BAB I
PENDAHULUAN .
dapat berakibat sangat fatal.Angka kematian orang dewasa pada krisis tiroid
mencapai 10-20%.Bahkan beberapa laporan penelitian menyebutkan hingga
setinggi 75% dari populasi pasien yang dirawat inap.Dengan tirotoksikosis yang
terkendali dan penanganan dini krisis tiroid, angka kematian dapat diturunkan
hingga kurang dari 20%.
Karena penyakit Graves merupakan penyebab hipertiroidisme terbanyak
dan merupakan penyakit autoimun yang juga mempengaruhi sistem organ lain,
melakukan anamnesis yang tepat sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Hal ini penting karena diagnosis krisis tiroid didasarkan pada gambaran klinis
bukan pada gambaran laboratoris. Hal lain yang penting diketahui adalah bahwa
krisis tiroid merupakan krisis fulminan yang memerlukan perawatan intensif dan
pengawasan terusmenerus. Dengan diagnosis yang dini dan penanganan yang
adekuat, prognosis biasanya akan baik. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
yang tepat tentang krisis tiroid, terutama mengenai diagnosis dan
penatalaksaannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan kegawatdaruratan pasien
dengan krisis tiroid.
2. Tujuan khusus:
a) Mahasiswa mengetahui pengertian dari krisis tiroid
b) Mahasiswa mengetahui etiologi dari krisis tiroid
c) Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari krisis tiroid
d) Mahasiswa mengetahui manifestasi klinik dari krisis tiroid
e) Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan kegawatan dari krisis tiroid
f) Mahasiswa mengetahui pengkajian fokus kegawatan dari krisis tiroid
g) Mahasiswa mengetahui pathways keperawatan dari krisis tiroid
h) Mahasiswa mengetahui fokus intervensi dan rasional dari krisis tiroid
LAPSUS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Krisis thyroid (thyroid strom, decompensated thyrotoxicosis) merupakan
eksaserbasi keadaan hipertiroidisme yang mengancam jiwa yang diakibatkan
oleh dekompensasi dari satu atau lebih sistem organ (Bakta & Suastika, 1999).
Krisis tiroid adalah kegawatan di bidang endokrin yang disebabkan karena
dekompensata dari tirotoksikosis. Tirotoksikosis merupakan suatu sindroma
ditandai dengan gambaran klinis, fisiologis dan biokimia yang menunjukkan
bahwa jaringan tubuh terpapar dengan hormone tiroid yang berlebihan: FT4 dan
atau FT3 (Tjokroprawiro et al, 2015).
B. Etiologi
Krisis tiroid dapat terjadi akibat beberapa faktor penyebab sebagai berikut
(Tjokroprawiro et al, 2015) :
1. Infeksi
2. Palpasi tiroid berlebihan
3. Operasi tiroid
4. Hipoglikemia
5. Operasi non tiroid
6. Obat-obatan simpatomimetik pseudoetedrin, amiodaron,
7. Kontras mengandung yodium
8. Suplemen makanan yang mengandung rumput laut
9. Stop antitiroid mendadak
10. Penyakit jantung kongestif
11. Terapi radioiodine
12. Preeklamsia atau eklamsia
13. Ketoasidosis diabetic
14. Infark usus
LAPSUS
15. Partus
16. Cabut gigi
17. Stress emosi yang berat
18. Meminum hormone tiroid
19. Emboli paru
20. Luka bakar
21. Kejadian serebro vascular
22. Sepsis
23. Trauma: fraktur, dll
C. Patofisiologi
tiroid dirangsang terus menerus oleh autoantibodi terhadap reseptor TSH dan
berikutnya sekresi TSH ditekan karena peningkatan produksi hormone tiroid.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai 4 tujuan yaitu
menangani faktor pencetus, mengontrol pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan, menghambat pelepasan hormon tiroid, dan melawan efek perifer
hormon tiroid (Hudak & Gallo). Penatalaksanaan medis krisis tiroid meliputi:
1. Koreksi hipertiroidisme
a) Menghambat sintesis hormon tiroid. Obat yang dipilih adalah
propiltiourasil (PTU)atau metimazol. PTU lebih banyak dipilih karena
dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer. PTU diberikan
lewat selang NGT dengan dosis awal 600-1000 mg kemudian diikuti
LAPSUS
E. Pathway
LAPSUS
F. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) tanda dan gejala dari tiroid yaitu :
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Haid sedikit dan tidak tetap
12. Pembesaran kelenjar tiroid
13. Mata melotot (exoptalmus)
H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a) Identitas Klien
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien yaitu nama, umur, suku/bangsa,
agama, pendidikan, alamat, lingkungan tempat tinggal.
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Listen
Mendengar hembusan napas
3) Feel
Tidak ada pernapasan melalui hidung / mulut.
c) Circulation / Sirkulasi
Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada klien, kualitas dan
karakternya.
2) Disability
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
Alert (A)
Klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya / tidak sadar
terhadap kejadian yang menimpa.
Respon Verbal (V)
Klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat.
Respon Nyeri (P)
Klien tidak berespon terhadap respon nyeri.
Tidak Berespon (U)
Tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri.
3) Pemeriksaan penunjang
Menurut Smeltzer dan Bare terdapat beberapa jenis pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis
keadaan dan lokalisasi masalah pada kelenjar tiroid.
1. Test T4 serum
Test yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum
dengan tekhnik radioimunoassay atau pengikatan kompetitif nilai
normal berada diantara 4,5 dan 11,5 μg/dl ( 58,5 hingga 150
nmol/L) dan terjadi peningkatan pada krisis tiroid.
LAPSUS
2. b. Test T3 serum
Adalah test yang mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau
T3 total dalam serum dengan batas normal adalah 70 hingga 220
μg/dl ( 1,15 hingga 3,10 nmol/L) dan meningkat pada krisis
tiroid.
3. Test T3 Ambilan Resin
Merupakan pemeriksan untuk mengukur secara tidak langsung
kadar TBG tidak jenuh. Tujuannnya adalah untuk menentukan
jumlah hormon tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah
tempat pengikatan yang ada. Nilai Ambilan Resin T3 normal adal
25% hingga 35% ( fraksi ambilan relatif : 0,25 hingga 0,35 ) yang
menunjukan bahwa kurang lebih sepertiga dari tempat yang ada
pada TBG sudah ditempati oleh hormone tiroid. Pada krisis tiroid
biasanya terjadi peningkatan.
4. Test TSH ( Thyroid – Stimulating Hormone )
Pengukuran konsetrasi TSH serum sangat penting artinya dalam
menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan
untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada
kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh
penyakit pada hipofisis atau hipothalamus.
5. Test Thyrotropin_Releasing Hormone
Merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH
dihipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil test T3 serta T4
tidak dapat dianalisa. Test ini sudah jarang dikerjakan lagi pada
saat ini, karena spesifisitas dan sensitifitasnya meningkat.
6. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan prekursor untuk T3 dan T4 dapat diukur
kadarnya dalam serum dngan hasil yang bisa diandalkan melalui
pemeriksaan radioimunnoassay. Pemeriksaan ini diperlukan
LAPSUS
b) Kesadaran menurun
c) Hipertermi.
Apabila terdapat tiroid maka dapat meneruskan dengan
menggunakan skor indeks klinis kritis tiroid dari Burch – Wartofsky.
Skor menekankan 3 gejala pokok hipertermia, takikardi dan disfungsi
susunan saraf.
I. Diagnosa Keperawatan
PaCO2 optimal
- Untuk
menyeimbangkan
antara pemasukan
cairan dengan
pengeluarannya
- Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
- Digunakan untuk
mengurangi demam
yang umumnya lebih
besar dari 39,5o-40o C
LAPSUS
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa krisis tiroid adalah
kegawatan di bidang endokrin yang disebabkan karena dekompensata dari
tirotoksikosis. Dengan penyebab adanya infeksi, cabut gigi, operasi tiroid,
operasi non tiroid. Temuan klinis pada krisis tiroid terdapat peningkatan
frekuensi denyut jantung, penurunan berat badan, gangguan reproduksi.
Penanganan yang dilakukan pada pasien dengan krisis tiroid dengan melakukan
koreksi hipertiroidisme dan pemberian obat antiadrenergic bertujuan untuk
menurunkan konsumsi oksigen miokardium, penurunan frekuensi jantung.
Pengkajian utama menggunakan pengkajian ABCD. Diagnosa yang mungkin
muncul Pola nafas tidak efektif, resiko penurunan curah jantung, hipertemi
B. Saran
Semoga Dengan adanya Makalah ini bisa menambah pengetahuan
pembaca dalam penulis. Namun dalam pembuatan tidak luput dari kesalahn
untuk itu apabila terdapat kesalahn dalam penulisan dan semoga pembaca dapat
memberikan masukan untuk menyempurnakan materi.
LAPSUS
DAFTAR PUSTAKA
sitalaksm Ritria dkk. (2019. )Penanganan pasien krisis tiroid menurut kriteria burch wartofsky
score di Intensive Care Unit [Online] URL:
https://www.medicinaudayana.org
LAPSUS
Thyroid crisis is one of the first levels of emergency in the endocrine a thyroid CA obstruction. From clinical examinations and investigations
field with very high morbidity and mortality. Where the incidence there are supports with a thyroid crisis according to the Burch Wartofsky
of this case is said to occur very rarely, but when a person has been score criteria. During treatment in the intensive room the patient
declared to suffer from this disease, the death rate is high. Therefore, received pharmacokinetic therapy which reduced the synthesis and
a diagnosis must be made early and the management of the patient secretion of thyroid hormone, reduced the peripheral effects of thyroid
must be aggressive, because it will provide a good prognosis for hormone, prevented systemic decompensation, and on the eighth
patients if we can manage patients aggressively. Where the day the patient underwent thyroidectomy and tracheostomy by a
diagnosis of thyroid crisis is based on the clinical patient, not from the surgical colleague, the postoperative patient was still assisted with
laboratory. Thyroid crisis generally occurs in patients with assistive machines breath (ventilator) and began weaning, the
hyperthyroidism who are not given adequate therapy and are triggered ninth day the patient was able to use NRM through tracheostoma,
by infection, trauma, thyroid surgery, or uncontrolled diabetes the twelfth day the patient was transferred to the treatment room. The
mellitus.In this case report we present the case of patients who target of managing patients suffering from a thyroid crisis includes
were consulted to the intensive care unit (ICU) from colleagues in reducing the synthesis and secretion of thyroid hormones, reducing the
internal medicine at the Emergency Department (IGD), namely female peripheral effects of thyroid hormones, preventing systemic
patients, aged 45 years with dignosis in. Observation Dyspneu ec decompensation, and the treatment of trigger diseases. The definitive
impending Airway Obstruction et causa tyroid suspect tumor cause of thyroid dysfunction is done when the emergency has been
malignancy, suspect tyroid storm. Patients with a problem of resolved, where aggressive management is carried out in the Intensive
decreased consciousness of et causa failure of breath from Care Unit (ICU).
Keywords: thyroid crisis, emergency, Burch and Wartofsky criteria score, Intensive Care Unit
Cite This Article: sitalaksmi, R., Sinardja, I.K., Wiryana, M. 2019. Penanganan pasien krisis tiroid menurut kriteria burch wartofsky score di
Intensive Care Unit. Medicina 50(2): 295-299. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.622
ABSTRAK
Krisis tiroid merupakan kegawatdaruratan tingkat pertama dalam dengan diagnosis masuk Observasi Dyspneu ec impending Airway
bidang endokrin dengan angka morbiditas dan mortalitas yang Obstruction et causa tumor tiroid suspect malignansi, suspect badai tiroid.
sangat tinggi. Insiden kasus ini dikatakan jarang terjadi, namun saat
seseorang dinyatakan menderita penyakit ini maka angka
kematiannya akan tinggi. Oleh karena itu diperlukan penegakkan
Bagian Anestesi dan Terapi Intensif, diagnosis dini dan pengelolaan pasien harus agresif, karena hal ini
Fakultas Kedokteran Universitas akan memberikan prognosis yang lebih baik pada pasien. Diagnosis
Udayana, Rumah Sakit Umum krisis tiroid sendiri didasarkan pada kondisi klinis pasien, bukan dari
Pusat Sanglah Denpasar hasil laboratorium. Krisis tiroid umumnya terjadi pada pasien dengan
hipertiroid yang tidak diberikan terapi adekuat dan dipicu oleh adanya
*
infeksi, trauma, pembedahan tiroid, atau diabetes melitus yang tidak
Correspondence to:
terkontrol.
Ritria sitalaksmi, Bagian Anestesi
dan Terapi Intensif, Fakultas Pada laporan kasus kali ini kami menyampaikan kasus pasien yang
Kedokteran Universitas Udayana dikonsulkan ke Intensive Care Unit (ICU) dari sejawat penyakit dalam di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Instalasi Gawat Darurat (IGD) yaitu pasien perempuan, umur 45 tahun
Denpasar
ritriasitalaksmi@gmail.com
LAPSUS
Pasien dengan permasalahan
penurunan kesadaran et causa
gagal nafas et causa obstruksi
CA tiroid. Dari pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan
penunjang yang ada
mendukung dengan krisis tiroid
menurut kriteria skor Burch
Wartofsky. Selama perawatan di
ICU pasien mendapatkan terapi
farmakokinetik yang
menurunkan sintesis dan
sekresi hormon tiroid,
menurunkan pengaruh perifer
hormon tiroid, mencegah
dekompensasi sistemik, dan
pada hari kedelapan pasien
dilakukan tiroidektomy serta
trakeostomi oleh sejawat
bedah, post-operasi pasien
masih dibantu dengan alat
bantu nafas (ventilator) dan
mulai disapih, hari kesembilan
pasien sudah bisa
menggunakan NRM melalui
trakeostoma, hari keduabelas
pasien dipindahkan ke ruang
perawatan. Target pengelolaan
pasien yang menderita krisis
tiroid meliputi menurunkan
sintesis dan sekresi hormon
tiroid, menurunkan pengaruh
perifer hormon tiroid,
mencegah dekompensasi
sistemik, dan terapi penyakit
pemicu. Terapi definitif
penyebab disfungsi tiroid
dilakukan bila kegawatan telah
teratasi, dimana pengelolaan
secara agresif dilakukan di
Intensive Care Unit (ICU)
LAPSUS
Pengelolaan Anestesi
Pasien dibawa ke ruang kamar operasi dengan
menggunakan portable ventilator. Sebelumnya
pasien dipuasakan dari air putih non-partikel 2
jam sebelum operasi. Melakukan inform consent
mengenai keadaan yang akan dialami pasien di
ruang operasi sehingga menurunkan rasa cemas
pada keluarga pasien.
Sesampainya di ruang operasi, pasien dipas-
angkan alat monitoring saturasi oksigen, tekanan
darah manual, EKG dan diberikan pemeliha-
ran dengan oksigen 50%, sevoflurane 0,3-0,8 Vol
%, TCI propofol 1-3 µg/mL, dan rokuronium 0,2
mg/kgbb/jam dan fentanyl. Operasi berlangsung
selama 3 jam dengan hemodinamik yang relatif
stabil. Tekanan darah intraoperatif berkisar antara
Medicina 2019; 50(2): 295-299 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.622 29
O2 99-100%. Cairan masuk selama operasi sekitar 2000 ml ringer fundin,
pendarahan 300 ml dengan jumlah urine 1000 ml. Lalu pasien dilakukan
trake- ostomi dan dikembalikan ke ICU.
Pengelolaan Post-operatif
Postoperatif pernapasan pasien sementara dibantu oleh ventilator dengan
mode CPAP, PEEP 5, ASB 5, FiO2 40% didapatkan volume tidal 450-550
ml, saturasi O2 99% dengan respirasi 12-14x/menit. Diberikan analgetik
fentanyl 10 µg/jam dan paracetamol 3 × 1 gram didapatkan Ramsay
score 2. Pemeliharaan cairan dilakukan dengan ringer fundin 30
cc/kgbb/24 jam. Hemodinamik relatif stabil dengan tekanan darah 115-
138/78- 80 mmHg, saturasi O2 98-99%. Dilakukan pemer- iksaan analisis
gas darah (AGD) didapatkan pH 7,42; pCO2 51,2 mmHg; pO2 84,40
mmHg; BE
7,6 mmol/L; HCO3- 32,2 mmol/L; Na 138 mmol/L;
K 3,64 mmol/L; CL 103 mmol/L. FT4 1,01 ng/dL
(0,93-1,70), TSHs 0,02 IU/mL (0,27-4,20),
kemudian pasien disapih 12 jam setelah operasi dengan GCS E4VXM6
(tertrakeostoma). Pasien dipindahkan ke ruang perawatan pada hari ke
duabelas.
DISKUSI
Penderita adalah perempuan, dengan usia 45 tahun, datang ke IGD
RSUP Sanglah dengan keluhan penurunan kesadaran disertai sesak nafas
6 jam sebelum masuk rumah sakit. Tindakan pertama yang dilakukan
adalah resusitasi jantung paru, penilaian klinis berdasarkan primary
survey, ketidakadekuatan pernafasan sehingga pasien dilakukan intubasi
dengan pipa endotrakeal dan ventilasi mekanik oleh tim resus call,
terdapat benjolan di leher sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya benjolan kecil
sebesar kelereng, lama kelamaan membesar secara signifikan sejak awal
bulan Mei 2017.
Pada kondisi krisis tiroid dapat ditemukan beberapa gambaran dari
laboratorium yang berhubungan dengan tirotoksikosis, hiperglikemia,
hiperkalsemia, leukositosis, abnormalitas enzim hati, peningkatan enzim
alkali phospatase. Pada tempat yang tidak memadai adanya laboratorium
di sebuah rumah sakit tersebut dapat menggunakan skor Burch Wartofsky.
Pemeriksaan lebih lanjut didapatkan hasil pemeriksaan yang
mendukung patofisiologi tentang krisis tiroid dengan hasil skor Burch
Wartofsky: 39,9⁰C (+25), central nervous system effects agitation (mild
+10), gastrointestinal and hepatic dysfungtion (moderate: diare, nausea/
vomiting, abdominal pain. +10), heart rate