Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan Laporan Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri ini tepat
pada waktunya yang berjudul “Analisa Alkalinity, TDS dan TSS”
Saya menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
saya. Akhirnya saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkompeten. Akhir kata saya sampaikan terima kasih.
Dandi Saputra
vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
LEMBAR ASISTENSI................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum........................................................................ 1
1.2. Landasan Teori............................................................................ 1
1.2.1. Comparison Study of Waste Water Generated
From Manufacturing of Cardivaskular and
Anti-Epileptic Bulk Drugs With ASP and
MBBR Treatment............................................................
1.2.2. Air..................................................................................... 13
1.2.3. Karateristik Air................................................................. 13
1.2.4. Pengolahan Air menjadi Air Minum ............................... 15
1.2.6 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS.......................... 16
BAB II METODOLOGI................................................................................ 17
2.1. Alat dan Bahan............................................................................ 17
2.1.1. Alat.................................................................................. 17
2.1.2. Bahan............................................................................... 18
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Air Limbah Serta Analisa
Alkalinity, TDS dan TSS............................................................. 18
2.2.1. Perancangan Alat.............................................................. 18
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen.................................. 20
2.2.3. Prosedur Kerja Pengolahan Air........................................ 20
2.2.4. Prosedur Kerja Alkalinity................................................. 20
2.2.5. Prosedur Kerja TDS......................................................... 22
2.2.6. Prosedur Kerja TSS.......................................................... 23
2.2.7. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa
Alkalinity, TDS dan TSS................................................. 24
viii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Perbandingan Penurunan Kadar COD di Kardiovaskular.........
10
BAB I
PENDAHULUAN
11
penguapan dan limbah pencucian laboratorium. Masalah yang terlibat
dalam obat massal limbah pengolahan air sebagai karakteristik beragam
obat Massal buang air, obat-obatan yang berbeda menghasilkan
berbagai jenis limbah, jumlah variabel produk, pencampuran obat
buang dengan jenis lain dari limbah dan juga, mungkin mengandung
tinggi COD/BOD dan sangat bervariasi pH.
12
proses koagulasi dengan menggunakan agen koagulan, sebagian besar
senyawa ditangguhkan dan lainnya yang menetap di bagian bawah.
Dalam pemisahan senyawa teknik menetap dipisahkan, untuk
membantu pengurangan COD dan BOD dalam limbah. Dalam proses
distilasi berjumlah melarutkan padatan (TDS) dipisahkan bersama
dengan senyawa yang mudah menguap. Proses ini paling efektif untuk
mengurangi COD dan TDS.
Pengolahan Sekunder
Metode pengolahan ketiga adalah degradasi biologis. Terutama
pengembangan bakteri pseudomonas diterapkan dengan budaya
campuran dengan 1600 ppm MLVSS. Dalam metode ini setelah 96 jam
udara segar terus menerus diberikan, degradasi bio selesai di Activated
Proses Sludge (ASP) dan Moving proses Bio Reaktor (MBBR) BOD
dan COD berkurang pada tingkat optimal.
Pengolahan Tersier
Dalam arang aktif pengolahan sebagainya granular dengan nilai
iodine 900, digunakan 100 Volume mL untuk 100 mL yang air limbah
bagi adsorpsi karbon. Setelah melewati kolom Karbon Aktif, COD
berkurang hingga diperlukan parameter limbah. Karakterisasi,
diperlakukan limbah ditandai dengan berbagai teknik modern seperti
COD analyzer, BOD analyzer, setup Distilasi, TDS meter, Digital pH
meter, Meredam tungku, Oven.
13
Pengolahan Primer
Netralisasi dilakukan dengan asam encer sulfat dan koagulasi
dilakukan dengan Alum aluminium, solusi poli-elektrolit dan poli
aluminium klorida. Metode kedua diterapkan setelah mengeluarkan dari
pertama 10% Volume boiler rendah, COD berkurang drastis.
Pengolahan biologis air limbah adalah metode pengolahan yang paling
umum dan ekonomis, namun metode biologis telah menunjukkan tidak
cukup untuk menghilangkan semua konstituen yang berpotensi
berbahaya dari air limbah.
14
Tabel 1.1. Kualitas Bertahap dari ASP dan MBBR Pengolahan
Kardiovaskular Berkonsentrasi Aliran Buangan
Pengolahan
ASP COD MBBR COD
(Waktu Retensi )
24 180 11
48 81 5
72 62 5
96 50 5
15
Tabel 1.3. Perbandingan Kardiovaskular Berkonsentrasi Aliran
Limbah di Aktifasi
16
Tabel 1.4. Perbandingan Kardiovaskular Encer Aliran Limbah di
Activated Proses Sludge dan Moving Bed Bio Reaktor
Awalnya nilai COD dari limbah sangat tinggi yaitu 31.600 ppm,
setelah pengolahan fisiko-kimia mengurangi 24%, maka dalam
proses penguapan mengurangi secara drastis, dalam pengolahan
biologis dalam ASP yang mengurangi tingkat optimal dan di
MBBR mengurangi pada tingkat maksimum, yang tersisa COD
berkurang dalam pengobatan adsorpsi arang, tren perawatan ini
ditampilkan di Tabel 1.5.
Tabel 1.5. Kualitas dari ASP dan MBBR Pada Pengolahan Anti
Epilepsi Konsentrat Aliran Buangan
17
Pada Gambar 1.1 mengungkapkan bahwa 118 ppm pengurangan
COD di MBBR lebih dari pengobatan ASP.
24 300 37
48 197 16
18
Tabel 1.7. Perbandingan Anti Epilepsi Konsentrat Aliran Limbah
di ASP dan MBBR.
Kualitas awal di
Parameter ASP MBBR
ppm
TDS 53,364 60 49
19
Tabel 1.8. Kualitas Bertahap dari ASP dan MBBR Pengobatan
Anti Epilepsi Cair Pada aliran buangan.
920
11 739
130
20
Tabel 1.9. Degradasi Biologis di ASP dan MBBR dari Anti-
Epilepsi Pada aliran limbah.
Pengolahan
ASP COD MBBR COD
(Waktu Retensi )
24 1582 980
48 1102 692
72 644 402
96 312 212
21
Gambar 1.4. Perbandingan penurunan COD di Anti Aliran
Epilepsi Pada limbah di Diaktifkan Proses
Sludge dan Moving Bed Bio Reaktor
Kesimpulan
Senyawa air limbah dipengaruhi oleh tawas, polielektrolit
dan poli dosis aluminium klorida. Proses penguapan juga efektif
untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap,
bersama dengan organik bias dalam air limbah yang dihasilkan
dari Kardiovaskular dan Anti pembuatan obat terapi epilepsi.
Degradasi biologis dengan moving bed bio reaktor bukannya
proses sludge activated konvensional dan adsorpsi dengan Arang
diaktifkan dengan nilai yodium tinggi pengolahan yang penting
untuk mencapai norma-norma. Pengolahan MBBR dapat secara
efektif digunakan dalam industri manufaktur obat untuk
pengolahan limbah mereka. Kualitas air limbah ini diperlakukan
Kardiovaskular dan obat terapi Anti-epilepsi untuk mencapai
kontrol otoritas polusi dan dapat menggunakan kembali untuk
tujuan utilitas air makeup dari menara pendingin, jalan.
22
1.2.2. Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan
tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semu
kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari
membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya,
menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas
lainnya.
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagi reaksi
dan proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman
maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air.
Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan
dengan pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh
akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak
mungkin dapat dipertahankan tanpa air.
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air
tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan
bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai
sebagai sumber air harus dipelihara (Pardamean Sebayang, 2015).
23
DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO bisanya dinyatakan dalam
persentase saturasi.
Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.
Didalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas)
adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi
bisa disebabkan oelh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
24
1.2.4. Pengolahan Air Menjadi Air Minum
Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum proses fisik, kimia dan biologi air agar memenuhi
syarat yang digunakan sebagai air minum. Proses kimia pada pengolahan
air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi, dan oksidasi.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan pathogen dapat
berlangsung bersama – sama denga reaksi kimia dan fisik denga
pemberian desinfektan (Asmadi, 2012).
25
b. Slow Sand Filter
Bergantung pada kecepatan air yang lamban melalui filter.
Ini sangat bergantung pada proses biologi dan fisika dan terdiri atas
beberapa lapisan pasir dengan susunan paling bawah adalah pasir
kasar dan pasir halus dibagian atas.
4. Membran Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi merupakan proses berbasis membran yang terletak
antara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Membran ultrafiltrasi yang
sering digunakan mrmiliki ukuran pori 0,01 mm sampai dengan 1 mm
(Pardamean Sebayang, 2015).
26
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat
1. Erlenmeyer (250 ml ) : 4 buah
2. Beaker Gelas( 500 ml ) : 1 buah
3. Beaker Gelas (1000 ml ) : 2 buah
4. Pipet Volume ( 25 ml ) : 2 buah
5. Pipet Volume (10 ml) : 1 buah
6. Bola Hisap : 2 buah
7. Buret (50 ml) : 1 buah
8. Pipet Tetes : 2 buah
9. TDS Meter : 1 buah
10. Pompa Vakum : 1 unit
11. Corong Buchner : 1 buah
12. Labu Buchner : 1 buah
13. Oven : 1 unit
14. Neraca Analitik : 1 unit
15. Desikator : 1 buah
16. Gegep Besi : 1 buah
17. Cawan Petridish : 2 buah
18. Corong Kaca : 1 buah
19. TDS Meter : 1 unit
20. Alat Filtrasi : 1 unit
27
2.1.2. Bahan
1. Air Sungai : 1000 ml
2. Indikator PP : 100 ml
3. Indikaor MO : 100 ml
4. H2SO4 0,02 N : 100 ml
5. Aquades : 500 ml
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.1. Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Wadah kaca akuarium yang akan dijadikan tempat filter air
diletakkan diatas kursi.
3. Susun bahan yang akan digunakan.
4. Masukkan busa filtrasi dan pasir halus dilapisan pertama.
5. Pasir kasar pada lapisan kedua.
6. Kerikil kecil pada lapisan ketiga.
7. Ijuk pada lapisan keempat.
8. Arang aktif granular dan arang aktif batok kelapa pada lapisan
kelima.
9. Ijuk pada lapisan keenam.
10. Zeolit pada lapisan ketujuh.
11. Setelah penyusunan setiap media filtrasi dilapisi dengan busa
filtrasi.
28
9
8
7
6
5
4
3
2
1
29
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Labu ukur 100 ml diisi 1/3 aquades.
3. Larutan H2SO4 98% dipipet sebanyak 0,5 ml kedalam labu ukur
berisi aquades.
4. Aquades ditambahkan sampai tanda batas, dan dihomogenkan.
30
Gambar 2.2. Penentuan P-Alkalinity
31
2.2.5. Prosedur Kerja TDS
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum dan sesudah filtrasi masing masing
dituang di beaker glass sebanyak 250 ml.
3. Alat TDS Meter dibilas menggunakan aquades.
4. Alat TDS Meter di on kan, dan dicelupkan ke masing masing
beaker glass berisi sampel.
5. Tunggu hingga TDS Meter stabil.
6. Catat lah kadar TDS (ppm) dan temperatur pada alat.
7. Bilas Alat dan keringkan menggunakan tisu.
8. Ulangi prosedur untuk setiap sampel.
32
2.2.6.Prosedur Kerja TSS
a. Preparasi Kertas Saring
1. Kertas saring dimasukkan kedalam corong buchner.
2. Aquades dimasukkan sebanyak 10 ml. Kemudian pompa
dihidupkan sampai semua aquades tersaring.
3. Kertas saring kemudian di pindahkan ke cawan petridish dan
dikeringkan di oven selama 30 menit dan didinginkan di desikator
selama 15 menit.
4. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring
kosong.
b. Prosedur Kerja TSS
1. Kertas saring yang telah kering, dirangkai seperti awal dan dibilas
menggunakan sampel sebanyak 5 ml, sambil meng on kan pompa
vakum, hingga tidak ada air yang menetes.
2. Kertas saring dimasukkan kembali kedalam oven selama 1 jam,
dan didinginkan didalam desikator selama 15 menit.
3. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring +
endapan.
33
2.2.7. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS
34
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
10
10
Pengamatan:
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
Larutan kuning Dititrasi Larutan orange.
H2SO4 0,02 N
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator MO →Larutan kuning
Larutan kuning Dititrasi Larutan orange
H2SO4 0,02 N
35
3.1.2. Data Pengamatan P-Alkalinity
Tabel 3.2. Tabel Data Pengamatan P-Alkalinity
Pengamatan :
1. Air sungai sebelum filtrasi + Indikator PP →Larutan tidak
berwarna
2. Air sungai sesudah filtrasi + Indikator PP → Larutan tidak
berwarna
3.1.3. Data Pengamatan TDS, TSS
Tabel 3.3. Data Pengamatan TDS
36
3.2. Pengolahan Data
3.2.1. Perhitungan Alkalinity
A. Perhitungan P Alkalinity
1. Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )
2. Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi
P Alkalinity = 0
( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )
B. Perhitungan M-Alkalinity
a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity = 1000 × × BE
vol . sampel
NaHCO3
ml mek
1000 x 0,2 ml x 0,02
= l ml 84 mg/mek
×
10 ml
= 33,6 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity = 1000 × × BE
vol . sampel
NaHCO3
ml mek
1000 x 0,1 ml x 0,02
= l ml 84 mg/mek
×
10 ml
= 16,8 ppm
37
( 473,2 mg ) −(466,4 mg)
TSS=
0,005 L
TSS=¿ 1360 ppm
38
3.3. Reaksi
3.3.1. Air dengan Indikator PP
H2O +
Titrasi
Air
H2SO4 Ion
Hidronium
Indikator pp Indikator pp
i. Dengan Indikator MO
39
BAB IV
PEMBAHASAN
40
temperaturnya, setelah selesai alat dibilas kembali dengan aquades dan
dikeringkan dengan tisu.
Dari praktikum yang dikerjakan P-alkalinity dari setiap sampel adalah nol.
Untuk air sungai sebelum difiltrasi, air sungai sesudah di filtrasi untuk M-
alkalinity adalah 33,6 ppm, 16,8 ppm. Untuk TDS 159 ppm, 143 ppm dan untuk
TSS 1360 ppm, 1240 ppm. Menurut Perarturan Pemerintah (PP) No 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, nilai
maksimum residu terlarut adalah 1000 mg/L sedangkan untuk residu tesuspensi
adalah 50 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai yang dianalisa memiliki
batas nilai maksimum untuk residu terlarut dan residu tersuspensi yang telaah
ditetapkan oleh Pemerintah.
Penyebab terbentuknya TDS adalah adanya bahan-bahan anorganik berupa
ion-ion yang banyak dijumpai diperairan, contohnya pembuangan yang berasal
dari rumah tangga biasanya banyak mengandung sabun, detergen yang larut dalam
air. Banyaknya zat terlarut dalam air perlu disesuaikan agar dapat dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari. Karena padatan yang terlarut daklam air dapat
menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap ketersediaan air.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Senyawa karbonat merupakan suatu garam dari asam karbonat, yang
dicirikan adanya ion karbonat. Senyawa bikarbonat bentuk antara dari
deprotonasi asam karbonat merupakan anion poliatomik. Hidroksida suatu
ion poliatomik yang terdiri dari oksigen dan hidrogen (OH-).
2. Jenis-jenis indikator yang digunakan dalam praktikum ini adalah indikator
fenolftalein digunakan dalam penentuan p-alkalinity dan indikator metyl
orange digunakan dalam penentuan m-alkalinity.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity adalah pH sampel,
komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion.
4. Pada percobaan M-alkalinity air sungai sebelum filtrasi adalah 33,6 ppm
sedangkan untuk air sungai setelah filtrasi adalah 16,8 ppm. Dan p-
alkalinity setiap sampel adalah 0.
5. Pada penentuan TSS pada sampel air sungai sebelum filtrasi adalah 1360
ppm dan setelah filtrasi 1240 ppm.
6. Pada penentuan TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi adalah 159
ppm dan air sungai setelah filtrasi adalah 143 ppm
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan penimbangan dan pembacaan titik
akhir titrasi praktikan harus benar benar teliti agar hasil yang diperoleh
akurat.
42
43