cemas pasien

Rasional :identifkasi masalah yang spesifik dapat meningkatkan kemampuan

individu

2) Beri waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya

Rasional: agar pasien merasa lebih diperhatikan


3) Beri dukungan positive pada pasien

Rasional : agar pasien lebih merasa semangat

4) Jelaskan semua prosedur tindakan kepada pasien

Rasional: dengan mengetahui pengobatan pasien tenang dan mengerti mengenai

proses penyakitnya

D. Intoleransi aktifitas b.d penurunan anty body.

Tujuan :

Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan

keperawatan.

Kriteria hasil :

 Frekuensi jantung 60-100 X/mnt, TD 120/80 mmHg

 Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi :

1. Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah

aktifitas

Rasional: hipotensi ortostatik dapa terjadi karena akibat dari obat

vasodilator dan diuretic.

2. Tingkatkan istirahat (ditempat tidur)

Rasional : menghindari kelelahan


3. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,disritmia,
dispnea, pucat.
Rasional : penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan
peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.

4. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.


Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, (2011). Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas,         

Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-55

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2014. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan          

diagnosa medis dan NANDA NIC –NOC, Jilid 1 Edisi Revisi. Media Action Publishing

Umami, Vidhia, Dr. 2016. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai