Anda di halaman 1dari 16

SISTEM DESENTRALISASI DALAM

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


PERSPEKTIF YURIDIS KONSTITUSIONAL

Reynold Simandjuntak
Universitas Negeri Menado
reynoldsim72@yahoo.com

Abstrak
Unitary state is the foundation of understanding the limits of the contents of autonomy.
Selection of a form of state will be very closely related to the social structure and ethnic
communities in the country. The principle of unity is needed because of the diversity of
ethnicity, race, religion, and culture inherited by the Indonesian nation in the history of
Indonesian nation requires united with as tight-tightly in diversity. Unitary Republic
of Indonesia is divided into areas of the province. The provincial areas divided over the
districts and areas of the city. Each provincial, district and local government areas of the
city have regulated by law. The provincial, district, and the city set up and manage their
own affairs in accordance with the principle of autonomy and duty of assistance.
Negara kesatuan merupakan landasan batas dari isi pengertian otonomi. Pemilihan
sebuah bentuk negara akan sangat erat kaitannya dengan struktur sosial dan etnisitas
masyarakat yang ada dalam negara tersebut. Prinsip persatuan sangat dibutuhkan
karena keragaman suku, bangsa, agama, dan budaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesia
dalam sejarah mengharuskan bangsa indonesia bersatu dengan seerat-eratnya dalam
keragaman. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.
Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.

Kata Kunci: Negara kesatuan, otonomi, desentralisasi

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar urusan pemerintahan menurut asas otonomi
Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI dan tugas pembantuan.” Penyelenggaraan
1945) menyebutkan bahwa “Negara pemerintahan daerah kemudian dilakukan
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi berdasar prinsip otonomi seluas-luasnya,
dan daerah provinsi itu dibagi atas kecuali urusan pemerintahan yang oleh
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, undang-undang ditentukan sebagai urusan
kabupaten dan kota itu mempunyai Pemerintah Pusat.
pemerintahan daerah, yang diatur dengan
Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Undang-Undang”. Sedangkan Pasal 18 UUD Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
19945 ayat (2) sebagai ground norm dari 1945, pemerintah daerah berwenang untuk
pemerintahan daerah secara tegas mengatur dan mengurus sendiri urusan
menyatakan: “Pemerintah provinsi, kota/ pemerintahan menurut asas otonomi dan
kabupaten, mengatur, dan mengurus tugas pembantuan.
sendiri

57
58 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

Pemberianotonomiluaskepadadaerahdiarahkan Kekuasaan pemerintah dalam suatu


untuk mempercepat terwujudnya negara yang berbentuk kesatuan seperti itu
kesejahteraan masyarakat melalui dapat diselenggarakan dengan cara
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan terhimpun/ ditumpuk (gathered) secara
peran serta masyarakat. Di samping itu sentralisasi (centralized)4, sehingga segala
melalui otonomi luas, daerah diharapkan urusan dalam negara terletak di tangan
mampu meningkatkan daya saing dengan pemerintah pusat (central government), dan
memperhatikan prinsip demokrasi, semua kewenangan pemerintah dilakukan
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan oleh satu pusat pemerintahan (single
kekhususan serta potensi dan centralized government), atau oleh pusat
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara bersama-sama dengan organnya yang
Kesatuan Republik Indonesia. berada/ dipencarkan di daerah-daerah.5
Memperbincangkan hubungan pusat dan Pemencaran organ-organ yang menjalankan
daerah dalam bingkai negara kesatuan kewenangan pemerintah pusat di daerah-
cukup menarik untuk dikaji. Masalah yang daerah seperti itu, menurut Bagir Manan
timbul dalam prakteknya yaitu mengenai dikenal sebagai dekonsentrasi (centralisatie
tarik- menarik kepentingan jelas merupakan met de deconcentratie), di mana semua
hal yang tidak dapat dihindarkan. Untuk kewenangan menyelenggarakan
negara kesatuan, upaya pemerintah pusat pemerintahan daerah, termasuk kewenangan
untuk selalu memegang kendali atas organ-organ dalam membentuk peraturan
berbagai urusan pemerintahan sangat jelas. perundang-undangan didasarkan atau
Kelaziman negara yang berbentuk kesatuan sangat tergantung pada pemerintah (pusat).6
pemegang otoritas pemerintahan adalah Negara Kesatuan adalah negara yang
pusat. Kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat atau nasional memegang
pusat kepada daerah sangat terbatas.1 kedudukan tertinggi, dan memiliki
Negara kesatuan adalah sebuah negara kekuasaan penuh dalam pemerintahan
yang diperintah sebagai satu kesatuan. sehari-hari. Tidak ada bidang kegiatan
Kekuasaan politik pemerintah dalam negara pemerintah yang diserahkan konstitusi
kesatuan dapat dialihkan ke tingkat yang kepada satuan-satuan pemerintahan yang
lebih rendah yang dipilih rakyat setempat, lebih kecil (dalam hal ini, daerah atau
misalnya gubernur atau walikota, tapi provinsi). Menurut negara Kesatuan,
pemerintah pusat memiliki hak untuk pemerintah pusat (nasional) bisa
mencabut pejabat-pejabat tersebut. Hal ini melimpahkan banyak tugas (melimpahkan
berbeda dengan negara federasi, di mana wewenang) kepada kota-kota, kabupaten-
setiap negara bagian memiliki kekuasaan kabupaten, atau satuan-satuan
sendiri yang tidak dapat dicabut pemerintahan lokal. Namun, pelimpahan
pemerintah federal.2 wewenang ini hanya diatur oleh undang-
Pendapat C.F. Strong yang dikutip undang yang dibuat parlemen pusat (di
Miriam Budiardjo3 menyatakan bahwa ciri Indonesia DPR-RI), bukan diatur di dalam
mutlak yang melekat pada negara kesatuan konstitusi (di Indonesia UUD 1945), di mana
ialah: pertama, adanya supremasi dari pelimpahan wewenang tersebut bisa saja
dewan perwakilan rakyat pusat, dan kedua, ditarik sewaktu-waktu.
tidak adanya badan- badan lain yang Pemerintah pusat mempunyai
berdaulat. wewenang untuk menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada daerah berdasarkan
hak otonomi, di

4
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta: Bumi
1
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Aksara, 2001), h. 145-146.
(Bandung: Nusamedia, 2010), h. 1 5
Martin H. Hutabarat (eds), Hukum dan Politk
2
NegaraKesatuan, https://id.wikipedia.org/wiki/ Indonesia: Tinjauan Analitis Dekrit Presiden Dan Otonomi
Negara_kesatuan, diakses tanggal 7 April 2015 Daerah, (Jakarta: Pustaka SInar Harapan Jakarta, 1996), h.
3 140.
Miriam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta:
6
Gramedia, 2000), h. 140. F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung: Bina
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |
Cipta, 1980), h. 212-213.
60 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

mana ini dikenal pula sebagai


desentralisasi. Namun, kekuasaan tertinggi 7
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar..., h. 63
tetap berada di tangan pemerintah pusat dan
dengan demikian, baik kedaulatan ke dalam
maupun kedaulatan ke luar berada pada
pemerintah pusat.
Miriam Budiardjo menulis bahwa yang
menjadi hakekat negara kesatuan adalah
kedaulatannya tidak terbagi dan tidak
dibatasi, di mana hal tersebut dijamin di
dalam konstitusi. Meskipun daerah diberi
kewenangan untuk mengatur sendiri
wilayahnya, tetapi itu bukan berarti
pemerintah daerah itu berdaulat, sebab
pengawasan dan kekuasaan tertinggi tetap
berada di tangan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat-lah sesungguhnya yang
mengatur kehidupan setiap penduduk
daerah.7
Keuntungan negara kesatuan adalah
adanya keseragaman Undang-Undang,
karena aturan yang menyangkut ‘nasib’
daerah secara keseluruhan hanya dibuat
oleh parlemen pusat. Namun, negara
Kesatuan bisa tertimpa beban berat oleh
sebab adanya perhatian ekstra pemerintah
pusat terhadap masalah-masalah yang
muncul di daerah.
Penanganan setiap masalah yang muncul
di daerah kemungkinan akan lama
diselesaikan oleh sebab harus menunggu
instruksi dari pusat terlebihdahulu.
Bentuknegarakesatuanjugatidak cocok bagi
negara yang jumlah penduduknya besar,
heterogenitas (keberagaman) budaya tinggi,
dan yang wilayahnya terpecah ke dalam
pulau-pulau. Ada sebagian kewenangan yang
didelegasikan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, yang dengan
kewenangan tersebut pemerintah daerah
mengatur penduduk yang ada di dalam
wilayahnya. Namun, pengaturan
pemerintah daerah terhadap penduduk di
wilayahnya lebih bersifat ‘instruksi dari pusat’
ketimbang improvisasi dan inovasi
pemerintah daerah itu sendiri.
Pemerintah pusat dalam negara
kesatuan, secara langsung mengatur
masing-masing penduduk yang ada di setiap
daerah. Misalnya, pemerintah pusat
berwenang menarik pajak dari penduduk
daerah, mengatur kepolisian
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |
daerah, mengatur badan pengadilan,
membuat kurikulum pendidikan yang
bersifat nasional, merelay stasiun televisi
dan radio pemerintah ke seluruh daerah,
dan bahkan menunjuk gubernur kepala
daerah.
Sistem Desentralisasi
Desentralisasi merupakan suatu istilah
yang secara etimologis merupakan bahasa
Latin yang terdiri dari kata de berarti lepas,
dan centrum berarti pusat, sehingga bila
diartikan, desentralisasi berarti melepaskan
diri dari pusat.8 Maksud pengertian
tersebut bukan berarti daerah dapat berdiri
sendiri melepaskan diri dari ikatan negara,
tetapi dari sudut ketatanegaraan,
desentralisasi berarti pelimpahan
kekuasaan pemerintahan dari pemerintah
pusat kepada daerah-daerah untuk
mengurus rumah tangganya sendiri9,
dengan kata lain, daerah diberikan
otonomi untuk menjadi daerah otonom.
Terkait dengan pengertian desentralisasi
tersebut, Logemann mengemukakan,
desentralisasi berarti adanya kekuasaan
bertindak merdeka (vrije beweging) yang
diberikan kepada satuan-satuan kenegaraan
yang memerintah sendiri daerahnya itu,
yaitu kekuasaan yang berdasarkan inisiatif
sendiri yang disebut otonomi, yang oleh Van
Vollenhoven dinamakan eigenmeesterschap.10
Wesber sebagaimana dikutip Bayu
11
Surianingrat , menyebutkan bahwa “to
decentralize means to devide and distribute, as
governmental administration, to withdraw from
the center or place of concentration” yang
artinya bahwa desentralisasi berarti
membagi dan mendistribusikan, misalnya
administrasi pemerintahan, mengeluarkan
dari pusat atau tempat konsentrasi.
Sedangkan Philip

8
Koesoemahatmadja, Pengantar ke Arah Sistem
Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Bandung: Bina
Cipta, 1979), h. 14.
9
Victor Situmorang, Hukum Administrasi
Pemerintahan di Daerah, (Jakarta:Sinar Grafika, 1994),
h. 38.
10
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia,
(Jakarta: Ichtiar,1966), hlm. 47.
11
Bayu Surianingrat, Desentralisasi dan
Dekonsentrasi Pemerintahan di Indonesia, Suatu Analisa,
(Jakarta: Dewaruci Press, 1981), h. 3.
62 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

Mawhood12 mengartikan desentralisasi sesuai dengan peraturan perundang-


sebagai devolution of power from central 17
undangan . Sedangkan pengertian otonomi
government to local government. daerah menurut UU No.32 Tahun 2004
Menurut pandangan Joeniarto13, adalah hak, wewenang, dan kewajiban
desentralisasi dimaksudkan untuk daerah otonom untuk mengatur dan
memberikan wewenang dari pemerintah mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
negara kepada pemerintah lokal untuk kepentingan masyarakat setempat sesuai
mengatur dan mengurus urusan tertentu dengan peraturan perundang-undangan18.
sebagai urusan rumah tangganya sendiri. Lain halnya dengan Hossein yang
Lain halnya dengan Irawan Sujito14, mengungkapkan bahwa local government
menyebutkan bahwa desentralisasi adalah merupakan sebuah konsep yang dapat
pelimpahan kewenangan Pemerintah kepada mengandung tiga arti, berarti pemerintahan
pihak lain untuk dilaksanakan. Sedangkan lokal yang seringkali dipertukarkan dengan
Amrah Muslimin15 mengatakan bahwa local authorithy yang mengacu pada organ
desentralisasi merupakan pelimpahan yakni council dan mayor dimana rekrutmen
kewenangan-kewenangan oleh pemerintah pejabatnya didasarkan pada pemilihan19.
pusat pada badan-badan otonom Kedua mengacu pada pemerintahan lokal
(swatantra) yang berada di daerah-daerah. yang dilakukan oleh pemerintahan lokal.
Otonomi daerah merupakan esensi Arti kedua ini lebih mengacu pada fungsi20.
pemerintahan desentralisasi. Istilah otonomi Ketiga bermakna daerah otonom. Hossein
berasal dari penggalan dua kata bahasa menjelaskan bahwa pwmbentukan darah
yunani, yakni autos yang berarti sendiri dan otonom yang secara simultan merupakan
nomos yang berarti undang-undang. kelahiran status otonomi berdasarkanatas
Otonomi bermakna membuat perundang- aspirasi dan kondisis objektif dari masyarakat
undangan sendiri (zelfwetgeving), namun yang berada diwilayah tertentu sebagai
dalam perkembangannya konsepsi otonomi bagian dari bangsa dan wilayah nasional.
daerah selain mengandung arti zelfwetgeving Masyarakat yang menuntut otonomi melalui
(membuat perda-perda), juga utamanya desentralisasi menjelma menjadi daerah
mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri). otonom sebagai kesatuan masyarakat
C.W. vander pot memahami konsep hukum yang berwenang mengatur dan
otonomi daerah sebagai eigen huishouding menangani urusan pemerintahan menurut
(menjalankan rumah tangganya sendiri16. prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
Dalam kamus on line wikipedia, otonomi masyarakat.21
daerah dapat diartikan sebagai kewajiban Otonomibukanlahsebuahprosespemerdekaan
yang diberikan kepada daerah otonom daerah yang dalam arti kemerdekaan
untuk mengatur dan mengurus sendiri (kedaulatan yang terpisah) atau otonomi tidak
urusan pemerintahan dan kepentingan dapat diartikan sebagai adanya kebebasan
masyarakat setempat menurut aspirasi penuh secara absolute dari suatu daerah
masyarakat untuk meningkatkan daya guna karena otonomi adalah suatu proses untuk
dan hasil guna penyelenggaraan memberikan kesempatan kepada daerah
pemerintahan dalam rangka pelayanan untuk bisa berkembang sesuai dengan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan potensi yang mereka miliki, dengan
pembangunan demikian

12
Philip Mawhood, Local Government in the Third 17
Otonomi Daerah, https://id.wikipedia.org/wiki/
World, (Chicester, UK: John Wisley and Sons, 1983), h. Otonomi_daerah, diakses tanggal 7 Maret 2015
23. 18
13
Pheni Chalid, Otonomi Daerah : Masalah,
Joeniarto, Perkembangan Pemerintahan Lokal, Pemberdayaan dan Konflik, (Jakarta : Kemitraan, 2005),
(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 15. h 21
14
Irawan Sujito, Hubungan Pemerintah Pusat dan 19
M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi dan Pemerintah
Pemerintah Daerah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 29. Daerah, (Malang: Bayumedia Publishing, Cet 2, 2007),
15
Amrah Muslimin, Aspek-aspek Hukum Otonomi h. 10
Daerah, (Bandung: Alumni, 1986), h. 42. 20
M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi..., h. 10
16
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan..., h. 83.
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |
21
M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi..., h. 10
64 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

otonomi harus bermakna sebagai jalan 55-56.


untuk mengoptimalisasikan segala potensi
lokal, baik alam, lingkungan maupun
kebudayaan. Dan optimalisasi bukanlah
eksploitasi, melainkan sebuah proses yang
memungkinkah daerah bisa
mengembangkan diri dan mengubah
kehidupan masyarakat daerah menjadi
lebih baik22.
Desentralisasi merupakan pengotonomian,
yakni proses memberikan otonomi kepada
masyarakat dalam wilayah tertentu.
Desentralisasi dan otonomi daerah
merupakan dua sisi dari satu mata uang.
Kaitan desentralisasi dan otonomi daerah
ini dinyatakan oleh Gerald
S. Maryanov.23
G. Shabbir Cheema dan Dennis A.
Rondinelli24, merumuskan definisi
desentralisasi dengan lebih merujuk pada
prespektif yang lebih luas dan fleksibel.
Menurut mereka, desentralisasi adalah
perpindahan perencanaan, pengambilan
keputusan, atau kewenangan administratif
dari pemerintah pusat ke organisasi
bidangnya, unit administratif daerah, semi
otonomi dan organisasi parastatal,
pemerintahan daerah, atau organisasi–
organisasi nonpemerintah (the transfer of
planning, decision–making, or administrative
authority from central government to its field
organization, lokal administrative units, semi
autonomous and parastatal organisations, lokal
government, or non– government organizations)
Dalam kaitan itu, G. Shabbir Cheema dan
Dennis A. Rondinelli25 membagi empat tipe
desentralisasi, yaitu ; deconcentration,
delegation, devolution, and privatization.
Pengertiannya antara lain sebagai berikut:
a) Dekonsentrasi diartikan distribusi
wewenang administrasi di dalam struktur
pemerintahan; b) Delegasi

22
Tim Lapera, Otonomi Pemberian Negara,Kajian
Kritis Atas Kebijakan Otonomi Daerah, (Jakarta : Lapera
Pustaka Utama, 2001), h. 154-155
23
Pheni Chalid, Otonomi Daerah..., h.17.
24
G. Shabbir Cheema and Dennis A. Rondinelli,
(ed.), Decentralization and Development, Policy
Implementation in Developing Countries (London/New
Dehli: Sage Publication/Baverly Hills, 1992), h. 18.
25
S.N. Jha and HAL.C. Mathur (ed.),
Decentralization and Lokal Politics, (New Delhi/
London: Sage Publications/ Thousand Oaks, 1999), h.
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |
adalah pendelegasian otoritas manajemen
dan pengambilan keputusan atau fungsi–
fungsi tertentu yang sangat spesifik,
kepada organisasi–organisasi yang secara
langsung tidak di bawah kontrol
pemerintah; dan
c) Devolusi adalah penyerahan fungsi dan
otoritas dari pemerintah pusat kepada
daerah otonom, swastanisasi adalah
penyerahan beberapa otoritas dalam
perencanaan dan tanggung jawab
administrasi tertentu kepada organisasi
swasta.
Selain penggolongan tipe desentralisasi
sebagaimana tersebut diatas, John M.
Cohen dan Stephen B. Peterson 26
membedakan desentralisasi dengan
menggunakan 6 (enam) pendekatan, yaitu:
1) Basic of historical origins (berdasarkan
kepada sejarah); 2) By hierarchy and function
(berdasarkan hirarki dan fungsi);
3) By problem being addressed and the values of
the investigation (berdasarkan masalah–
masalah yang muncul dan nilai–nilai
penyelidikan); 4) Focus on patterns of
administrative structures and functions that are
responsible for the production and provision of
collective goods and services (difokuskan pada
pola–pola struktur administratif dan
fungsi–fungsi yang bertanggung jawab
pada hasil dan ketentuan–ketentuan dari
pelayanan dan barang); 5) Typically based on
the experience of a single country (tipe yang
didasarkan pada pengalaman suatu negara
tertentu); dan on basis of objectives
(berdasarkan pada tujuannya).
Kaitan antara desentralisasi khususnya
otonomi dengan dasar kedaulatan rakyat
atau kerakyatan telah pula ditegaskan oleh
Mohammad Hatta. Ia menyatakan :27
“berdasarkan kedaulatan rakyat, rakyat
mempunyai hak untuk menentukan nasib
tidak hanya ada pada pucuk pemerintahan
negeri, melainkan juga pada tiap tempat (di
kota, desa dan daerah). Tiap–tiap golongan
persekutuan mempunyai badan perwakilan
sendiri (seperti Gemeenteraad Provinciale Raad,
dan lain–lainnya). Sehingga tiap–tiap
bagian atau golongan
26
John MCohen and Stepen B. Peterson,
Adminitrative Desentralization, (Connecticut, USA:
Kumarian Press, 1999), h. 20-22.
27
Mohammad Hatta, Ke arah Indonesia Merdeka
(1932), jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 103.
66 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

rakyat mendapat autonomi (membuat dan alam , lingkungan maupun kebudayaan.


menjalankan peraturan sendiri) dan Dan optimalisasi bukanlah eksploitasi,
zelfbestuur (menjalankan peraturan–peraturan melainkan sebuah proses yang
yang dibuat oleh dewan yang lebih tinggi). memungkinkah daerah bisa
Sehingga bukan saja persekutuan yang besar mengembangkan diri dan mengubah
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya kehidupan masyarakat daerah menjadi
sendiri, melainkan rakyat semuanya, juga lebih baik.31.
tiap–tiap bagian dari negeri atau bagian dari
rakyat yang banyak. Keadaan yang seperti Desentralisasi Dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
ini penting sekali, karena keperluan setiap
tempat dalam suatu negara berbeda-beda”. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lain halnya dengan Hossein yang dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah
mengungkapkan bahwa local government provinsi itu dibagi lagi atas daerah
merupakan sebuah konsep yang dapat kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah
mengandung tiga arti, berarti pemerintahan provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
lokal yang seringkali dipertukarkan dengan mempunyai pemerintahan daerah yang
local authorithy yang mengacu pada organ diatur dengan undang-undang.
yakni council dan mayor dimana rekrutmen Pemerintahan daerah provinsi, daerah
pejabatnya didasarkan pada pemilihan28. kabupaten, dan kota mengatur dan
Kedua mengacu pada pemerintahan lokal mengurus sendiri urusan pemerintahan
yang dilakukan oleh pemerintahan lokal. menurut asas otonomi dan tugas
Arti kedua ini lebih mengacu pada fungsi29. pembantuan.32
Ketiga bermakna daerah otonom. Hossein Pemerintah daerah menjalankan otonomi
menjelaskan bahwa pwmbentukan darah seluas-luasnya, kecuali urusan
otonom yang secara simultan merupakan pemerintahan yang oleh undang-undang
kelahiran status otonomi berdasarkanatas ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
aspirasi dan kondisis objektif dari masyarakat Pemerintahan daerah berhak menetapkan
yang berada diwilayah tertentu sebagai peraturan daerah dan peraturan-peraturan
bagian dari bangsa dan wilayah nasional. lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
Masyarakat yang menuntut otonomi melalui pembantuan. Susunan dan tata cara
desentralisasi menjelma menjadi daerah penyelenggaraan pemerintahan daerah
otonom sebagai kesatuan masyarakat diatur dalam undang-undang.
hukum yang berwenang mengatur dan Pemerintahan daerah provinsi, daerah
menangani urusan pemerintahan menurut kabupaten, dan kota memiliki Dewan
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
masyarakat30. anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
Otonomibukanlahsebuahprosespemerdekaan Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-
daerah yang dalam arti kemerdekaan masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
(kedaulatan yang terpisah) atau otonomi tidak Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara
dapat diartikan sebagai adanya kebebasan demokratis.
penuh secara absolute dari suatu daerah Hubunganwewenangantarapemerintahpusat
karena otonomi adalah suatu proses untuk dan pemerintah daerah provinsi,
memberikan kesempatan kepada daerah kabupaten, dan kota atau antara provinsi
untuk bisa berkembang sesuai dengan dan kabupaten dan kota, diatur dengan
potensi yang mereka miliki, dengan undang-undang dengan memperhatikan
demikian otonomi harus bermakna sebagai kekhususan dan keragaman daerah.
jalan untuk mengoptimalisasikan segala Hubungan keuangan, pelayanan umum,
potensi lokal , baik pemanfatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan

28 29 30
M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi..., h. 10 M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi..., h. 10 M.R.
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |
Khairul Muluk, Desentralisasi..., h. 10 31
Tim Lapera, Otonomi Pemberian..., h. 154-155
32
Lihat lebih lanjut lihat ketentuan Pasal 18 UUD
RI Tahun 1945
68 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-67

secara adil dan selaras berdasarkan undang-


undang. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
MENURUT UUD NRI 1945
Negara mengakui dan menghormati
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
satuan- satuan pemerintahan daerah yang berbentuk Republik
bersifat khusus atau bersifat istimewa yang (Pasal 1 ayat (1))
diatur dengan undang-undang. Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
mengakui dan menghormati kesatuan- daerah-daerah propinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak- kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan
hak tradisonalnya sepanjang masih hidup daerah, yang diatur dengan undang- undang
dan sesuai dengan perkembangan (Pasal 18 ayat (1))
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
Republik Indonesia, yang diatur dalam istimewa yang diatur dengan undang- undang
undang-undang.33 (Pasal 18B ayat (1))
Indonesia merupakan negara yang sudah Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
pernah beberapa kali mengalami pergantian sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
bentuk dan sistem pemerintahan, mulai masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
dari bentuk negara Federal, Kesatuan atau Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
sistem pemerintahan yang parlementer, (pasal 18B ayat (2))
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
Semi- Presidensiil, dan Presidensiil.
negara kepulauan yang berciri nusantara dengan
Terpaku pada Pancasila terutama sila ketiga wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, ditetapkan dengan undang-undang
Indonesia adalah negara yang pada dasarnya khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia tidak dapt dilakukan perubahan
mementingkan rasa kesatuan di dalam
(Pasal 37 ayat (5))
bernegara, “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-
beda namun tetap satu. Di dalam negara kesatuan tanggung
jawab pelaksanaan tugas-tugas
Apabila dilihat ke dalam UUD 1954 Pasal pemerintahan pada dasarnya tetap berada
1 ayat (1), negara Indonesia secara tegas di tangan pemerintah pusat. Akan tetapi
dinyatakan sebagai suatu negara kesatuan karena sistem pemerintahan indonesia salah
yang berbentuk Republik. Prinsip pada satunya menganut asas negara kesatuan
negara kesatuan ialah bahwa yang yang didesentralisasikan, maka ada tugas-
memegang tampuk kekuasaan tertinggi atas tugas tertentu yang diurus sendiri, sehingga
segenap urusan negara ialah pemerintah menimbulkan hubungan timbal balik yang
pusat tanpa adanya suatu delegasi atau melahirkan adanya hubungan kewenangan
pelimpahan suatu kekuasaan kepada dan pengawasan.35
Pemerintah Daerah (Local Goverment).34
Dalam negara kesatuan terdapat asas bahwa Negara kesatuan merupakan landasan
batas dari isi pengertian otonomi. Berdasarkan
segenap urusan-urusan negara tidak dibagi
landasan batas tersebut dikembangkanlah
antara pemerintah pusat dengan pemerintah
berbagai peraturan (rules) yang megatur
lokal sedemikian rupa, sehingga urusan-
mekanisme yang akan menjelmakan
urusan negara dalam negara kesatuan tetap
keseimbangan antara tuntutan kesatuan dan
merupakan suatu kebulatan (eenheid) dan
tuntutan ekonomi. Di sini pula letak
bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di
kepentingan spanning yang timbul dari
negara itu ialah pemerintah pusat.
kondisi tarik menarik antara kedua
kecenderungan tersebut.36
35
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan..., h. 43
36
Bagir Manan, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD
33
Lihat Pasal 18 UUD RI Tahun 1945 1945, (Jakarta: UNISKA, 1993), h. 3
34
M. Solly Lubis, Pergeseran Garis Politik dan
Perundang-undangan Mengenai Pemerintah Daerah,
Alumni, Bandung, 1983, h. 8
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |

Belakangannegeriinimengalamipergunjingan mempraktekkan federalisme, terutama yang


mengenai bentuk negara kita tercinta ini. menyangkut derajad pembilahan sosialnya.
Ada yang menganggap bahwa negeri kita Sebaliknya, dalam masyarakat yang sangat
ini memiliki daerah yang luas sehingga tinggi tingkat fragmentasi sosialnya, maka
lebih memungkinkan bagi kita untuk diperlukan sebuah pemerintahan nasional
menggunakan sistem bentuk negara federal yang kuat. Selain itu, format politik dalam
yang salah satu ciri utamanya adalah sebuah negara juga ikut menentukan
memiliki daerah wilayah yang luas. Tapi ada terhadap pilihan atas bentuk negara yaitu
juga yang menganggap hal itu bertentangan yang menyangkut derajad demokrasi dari
dengan dasar negara kita yaitu Pancasila negara tersebut.39
dan UUD 1945 yang lebih condong
Prinsip persatuan sangat dibutuhkan
mementingkan persatuan dan kesatuan karena keragaman suku, bangsa, agama, dan
bangsa. budaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesia
Maraknya berbagai tuntutan perubahan dalam sejarah mengharuskan bangsa
untuk meninggalkan bentuk negara indonesia bersatu dengan seerat-eratnya
kesatuan dan beralih ke federalisme, dalam keragaman itu. Keragaman itu
menurut Buyung Nasution37 lebih merupakan kekayaan yang harus
disebabkan oleh kenyataan telah dipersatukan (united), tetapi tidak boleh
terdistorsinya konsep kesatuan (unitary) disatukan atau diseragamkan (uniformed).
menjadi “persatuan dan kesatuan”, yang Karena itu, prinsip persatuan indonesia
lebih dekat kepada peyeragaman (uniform). tidak boleh diidentiikkan dengan
Akibatnya, berbagai perbedaan yang ada pengertian kelembagaan bentuk negara
tidak dilihat sebagai aneka kekayaan dalam kesatuan yang merupakan bangunan negara
rangka kebhinekaan, melainkan lebih yang dibangun atas motto Bhinneka
dilihat sebagai potensi ancaman yang Tunggal Ika. Bentuk negara kita adalah
karenanya harus ditundukkan di bawah Negara Kesatuan (unitary state, sedangkan
“persatuan dan kesatuan” melalui persatuan Indonesia adalah prinsip dasar
sentralisasi kekuasaan. Menurut gagasan bernegara yang harus dibangun atas dasar
Harun Alrasid kemunculan gagasan negara persatuan (unity), bukan kesatuan
serikat dipicu oleh sentralisasi pemerintahan (uniformity).40
yang dianggap berlebihan (a higly cenralized
Pasal 4 ayat(1) UUD 1945
goverment), juga mengenai hubungan
menyebutkanbahwa presiden memegang
keuangan antara pusat dan daerah yang
kendali kekuasaan tertinggi dalam suatu
dianggap kurang adil (soal persentase yang
Negara, hal ini menjelaskan bahwa presiden
merugikan negara).38
memegang tampuk pemerintahan tertinggi
Menurut pandangan Afan Gaffar dkk, dalam suatu ngeara kesatuan. Hal ini
pilhan negara kesatuan sebagai bentuk menunjukkan bahwa sebenarnya Negara
negara merupakan pilihan yang tepat kita menganut asas sentralistik. Dalam arti
ketimbang federalisme karena format presiden memegang penuh kekuasaan dan
pemerintahan negara yang federalistik sebagai kepala pemerintahan.
memerlukan persyaratan Konteks bernegara, meskipun bangsa
tertentuuntukmewujudkannyadalamkehidupan Indonesia memilih bentuk negara kesatuan,
sebuah negara. Di samping itu, pemilihan tetapi didalamnya terselenggara suatu
sebuah bentuk negara akan sangat erat mekanisme yang memungkinkan tumbuh
kaitannya dengan struktur sosial dan etnisitas dan berkembangnya keragaman antar
masyarakat yang ada dalam negara tersebut. daerah diseluruh tanah air. Kekayaan alam
Sebuah negara yang sangat tinggi tingkat dan budaya antar daerah
homogenitasnya tidak sulit

37
Adnan Buyung Nasution, Arus Pemikiran 39
Syaukani, Afan Gaffar dan M.Ryaas Rasyid,
Konstitusionalisme, (Jakarta: Kasta Hasta Pustaka, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta:
2007), h. 131 Pustaka dan PUSKAP, 2002), h. 3
38
Adnan Buyung Nasution dkk, Federalisme Untuk 40
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme
Indonesia (Jakarta: Kompas, 1999), h. 9 Indonesia, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005), h. 78
66 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-

tidak boleh diseragamkan dalam struktur Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
Dengan perkataan lain, bentuk Negara sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan
Kesatuan Republik Indonesia Republik Indonesia yang diatur dalam UU
diselenggarakan dengan jaminan otonomi (Pasal 18B ayat (2) UUD 1945)
yang seluas-luasnya kepada daerah-daerah Sebagai bahan perbandingan, pasal 18
untuk berkembang sesuai dengan potensi UUD 1945 (sebelum amandemen)
dan kekayaan yang dimilikinya masing- mengandung prinsip: 1) Prinsip
masing, tentunya dengan dorongan, kedaerahan; 2) Prinsip kemusyawaratan; 3)
dukungan, dan bantuan yang diberikan Prinsip penghargaan terhadap asal-usul
oleh Pemerintah Pusat.41 daerah (kewenangan menjalankan
Pada sidang Tahunan MPR RI tahun pemerintahan, pengelolaan SDN/ SDA,
2000 (tanggal 7-18 Agustus 2000) telah penghargaan terhadap kelembagaan, dan
dilakukan perubahan kedua UUD 1945, penghargaan terhadap hukum masyarakat
antara lain mengenai pembagian daerah lokal.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Setelahdiamandemennya UUD 1945,
dan pemerintahan daerah. Baik struktur substansi pembagian daerah dalam NKRI
maupun substansi, perubahan tersebut diatur dalam pasal 18 ayat (1) UUD NRI
sangat mendasar. Secara struktur, pasal 18 1945. Perubahan ini dimaksudkan untuk
(lama) sama sekali diganti baru. Yang lebih memperjelas pembagian daerah dalam
semula hanya satu pasal menjadi tiga pasal NKRI yang meliputi daerah provinsi dan
(pasal 18, pasal 18A, dan pasal 18B). dalam daerah provinsi terdapat daerah
Penggantian secara menyeluruh ini, kabupaten/kota. Ketentuan pasal 18 ayat (1)
berakibat pada penjelasan. Penjelasan yang ini mempunyai keterkaitan erat dengan
selama ini ‘ikut-ikutan’ menjadi acuan pasal 25A mengenai wilayah NKRI.
dalam mengatur pemerintahan daerah tidak
Istilah dibagi atas (bukan terdiri atas)
berlaku lagi. Dengan demikian, satu-satunya
dalam ketentuan pasal 18 ayat (1) bukanlah
sumber konstitusional pemerintahan daerah
istilah yang digunakan secara kebetulan.
adalah pasal 18, pasal 18A, dan pasal 18B.
Istilah itu langsung menjelaskan bahwa
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN negara kita adalah negara kesatuan di mana
PEMERINTAH DAERAH
kedaulatan negara berada berada ditangan
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten, kota, atau antara pusat. Hal ini konsisten dengan
provinsi dan kabupaten dan kota, di atur dengan UU kesepakatan untuk tetap mempertahankan
dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman bentuk negara kesatuan. Berbeda dengan
daerah
istilah “terdiri atas” yang lebih menunjukkan
(Pasal 18A ayat (1) UUD 1945)
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan substansi federalisme karena istilah itu
sumber daya alam lainnya antara pemerintah pusat dan menunjukkan letak kedaulatan berada
pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan ditangan negara-negara bagian.42 Adapun
selaras berdasarkan UU
Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan
(Pasal 18A ayat (2) UUD 1945)
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan adalah: (1) Desentralisasi adalah
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat penyerahan wewenang pemerintahan oleh
istimewa yang diatur dengan UU Pemerintah kepada daerah otonom untuk
(Pasal 18 B ayat (1) UUD 1945)
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya; (2) Dekonsentrasi adalah
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu; (3) Tugas

41 42
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi..., h. 79 Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan..., h. 49
Reynold Simandjuntak , Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan ... |

pembantuan adalah penugasan dari


Pemerintah kepada daerah dan/atau desa Di dalam negara hukum terdapat
dari pemerintah provinsi kepada pemencaran kewenangan, otonom adalah
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari salah bentuk pemencaran kewenangan; (2)
pemerintah kabupaten kota kepada desa Indonesia adalah negara demokrasi.
untuk melaksanakan tugas tertentu. Demokrasi menghendaki keterlibatan
rakyat, otonomi perwujudan keterlibatan
Desentralisasi dan otonomi daerah yang rakat dalam pemerintahan; (3) Indonesia
berlangsung sejak 1 Januari 2001 adalah adalah negara pluralistik. Otoda merupakan
suatu peristiwa yang menimbulkan penghargaan terhadap Pluralistik;
perubahan mendasar pada hubungan pusat
(4) Indonesia adalah negara kesejahteran.
dan daerah, sekaligus mengubah
Otoda mempercepat pemenuhan kebutuhan
sebagian perilaku masyarakat Indonesia
rakyat.
yang sebelumnya hanya terfokus pada satu
pusat kekuasaan saja, yaitu pemerintah Sistem pemerintahan NKRI menurut
pusat Jakarta. Diakui oleh Pratikno,43 UUD 1945 memberikan keleluasaan kepada
desentralisasi bukan merupakan pilihan daerah untuk menyelengarakan otonomi
yang mudah bagi indonesia. Dengan daerah. Dalam penyelenggaraan otonomi
wilayah goegrafis yang sangat luas yang daerah, dipandang perlu untuk lebih
terurai dalam puluhan ribu pulau, serta menekankan pada prinsip-prinsip
masyarakat yang sangat heterogen, demokrasi, peran serta masyarakat,
desentralisasi memang seringkali menjadi pemerataan dan keadilan, serta
dilema. Apresiasi terhadap keberagaman memperhatikan potensi dan
menuntut desentralisasi yang pada keanekaragaman daerah.
gilirannya melahirkan otonomi daerah. Kesimpulan
Penghargaan ini bisa menghasilkan
Pengaturan tentang pembagian
dukungan daerah terhadap pemerintah
kekuasaan antara pemerintahan pusat (central
nasional.
government) dengan pemerintahan daerah
Didalam sistem desentralisasi, dimana (local government) di Indonesia telah ada
ada pelimpahan kewenangan dari sejak pertama kali bangsa ini diproklamirkan
pemerintah pusat kedaerah, dan daerah tahun 1945, bahkan telah dikenal pada masa
yang menerima pelimpahan kewenangan penjajahan Belanda dan Jepang. Pembagian
tersebut disebut daerah otonom. Di dalam kekuasaan tersebut menjadi dasar lahirnya
otonomi, hubungan kewenangan antara distribusi kekuasaan secara horizontal
pusat dan daerah, antara lain bertalian antara pemerintahan pusat dan daerah.
bertalian dengan cara pembagian urusan Seiring dengan adanya distribusi kekuasaan
penyelenggaraan pemerintah atau cara yang bersifat horizontal itupula lahir asas
menentukan urusan rumah tangga daerah. otonomi daerah. Otonomi daerah yang
Indonesia sebagai negara kesatuan yang terkandung maknanya dalam pembagian
menerapkan sistem desentralisasi tidak daerah dalam suatu negara mengandung
lazim karena negara kesatuan biasanya kesadaran bahwa daerah-daerah otonom itu
menerapkan sistem sentralisitik dimana memiliki sejarah kebangsaannya yang
pemerintah pusat yang memegang kendali. berbeda-beda.
Alasan filosofis desentralisasi dalam NKRI
diantaranya sebagai berikut:44 (1) Indonesia
adalah negara hukum.

43
Ni’matul Huda, Hukum Pemerintahan..., h. 94
44
Ibnu Tricahyo, Hand out Materi Mata Kuliah
Hukum Pemerintahan Daerah, Malang: (Program
Magister Ilmu Hukum FH-UB, 2010)
66 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hlm. 57-

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi &
Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Muluk, M.R. Khairul Desentralisasi dan
Konstitusi Poress, 2005 Pemerintah Daerah. Malang: Bayumedia
Budiharjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Publishing, Cet 2, 2007
Jakarta: Gramedia, 2000 Muslimin, Amrah. Aspek-aspek Hukum
Busroh, Abu Daud. Ilmu Negara. Jakarta: Otonomi Daerah, Bandung: Alumni,
Bumi Aksara, 2001 1986
Chalid, Pheni. Otonomi Daerah:Masalah, Nasution, Adnan Buyung dkk, Federalisme
Pemberdayaan dan Konflik. Jakarta : Untuk Indonesia, Jakarta: Kompas, 1999
Kemitraan, 2005 Nasution, Adnan Buyung. Arus Pemikiran
Cheema, G. Shabbir and Dennis A. Konstitusionalisme. Jakarta: Kasta
Rondinelli, (ed.), Decentralization and Hasta Pustaka, 2007
Development, Policy Implementation in Negara Kesatuan, https://id.wikipedia.org/wiki/
Developing Countries. London/New Negara_kesatuan, diakses tanggal 7
Dehli: Sage Publication, Baverly Hills, April 2015
1992 Otonomi Daerah, https://id.wikipedia.org/
Cohen, John M. and Stepen B. Peterson, wiki/Otonomi_daerah, diakses tanggal
Adminitrative Desentralization. 7 Maret 2015
Connecticut, USA: Kumarian Press, S.N. Jha and HAL.C. Mathur (ed.),
1999 Decentralization and Lokal Politics, Sage
Hatta, Mohammad. Ke arah Indonesia Publications, New Delhi, Thousand
Merdeka (1932), jilid I. Bulan Bintang, Oaks, London, 1999
Jakarta, 1976 Situmorang, Victor. Hukum Administrasi
Huda, Ni’matul. Hukum Pemerintahan Daerah. Pemerintahan di Daerah. Jakarta:Sinar
Bandung: Nusamedia, 2010 Grafika, 1994
Hutabarat, Martin H. (eds). Hukum dan Sujito, Irawan. Hubungan Pemerintah Pusat
Politk Indonesia: Tinjauan Analitis Dekrit dan Pemerintah Daerah, Jakarta: Rineka
Presiden Dan Otonomi Daerah. Jakarta: Cipta, 1990
Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1996 Surianingrat, Bayu. Desentralisasi dan
Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Dekonsentrasi Pemerintahan di Indonesia,
Bina Cipta, 1980 Suatu Analisa, Jakarta: Dewaruci Press,
Joeniarto, Perkembangan Pemerintahan Lokal. 1981
Jakarta: Bumi Aksara, 1992 Syaukani, Afan Gaffar dan M.Ryaas Rasyid,
Koesoemahatmadja, Pengantar ke Arah Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan,
Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka dan PUSKAP,
Bandung: Bina Cipta, 1979 2002
Lubis, M. Solly. Pergeseran Garis Politik dan Tim Lapera, Otonomi Pemberian
Perundang-undangan Mengenai Negara,Kajian Kritis Atas Kebijakan
Pemerintah Daerah. Alumni, Bandung, Otonomi Daerah. Jakarta: : Lapera
1983 Pustaka Utama, 2001
Manan, Bagir. Perjalanan Historis Pasal 18 Tricahyo, Ibnu. Hand out Materi Mata Kuliah
UUD 1945. Jakarta: UNISKA, 1993 Hukum Pemerintahan Daerah. Malang:
Mawhood, Philip. Local Government in the Program Magister Ilmu Hukum FH-
Third World. Chicester, UK: John UB, 2010
Wisley and Sons, 1983 Utrecht, E. Pengantar Dalam Hukum Indonesia.
Jakarta: Ichtiar,1966

Anda mungkin juga menyukai