Anda di halaman 1dari 40

iv

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Analisa Alkalinity, TDS dan TSS”

Laporan praktikum ini berisikan informasi tentang Analisa Alkalinity,


TDS dan TSS. Laporan praktikum ini dapat saya selesaikan berkat tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini, saya menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan
praktikum ini.

Saya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
saya. Akhirnya saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkompeten. Akhir kata saya sampaikan terima kasih.

Medan, 21 November 2019


Penulis

Dandi Saputra

vii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
LEMBAR ASISTENSI................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum........................................................................ 1
1.2. Landasan Teori............................................................................ 1
1.2.1. Comparison Study of Waste Water Generated
From Manufacturing of Cardivaskular and
Anti-Epileptic Bulk Drugs With ASP and
MBBR Treatment............................................................
1.2.2. Air..................................................................................... 13
1.2.3. Karateristik Air................................................................. 13
1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum ............................... 15
1.2.6 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS.......................... 16
BAB II METODOLOGI................................................................................ 17
2.1. Alat dan Bahan............................................................................ 17
2.1.1. Alat.................................................................................. 17
2.1.2. Bahan............................................................................... 18
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Air Limbah Serta Analisa
Alkalinity, TDS dan TSS............................................................. 18
2.2.1. Perancangan Alat.............................................................. 18
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen.................................. 20
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air........................................ 20
2.2.4. Prosedur Kerja Alkalinity................................................. 20
2.2.5. Prosedur Kerja TDS......................................................... 22
2.2.6. Prosedur Kerja TSS.......................................................... 23
2.2.7. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa
Alkalinity, TDS dan TSS................................................. 24

viii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman

BAB III DATA PENGAMATAN.................................................................. 25


3.1. Data Pengamatan....................................................................... 25
3.2. Pengolahan Data........................................................................ 27
3.2.1. Perhitungan Alkalinity.................................................... 27
3.2.2. Perhitungan TSS............................................................. 27
3.2.3. Perhitungan TDS............................................................. 28
3.3. Reaksi........................................................................................ 28
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 31
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 31
5.2. Saran............................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Perbandingan Penurunan Kadar COD di Kardiovaskular.........

Gambar 1.2. Perbandingan Penurunan COD di Kardiovaskular...................

Gambar 1.3. Perbandingan Penurunan COD di Anti Aliran Epilepsi


Konsentrasi Limbah Diaktifkan Proses Sludge dan
Moving Bed Bio Reaktor...........................................................

Gambar 1.4. Perbandingan Penurunan COD di Aliran Anti Epilepsi............

Gambar 2.1. Perancangan Alat......................................................................

Gambar 2.2. Penentuan P-Alkalinity.............................................................

Gambar 2.3. Penentuan M-Alkalinity............................................................

Gambar 2.4. Penentuan TDS.........................................................................

Gambar 2.5. Penentuan TSS..........................................................................

Gambar 1.11. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,


TDS dan TSS............................................................................

10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Praktikum


1. Menentukan siifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat,
bikarbonat, dan hidroksida.
2. Mengetahui jenis-jenis indikator dan penggunaan indikator.
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity.
4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri.
5. Untuk mengetahui atau mengukur Total Dissolved Solid sampel air yang
diteliti.
6. Untuk Mengetahui atau mengukur Total Suspended Solid sampel air yang
diteliti.
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Comparison Study of Waste Water Generated From Manufacturing
of Cardiovascular and Anti-Epileptic Bulk Drugs With ASP and
MBBR Treatment
Pendahuluan
Industri obat adalah salah satu industri utama yang menyebabkan
pencemaran air. Industri ini menghasilkan banyak limbah, tergantung
pada proses dan produk yang diproduksi. Mengingat meningkatnya
permintaan untuk obat-obatan, industri berbasis obat di India
diperkirakan akan tumbuh pesat dan memiliki limbah dan masalah
polusi peningkatan. Metode pengolahan air limbah tradisional tidak
cukup untuk penghapusan konstituen bahan organik dan anorganik dari
perairan ini. Sebagian air limbah dengan tingkat tinggi polutan yang
disebabkan oleh operasi atau perawatan sistem menciptakan masalah
lingkungan utama, ketika dibuang ke permukaan air atau tanah.
Mengingat faktor ini merupakan yang telah dibuat dalam penelitian ini
dan dapat mengevaluasi salah satu IPAL untuk industri obat. Asal air
limbah obat massal seperti, limbah kimia, kondensat limbah dari

11
penguapan dan limbah pencucian laboratorium. Masalah yang terlibat
dalam obat massal limbah pengolahan air sebagai karakteristik beragam
obat Massal buang air, obat-obatan yang berbeda menghasilkan
berbagai jenis limbah, jumlah variabel produk, pencampuran obat
buang dengan jenis lain dari limbah dan juga, mungkin mengandung
tinggi COD/BOD dan sangat bervariasi pH.

Dalam karya ini untuk Kardiovaskular dan air epilepsi limbah


obat dilakukan studi koagulasi sebagai pengolahan utama dengan
waktu pengendapan yang berbeda dan pengolahan primer dioptimalkan,
kemudian dipisahkan senyawa volatil dengan metode penguapan
distilasi/kekuatan sebagai pengolahan fisiko kimia konsentrat limbah.
Setelah mendapatkan pengurangan yang cukup dalam COD, air limbah
diolah dengan metode biologis sebagai pengolahan sekunder Activated
Proses Sludge (ASP) dan Moving Bed Bio Reaktor (MBBR). Setelah
mendapatkan pengurangan maksimum dalam COD, metode adsorpsi
arang aktif diterapkan sebagai pengolahan tersier.

Material dan Metode

Sampel air limbah dikumpulkan dari daerah North Maharashtra di


dalam plastik dengan kapasitas 2 liter per prosedur standar selama
November 2016 - Januari 2017. Parameter fisiko-kimia seperti pH,
COD, Chloride, Sulfat, BOD, TSS dan TDS dll yang ditentukan dengan
menggunakan metode standar diungkapkan dalam literatur. Reagen
yang digunakan untuk analisis ini adalah AR grade dan air suling ganda
digunakan untuk persiapan.
Pengolahan Fisika-kimia
Dalam karya ini pengolahan fisiko-kimia diterapkan sebagai
netralisasi air limbah, koagulasi, pemisahan fasa padat-cair dan distilasi.
Dalam netralisasi senyawa proses dinetralkan dan diendapkan di bagian
bawah, hal ini membantu untuk mengurangi konsentrasi COD. Dalam

12
proses koagulasi dengan menggunakan agen koagulan, sebagian besar
senyawa ditangguhkan dan lainnya yang menetap di bagian bawah.
Dalam pemisahan senyawa teknik menetap dipisahkan, untuk
membantu pengurangan COD dan BOD dalam limbah. Dalam proses
distilasi berjumlah melarutkan padatan (TDS) dipisahkan bersama
dengan senyawa yang mudah menguap. Proses ini paling efektif untuk
mengurangi COD dan TDS.
Pengolahan Sekunder
Metode pengolahan ketiga adalah degradasi biologis. Terutama
pengembangan bakteri pseudomonas diterapkan dengan budaya
campuran dengan 1600 ppm MLVSS. Dalam metode ini setelah 96 jam
udara segar terus menerus diberikan, degradasi bio selesai di Activated
Proses Sludge (ASP) dan Moving proses Bio Reaktor (MBBR) BOD
dan COD berkurang pada tingkat optimal.

Dalam MBBR teknologi bio-film, bio-film tumbuh dilindungi


dalam operator plastik rekayasa, yang hati-hati dirancang dengan luas
permukaan internal yang tinggi (3000 m2/m3). Operator bio-film ini
ditangguhkan dan dicampur seluruh fase air. Dengan teknologi ini
dimungkinkan untuk menangani kondisi pembebanan yang sangat
tinggi tanpa masalah dari penyumbatan, dan mengolah air limbah
industri pada jejak yang relatif kecil.

Pengolahan Tersier
Dalam arang aktif pengolahan sebagainya granular dengan nilai
iodine 900, digunakan 100 Volume mL untuk 100 mL yang air limbah
bagi adsorpsi karbon. Setelah melewati kolom Karbon Aktif, COD
berkurang hingga diperlukan parameter limbah. Karakterisasi,
diperlakukan limbah ditandai dengan berbagai teknik modern seperti
COD analyzer, BOD analyzer, setup Distilasi, TDS meter, Digital pH
meter, Meredam tungku, Oven.

13
Pengolahan Primer
Netralisasi dilakukan dengan asam encer sulfat dan koagulasi
dilakukan dengan Alum aluminium, solusi poli-elektrolit dan poli
aluminium klorida. Metode kedua diterapkan setelah mengeluarkan dari
pertama 10% Volume boiler rendah, COD berkurang drastis.
Pengolahan biologis air limbah adalah metode pengolahan yang paling
umum dan ekonomis, namun metode biologis telah menunjukkan tidak
cukup untuk menghilangkan semua konstituen yang berpotensi
berbahaya dari air limbah.

Hasil dan Diskusi

Kardiovaskular dan Anti-epilepsi obat terapi berkonsentrasi dan


encer air limbah yang dipilih untuk penelitian. Dalam netralisasi
pengobatan primer dengan asam sulfat encer dan koagulasi oleh tawas
aluminium, solusi polielektrolit dilakukan. Awal kualitas
kardiovaskular konsentrat limbah adalah sedikit cairan keruh dan samar
kekuningan, dasar di alam dan encer limbah yang jelas dan tidak
berwarna di alam, COD, BOD dan TDS nilai-nilai yang tinggi dan
setelah pengolahan lengkap kualitas akhir dicapai sebagai cairan bening
di alam, COD, BOD dan TDS nilai-nilai dalam batas norma polusi, juga
klorida, sulfat dan padatan tersuspensi berada dalam batas-batas. Hal ini
dapat menggunakan kembali daur ulang untuk tujuan utilitas dan
berkebun.

Awalnya, nilai COD dari limbah sangat tinggi yaitu 75.000


ppm, setelah pengolahan fisiko-kimia mengurangi 14,6%, maka dalam
proses penguapan secara drastis, dalam pengobatan dalam ASP yang
mengurangi tingkat optimal dan di MBBR mengurangi pada tingkat
maksimum, COD berkurang dalam perawatan adsorpsi arang, tren
perawatan ini ditampilkan di Tabel 1.1 .

14
Tabel 1.1. Kualitas Bertahap dari ASP dan MBBR Pengolahan
Kardiovaskular Berkonsentrasi Aliran Buangan

Metode pengolahan ketiga adalah degradasi biologis ASP dan


MBBR. Dalam metode ini setelah 96 jam terus menerus mengudara
segar yang disediakan, degradasi bio selesai dan COD berkurang 50
ppm dari 488 ppm di ASP dan 5 ppm dari 488 ppm di MBBR.

Tabel 1.2. Degradasi Biologis di ASP dan MBBR Kardiovaskular


Aliran Limbah

Pengolahan
ASP COD MBBR COD
(Waktu Retensi )

Contoh awal 488 488

24 180 11

48 81 5

72 62 5

96 50 5

Tabel 1.3 menunjukkan, bahwa kualitas awal limbah dengan sebelas


parameter, kemudian ditampilkan setelah perawatan ASP dan setelah
pengolahan MBBR. MBBR diperlakukan kualitas lebih baik dari
ASP.

15
Tabel 1.3. Perbandingan Kardiovaskular Berkonsentrasi Aliran
Limbah di Aktifasi

Gambar 1.1. Perbandingan Penurunan Kadar COD di


Kardiovaskular

Tabel 1.4 menunjukkan, bahwa kualitas awal limbah dengan


sebelas parameter, kemudian ditampilkan setelah perawatan ASP
dan setelah pengolahan MBBR. MBBR diperlakukan kualitas lebih
baik dari ASP diperlakukan kualitas.

16
Tabel 1.4. Perbandingan Kardiovaskular Encer Aliran Limbah di
Activated Proses Sludge dan Moving Bed Bio Reaktor

Awalnya nilai COD dari limbah sangat tinggi yaitu 31.600 ppm,
setelah pengolahan fisiko-kimia mengurangi 24%, maka dalam
proses penguapan mengurangi secara drastis, dalam pengolahan
biologis dalam ASP yang mengurangi tingkat optimal dan di
MBBR mengurangi pada tingkat maksimum, yang tersisa COD
berkurang dalam pengobatan adsorpsi arang, tren perawatan ini
ditampilkan di Tabel 1.5.

Tabel 1.5. Kualitas dari ASP dan MBBR Pada Pengolahan Anti
Epilepsi Konsentrat Aliran Buangan

17
Pada Gambar 1.1 mengungkapkan bahwa 118 ppm pengurangan
COD di MBBR lebih dari pengobatan ASP.

Gambar 1.2. Perbandingan Penurunan COD di


Kardiovaskular

Metode pengolahan ketiga adalah degradasi biologis ASP dan


MBBR. Dalam metode ini setelah 48 jam terus menerus
mengudara segar yang disediakan, degradasi bio selesai dan COD
berkurang 197 ppm dari 936 ppm di ASP dan 16 ppm dari 936
ppm di MBBR

Tabel 1.6. Degradasi Biologis di ASP dan MBBR dari Anti


Epilepsi Berkonsentrasi Aliran Limbah.
Pengolahan
ASP COD MBBR COD
(Waktu Retensi )

Contoh awal 936 936

24 300 37

48 197 16

18
Tabel 1.7. Perbandingan Anti Epilepsi Konsentrat Aliran Limbah
di ASP dan MBBR.

Kualitas awal di
Parameter ASP MBBR
ppm

pH 10,1 7,62 7,1

COD 31600 130 11

BOD 5160 31,7 7

TDS 53,364 60 49

TSS 3182 13,1 8

Klorida 12,283 35.5 16,1

Sulfat 2132 41,18 20,4

Warna kekuning-kuningan Tidak berwarna Tidak berwarna

Alam Keruh Bersih Bersih

Daya konduksi 148 12 9

Alkalinitas 1360 110 76

Awalnya nilai COD dari limbah cair yaitu sebesar 2600


ppm, setelah pengobatan fisiko-kimia mengurangi 16 %, maka
dalam pengolahan biologis di ASP yang mengurangi tingkat
optimal dan di MBBR mengurangi lebih.

19
Tabel 1.8. Kualitas Bertahap dari ASP dan MBBR Pengobatan
Anti Epilepsi Cair Pada aliran buangan.

98,8 MBBR ASP


86,1

920

11 739

130

Gambar 1.3. Perbandingan Penurunan COD di Anti Aliran


Epilepsi Konsentrat Limbah Diaktifkan Proses
Sludge dan Moving Bed Bio Reaktor
Metode pengolahan dengan degradasi biologis ASP dan MBBR.
Dalam metode ini setelah 96 hari degradasi bio yang dihasilkan
berkurang sebanyak 312 ppm dari 2060 ppm di ASP dan 212 ppm
dari 2060 ppm di MBBR.

20
Tabel 1.9. Degradasi Biologis di ASP dan MBBR dari Anti-
Epilepsi Pada aliran limbah.

Pengolahan
ASP COD MBBR COD
(Waktu Retensi )

Contoh awal 2060 2060

24 1582 980

48 1102 692

72 644 402

96 312 212

Tabel 1.10. Perbandingan Anti Epilepsi Pada aliran buangan di


Sludge Activated Proses dan Moving Bed Bio
Reaktor Pengobatan.

21
Gambar 1.4. Perbandingan penurunan COD di Anti Aliran
Epilepsi Pada limbah di Diaktifkan Proses
Sludge dan Moving Bed Bio Reaktor

Kesimpulan
Senyawa air limbah dipengaruhi oleh tawas, polielektrolit
dan poli dosis aluminium klorida. Proses penguapan juga efektif
untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap,
bersama dengan organik bias dalam air limbah yang dihasilkan
dari Kardiovaskular dan Anti pembuatan obat terapi epilepsi.
Degradasi biologis dengan moving bed bio reaktor bukannya
proses sludge activated konvensional dan adsorpsi dengan Arang
diaktifkan dengan nilai yodium tinggi pengolahan yang penting
untuk mencapai norma-norma. Pengolahan MBBR dapat secara
efektif digunakan dalam industri manufaktur obat untuk
pengolahan limbah mereka. Kualitas air limbah ini diperlakukan
Kardiovaskular dan obat terapi Anti-epilepsi untuk mencapai
kontrol otoritas polusi dan dapat menggunakan kembali untuk
tujuan utilitas air makeup dari menara pendingin, jalan.

22
1.2.2. Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan
tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semu
kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari
membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya,
menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas
lainnya.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagi reaksi
dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman
maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air.
Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan
dengan pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh
akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak
mungkin dapat dipertahankan tanpa air.
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air
tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai
sebagai sumber air harus dipelihara (Pardamean Sebayang, 2015).

1.2.3. Karakteristik Air


pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa
lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana disosiasi senyawa asam dan
basa lebih toksid dalam bentuk molekul, dimana disosiasi senyawa-
senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

23
DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO bisanya dinyatakan dalam
persentase saturasi.

BOD (Biological Oxygent Demand)


BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencemar)
yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD
digunakan untuk memonitoring kpasitas self purification bahan air
penerima.

COD (Chemical Oxygent Demand)


COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.
Didalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas)
adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi
bisa disebabkan oelh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

Senyawa-Senyawa Kimia yang Beracun


Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak
ketat (kurang lebih 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan
menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid
merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi
racun bagi manusia (Juna Sihombing, 2019).

24
1.2.4. Pengolahan Air Menjadi Air Minum
Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum proses fisik, kimia dan biologi air agar memenuhi
syarat yang digunakan sebagai air minum. Proses kimia pada pengolahan
air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi, dan oksidasi.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan pathogen dapat
berlangsung bersama – sama denga reaksi kimia dan fisik denga
pemberian desinfektan (Asmadi, 2012).

Metode pemurian air dapat digunakan untuk menghilangkan


padatan, mikroorganisme serta material organik dan inorganik. Pemilihan
metode bergantung pada kualitas sumber air, biaya proses, dan standar
kualitas air yang dihasilkan.
1. Pengaturan Derajat Keasaman / Kebasaan (pH)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Koefisien aktifitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental sehingga nilainya didasarkan pada perhitugan teoritis.
2. Koagulasi dan Flokulasi
Salah satu metode konvensional dalam proses pemurnian air adalah
penambahan bahan kimia untuk membuang partikel yang tidak
diinginkan didalam air. Penambahan koagulan seperti aluminium sulfat
atau iron salts dapat menyebabkan interaksi fisika dan kimia di antara
partikel.
3. Sand Filter
a. Rapid Sand Filter
Air mengalir secara vertikal melalui pasir yang dimiliki
lapisan dari karbon aktif di atas pasir. Lapisan bagian atas akan
menghilangkan kandungan organik yang berpengaruh terhadap rasa
dan bau.

25
b. Slow Sand Filter
Bergantung pada kecepatan air yang lamban melalui filter.
Ini sangat bergantung pada proses biologi dan fisika dan terdiri atas
beberapa lapisan pasir dengan susunan paling bawah adalah pasir
kasar dan pasir halus dibagian atas.
4. Membran Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan proses berbasis membran yang terletak
antara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Membran ultrafiltrasi yang
sering digunakan mrmiliki ukuran pori 0,01 mm sampai dengan 1 mm
(Pardamean Sebayang, 2015).

1.2.5. Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS


Alkalinitas
Alkalinitas atau yang lebih dikenal dengan total alkalinitas adalah
konsentrasi total dari unsur basa basa yang terkandung dalam air dan biasa
dinyatakan dalam mg/l atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3).

TDS (Total Dissolved Solid)


TDS (Total Dissolved Solid) adalah jumlah padatan terlarut (mg) dalam
satu liter air. Padatan terlarut terdiri dari senyawa senyawa anorganik dan
organic yang larut dalam air dan mempunyai ukuran lebih lebih kecil dari
padatan tersuspensi.

TSS (Total Suspended Solid)


TSS (Total Suspended Solid) adalah jumlah padatan tersuspensi (mg)
dalam satu liter air. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel partikel yang
bobot dan ukurannya lebih kecil dari sedimen tidak larut dalam air, dan
dapat langsung mengendap (Asmadi, 2012)

26
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Erlenmeyer (250 ml ) : 4 buah
2. Beaker Gelas( 500 ml ) : 1 buah
3. Beaker Gelas (1000 ml ) : 2 buah
4. Pipet Volume ( 25 ml ) : 2 buah
5. Pipet Volume (10 ml) : 1 buah
6. Bola Hisap : 2 buah
7. Buret (50 ml) : 1 buah
8. Pipet Tetes : 2 buah
9. TDS Meter : 1 buah
10. Pompa Vakum : 1 unit
11. Corong Buchner : 1 buah
12. Labu Buchner : 1 buah
13. Oven : 1 unit
14. Neraca Analitik : 1 unit
15. Desikator : 1 buah
16. Gegep Besi : 1 buah
17. Cawan Petridish : 2 buah
18. Corong Kaca : 1 buah
19. TDS Meter : 1 unit
20. Alat Filtrasi : 1 unit

27
2.1.2. Bahan
1. Air Sungai : 1000 ml
2. Indikator PP : 100 ml
3. Indikaor MO : 100 ml
4. H2SO4 0,02 N : 100 ml
5. Aquades : 500 ml

2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Wadah kaca akuarium yang akan dijadikan tempat filter air
diletakkan diatas kursi.
3. Susun bahan yang akan digunakan.
4. Masukkan busa filtrasi dan pasir halus dilapisan pertama.
5. Pasir kasar pada lapisan kedua.
6. Kerikil kecil pada lapisan ketiga.
7. Ijuk pada lapisan keempat.
8. Arang aktif granular dan arang aktif batok kelapa pada lapisan
kelima.
9. Ijuk pada lapisan keenam.
10. Zeolit pada lapisan ketujuh.
11. Setelah penyusunan setiap media filtrasi dilapisi dengan busa
filtrasi.

28
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Gambar 2.1. Perancangan Alat


Keterangan :
1. Busa filter
2. Pasir halus
3. Pasir kasar
4. Kerikil kecil
5. Ijuk
6. Arang aktif granular dan arang batok kelapa
7. Ijuk
8. Zeolit
9. Kerikil besar

29
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Labu ukur 100 ml diisi 1/3 aquades.
3. Larutan H2SO4 98% dipipet sebanyak 0,5 ml kedalam labu ukur
berisi aquades.
4. Aquades ditambahkan sampai tanda batas, dan dihomogenkan.

2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Air sungai sebagai sampel diukur dengan gelas ukur sebanyak 1000
ml menggunakan beaker glass 1000 ml.
2. Air sungai dituangkan kedalam alat filtrasi yang telah dirancang.
3. Kran air dibuka dan air sesudah di filtrasi ditampung pada beaker
glass 1000 ml.

2.2.4. Prosedur Kerja Alkalinity


Prosedur Kerja P-Alkalinity
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam sampel pada
masing – masing erlenmeyer, lalu diamati perubahan yang terjadi.
Apabila tidak terjadi perubahan berarti kadar P-Alkalinity sama
dengan nol.

30
Gambar 2.2. Penentuan P-Alkalinity

Prosedur Kerja M-Alkalinity


1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Indikator MO ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam setiap
sampel, lalu diamati perubahan yang terjadi. Kemudian dititrasi
dengan H2SO4 0,02 N sampai terbentuk larutan warna orange,
5. Volume titrasi yang didapat dicatat dalam data pengamatan.

Gambar 2.3. Penentuan M-Alkalinity

31
2.2.5. Prosedur Kerja TDS
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum dan sesudah filtrasi masing masing
dituang di beaker glass sebanyak 250 ml.
3. Alat TDS Meter dibilas menggunakan aquades.
4. Alat TDS Meter di on kan, dan dicelupkan ke masing masing
beaker glass berisi sampel.
5. Tunggu hingga TDS Meter stabil.
6. Catat lah kadar TDS (ppm) dan temperatur pada alat.
7. Bilas Alat dan keringkan menggunakan tisu.
8. Ulangi prosedur untuk setiap sampel.

Gambar 2.4. Penentuan TDS

32
2.2.6.Prosedur Kerja TSS
a. Preparasi Kertas Saring
1. Kertas saring dimasukkan kedalam corong buchner.
2. Aquades dimasukkan sebanyak 10 ml. Kemudian pompa
dihidupkan sampai semua aquades tersaring.
3. Kertas saring kemudian di pindahkan ke cawan petridish dan
dikeringkan di oven selama 30 menit dan didinginkan di desikator
selama 15 menit.
4. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring
kosong.
b. Prosedur Kerja TSS
1. Kertas saring yang telah kering, dirangkai seperti awal dan dibilas
menggunakan sampel sebanyak 5 ml, sambil meng on kan pompa
vakum, hingga tidak ada air yang menetes.
2. Kertas saring dimasukkan kembali kedalam oven selama 1 jam,
dan didinginkan didalam desikator selama 15 menit.
3. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring +
endapan.

Gaambar 2.5. Penentuan TSS

33
2.2.7.  Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS

Gambar 2.6. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa


Alkalinity, TDS dan TSS

34
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


3.1.1. Data Pengamatan M-Alkalinity

Tabel 3.1. Tabel Data Pengamatan M-Alkalinity

10

10

Pengamatan:
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
Larutan kuning Dititrasi Larutan orange.
H2SO4 0,02 N
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
Larutan kuning Dititrasi Larutan orange
H2SO4 0,02 N

35
3.1.2. Data Pengamatan P-Alkalinity
Tabel 3.2. Tabel Data Pengamatan P-Alkalinity

Pengamatan :
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator PP →Larutan tidak
berwarna
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator PP → Larutan tidak
berwarna
3.1.3. Data Pengamatan TDS, TSS
Tabel 3.3. Data Pengamatan TDS

Tabel 3.4. Data Pengamatan TSS

36
3.2. Pengolahan Data
3.2.1. Perhitungan Alkalinity
A. Perhitungan P Alkalinity
1. Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )
2. Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )

B. Perhitungan M-Alkalinity
a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity = 1000 × × BE
vol . sampel
NaHCO3
ml mek
1000 x 0,2 ml x 0,02
= l ml 84 mg/mek
×
10 ml
= 33,6 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity = 1000 × × BE
vol . sampel
NaHCO3
ml mek
1000 x 0,1 ml x 0,02
= l ml 84 mg/mek
×
10 ml
= 16,8 ppm

3.2.2. Perhitungan TSS


a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
( Berat Kertas+ Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel

37
( 473,2 mg ) −(466,4 mg)
TSS=
0,005 L
TSS=¿ 1360 ppm

b. Air Sungai Sesudah Filtrasi


( Berat Kertas+ Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel
( 478,1 mg ) −(471,9 mg)
TSS=
0,005 L
TSS=¿ 1240 ppm

3.2.3. Perhitungan TDS


a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 159 ppm
Suhu : 30,1 °C
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 143 ppm
Suhu : 30,0 °C

38
3.3. Reaksi
3.3.1. Air dengan Indikator PP

H2O +
Titrasi
Air
H2SO4 Ion
Hidronium

Indikator pp Indikator pp

sebelum terdisosiasi setelah terdisosiasi

i. Dengan Indikator MO

39
BAB IV
PEMBAHASAN

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa


penurunan nilai pH larutan. Pada saat penentuan alkalinitas pada sampel terdapat
proses pengolahan air sungai, dengan cara melakukan penyaringan pada alat
filtrasi yang telah dibuat sebelumnya dengan media busa filter, pasir, kerikil, ijuk,
arang aktif, dan zeolit. Dengan cara mengalirkan air dari atas alat filtrasi yang
diharapkan akan meningkatkan kualitas air tersebut.
Dalam analisa P- Alkalinity digunakan indikator PP sebanyak 3 tetes. Jika
warna larutan tidak berubah menjadi sedikit merah maka P-alkalinity sama
dengan nol. Dalam praktikum ini tidak dilanjutkan dengan titrasi menggunakan
H2SO4 0,02 N karena sampel tidak mengalami perubahan warna.
Analisa M-Alkalinity digunakan indikator MO sebanyak 1 tetes. Dan
sampel akan berubah menjadi larutan kuning dan dititrasi dengan larutan H2SO4
0,02 N sampai berubah warna menjadi larutan orange.
Analisa TSS dengan menggunakan metode gravimetri yaitu sampel
disaring menggunakan pompa vacum. Kertas saring dan filtrate di masukkan
kedalam petridish kemudian di panaskan didalam oven selama 1 jam dengan suhu
105°C dan didinginkan selama 15 menit pada desikator. Kertas saring dan filtrate
di timbang menggunakan neraca analitik dan dicatat beratnya.
Analisa TDS dengan menggunakan metode elektrometri menggunakan
alat TDS meter yaitu menuangkan sampel sebanyak 200 ml ke beaker glass, alat
TDS meter dibilas terlebih dahulu dengan aquades dan TDS meter di on kan
kemudian dicelupkan ke sampel ditunggu hingga stabil dan catat kadar TDS dan

40
temperaturnya, setelah selesai alat dibilas kembali dengan aquades dan
dikeringkan dengan tisu.
Dari praktikum yang dikerjakan P-alkalinity dari setiap sampel adalah nol.
Untuk air sungai sebelum difiltrasi, air sungai sesudah di filtrasi untuk M-
alkalinity adalah 33,6 ppm, 16,8 ppm. Untuk TDS 159 ppm, 143 ppm dan untuk
TSS 1360 ppm, 1240 ppm. Menurut Perarturan Pemerintah (PP) No 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, nilai
maksimum residu terlarut adalah 1000 mg/L sedangkan untuk residu tesuspensi
adalah 50 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai yang dianalisa memiliki
batas nilai maksimum untuk residu terlarut dan residu tersuspensi yang telaah
ditetapkan oleh Pemerintah.
Penyebab terbentuknya TDS adalah adanya bahan-bahan anorganik berupa
ion-ion yang banyak dijumpai diperairan, contohnya pembuangan yang berasal
dari rumah tangga biasanya banyak mengandung sabun, detergen yang larut dalam
air. Banyaknya zat terlarut dalam air perlu disesuaikan agar dapat dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari. Karena padatan yang terlarut daklam air dapat
menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap ketersediaan air.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa karbonat merupakan suatu garam dari asam karbonat, yang
dicirikan adanya ion karbonat. Senyawa bikarbonat bentuk antara dari
deprotonasi asam karbonat merupakan anion poliatomik. Hidroksida suatu
ion poliatomik yang terdiri dari oksigen dan hidrogen (OH-).
2. Jenis-jenis indikator yang digunakan dalam praktikum ini adalah indikator
fenolftalein digunakan dalam penentuan p-alkalinity dan indikator metyl
orange digunakan dalam penentuan m-alkalinity.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity adalah pH sampel,
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion.
4. Pada percobaan M-alkalinity air sungai sebelum filtrasi adalah 33,6 ppm
sedangkan untuk air sungai setelah filtrasi adalah 16,8 ppm. Dan p-
alkalinity setiap sampel adalah 0.
5. Pada penentuan TSS pada sampel air sungai sebelum filtrasi adalah 1360
ppm dan setelah filtrasi 1240 ppm.
6. Pada penentuan TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi adalah 159
ppm dan air sungai setelah filtrasi adalah 143 ppm

5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan penimbangan dan pembacaan titik
akhir titrasi praktikan harus benar benar teliti agar hasil yang diperoleh
akurat.

42
43

Anda mungkin juga menyukai