Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK INSANI MEDICA

NOMOR X TAHUN 2022


TENTANG
PELAYANAN KEFARMASIAN

KEPALA KLINIK

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Klinik


Insani Medica terutama pelayanan kefarmasian dan
pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi,
maka perlu adanya kebijakan pelayanan farmasi di
Klinik Insani Medica.;
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu, efisiensi dan
efektifitas pelayanan farmasi di klinik, berdasarkan
prinsip pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care)
perlu adanya standar pelayanan Farmasi yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan
kefarmasian di Klinik
c. Bahwa kebijakan Pelayanan Farmasi dapat dijadikan
acuan dan pedoman dalam bekerja bagi seluruh bidang
pelayanan di Instalasi Farmasi khususnya dan bagian
lain pada umumnya yang terkait dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan fungsi masing-masing.

Mengingat : a. Undang-Undang republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 Tentang kesehatan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
tahun 2021 tentang standar pelayanan kefarmasian di Klinik;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK INSANI MEDICA


Pertama : pelayanan kefarmasian di klinik adalah suatu proses yang
mencakup pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
kefarmasian. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan
siklus kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpaan, pendistribusian,
pengendaliaan, penghapusan, administrasi, dan pelaporan
dan evaluasi. Pelayanan kefarmasian meliputi pengkajian
resep, dispensing obat, pemantauan dan pelaporan efek
samping obat, pelayanan informasi obat, dan konseling
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya..

Ditetapkan di : Jepara
Pada tanggal :
KEPALA KLINIK INSANI
MEDICA

dr. Pramita Sukti S


NIP. 19880711201412 2001

LAMPIRAN KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK


INSANI MEDICA
NOMOR :
TANGGAL :
I. PENGELOLAAN PERBEKALAN KEFARMASIAN
1. Pemilihan :
a. Pemilihan perbekalan farmasi berdasarkan pada jumlah pasien/kunjungan
dan pola penyakit di klinik
b. Pemilihan jenis perbekalan farmasi dilaksanakan seminimal mungkin
terkait dengan kesamaan jenis.
c. Pemilihan jenis obat dapat dilakukan berdasarkan jenis obat pilihan (drug
of choice) dari penyakit yang prevelensinya tinggi.
d. Pemilihan perbekalan farmasi terutama dilaksanakan oleh Panitia Farmasi
dan Terapi (PFT) dengan persetujuan Pimpinan kepala klinik insani
medica untuk dapat dimasukkan ke dalam Formularium Klinik
2. Perencanaan kebutuhan :
a. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pada metode
konsumsi, jumlah kunjungan pasien, pola penyakit, dan waktu tunggu
(lead time).
b. Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan sistem komputerisasi
berdasarkan program stok minimal dan stok maksimal berupa saran order.
3. Pengadaan :
a. Pengadaan perbekalan farmasi dapat berupa pembelian dan donasi/sampel
yang diberikan oleh PBF
b. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan 1 (satu) kali seminggu melalui
PBF dengan membuat Surat Pesanan (SP)
c. Jika ada hari besar/ libur nasional yang jatuh pada hari pengadaan maka
pada satu hari pengadaan sebelumnya dilaksanakan “permintaan double”
yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan klinik satu hari setelah
hari pengadaan sampai satu hari Instalasi farmasi dapat melakukan
pengadaan kembali.
d. Pengadaan obat-obat golongan narkotika di klinik insani medica
dilakukan melalui Perusahaan Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma
e. Untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi kosong atau tidak
tersedia, maka pengadaan dilakukan melalui apotek rekanan atau non
rekanan.
f. Untuk memenuhi kebutuhan obat yang kosong atau tidak tersedia, dapat
dilakukan penggantian dengan padanan yang sama zat aktif dan fungsi,
bila telah mendapat persetujuan dari dokter penulis resep.
4. Penerimaan :
a. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker yang
ditunjuk di bawah pengawasan apoteker penanggung jawab
b. Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasi pada surat pesanan dan faktur.
c. Pemeriksaan perbekalan farmasi yang diterima meliputi:
1) Jenis dan nama perbekalan farmasi
2) Jumlah perbekalan farmasi
3) Kondisi fisik perbekalan farmasi
4) Tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi
5) Memiliki Material Safety Data Sheet (MSD)
5. Penyimpanan :
a. Perbekalan Farmasi harus disimpan di tempat yang dapat menjamin
terhindar dari gangguan fisik dan dapat menjaga mutu obat selama
penyimpanan.
b. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas farmasi
c. Penyusunan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan
alfabetis dengan prinsip First Expired First Out (FEFO) danFirst in First
Out(FIFO)
d. Penyusunan obat yang Look A Like Sound A like (LASA) tidak boleh
saling berdampingan/berdekatan.
e. Penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan penyimpanan narkotika.
Narkotika disimpan dalam lemari yang terkunci ganda (double) dan setiap
pengeluaran harus diketahui oleh penanggungjawabnya dan dicatat.
f. Psikotropika disimpan terpisah dari obat selain psikotropika dan terkunci.
g. Obat dengan kategori high alert disimpan terpisah dari obat lain selain
obat high alertdan diberi label merah.
h. Obat emergency disimpan dalam trolley/box/KIT emergency, terkunci dan
menggunakan kunci
i. Perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, dan
cahaya disimpan pada suhu dan tempat yang sesuai.
j. Penyimpanan harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan untuk
menjamin mutu, menghindar dari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga ketersediaan dan mudah dalam pencarian dan
pengawasan.
k. Seluruh perbekalan farmasi yang disimpan harus dilakukan pemantauan
penyimpanannya secara berkala untuk memastikan obat disimpan secara
benar.
l. Perbekalan farmasi dapat ditarik bila diperlukan karena alasan tertentu.
6. Penyiapan dan Pengemasan
a. Perbekalan farmasi yang akan diberikan kepada seluruh pasien dikemas
dan diberi label etiket obat sesuai dengan instruksi dokter yang tertera
pada resep dengan memperhatikan jenis dan stabilitas obat.
b. Penyiapan dan pengemasan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas
farmasi
c. Pencampuran obat steril dilakukan oleh apoteker dan oleh perawat diluar
jadwal apoteker. Perawat yang melakukan pencampuran adalah perawat
dengan kriteria sebagai penanggungjawab perawat ruangan yang sudah
diberikan diklat.
7. Pendistribusian :
a. Distribusi obat dilakukan secara tersentralisasi di Instalasi Farmasi untuk
pasien rawat jalan dan rawat inap.
b. Pendistribusian perbekalan farmasi di klinik terdiri atas:
1) Distribusi untuk pasien rawat jalan
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dilakukan
berdasarkan resep
b) Penyerahan perbekalan farmasi rawat jalan dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker yang diberi wewenang.
c) Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan dilakukan
dengan memberikan informasi obat kepada pasien.
2) Distribusi untuk pasien rawat inap
a) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dilakukan
dengan system kombinasi resep individual. Penyerahan perbekalan
farmasi rawat inap dilakukan oleh apoteker atau petugas yang
diberi wewenang.
c. Penyerahan
Pada saat di distribusikan, petugas yang melakukan serah terima
memeriksa kesesuaian pengeluaran perbekalan farmasi baik dari jumlah,
jenis, dan kondisi fisik, kemudian di ruangan disimpan sesuai dengan
stabilitas perbekalan farmasi.Petugas yang menyerahkan perbekalan
farmasi adalah apoteker atau tenaga teknik kefarmasian yang kompeten
sesuai dengan kredensialnya.
d. Bentuk Distribusi
1) Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
dilakukan dalam bentuk paling siap digunakan untuk diberikan pada
pasien.
2) Bentuk paling siap digunakan adalah seluruh perbekalan farmasi yang
diberikan sudah dikemas, diberi label mulai dari identitas pasien ,
yaitu nama pasien, nomor CM, dan nomor registrasi, nama obat,
dosis, jumlah dan cara pakai.
3) Waktu pelayanan obat yang ditetapkan adalah obat jadi 10 menit,
sedangkan obat racikan 20 menit. Waktu tersebut dihitung setelah
resep selesai diberi harga.
4) Untuk resep pasien rawat jalan, dilakukan proses telaah resep terlebih
dahulu oleh apoteker sebelum dilaksanakan pelayanan resep
selanjutnya.
5) Untuk resep rawat inap, petugas farmasi mengisi formulir pemberian
obat untuk terapi pertama, kemudian obat diserahkan kepada petugas
ruang perawatan.
6) Setiap hari, apoteker farmasi klinik melakukan visite ke ruang
perawatan untuk mengawasi pemberian obat kepada pasien rawat inap
untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan obat dan menggunakan
obat pada waktu yang tepat dengan mencocokan antara Daftar
Pemberian Obat, obat pasien dan etiket obat tersebut.
7) Apoteker farmasi klinik mengawasi penggunaan obat yang dibawa
sendiri oleh pasien dengan menggunakan Formulir Rekonsiliasi Obat
Yang Dibawa Sendiri Oleh Pasien yang merupakan bentuk koordinasi
antara dokter, apoteker dan perawat.
8. Pemusnahan :
a. Pengelolaan perbekalan farmasi rusak dan kadaluarsa berada di bawah
pengawasan apoteker penanggung jawab. Pemusnahan perbekalan farmasi
rusak atau kadaluarsa bekerja sama dengan bagian Kesehatan Lingkungan
klinik, dimana perbekalan farmasi yang rusak tersebut di inventaris
kemudian dibuatkan berita acara pemusnahan dan diserah terima kan pada
bagian Kesehatan Lingkungan klinik untuk dimusnahkan.
b. Untuk obat-obat narkotika dan psikotopika, apabila rusak atau kadaluarsa,
kegiatan pemusnahan nya harus disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan
setempat.
c. Resep dimusnahkan setelah disimpan selama 5 tahun oleh Apoteker
dengan disaksikan oleh Manajer Penunjang Medis dan Asisten Apoteker
dan dilaporkan Berita Acara Pemusnahannya kepada pimpinan klinik
insani medica
9. Pengawasan Kuantitas Perbekalan Farmasi
Seluruh perbekalan farmasi yang ada di klinik insani medica baik di instalasi
farmasi, ruang perawatan maupun penunjang medis lainnya harus diawasi
dengan cara stok opname.
a. Stok Opname
 Unit kerja yang terkait dalam pelaksanaan stok opname :Instalasi
Farmasi
 Jadwal stok opname menggunakan jadwal yang telah ditetapkan
yaitu setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan pembagian personil yang
sudah ditetapkan
 Selama proses kegiatan stok opname, pelayanan Rawat Jalan
maupun Rawat Inap dilakukan secara manual (tidak
ditransaksikan dengan menggunakan komputer).

II. : PELAYANAN KEFARMASIAN

Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian maka diatur kebijakan sebagai berikut :

A. Pengkajian resep
Setiap resep yang diterima untuk dilayani harus dikaji terlebih dahulu oleh Apoteker
dan atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten yang dapat melakukan
konfirmasi dengan dokter penulis resep bila ditemukan persyaratan resep tidak tepat
atau ketidakjelasan tetap dalam pengawasan Apoteker.
Aspek yang ditelaah dalam pengkajian resep meluputi :
a. Persyaratan administrasi
1. Tanggal Resep
2. Nama Pasien dan No. Rekam Medis
3. Berat Badan
4. Nama Dokter
5. Nama Obat
6. Paraf Dokter
7. Tulisan Dokter Tidak Terbaca
b. Persyaratan farmaseutika
1. Bentuk sediaan
2. Kekuatan sediaan
3. Stabilitas sediaan
4. Dosis dan jumlah obat
5. Waktu dan frekuensi pemberian
6. Cara pemberian
c. Persyaratan klinis
1. Indikasi
2. Waktu penggunaan
3. Duplikasi pengobatan
4. Interaksi obat
5. Data alergi obat pasien
6. Polifarmasi

Kriteria resep yang harus ditelaah di Klinik insani medica :


1. Resep untuk anak dan lanjut usia
2. Resep yang lebih dari lima komponen obat (polifarmasi).
3. Resep racikan.

Penelaahan atau pengkajian ketepatan obat dapat dikecualikan atau tidak mutlak
dilakukan pada :
1. Kondisi / keadaan darurat atau
2. Bila dokter pemesan hadir untuk pemesanan, pemberian dan monitoring pasien (di
IGD), atau
3. Diagnostic imaging dimana obat merupakan bagian dari prosedur
Apabila ditemukan suatu temuan selama telaah resep harus dicatat dan dilakukan
evaluasi.
B. DispensingObat
Seluruh resep yang masuk ke Instalasi akan dilayani seluruhnya sesuai dengan
prosedur mulai dari pencampuran, peracikan, pengemasan sampai penyerahan kepada
pasien rawat jalan atau perawat untuk pasien rawat inap oleh seluruh petugas farmasi
yang dinas sesuai dengan wewenangnya masing-masing.
C. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Seluruh perbekalan farmasi terutama obat di Klinik insani medica dipantau
penggunaannya untuk keamanan dan keselamatan pasien serta dilaporkan kepada
Apoteker jika ada efek samping obat untuk ditindaklanjuti.
D. Pelayanan Informasi Obat
PIO dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker dibawah bimbingan Apoteker yang
ditunjuk memberikan pelayanan PIO.
E. Konseling / Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
Konseling / KIE dilakukan secara selektif maupun sewaktu oleh Apoteker yang
ditunjuk dengan menggunakan literatur farmasi jika diperlukan sesuai dengan
kewenangannya.
Adapun criteria pasien yang diberikan konseling dan KIE adalah :
1. Pasien dengan penyakit kronik.
2. Pasien yang mendapatkan obat lebih dari lima komponen (polifarmasi).
3. Pasien yang mendapatkan obat indeks terapi sempit.
4. Pasien yang mendapatkan variasi rute pemberian dan aturan pakai.
5. Pasien baru dan akan pulang untuk pasien rawat inap.

Ditetapkan di : Jepara
Pada tanggal :
KEPALA KLINIK INSANI MEDICA

dr. Pramita Sukti S


NIP. 19880711201412 2001

Anda mungkin juga menyukai