Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM
(TAHARAH,MACAM AIR,ISTINJA,WUDHU,MANDI,SHALAT,PUASA,
ZAKAT,HAJI)

Disusun oleh •
Alia
• Andini Triana
• Tasyah Putri Maulida
• Miftha Huljannah
• Nunung Wahyuni
• Nuraini

KELAS 22B
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semogah terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa,atnya di akhirat nanti.
Tidak lupa kami ucapkan terimahkasih kepada “ Fuji Kusuma
Adynata, LC. M,E” selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami jjuga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurnah.

Sumbawa, 13 Oktober 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanaka


pendidikan, sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan
manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan
manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan
mendidik anak-anaknya. Begitu pula di sekolah sampai perguruan tinggi,
terjadi proses pendidikan peserta didik dan dididik oleh dosen.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia, tidak ada makhluk lain
yang membutuhkan pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana dan hal mutlak
yang ada dalam kehidupan, pendidikan di keluarga bukanlah proses yang
dilaksanakan secara asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan
sehingga segala sesuatu yang dilakukan orangtua dan anak diarahkan
pada pencapaian tujuan tertentu.
Pada negara-negara yang sudah berkembang ataupun yang sudah
mengalami stabilitas politik dan agama, pendidikan menjadi perhatian
penting bagi masyarakat. Orang-orang yang memperdebatkan pendidikan
cenderung berpendirian bahwa tujuan pendidikan dasar adalah membantu
generasi muda untuk mengembangkan potensi dirinya. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang tertera dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa: “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Bersuci (thaharah) merupakan suatu kegiatan membersihkan diri dari
segala kotoran (polutan), dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
pada hanya sekedar membersihkan, namun ternasuk juga bebas dari
benda-benda najis. Selain itu, persyaratan air untuk thaharah yakni tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak tidak berwarna (Imam Bukhari). Dalam
volume, Rasaulallah SAW mengatakan “ jika air sudah mencapai ukuran
2 qullah, maka air tersebut tidak membawa najis”. Namun, air mengalir
masih diperbolehkan meskipun memiliki volume yang lebih kecil karena
terpenuhinya aerasi untuk reaksi-reaksi oksidasi dan mengumpan zat-zat
yang lebih volatil dari air.
Tidak hanya mengenai thaharah, namun kita juga perlu mengetahui
media-media atau alat yang digunakan untuk thaharah. Misalnya air, kita
bisa menggunakan semua jenis/macam air karena tidak semua air bersifat
suci dan mensucikan. Hal ini mengisyaratkan kita bahwa pentingnya
mempelajari beberapa macam air. Dengan begitu kita akan mengetahui
mana air yang boleh dipergunakan untuk bersuci dan mana air yang tidak
diperbolehkan untuk bersuci.
Istinja dalam syari’at Islam dihukumi sebagai suatu hal yang wajib,
para imam madzhab juga sepakat akan hukum istinja ini. Tuntunan
beristinja dalam Islam sangat keras. Oleh karena itu setiap muslim dan
muslimah harus selalu memperhatikan dan sangat memelihara adab-adab
yang telah ditetapkan oleh syari’at agama. Banyak faktor penyebab
mengapa orang yang rajin beribadah dan berbuat kebajikan lalu ketika
meninggal ia mendapatkan siksa kubur. Salah satu diantaranya cara
istinjanya yang tidak benar. Cara istinja yang benar ini sering dibuat
sepele bahkan mungkin banyak yang tidak mengetahui cara beristinja
dengan benar menurut syariat Islam.
Wudhu merupakan kunci kita ketika kita akan melaksanakan shalat
maupun ibadah yang ada ketentuan bersih dari hadast. Wudhu kita
mempengaruhi sah tidaknya shalat kita. Tidak hanya shalat kita tetapi
semua amalan ibadah yang membutuhkan suatu keadaan suci dari hadats
kecil, semua kuncinya adalah wudhu. Wudhu menurut bahasa artinya
Kutbuddin Aibak, Fiqih Tradisi Menyibak Keragaman dalam
Keberagamaan, bersih dan indah, sedang menurut syara’ artinya
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil.
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib merupakan mandi yang
menggunakan air suci dan bersih yang mensucikan dengan menggalirkan
air tersebut ke seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan
dari mandi besar adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah shalat. Maka dari itu, sebagai
umat Islam sangat penting mengetahui tata cara mandi besar sesuai
dengan tuntutan Rasulullah Saw agar ibadah kita diterima oleh Allah dan
mendapatkan pahala.
Ibadah shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus
dipelajari tata cara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah
SAW contohkan. Sebagai orang tua dalam membimbing anak agar mampu
dan mau melaksanakan shalat dengan benar, Rasulullah SAW telah
memerintahkan “didiklah anak-anakmu shalat sejak berumur 7 tahun, dan
pukullah setelah 10 tahun”. Perintah Rasulullah SAW ini memiliki
maksud agar dalam mendidik anak tidak secara instant, melainkan
bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi
anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk
meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dan dengar.
Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan
dilaksanakan oleh manusia sebelum Islam. 1 Islam mengajarkan antara
lain agar manusia beriman kepada Allah SWT, kepada malaikat-
malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada rosul-rosulNya, kepada hari
akhirat dan kepada qodo qodarNya. Islam juga mengajarkan lima
kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai
pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan
sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji.
Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka
yang berarti “suci”, “baik”, “berkah”, “tumbuh”, dan “berkembang”.
Menurut syara’ zakat merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang
telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula.
Haji merupakan rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah
syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk
ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu
(material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu
yang dikenal sebagai musim haji
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Thaharah?
2. Macam-macam Air?
3. Apa yang dimaksud dengan Istinja?
4. Apa yang dimaksud dengan Wudhu?
5. Pengertian dari Shalat?
6. Apa yang dimaksud dengan Puasa?
7. Apa yang dimaksud dengan Zakat?
8. Apa yang dimaksud dengan Haji?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Thaharah
1. Pengertian Thaharah

Thaharah adalah bersuci dari hadas dan najis. Thaharah ini tidak
sebatas membersihkan badan. Suci dari hadas berarti melakukannya
dengan berwudhu,tayamum,serta mandi,sedangkan suci dari najis yaitu
haru menghilangkan kotoran yang ada di badan,pakaian,dan tempat.
Thaharah memang sangat berkaitan dengan ibadah salat sebagai salah
satu syarat sah salat supaya diterima di sisi ALLAH SWT.
2. Macam-macama Thaharah
a) Thaharah Ma’nawiyah
Thaharah ma’nawiyah merupakan bersuci secara rohani
dengan membersihkan segala penyakit hati seperti riya,iri,dengki,atau
hal lainnya. Orang harus lebih dulu thaharah ma’wiyah karena
sesungguhnya bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat sirik.
b) Thaharah Hissiyah
Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani,atau membersihkan
bagian tubuh dari sesuatu yang terkena najis (dari segla jenis
kotoran)maupun hadas (kecil dan besar)
B. Macam-macam Air
1. Pembagian Air untuk Thaharah
Ada lima pemabagian air yang akan digunakan untuk thaharah.Mulai
dari air yang tidak diperbolehkan bersuci dan air yang diperbolehkan
berssuci.
a) Air suci dan menucikan yaitu air mutlak atau masih murni sehingga
dapat digunakan beruci dengan tidak makruh atau digunakan
secukupnya tanpa berlebihan.
b) Air suci dan menyucikan yaitu air musyammas atau air yang
dipanaskan dengan matahari di tempat logam namun bukan
emas.
c) Air suci tapi tidak menyucikan yaitu air musta’mal yang telah
digunakan bersuci untuk menghilangkan hadas dan najis walau
tidak berubah rupa,rasa,atau bau.
d) Air haram yaitu air yang diperbolehkan dengan cara mencuci
tanpa izin pemiliknya,sehingga air tersebut tidak dapat
menyucikan.
e) Air mutanajis yaitu air yang terkena najis atau kemasukan
suatu hal najis,sedangkan jumlahnya kurang maka tidak dapat
menyucikan.

2. Jenis Air untuk Thaharah


Jenis air untuk thaharah juga memang tidak sembarangan,karena harus
yang turun dari langit atau keluar dari bumi,serta belum pernah dipakai
bersuci. Berikut jenisnya
❖ Air hujan
❖ Air laut
❖ Air sungai
❖ Air sumur
❖ Air salju
❖ Air embun
❖ Air telaga
C. Istinja
Beristinja adalah menghilangkan atau membersihkan najis yang keluar
dari kemaluan atau anus dengan menggunakan air atau batu. 4 Beristinja
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses membersihkan diri dan
lingkungan oleh anak setelah melakukan buang air besar dan kecil
berdasarkan syariat Islam.
1. Tata Cara Membuang Kotoran
Sudah menjadi hukum alam, karena manusia membutuhkan asupan
nutrisi dan gizi untuk tubuh maka manusia pasti membutuhkan makanan
ataupun minuman. Makanan dan minuman tersebut lantas dicerna oleh organ
pencernaan dan disaring kemudian didistribusika kepada organ tubuh
manusia. Sedangkan sisa proses tersebut akan dibuang yang biasa kita sebut
sebagai buang air kecil dan besar. Dalam Islam membuang kotoran tidaklah
perkara yang disepelekan, karena itu berhubungan dengan najis, selain juga
dapat menimbulkan penyakit. Dalam ajaran fiqih klasik dijelaskan beberapa
adab buang air kecil maupun besar beserta tata cara yang baik.
Berikut beberapa adab buang buang air kecil dan besar menurut kitab fath al-
qarib :

‫ةرجشال تحتو دكارال ءامال يف لوبال بنتجي\و ءارحصال ي\\ف اهرابدتس\\او ةلبقال لابقتسا بنتجي \و لاو رمقلاو سمشال لبقتسي‬
‫لاو طئاغلاو لوبلا ىلع ملكتي لاو بقثلاو لظال و قيرطال يفو ةرمثمال امهربدتسي‬
Beberapa adab orang yang membuang hajat :
1. Menghindari menghadap kiblat, ataupun membelakanginya ketika ia
membuang hajat di padang/tanah lapang.
2. Menghindari membuang hajat di air yang tergenang.
3. Menghindari membuang hajat di bawah pohon yang berbuah.
4. Menghindari membuang hajat di jalan
5. Menghindari membuang hajat di tempat berteduh.
6. Menghindari membuang hajat di lubang.
7. Menghindari berbicara ketika membuang hajat.
8. Menghindari menghadap dan membelakangi matahari atau bulan.

Zainudi al-Malibary menjelaskan lebih detai dalam kitab fath al-muin :

‫و نآرق نم مظعم هيلع ام يحني و دجسملا سكعب هفارصنال هنيمي و هراس \ي م\ \دقي نأ ءلَخلا لخادل ب\ \دني و ول و جراخ ج\ورخ‬
‫لاح ت\كسي و مظعم هب دصق نإ دمحأ و زيزعك اكرتشم ول و كلم وأ يبن مسا ءام يف هتجاح يضقي ال نأ و ر تسي‬
‫حل كولمم ري \غ‬
ِ ‫و دعبي و ركذ نع جورخلا لاح ريغ يف و ركذ ري \غ نع تحت و اهي \ف طوغتلا مرحي لي \ق و قيرط و د‬
‫ثدحتم و رحبتس \ي م\ \ل ام دكار حابم نامرحي و اهربدتس \ي ال و ةلبقلا ني\ \ع لبقتس \ي ال و مرح لاإ و هكلام اض \ر مل\ \ع‬
‫كولمم وأ هكلمب رمثم فلَخب رضي مل لاب مث اهن\ \ع هج\رف لوح و هردص \ب اهلبقتس \ا ول\ \ف رت\ \اس ال ثيح و‬
‫هلوخد دن \ع لوقي نأ و هل\ \وب يف قزبي ال و كاتس \ي ال و هس \كع‬: ‫دعملا ريغ يف و ثبخلا نم كب ذوعأ ينإ مه لا‬
‫ثئ\ \ابخلا ش\حاوفلا نم يج\رف‬، ‫جورخلا و‬: ‫كن\\ارفغ‬، ‫يناف \ \اع و ىذِلا ين\\ع بهذأ يذلا هلل دمحلا‬. ‫ءاجنتسلاا دعب و‬: ‫مه لا‬
‫نصح و قافنلا نم يبلق رهط‬

Disunnahkan bagi orang yang akan masuk WC untuk mendahulukan


kaki kiri dan keluar dengan mendahulukan kaki kanan. Tata cara ini
kebalikan saat akan masuk masjid. Dan disunnahkan untuk
menyingkirkan setiap hal yang diagungkan dari al-Qur’ān dan nama nabi
atau malaikat, walaupun nama itu digunakan untuk orang lain seperti
nama ‘Azīz dan Aḥmad, jika nama-nama tersebut dikehendaki sebagai
nama yang agung. Disunnahkan pula untuk diam pada saat kotoran
sedang keluar sekalipun bukan berupa dzikir, dan jika selain keadaan itu
hendaknya meninggalkan dzikir.

Disunnahkan untuk mengambil tempat yang jauh dari manusia dan


membuat penutup. Hendaknya tidak membuang hajat di perairan umum
yang tidak mengalir selama jumlahnya tidak banyak, tidak di tempat
perbincangan milik umum, di jalan – ada pendapat mengatakan haram
hukumnya membuang hajat di jalanan -, di bawah pohon miliknya yang
dapat berbuah, atau milik orang lain yang sudah diketahui kerelaannya.
Bila belum diketahui kerelaannya maka hukumnya haram. Hendaknya
tidak menghadap qiblat ataupun membelakanginya, dan kedua hal
tersebut haram bila dilakukan di selain tempat yang telah disediakan
sekira tidak ada penutupnya. Jika dadanya dihadapkan ke arah qiblat,
sedang alat kelaminnya dipalingkan dari arah itu kemudian kencing maka
hal tersebut tidak masalah. Lain halnya jika melakukan kebalikan hal itu.
Disunnahkan untuk tidak bersiwak, tidak meludai kencingnya, dan ketika
masuk jamban membaca doa :

‫ثئابخلا و ثبخلا نم كب ذوعأ ينإ مه لا‬

Ketika keluar membaca doa :

‫كنارفغ‬، ‫ ينافاع و ىذِلا ينع بهذأ يذلا هلل دمحلا‬Setelah

istinja’ membaca doa :

‫شحاوفلا نم يجرف نصح و قافنلا نم يبلق رهط مه لا‬

1. Posisi Buang Hajat


Sedangkan posisi buang hajat yang baik menurut fiqih yakni dengan
cara duduk dan kaki kiri dijadikan tumpuan (penopang berat badan).
Seperti keterangan Imam Nawawi dalam kitab nihayatuzain.
‫ةجاحلا ءاضقل سولجلا يف هراسي دمتعي نأو‬
Hendaknya menjadikan kaki kiri sebagai tumpuan dalam posisi duduk
untuk membuang hajat.
Dari sudut pandang kesehatan posisi kencing dengan jongkok ternyata
sangat banyak faedahnya, pertama posisi jongkok menyebabkan bentuk
kandung kemih mendapat tekanan lembut dari otot abdominal perut dan
otot paha dan otot–otot sekitar kandung kemih sehingga apabila kita
kencing maka air kencing yang dikeluarkan dapat secara maksimal keluar
tanpa harus kita mengejan untuk mengeluarkan kencing tersebut.. Tekanan
pada kandung kemih otomatis akan menarik tekanan pada saluran kencing
juga sehingga saluran kencing dapat secara maksimal membantu ginjal
mengeluarkan kencing dengan sempurna.
2. Hukum Istinja’ Dan Tata Cara Istinja’
Hukum istinja’ sendiri adalah wajib bagi setiap orang yang selesai buang
air kecil maupun besar. Seperti keterangan dalam kitab fath al-qarib :

‫لصف يف امو رجحال وأ‬: ‫هتعطق يأ ءيشلا توجن نم وهو )ءاجنتسلااو( ةجاحلا يضاق بادآو ءاجنتسلاا يف‬، ‫نأكف‬
‫ءاملاب )طئاغلاو لوبلا( جورخ )نم بجاو( هسفن نع ىذِلا هب عطقي يجنتسمال مرتحم ريغ علاق رهاط دماج لك نم‬
‫هانعم‬

Fasal menjelaskan tentang istinja’ dan etika-etika orang yang buang hajat.

Istinja’, yang diambil dari kata “najautus syai’a ai qhatha’tuhu” )aku


memutus sesuatu) karena seakan-akan orang yang melakukan istinja’ telah
memutus kotoran dari dirinya dengan istinja’ tersebut, hukumnya adalah
wajib dilakukan sebab keluarnya air kencing atau air besar dengan
menggunakan air atau batu dan barang-barang yang semakna dengan batu,
yaitu setiap benda padat yang suci, bisa menghilangkan kotoran dan tidak
dimuliakan oleh syareat.

،‫تاحسم ث\لَث بجاولاو )ءاملاب( ايناث )اهعبتي مث راجحِلاب( لاوأ )يجنتسي نأ لضفِلا( نكل )و( دحاو رجح فارطأ‬
‫ةثلَثب ولو‬
‫ءاقنلإا لصح نإ )لحمال نهب يقني راجحأ ةثلَث ىلع وأ ءامال ىلع( يجنتسمال )رصتقي نأ زوجيو‬
‫اهب‬، ‫ىقني ىتح اهيلع داز لاإو‬، ‫ثيلثتال كلذ دعب نسيو‬

Akan tetapi yang lebih utama adalah pertama istinja’ dengan batu,
kemudian kedua diikuti dengan istija’ menggunakan air. Dan yang wajib -
ketika istinja’ dengan batu- adalah tiga kali usapan, walaupun dengan tiga
sudutnya batu satu. Bagi orang yang istinja’, diperkenankan hanya
menggunakan air atau tiga batu yang digunakan untuk membersihkan
tempat najis, jika tempat tersebut sudah bisa bersih dengan tiga batu. Jika
belum bersih, maka ditambah usapannya hingga tempatnya bersih. Dan
setelah itu -setelah bersih- disunnahkan untuk mengulangi tiga kali.

‫(اهرثأو ةساجنال نيع ليزي هن ِل )لضفأ ءاملاف امهدحأ ىلع راصتقالا دارأ اذإف‬،

Ketika ia hanya ingin menggunakan salah satunya, maka yang lebih utama
adalah menggunkan air. Karena sesungguhnya air bisa menghilangkan
najisnya sekaligus sisa-sisanya.

3. Syarat Istinja’ Dengan Batu


Syarat kebolehan istinja’ dengan batu dijelaskan dalam kitab safinah al-
najah sebagai berikut :
‫ ءام‬، ‫ةين\\امث رجحلا ءازجإ ط\ورش )لص \ف( ن\أو‬: ‫ راجحأ ةثلَثب ن\وكي ن\أ‬، ‫ لحملا يق\\ني نأو‬، ‫فجي ال نأو‬
‫راجحلا نوكت‬
ِ ‫ سجنال ةرهاط‬، ‫ لقتني لاو‬، ‫ رخآ هيلع أرطي لاو‬، ‫ هتفشحو هتحفص زواجي لاو‬، ‫هبيصي لاو‬.
Syarat boleh menggunakan batu untuk beristinja ada delapan, yaitu:
1. Menggunakan tiga batu.
a) Mensucikan tempat keluar najis dengan batu tersebut.
b) Najis tersebut tidak kering.
c) Najis tersebut tidak berpindah.
d) Tempat istinja tersebut tidak terkena benda yang lain sekalipun
tidak najis.
e) Najis tersebut tidak berpindah tempat istinja (lubang kemaluan
belakang dan kepala kemaluan depan) .
f) Najis tersebut tidak terkena air .
g) Batu tersebut suci.

Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka wajib istinja’ menggunakan air.

D. Wudhu
1. Pengertian
Wudhu menurut Bahasa: kata wudhu berasal dari kata bahasa arabal
wadaa’ah yang artinya kebersihan dan keindahan. Sedangkan Wudhu menurut
Istilah : menggunakan air dengan niat dari dalam hati untuk mensucikan atau
membersihkan anggota tubuh tertentu yaitu mulut, kedua belah tangan , muka,
kepala/ rambut,dan kedu belah kaki dari sesuatu yang bisa membatalkan
sholat.
Dalil dari Qur’an :
1. Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 6
‫ق ف ا ر م ل\ا ى ل إ م ك ي د ي أ و م ك ه\و ج و ا و ل س غ \ا ف ة َل ص\\ل ا ى ل إ م ت م ق ا ذ إ ا و ن م آ ن\ي ذ‬
‫ل\ا ا ه ي أ ا ي م ت ن ك ن إ و ا و ر ه ط\\\ا ف ا ب ن ج م ت ن ك ن إ و ن ي ب ع ك ل\ا ى ل إ م ك ل ج ر أ و م‬
‫ك س\و ء ر ب ا و ح س م ا و‬
‫ا و د ج ت م ل ف ء\ا س ن ل\ا م ت س م َل و أ ط ئ\ \ \ \ \ \ا غ ل\ا ن م م ك ن م د ح أ ء\ا ج و أ ر ف س ى ل ع و أ‬
‫ى ض ر م ل ع ج ي ل ال\\\\ َّل د ي ر ي ا م ه ن م م ك\ي د ي أ و م ك ه\و ج و ب ا و ح س م ا ف ا ب ي ط ا د\ي ع‬
‫ص ا و م م ي ت ف ء\ا م ن\\\\\\و ر ك ش ت م ك ل ع ل م ك ي ل ع ه ت م ع ن م ت ي ل و م ك ر ه ط ي ل د ي ر ي ن ك ل و‬
‫جرح نم مكيلع‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”

2. Syarat Sah Wudhu


1. slam
2. Baligh
3. Tidak berhadas besar
4. Menggunakan air yang suci dan mensucikan artinya air mutlak
5. Tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi masuknya air ke kulit
seperti Cat, atau Oli.

3. Rukun Wudhu

1. Niat (didalam hati untuk berwudhu)


2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
4. Mengusap kepala dari pangkal sampai ujung rambut kemudian
diteruskan sampai ke kedua telinga.
5. Membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki
6. Tertib artinya berurutan sesuai dengan urutan diatas

4. Sunnah- sunnah dalam berwudhu

1. Memulai dengan Bismillah.


2. Membasuh kedua tangan sampai siku .
3. Berkumur-kumur dan mencuci hidung dari satu cidukan air sebanyak 3
kali
4. Melebihkan berkumur-kumur dan mencuci hidung dengan cara
menghirup air masuk kedalam lubang hidung.
5. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari pada yang kiri
6. Mencuci sebanyak 3 kalisecar tertib.
7. Mencuci tangan dengan menyilang- nyilangi jari tangan.
8. Setelah selesai wudhu membaca do’a :
9. Selanjutnya sholat dua rekaat yang biasanya disebut sholat sunnah
wudhu.

5. Hal- hal yang dapat membatalkan wudhu

1. Keluar sesuatu dari kemaluan atau anus, sekalipun hanya angin.


2. Tidur yang tidak tetap dari tempatnya.
3. Hilang akal karena mabuk, sakit, pingsan, atau ayan.
4. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa
yang bukan mahromnya.
5. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan bagian dalam dan jari-jari
tangan.
6. Keutamaan seseorang melaksanakkan wudhu

1. Bersuci adalah setengah dari iman. (Shahih Muslim : 223)


2. Menghapus dosa-dosa kecil. (Shahih Muslim : 244)
3. Mengangkat derjad seorang hamba. (Shahih Muslim : 251)
4. Jalan ke sorga. (Shahih Bukhari : 1149 dan Sahih Muslim : 2458)
5. Tanda keistimewaan ummat ini ketika mereka mendatangi telaga.
(Shahih Muslim : 234)
6. Cahaya bagi seorang hamba di hari kiamat. (Shahih Muslim : 250)
7. Untuk pembuka ikatan syetan. (Shahih Bukhari : 1142 dan Shahih
Muslim : 776)

E. Shalat
1. Pengertian
Salat atau Sholat (pengucapan bahasa Indonesia: [salat]; bahasa
Arab: ‫ ةلَصلٱ‬aṣ-ṣalāh, bahasa Arab: ‫ تاولصلٱ‬aṣ-ṣalawāt) adalah salah satu
jenis ibadah di dalam agama Islam yang dilakukan oleh Muslim. Kegiatan
salat meliputi perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Kedudukan salat di dalam
Islam ialah sebagai rukun Islam yang kedua. Salat merupakan suatu ibadah
yang istimewa di dalam Islam karena perintah pelaksanaannya diterima
oleh Nabi Muhammad dari Allah secara langsung. Salat dijadikan sebagai
penanda utama dalam status keimanan seorang muslim. Mengerjakan salat
merupakan tanda awal keislaman sedangkan meninggalkan salat merupakan
tanda awal kekafiran.
Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai figur
pengejawantahan perintah Allah. Dalil mengenai kewajiban pelaksanaan salat
terdapat di dalam Al-Qur'an, hadis maupun ijmak para ulama. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan salat ada sembilan, yaitu Islam,
berakal, mumayyiz, bersuci, menutup aurat, bersih dari najis, mengetahui
waktu pelaksanaan salat, menghadap ke kiblat dan memiliki niat. Selain itu
terdapat rukun salat yang jumlahnya sebanyak empat belas macam gerakan
dan ucapan, serta delapan hal yang membatalkan salat.
Salat secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu salat
fardu dan salat sunah. Salat fardu terbagi menjadi 5 waktu tertentu yang
dikerjakan setiap hari dan bersifat wajib. Sementara itu, salat sunah bersifat
dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu tertentu, khususnya pada hari
raya Islam.
2. Etimologi
Kata salat merupakan kata serapan dalam bahasa Arab
yaitu shalla. Kata ini merupakan turunan dari kata yushalli - shalaatan.
Secara bahasa, kata salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti sebagai
doa. Dalam Surah At-Taubah ayat 103 menjadi landasan pemaknaan ini.
Dalam ayat ini, kata salat dimaknai sebagai doa. Pemaknaan salat sebagai doa
juga diperoleh dari perbuatan dan ucapan yang diadakan selama kegiatan salat
merupakan serangkaian doa.
Sementara itu, secara istilah salat diartikan oleh para ulama
sebagai serangkaian ucapan dan gerakan tertentu yang diawal dengan takbir
dan diakhiri dengan gerakan salam. Gerakan takbir perlu didahului dengan
niat dan memiliki persyaratan tertentu sebelum dilaksanakan.Abu
Hanifah menambahkan makna salat ini dengan memberikan ciri umum
gerakannya yaitu berdiri, rukuk dan sujud.
3. Hakikat
Salat termasuk dalam ibadah yang tujuan pelaksanaannya hanya
untuk menghambakan diri kepada Allah. Dalam pelaksanaan salat timbul
suatu hubungan antara manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, dan Allah
sebagai pencipta makhluk yaitu manusia. Hubungan ini disebutkan di dalam
Al-Qur'an pada Surah Az-Zariyat ayat 56, Surah Yasin ayat 22, dan Surah Al-
'An'am ayat 162. Pada Surah Az-Zariyat ayat 56 disebutkan bahwa manusia
dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Surah Yasin ayat 22
merupakan perenungan bahwa manusia akan kembali kepada Tuhannya
sehingga tidak ada alasan untuk tidak beribadah kepadaNya. Sementara
itu, Surah Al-'An'am ayat 162 menjelaskan bahwa salat seorang muslim hanya
dipersembahkan kepada Allah yang merupakan tuhan bagi seluruh alam.
4. Dalil
a) Dalil di dalam Al Qur’an

Kata salat hanya disebutkan 83 kali di dalam Al-Qur'an.


Perintah mengerjakan salat terdapat dalam beberapa ayat yaitu Surah Al-
Hajj ayat 77, Surah Al-Baqarah ayat 43 dan 238, Surah An-Nisa' ayat 103
serta Surah Al-'Ankabut ayat 45. Surah Al-Hajj ayat 77 tidak secara langsung
memberikan perintah salat, tetapi menyebutkan dua gerakan salat yaitu rukuk
dan sujud. Surah Al-Baqarah ayat 43 secara langsung memerintahkan salat
dengan menyebutkan salah satu gerakan salat yaitu rukuk. Ayat ini juga
disertai dengan perintah untuk melaksanakan ibadah lain yaitu zakat. Surah
An-Nisa' ayat 103 menjelaskan bahwa salat merupakan kewajiban bagi orang
yang beriman dengan waktu pelaksanaannya telah ditentukan. Manfaat salat
kemudian disebutkan dalam Surah Al-'Ankabut ayat 45 yaitu untuk mencegah
manusia melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Setelah perintah dan
manfaat salat disampaikan, maka dalam Surah Al-Baqarah ayat 238, Allah
memerintahkan untuk memelihara salat dan melaksanakannya dengan
khusyuk hanya untuk Allah.

Berikut ini adalah ayat-ayat lain yang membahas tentang salat di dalam Al-
Quran, kitab suci agama Islam:

• Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah


mereka mendirikan salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang
hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan (Ibrahim 14:31).
• Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
(zina) dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain), dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut 29:45(.
• Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan (Maryam 19:59).
• Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang
mereka itu tetap mengerjakan salatnya (al-Ma’arij 70:19-23).

b) Dalil di dalam Hadist


Perintah salat juga disampaikan di dalam hadis. Dalam periwayatan
hadis dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad mengatakan bahwa salah
satu rukun islam adalah salat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ahmad. Terdapat pula sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, nabi Muhammad mengatakan bahwa salat
merupakan ibadah pertama yang dihitung dalam pengadilan hari kiamat.
Keberuntungan akan diperoleh oleh manusia yang melaksanakan salat dengan
baik, sedangkan yang melaksanakan kerugian akan memperoleh kerugian dan
kekecewaan.
Nabi Muhammad juga memberikan analogi mengenai pentingnya
salat bagi agama Islam dan umat muslim. Salat diumpamakan sebagai tiang
yang menopang bangunan. Dalam analogi ini, bangunannya adalah Islam
yang dibangun atas dasar jihad. Salat dijadikan sebagai pengokoh dasar
keislaman dan penopang jalan mencapai jihad kepada Allah.
5. Persyariatan

Allah memerintahkan pelaksanaan salat pada para nabi yang


diutusnya antara lain Nabi Ibrahim, Nabi Isma'il, Nabi Musa, Nabi Isa dan
Nabi Muhammad.[14] Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah telah diberi
perintah untuk mengerjakan salat dengan hukum wajib untuk dilaksanakan.
Tata cara dan aturan dalam pelaksanaan salat oleh tiap nabi dan rasul
kemungkinan berbeda-beda sesuai dengan perintah Allah. Salat telah
dilaksanakan sejak masa kenabian Adam hingga masa kenabian Muhammad.
Penyempurnaan aturan, bacaan dan gerakan salat diadakan ketika Nabi
Muhammad mengalami peristiwa Isra Mikraj menuju
ke Sidratulmuntaha. Perintah salat juga diberikan kepada Bani Israil,[19] dan
seluruh Ahli Kitab.

a) Nabi Adam dan keturunannya


Keterangan mengenai perintah dan pelaksanaan salat
oleh Adam dan keturunannya tertera pada Surah Maryam ayat 59. Dalam ayat
ini, dijelaskan bahwa adam dan keturunannya bersujud dan menangis ketika
dibacakan ayat-ayat Allah.

b) Nabi Ibrahim

Keterangan mengenai pelaksanaan salat oleh Nabi Ibrahim terdapat


dalam Surah Ibrahim ayat 37. Dalam ayat ini, diketahui bahwa nabi Ibrahim
memindahkan anak dan keturunannya ke sebuah lembah yang tandus dan
tidak ditumbuhi oleh tumbuhan. Di tempat tersebut, Ibrahim
membangun Ka'bah sebagai tempat pelaksanaan salat bagi dirinya dan anak
keturunannya.

c) Nabi Ishaq dan Ya'kub

Di dalam Al-Qur'an juga disiratkan akan salat yang dilakukan oleh


nabi Ishak dan Yakub:

"...dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshaq dan


Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami), dan masing-masingnya
Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
selalu menyembah."

d) Nabi Muhammad

Sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, umat muslim telah


diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan salat. Perintah ini disampaikan
langsung di dalam Al-Qur'an. Salat lima waktu baru diwajibkan setelah
terjadinya peristiwa Isra Mikraj. Dalam Isra Mikraj tersebut disebutkan bahwa
Nabi Muhammad salat terlebih dahulu di Al-Jami' Al-Aqsha sebelum naik
ke langit dan berjumpa dengan para nabi yang lainnya. Nabi Muhammad juga
bertemu dengan Nabi Musa dan dia menceritakan bahwa umatnya yaitu Bani
Israil, tidak mampu melakukan salat lima puluh waktu dalam sehari.

6. Kiblat
Kiblat merupakan salah satu ciri utama ibadah di dalam Islam yang
tidak ditemukan pada agama lain. Ibadah pada agama lain tidak menetapkan
satu lokasi tertentu yang menjadi pusat peribadatan. Sementara dalam Islam,
setiap muslim hanya dibolehkan melaksanakan salat menghadap suatu tempat
yang sama dan berlaku secara universal. Kiblat tidak menandakan tempat
yang menjadi keberadaan Allah. Dalam konsep Islam, Allah selalu berada di
tempat manapun. Tujuan penetapan kiblat hanya sebagai simbol persatuan
umat muslim di seluruh dunia. Kiblat tidak dikenal oleh agama
Abrahamik lainnya, yaitu Yahudi dan Kristen.
Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Jami' al-
Aqsha di Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah untuk berpindah
kiblat ke bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Ka'bah yang
berada di dalam Masjidil Haram. Pengalihan arah kiblat ini terjadi ketika Nabi
Muhammad dan para pengikutnya sedang melaksanakan salat di Madinah.
Posisi salat pada saat itu menghadap ke utara sesuai dengan posisi dari Al-
Jami' al-Aqsha. Setelah perubahan arah kiblat diwahyukan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad, maka kiblat salat berikutnya dialihkan ke arah selatan
menghadap ke Ka'bah di Makkah. Proses pengalihan ini mulai dilakukan di
penghujung hari, sehingga di permulaan hari, arah kiblat masih menghadap ke
Al-Jami' al-Aqsha.
Ayat Al-Qur'an yang memperjelas status Ka'bah sebagai kiblat umat
Islam adalah Surah Al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150. Ketiga ayat ini berisi
perintah untuk memalingkan wajah ke arah Masjidil Haram. Pewahyuan
ketiga ayat ini berlangsung pada bulan Rajab atau Syakban tahun ke-
2 Hijriyah (624 Masehi).

Posisi menghadap kiblat memiliki tiga tingkatan yang menjadi


syarat penunaian salat secara benar. Masing-masing ialah ketetapan hati,
perasaan diawasi oleh Allah, dan pemaknaan terhadap kalam Allah. Ketetapan
hati berkaitan dengan penjagaan hati dan pikiran yang dapat
mengurangi pahala salat. Pikiran dan hati selama salat dijaga dari hawa nafsu
dan keraguan berlebihan. Perasaan diawasi oleh Allah ialah melaksanakan
salat dengan pikiran selalu meyakini bahwa Allah mengetahui, mengamati dan
mengawasi ibadah salat. Sedangkan pemaknaan terhadap kalam Allah berarti
bahwa salat dilaksanakan dengan mengetahui makna bacaannya, serta makna
ubudiahnya.

7. Hukum

Dalam Islam, salat merupakan suatu kewajiban yang dihukumi fardu


ain bagi muslim yang telah baligh. Tiap muslim wajib melaksanakan salat
selama ia masih hidup. Dalil mengenai kewajiban salat terdapat di dalam Al-
Qur'an maupun hadis. Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah
memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat
wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir dan mereka yang meninggalkan
salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang,
seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.

Hukum salat secara umum terbagi menjadi dua yaitu wajib dan
sunah. Salat yang wajib dikerjakan disebut salat fardu, sedangkan yang sunah
untuk dikerjakan disebut salat sunah.
8. Kondisi khusus
Artikel utama: Safar (perjalanan), Salat Qashar, dan Salat Jamak

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi


keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada
dalam perjalanan. Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri
maka ia dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia
tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan berbaring. Bila
dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat
melakukannya dengan isyarat. Sedangkan bila seseorang sedang dalam
perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jamak) atau meringkas
(qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat pada satu
waktu yakni salat zuhur dengan salat asar atau salat magrib dengan salat isya.
Mengqasar salat berarti meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar,
isya) menjadi 2 rakaat.

9. Persyaratan

Syarat-syarat salat adalah hal-hal yang harus dipenuhi sebelum salat


ditunaikan. Jenis syarat dalam salat dibagi berdasarkan kemampuan dari
dalam diri individu maupun pengamatan dari luar diri individu. Syarat yang
harus dimiliki di dalam diri individu meliputi beragama Islam, baligh, berakal
sehat, dan mengetahui rukun salat. Sementara syarat yang berasal dari luar
individu ialah kebersihan dan kesucian dari hadas dan najis, ketepatan waktu
pelaksanaan salat serta posisi salat menghadap kiblat.

1. Beragama Islam

Syarat sahnya salat yang paling pertama adalah pelaksananya harus


meyakini kebenaran agama Islam. Salat seseorang dianggap tidak sah ketika
dirinya menjadi kafir. Orang kafir yang kembali beragama Islam wajib
mengqada salat-salatnya agar dapat kembali menjadi sah. Keterangan ini
diperoleh dari Surah Al-Baqarah ayat 217. Sebaliknya, mualaf tidak
diwajibkan mengqada salat yang ditinggalkannya selama masih menjadi kafir.
Dosa-dosa selama masih menjadi kafir diampuni oleh Allah sesuai keterangan
pada Surah Al-Anfal ayat 38.

2. Balig

Tanda balig bagi manusia adalah sama dengan tanda memasuki


masa pubertas. Bagi laki-laki, tanda ini berupa terjadinya mimpi basah.
Sementara bagi wanita, tanda balig adalah terjadinya menstruasi. Sebelum
mencapai usia balig, salat belum berstatus sebagai kewajiban, tetapi setelah
mencapai usia balig maka status salat menjadi wajib. Anak yang belum
mencapai masa pubertas dibebaskan dari kewajiban melaksanakan salat. Hal
ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Muhammad bin
Isa at-Tirmidzi dan Muhammad bin Ismail al-Bukhari.

3. Wudu

Sebelum melaksanakan salat, tiap muslim wajib melakukan wudu.


Caranya adalah dengan membersihkan bagian tubuh tertentu
menggunakan air. Wudu mejadi syarat wajib sebelum melaksanakan salat
wajib maupun salat sunah. Syarat pelaksanaan wudu adalah berislam, berakal
sehat, menggunakan air suci, dan tidak berpenghalang. Makna berakal sehat
ialah mampu membedakan antara hal yang baik dengan hal yang buruk.
Sementara itu, air suci adalah air yang belum pernah digunakan untuk
kegunaan lain, misalnya air hujan, air laut, air sungai, salju yang mencair, dan
air dari tangki atau kolam besar. Penghalang di dalam wudu adalah najis
atau hadas. Penghalang ini terbagi menjadi dua yaitu penghalang lahir dan
penghalang biologis. Penghalang lahir misalnya kotoran yang menempel di
sela-sela kuku, sedangkan penghalang biologis misalnya haid dan nifas bagi
wanita. Syarat tambahan diberikan kepada orang dengan penyakit yang
membuatnya selalu berhadas. Bagi penderita penyakit selalu berhadas, wudu
dilakukan setiap memasuki waktu salat. Penyakit berhadas ini
misalnya keputihan dan tidak mampu menahan buang air kecil.

Wudu dimulai dengan niat dan kemudian dilanjutkan dengan


membasuh kedua telapak tangan. Selanjutnya yang dibasuh adalah bagian
muka, kedua telapa tangan hingga mencapai siku, mengusap bagian kepala
dan membasuh kedua telapak kaki hingga tumit. Pelaksanaan wudu ini
dilakukan secara berurutan.

Wudu dapat menjadi batal akibat beberapa hal. Penyebab paling


umum adalah keluarnya kotoran dari anus atau alat kelamin. Penyebab
berikutnya adalah tidur dengan posisi tubuh tengkurap atau kaki terangkat.
Wudu juga dapat batal akibat orang yang berwudu kehilangan akal sehat
akibat mabuk, sakit, epilepsi, atau gila. Batalnya wudu juga disebabkan karena
bersentuhan langsung antara kulit dengan kulit pada orang yang
bukan mahram. Keberadaan atau ketidakberadaan hawa nafsu tidak
mempengaruhi pembatalan wudu. Kondisi terakhir yang dapat membatalkan
wudu adalah menyentuh lubang anus sendiri maupun orang lain baik dalam
keadaan hidup atau telah meninggal.

10. Rukun

Rukun salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan


membentuk hakikat salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun
tidak sah berdasarkan syariat Islam dan juga tidak bisa diganti dengan sujud
sahwi.

1. Berdiri bagi yang mampu.


2. niat dalam hati
3. Takbiratul ihram.
4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.
5. Rukuk dan tuma’ninah.
6. Iktidal setelah rukuk dan tumakninah.
7. Sujud dua kali dengan tumakninah.
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah.
9. Duduk tasyahud akhir
10. membaca tasyahud akhir.
11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
12. Membaca salam yang pertama.
13. Tertib melakukan rukun secara berurutan.

11. Takbir

Pengucapan kata "akbaaar" atau di panjangkan di dalam takbir ketika


salat tidaklah diperbolehkan. Larangan ini berlaku secara mutlak serta berlaku
pula di dalam azan. Pemanjangan ucapan "akbaaar" dapat mengubah arti dari
kata tersebut. Kata akbar ketika dipanjangkan menjadi akbâr akan berarti
sejenis tanaman atau bedug yang hanya punya satu sisi pukul. Selain itu,
imam salat yang memanjangkan kata "akbar" dapat membuat makmum
mendahuluinya dalam rukun salat. Makmum dalam artian ini menyelesaikan
pengucapan takbir sebelum imam, sehingga melanggar rukun salat.

12. Berdasarkan hukumnya

1. Salat nawafil

Salat nawafil adalah salat tambahan selain salat fardu. Salat nawafil
ini terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu salat sunah, salat mustahab dan salat
tathawwu'. Ketiga tingkatan ini sering disatukan menjadi satu yaitu salat
sunah, tetapi ketiganya tetap memiliki perbedaan. Salat sunah merupakan salat
tambahan yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya
secara terus-menerus. Salat mustahab adalah salat yang diketahui
pelaksanaanya di dalam hadis, tetapi pelaksanaannya secara terus-menerus
tidak terdapat di dalam hadis. Sementara itu, salat tathawwu' merupakan salat
yang tidak terdapat dalam hadis maupun dicontohkan oleh para
sahabat, tabiin dan tabi'ut tabi'in. Salat tathawwu' hanya dikerjakan sebagai
bentuk pendekatkan diri seorang hamba kepada Allah. Kesalahan dalam
penyebutan ketiga jenis salat nawafil ini tidak membuat seorang muslim
berdosa selama mereka memahami makna dari ketiganya.

Salat sunah adalah salat-salat yang dianjurkan untuk dikerjakan, akan


tetapi tidak diwajibkan. Seorang muslim tidak berdosa ketika tidak
melaksanakan salat sunah, sedangkan melaksanakannya berarti memperoleh
pahala. Salat sunah terbagi lagi menjadi dua, yaitu salah sunah muakkad dan
salat sunah ghairu muakkad. Salat sunah muakkad adalah salat sunah yang
dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti
salat dua hari raya dan salat tarawih. Sedangkan salat sunah ghairu muakkad
adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa anjuran dengan penekanan yang
kuat.[60] Contoh salat sunah ghairu muakkad yaitu salat rawatib dan salat
sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat
kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

2. Salat fardu

• Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk


mengerjakannya. Salat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf
langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun
dilaksanakan oleh orang lain, seperti salat lima waktu, dan salat Jumat
(fardhu 'ain untuk pria).
o Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukalaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi
sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila
tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya
dan menjadi
berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.

3. Salat berjamaah

Salat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama


(berjamaah). Dalam pelaksanaannya setiap Muslim diharuskan mengikuti apa
yang telah Nabi Muhammad ajarkan, yaitu dengan meluruskan dan
merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit saling bertemu.[61][62][63][64]

Pada salat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan


ditunjuk sebagai imam salat, dan yang lain akan berlaku sebagai makmum.

• Salat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara


lain:
o Salat fardu
o Salat tarawih
• Salat yang harus dilakukan berjamaah antara lain:
o Salat Jumat
o Salat Hari Raya (Ied)
o Salat Istisqa'

Yaitu salat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah.

4. Salat fardu

Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad dan para


pengikutnya adalah salat malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-
Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat
berikutnya, yaitu ayat 20:
"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama
kamu, dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu,
maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu
orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik, dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah ampunan kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dengan turunnya ayat ini, hukum salat malam hukumnya menjadi


sunnah. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan
ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini
menghapus kewajiban salat malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat
Islam.

13. Kemakmuran

Waktu salat yang dberi hukum makruh adalah pada salat mutlaq.
Kemakruhan salat ini dikarenakan meniru perbuatan orang munafik. Waktu
pelaksanaannya ada beberapa yaitu:[65]

1. Setelah salat subuh hingga matahari terbit


2. Saat matahari terbit hingga baru mencapai sepenggalah
3. Posisi matahari tepat berada di atas tubuh, sehingga bayang-
bayang tepat berada di bawah tubuh. Kemakruhan ini dikecualikan untuk hari
Jumat.
4. Setelah salat asar hingga matahari terbenam.
5. Saat matahari terbenam hingga langit gelap sempurna.

Kemakruhan juga berlaku pada tempat salat. Terdapat beberapa


tempat salat yang membuat hukum salat menjadi makruh. Berdasarkan
kelayakannya sebagai tempat ibadah, kemakruhan melaksanakan salat berlaku
di pemandian umum, tempat berganti pakaian, dan tempat memberi
minum ternak.[66] Salat juga dianggrap makruh jika dikerjakan di tempat yang
memiliki banyak najis seperti tempat penyembelihan hewan, pemakaman,
dan tempat pembuangan akhir Ada pula tempat yang makruh untuk salat
karena mengganggu publik atau dimurkai oleh Allah. Tempat salat yang
makruh akibat menggangu publik adalah di jalan raya yang masih
digunakan, lembah yang rawan banjir, pasar atau di depan publik. Sedangkan
tempat salat yang dimurkai Allah adalah di tempat ibadah umat non muslim
atau di tempat maksiat.

14. Keharaman

1. Berpakaian ketat

Dalam salat, baik laki-laki maupun perempuan dilarang


menggunakan pakaian yang ketat. Pelarangan ini dikarenakan pakaian ketat
membuat aurat terlihat melalui lekuk tubuh.[69]

15. Manfaat

1. Memelihara kesehatan tubuh manusia

Salat merupakan sebuah ibadah yang memiliki gerakan-gerakan


tertentu. Setiap gerakan salat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Gerakan wudu sebelum salat serta pelaksanaan salat
membuat akupunktur dan pemijatan alami bagi tubuh manusia melalui
sentuhan. Daerah akupunktur ini terbagi menjadi 12 titik di telapak tangan, 24
titik pada wajah, 8 titik pada lengan, 24 titik pada kepala, dan 13 titik pada
kaki. Gerakan-gerakan salat juga mencegah beberapa penyakit timbul pada
manusia. Gerakan berdiri setelah sujud atau rukuk membuat saraf pada
bagian otak dan punggung manusia terkendurkan. Hal ini membuat tubuh
manusia lebih sulit terkena penyakit yang berkaitan dengan ruas tulang
punggung. Pada posisi sujud, terjadi kontraksi pada otot-otot dan terjadi
pemijatan pada bagian pembuluh darah dan saraf di bagian kelenjar getah
bening serta mencegah pengerutan pada bagian pembuluh darah. Sementara
itu, pada gerakan duduk tasyahud, terjadi pemijatan pada bagian pusat otak
ruas tulang punggung, bahu, mata dan jari kaki. Sedangkan pada gerakan
salam, terjadi penguatan otot leher dan kepala selama kepala menoleh ke
kanan dan ke kiri.

F. Puasa
1. Pengertian

Seperti yang sudah katakana di awal, bahwa puasa merupakan


salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara menahan rasa lapar dan haus.
Puasa sendiri memiliki pengertian-pengertian lain baik pengertian secara
umum dan pengertian puasa dalam agama islam.
Secara umum, puasa merupakan salah satu kegiatan yang dinilai
sebagai kegiatan sukarela yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari
makanan, minuman atau juga bisa keduanya, perilaku buruk, dan semua hal
yang memiliki potensi untuk membatalkan puasa tersebut selama masih dalam
periode pelaksanaan puasa tersebut.
Puasa yang murni biasanya dilakukan dengan menahan diri
untuk makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, umumnya puasa
dilaksanakan dalam kurun waktu satu hari atau selama 24 jam, atau juga bisa
beberapa hari. Lamanya periode puasa ini bergantung pada ketentuan puasa.
Perlu diketahui bahwa puasa ada puasa lain yang hanya
membatasi seseorang untuk mengkonsumsi zat atau makanan tertentu. Perlu
Grameds ketahui bahwa puasa juga dapat membatasi seseorang dari berbagai
aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas seksual. Karena umumnya puasa
dilaksanakan untuk menunaikan ibadah dalam suatu agama, selain itu puasa
juga kerap dilaksanakan untuk menaikkan tingkat kespiritualan seseorang.
Puasa dengan tujuan seperti itu biasanya dilakukan oleh
seseorang yang sudah sering bertapa atau rahib. Kesimpulannya, puasa
dilakukan untuk menahan diri dengan cara mengekang diri dari berbagai
macam tujuan serta keinginan. Puasa kerap diartikan sebagai kegiatan yang
sangat berguna untuk menekan nafsu duniawi pada diri manusia.
Menurut agama islam, puasa disebut dengan Shaum yang berasal
dari Bahasa Arab : ‫ م\\\وص‬merupakan ibadah yang bersifat wajib untuk
dilaksanakan ketika bulan Ramadhan telah tiba. Ibadah ini juga dilaksanakan
selama satu bulan penuh lalu akan ditutup dengan perayaan Hari Raya Idul
Fitri.
Pelaksanaan puasa yang sesuai dengan syariat islam adalah
dengan menahan diri dari makan minum serta semua perbuatan yang dapat
membatalkan puasa dari terbitnya matahari hingga matahari tenggelam
dengan diawali niat yang sudah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Puasa
ditujukan untuk dapat membentuk serta menanamkan sikap-sikap teladan dan
meningkatkan ketakwaan seorang Muslim kepada Allah SWT.
Puasa sendiri merupakan terjemahan dari istilah aslinya yang
berasal dari Bahasa Arab, yaitu kata Shaum. Kata tersebut secara Bahasa
memiliki arti mencegah atau menahan.
2. Jenis Puasa dalam Agama Islam
Dalam agama islam, ibadah puasa dibagi menjadi dua hukum,
yaitu jenis puasa dengan hukum wajib dan yang kedua adalah jenis puasa
dengan hukum Sunnah.
1. Puasa dengan Hukum Wajib
Puasa wajib atau shaum wajib merupakan jenis puasa yang harus
dilaksanakan oleh umat muslim. Apabila seorang umat muslim berhasil
melaksanakan puasa jenis ini maka ia akan mendapatkan pahala.
Sebaliknya apabila seorang umat muslim tidak melaksanakan puasa jenis
ini maka ia akan mendapatkan dosa atau ganjaran. Berikut ini daftar
puasa yang termasuk dalam puasa wajib.
a. Puasa wajib Ramadhan
b. Puasa yang disebabkan karena bernazar
c. Puasa denda atau kafarat
d. Puasa ganti atau qadha
2. Puasa dengan Hukum Sunnah
Puasa Sunnah atau shaum Sunnah merupakan jenis puasa yang
apabila dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan apabila tidak
dikerjakan tidak mendapat dosa dan pahala. Berikut ini daftar puasa yang
termasuk dalam puasa Sunnah.
a. Puasa senin kamis tiap minggu
b. Puasa Sunnah enam hari yang dilaksanakan pada bulan Syawal, kecuali
saat hari raya Idul Fitri.
c. Puasa sunah arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah untuk umat muslim yang
tidak melaksanakan ibadah haji.
d. Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah untuk umat muslim yang
tidak melaksanakan ibadah haji.
e. Puasa Daud atau sehari puasa besoknya tidak, puasa ini dilaksanakan
untuk meneladani puasa miliki Nabi Daud.
f. Puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram.
g. Puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram.
h. Puasa Yaumul Bidh, sekitar tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan.
i. Puasa Nisfu Sya’ban dilaksanakan pada pertengahan bulan Sya’ban.
j. Puasa Asyhurul Hurum yang dilakukan pada bulan Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharram, dan bulan Rajab.
3. Syarat-syarat Wajib dan Sah Puasa dalam Agama Islam
Umat muslim dalam menjalankan ibadah puasa pastilah memiliki
beberapa syarat-syarat wajib menurut syariat islam yang harus terpenuhi.
Berikut ini syarat wajib ibadah puasa menurut syariat islam.
1. Syarat Wajib Puasa menurut Syari’at Islam
1. Beragama Islam dan menyembah Allah SWT.
2.Sudah baligh atau sudah cukup umur.
3. Kondisi akalnya sehat dan waras.
4. Keadaan rohani dan jasmani yang sehat.
5. Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan
jauh.
6. Dalam keadaan yang suci dari hadas besar.
7. Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa.
2. Syarat Sah Puasa Menurut Syari’at Islam
1. Beragama islam dan tidak murtad.
2. Dapat membedakan yang mana yang baik dan buruk (mumayyiz)
3. Tidak dalam keadaan najis yang suci dari nifas dan haid (khusus wanita)
4. Memiliki pengetahuan mengenai waktu diterimanya puasa.
4. Rukun-rukun Puasa dalam Aagama Islam
Ibadah puasa dalam agama islam memiliki beberapa rukun puasa
yang diambil dari syariat islam. Berikut ini rukun puasa dalam agama islam.
1. Islam
Rukun pertama dalam melaksanakan ibadah puasa di agama islam
adalah sesroang haruslah memeluk atau beragama islam seperti yang telah
disampaikan pada syarat berpuasa menurut syariat islam.
2. Membaca niat
Membaca niat serta doa puasa merupakan tahapan yang sangat
penting untuk dilakukan sebelum menjalankan ibadah puasa. Umat muslim
akan membaca niat sebelum mereka menjalankan ibadah puasa tepatnya
setelah mereka melaksanakan sahur atau juga dapat dilakukan sebelum fajar
tiba. Ada beberapa hadist yang menyatakan bahwa pembacaan niat dan doa
dapat dilakukan malam harinya sebelum tidur.
3. Menahan serta mengontrol diri
Ketika berpuasa, umat muslim menahan serta mengontrol diri
mereka dari segala hawa nafsu baik hawa nafsu makanan, minuman, kegiatan
seksual, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa.
5. Hal-hal yang Disunnahkan Ketika Menjalankan Puasa Dalam
Agama Islam
Ketika berpuasa, umat muslim disunahkan untuk melakukan
beberapa Sunnah dalam menjalankan puasa untuk bisa menambah pahala dan
meningkatkan derajat umat muslim. Berikut ini hal-hal yang disunnahkan
ketika berpuasa dalam agama islam.
a. Melambatkan sahur
b. Menyegerakan berbuka ketika sudah waktu berbuka
c. Membaca doa atau niat berbuka puasa
d. Ketika berbuka diawali dengan makanan/minuman yang manis
e. Bersedekah memberi makanan berbuka untuk sesame
f. Lebih giat dalam beribadah dan bersedekah
6. Waktu-waktu Dilarang Melaksanakan Puasa Dalam Agama Islam
Ibadah berpuasa dalam agama islam ternyata memiliki waktu atau
saat yang melarang umatnya untuk melakukan ibadah tersebut. Berikut ini
adalah beberapa waktu umat islam dilarang atau bahkan sampai diharamkan
untuk melaksanakan ibadah berpuasa.
a. Hari raya Idul Fitri (1 Syawal)
Agama islam mengharamkan tanggal 1 Syawal bagi umatnya yang
ingin melaksanakan ibadah puasa karena agama islam menetapkan tanggal 1
Syawal sebagai hari yang sakral untuk umat agama islam. Bagaimana tidak?
Tanggal 1 Syawal merupakan hari kemenangan untuk umat agama islam.
b. Hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah)
Tanggal 10 Dzulhijjah ditetapkan sebagai hari raya kedua oleh agama
islam. Pada hari tersebut, umat islam diharamkan untuk berpuasa dan
disunnahkan untuk menyembelih hewan qurban lalu dibagikan kepada kerabat
serta fakir miskin atau orang-orang yang kurang mampu. Hal itu bertujuan
agar mereka juga dapat merasakan kebahagiaan serta kegembiraan
mengkonsumsi daging hewan qurban.
– Tiga hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah)
– Hari syak )30 Sya’ban(
– Berpuasa selamanya
– Wanita yang sedang haid atau nifas dan belum mandi besar
– Seorang istri yang berpuasa Sunnah tanpa izin dari suami
Selain itu ada waktu yang dianggap makruh bagi seorang muslim yang
ingin melaksanakan puasa, yaitu pada saat hari Jum’at, dengan keterangan
berpuasa tanpa didahului berpuasa di hari sebelumnya.

7. Hal-hal yang Membatalkan Puasa Dalam Agama Islam


Ibadah puasa dalam agama islam memberikan beberapa hal yang dapat
membatalkan puasa menurut syariat puasa dalam agama islam. Berikut ini
beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam agama islam.
– Makan, minum atau memasukkan benda dengan sengaja ke dalam lubang
atau rongga tubuh,
– Melakukan kegiatan seksual,
– Menyengajakan muntah,
– Menyengajakan keluarnya air mani,
– Tiba-tiba haid atau nifas,
– Kehilangan akal (gila atau tiba-tiba pingsan),
– Keluar dari agama islam dan memeluk agama lain (murtad).
Ada beberapa hal-hal yang membatalkan puasa apabila dilakukan
dengan tidak sengaja maka tidak akan batal batal puasanya, seperti apabila
tidak sengaja makan atau minum serta melakukan kegiatan seksual.

8. Jenis-jenis Orang yang Membatalkan Puasa Dalam Agama Islam


Dalam pelaksanaan ibadah puasa ini tentunya ada umat yang akan
melakukan pembatalan puasa baik dikarenakan situasi atau memang tidak
dibolehkan berpuasa. Berikut ini akan kami sajikan beberapa jenis orang yang
membatalkan puasa beserta dengan jenis hal yang digunakan untuk mengganti
puasa tersebut.
1. Orang yang wajib mengqadha
Orang-orang dibawah ini diberi kesempatan untuk boleh tidak
melakukan puasa, namun mereka harus menggantinya dengan berpuasa dilain
hari sebanyak jumlah puasa yang ditinggalkannya.

1. Tidak berpuasa karena sakit (ada harapan pulih),


2. Seorang musafir atau berpergian jauh dengan jarak minimal 89 km dari
rumah,
3. Wanita yang sedang hamil,
4. Ibu-ibu yang sedang fase menyusui anak,
5. Wanita yang sedang haid atau nifas,
6. Seseorang yang tidak sengaja membatalkan puasanya.
2. Orang yang tidak wajib mengqadha, namun wajib fidyah
Orang-orang dibawah ini adalah orang yang tidak berpuasa dan tidak
diwajibkan untuk menggantinya, namun mereka diwajibkan untuk membayar
fidyah (memberi makan fakir miskin di hari ia tidak berpuasa)
1. Tidak berpuasa karena sakit (tidak ada harapan pulih) dan
2. Orang tua yang sudah tidak mampu menjalankan puasa.
3. Orang yang wajib mengqadha dan melaksanakan kafarat
Bagi umat muslim yang membatalkan puasa dengan cara bersetubuh
harus menggantinya dengan mengqadha puasa tersebut disertai dengan
melakukan kafarat. kafarat sendiri berarti memerdekakan atau membebaskan
hamba sahaya yang mukmin. Jika tidak ada yang bisa dimerdekakan maka
seorang muslim tadi diperintahkan untuk berpuasa selama dua bulan berturut-
turut. Apabila dia tetap tidak bisa, maka dia diperintahkan untuk memberi
makan orang miskin dengan jumlah yang ditentukan yaitu sebanyak 60 orang
miskin, dengan masing-masing mendapatkan 576 gram bahan makanan
pokok.
9. Keutamaan dan Hikmah Berpuasa Dalam Agama Islam
Berpuasa dalam agama islam apalagi berpuasa Ramadhan yang
diwajibkan oleh Allah merupakan ibadah yang ditujukan agar umat islam
selalu menghamba hanya kepada Allah SWT.

Ibadah puasa memiliki beberapa keutamaan menurut syariat islam,


seperti umat muslim yang melaksanakan puasa akan melewati sebuah pintu di
surga yang bernama Rayyan, pintu surga tersebut adalah pintu yang di
khususkan untuk muslim yang berpuasa. Selain itu, Allah akan memberi
kelebihan kepada muslim yang berpuasa dengan menjauhkannya dari api
neraka sejauh 70 tahub perjalanan masa akhiratnya.
Berikut beberapa hikmah yang diperoleh dari melaksanakan ibadah puasa
dalam agama islam.
1. mendapatkan beberapa pendidikan rohani,
2. memperbaiki cara bergaul seorang muslim,
3. bermanfaat untuk kesehatan.
10. Ibadah Puasa Dalam Agama/Kepercayaan Lain
Seperti yang kami katakana di awal bahwa ibadah puasa ini tak hanya
dilaksanakan oleh agama islam saja. berikut akan kami sajikan beberapa
ibadah puasa dari agama lain.
1. Ibadah Puasa dalam Agama Kristen
Di dalam agama Kristen, ibadah puasa mengartikan sebagai bentuk
pertobatan umat terhadap nafsu duniawi. Untuk pelaksanaannya sendiri
terdapat beberapa versi yang berbeda, namun tujuan pelaksanaannya tetap
sama.
2. Ibadah Puasa dalam Yahudi
Di dalam ajaran Yahudi, ibadah puasa diartikan sebagai kegiatan
dimana mengharuskan untuk menahan makan dan minum, termasuk air
sekalipun. Sampai-sampai dalam pelaksanaannya mereka diharamkan untuk
menggosok gigi pada puasa yang dilaksanakan di hari besar.
3. Ibadah Puasa dalam Agama Buddha
Di dalam agama Buddha, puasa menjadi bagian dari pelaksanaan
kegiatan Atthasila yang biasanya dilaksanakan pada hari uposatha. Hari
tersebut adalah hari dimana umat Buddha melakukan sebuah pengamatan dan
perenungan mengenai kehidupan Sang Buddha di masa lalu.
4. Ibadah Puasa dalam Agama Katolik
Di dalam agama Katolik, khususnya Katolik Roma, umumnya puasa
akan dilaksanakan dengan diawali makan sampai kenyang sekali dalam sehari
dan dilakukan di hari Rabu Abu atau Jumat Agung (wajib).
G. Zakat
1. Pengertian
IBADAH zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang
wajib ditunaikan bagi setiap muslim yang mampu dan memiliki kelapangan
harta.
Kewajiban zakat ini ditetapkan Allah SWT melalui firmannya dalam Alquran
surah Al-Baqarah ayat 43:
“Dan dirikanlah salat, serta tunaikanlah zakat, serta sujudlah kamu
bersama-sama dengan orang yang sujud,” (QS AlBaqarah [2]: 43).
Secara bahasa, zakat artinya suci, berkah, dan berkembang.
Sementara itu, secara istilah, zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang
diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya (mustahik), sesuai kadar dan haulnya, dengan rukun dan syarat
tertentu.

2. Makna Tubuh dalam Zakat


Makna tumbuh dalam zakat artinya menunjukkan bahwa
mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya pertumbuhan dan perkembangan
harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak.
Kewajiban zakat bagi umat muslim yang mampu tercantum jelas dalam Surat
at-Taubah pada ayat 60, ayat 71, dan ayat 103. Dalam Alquran, ada 8
golongan yang berhak menerima zakat antara lain: Orang fakir yakni orang
yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhannya,
Orang miskin yaitu orang yang bekerja tapi tidak mencukupi kebutuhannya
atau dalam keadaan serba kekurangan, Amil atau orang yang mengelola zakat,
Mualaf atau orang yang baru masuk Islam, Hamba sahaya Orang yang
berutang, Sabilillah atau orang yang berjuang di jalan Allah dan Ibnu sabil
atau sedang melakukan perjalanan.
Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua
harta terkena kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di
antaranya: Harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara
yang halal, Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya, Harta tersebut
merupakan harta yang dapat berkembang, Harta tersebut mencapai nishab
sesuai jenis hartanya, Harta tersebut melewati haul, dan Pemilik harta tidak
memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.

3. Macam-macam
Untuk macam-macamnya terdapat dua macam zakat, yaitu zakat nafsi (jiwa)
atau zakat fitrah dan zakat harta.
1. zakat nafsi atau zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap
muslim pada Bulan Ramadan hingga sebelum salat Idulfitri.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, ia
berkata: "Nabi Muhammad SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada
Ramadan atas setiap muslim, baik merdeka ataupun budak, lakilaki ataupun
wanita, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha’ kurma atau gandum," )HR
Muslim).
Sebutan kurma atau gandum pada hadis di atas menunjukkan pada
jenis makanan pokok setempat. Sementara itu, di Indonesia, makanan
pokoknya adalah beras. Ukurannya, satu sha' setara dengan sekitar 2,5
kilogram beras. Ada juga yang berbendapat 2,7 kilogram. Untuk kehati-hatian
ulama Indonesia memutuskan 3 kilogram beras.
2. zakat harta atau zakat mal. Zakat harta ini mencakup zakat hewan
ternak, hasil pertanian, hasil laut dan bumi, emas, perak, harta perniagaan,
harta rikaz, serta barang tambang.
Kewajiban menunaikan zakat harta ini diterakan dalam Alquran surah
At-Taubah ayat 34: "Dan orang-orang yang membendaharakan emas dan
perak, dan mereka tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka kabarkanlah
kepada mereka, bahwa mereka akan menderita azab yang pedih," (QS At-
Taubah [9]: 34).
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud juga dijelaskan bahwa:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua
yang kami persiapkan untuk berdagang," (HR Abu Daud).
Masing-masing harta di atas memiliki ketentuan zakat dan kadarnya
masing-masing, namun secara umum harta itu haruslah sesuai nisab dan
haulnya atau sudah lebih dari satu tahun.
4. Jika Telah Mencapai Nishab dan Haul, Segeralah Tunaikan Zakat
Apa yang dimaksud dengan zakat dan bagaimana perhitungannya?
Untuk zakat fitrah, besaran pembayaran zakat fitrah menggunakan standar
beras 2,5 kilogram atau setara 3,5 liter beras atau makanan pokok lain yang
berlaku. Zakat fitrah ini dibayarkan setahun sekali saat Bulan Ramadan. Di
Indonesia, pembayaran zakat fitrah biasanya dilakukan menjelang mendekati
Hari Raya IdulFitri.
Sebagai contoh untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, kalau bayar
zakat fitrah dengan uang tunai yakni sebesar range Rp 40.000 - 50.000 per
orang yang disesuaikan dengan harga beras 2,5 kilogram. Sementara untuk
pengertian zakat mal dan perhitungannya adalah dengan mengalikannya
dengan 2,5 persen dan telah memenuhi syarat nisab. Nisab zakat adalah
batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau tidak. Jika harta yang
dimiliki seseorang telah mencapai nisab, maka kekayaan tersebut wajib zakat.
Jika belum mencapai nisab, maka tidak wajib zakat. Batasan nisab itu sendiri
antara sumber zakat yang satu dan sumber zakat lainnya berbeda satu sama
lain.
Nisab zakat pertanian sama dengan 5 wasaq (653 kg beras), nisab
zakat emas 20 dinar (85 gram), nisab zakat perak 200 dirham (595 gram),
nisab zakat perdagangan 20 dinar (85 gram emas), dan sebagainya. Sebagai
contoh untuk zakat kekayaan atau penghasilan nisab yang berlaku adalah 85
gram emas. Jika harga emas per gram saat ini adalah Rp 900.000, maka batas
nisab adalah Rp 76.500.000. Jika seorang muslim memiliki kekayaan minimal
Rp 76.500.000 atau setara 85 gram emas dan sudah mengendap selama
setahun (mencapai haul), maka wajib menunaikan zakat. Besaran zakat
artinya yang harus dibayar adalah 2,5 persen dikalikan dengan jumlah harta
yang disimpan. Atau pembayaran zakat adalah jika mengacu pada zakat
penghasilan (pengertian zakat), seorang dengan penghasilan setahun adalah
Rp 100 juta, maka zakat mal yang harus dibayarkan adalah Rp 2,5 juta (2,5
persen x Rp 100 juta).
H. Haji
1. Pengertian

Secara bahasa, pengertian haji adalah menyengaja atau bermaksud


melakukan sesuatu., secara istilah, haji adalah menyengaja berkunjung ke
Baitullah/ke ka'bah atau ke tanah suci Mekkah untuk melakukan ibadah pada
waktu dan cara tertentu serta dilakukan dengan tertib. Haji merupakan rukun
Islam kelima, serta ibadah yang diserap dari syariat para nabi terdahulu.
Syekh Zainuddin al-Malibari berkata:

‫جح لاإ ملَسلاو ةلَصال هيلع ميهاربإ دعب ايبن هللا ثعبي مل قاحسإ نبا لاق‬

“Ibnu Ishaq berkata Allah tidak mengutus seorang Nabi setelah Nabi Ibrahim
‘alaihissalam kecuali ia melakukan haji,” (Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-
Malibari, Fathul Mu’in Hamisy Hasyiyah I’anah al-Thalibin, Dar al-Fikr, juz
2, hal. 312).
Di lain sisi, haji diartikan pula sebagai bentuk ziarah Islam tahunan
ke Makkah. Hal ini merupakan kewajiban bagi umat Islam dan harus
dilakukan bila mampu. Setidaknya tunaikan sekali seumur hidup oleh semua
orang Muslim dewasa, yang secara fisik dan finansial mampu melakukan
perjalanan, dan dapat mendukung keluarga selama ketidakhadiran mereka.
Jadi, pengertian haji adalah berniat melakukan perjalanan ke Mekkah.
Sedangkan, menurut istilah pengertian haji adalah menyengaja pergi
ke tanah suci (Mekkah) untuk beribadah, menjalankan thawaf, sa’i, serta
wukuf di Arafah. Maupun menjalankan seluruh ketentuan ibadah haji di
waktu yang telah ditentukan serta dilakukan dengan tertib.
2. Hukum Haji
Haji hukumnya bisa menjadi wajib, bagi seluruh umat Islam yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan. Kewajiban ini didasarkan pada
firman Allah SWT dalam kitab suci Alquran berikut:
‫تيبلا جح سانلا ىلع لِو‬
“Dan bagi Allah subhanahu wata’ala, wajib bagi manusia untuk
melaksanakan haji ke Baitullah.” )QS Ali Imran 98(.
Kemudian didasarkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:
،‫سمخ ىل\ \ع ملَس \لإا ينب ناضمر موص\و‬: ‫هللا لوسر ادمحم نأو هللا لاإ هلإ ال نأ ةداهش‬، ‫ةلَصلا ماقإو‬، ‫ةاكزلا ءاتي\ \إو‬
‫تيبال جحو‬،
“Islam didirikan atas lima hal, bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
subhanahu wata’ala dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW utusan
Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, haji ke Baitullah dan puasa
Ramadhan,” )HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bagi mereka yang mengingkari atau menghindari haji padahal
mampu dan memenuhi syarat, maka ia termasuk kaum yang berdosa.
Jumhur ulama merumuskan bahwa hukumnya haji adalah wajib.
3. Waktu Pelaksanaan Haji
Waktu pelaksaan haji dan umrah tentu berbeda. Pelaksanaan
ibadah haji dilakukan setiap satu tahun sekali dan memiliki jumlah jemaah
yang banyak, berasal dari seluruh belahan dunia. Waktu pelaksanaan haji
dibatasi hanya pada rentang waktu awal bulan Syawal sampai Hari Raya
Idhul Adha di bulan Dzulhijjah.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani berkata:
‫ةنسال عيمج ةرمعال يفو رحنلا موي رجف ىلإ لاوش ءادتبا نم جحال يف وهو تقولاو‬
“Dan waktu, waktu dalam haji adalah mulai dari permulaan bulan Syawal
sampai fajar hari raya Idul adha (Yaumu al-nahr) dan umrah bisa dilakukan
di sepanjang tahun." )Abu Abdil Mu’ti Muhammad Nawawi Bin Umar al-
Jawi al-Bantani, Nihayah al-Zain, al-Haromain, hal. 201).
Sementara, pelaksaan ibadah umroh bisa kapan saja tanpa ada batasan
waktu. Kecuali di hari tertentu seperti hari Arafah pada 10 Zulhijah dan
hari-hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 Zulhijah. Syekh Muhammad Nawawi
al-Bantani berkata:
4. Rukun Haji
Rukun dalam ajaran Islam menjadi penentu keabsahan ibadah
yang ditunaikan. Rukun dalam ibadah haji dan umroh bersifat batal bila
tidak dilakukan dan tidak bisa diganti dengan denda. Patut diketahui,
terdapat 5 rukun dalam haji yakni niat ihram, wuquf di Padang Arafah,
tawaf, sa’i, dan memotong rambut.
Kelimanya harus terpenuhi untuk demi keabsahan ibadah haji
yang dilakukan. Jika tidak, maka nilai ibadah haji akan berkurang. Syekh
Abdullah Abdurrahman Bafadhal al-Hadlrami berkata:
“Rukun-rukun haji ada lima, yaitu niat ihram, wuquf di Arafah, tawaf, sa’i
dan memotong rambut. Dan rukun-rukun umrah ada empat yaitu ihram,
tawaf, sa’i dan memotong rambut,” )Syeh Abdullah Abdurrahman
Bafadhol al-Hadlrami, Busyra al-Karim Bi Syarhi Masa-il at-Ta’lim Ala al-
Muqaddimah al-Hadlrasmiyah, Dar al-Fikr, juz 2, hal. 55).
Dari keterangan tersebut bisa diketahui bahwa haji dan umrah
berbeda pada satu rukun, yakni wuquf di Arafah yang hanya dilakukan saat
haji, bukan umrah. Untuk rukun umroh, yaitu niat ihram, tawaf, sa’i, dan
memotong rambut.
“Dan waktu, waktu dalam haji adalah mulai dari permulaan bulan Syawal
sampai fajar hari raya Idul adha (Yaumu al-nahr) dan umrah bisa dilakukan
di sepanjang tahun."
)Abu Abdil Mu’ti Muhammad Nawawi Bin Umar al-Jawi al-Bantani,
Nihayah al-Zain, al-Haromain, hal. 201).
5. Wajban saat Haji
Pada saat menunaikan haji dan umroh, jemaah wajib
melaksanakan serangkaian ritual manasik. Apabila ditinggalkan tidak
membatalkan ibadah. Tapi wajib diganti dengan denda. Kewajiban
ibadah haji ada 5, di antaranya:
1. niat ihram dari miqat, batas area yang telah ditentukan sesuai
dengan asal wilayah Jemaah,
2. menginap di Muzdalifah,
3. menginap di Mina,
4. thawaf wada’ atau perpisahan, dan
5. melempar jumrah.
Hal ini berdasarkan penjelasan dari Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-
Malibari yang berkata:
“Kewajiban-kewajiban haji yaitu ihram dari miqat, menginap di
Muzdalifah dan Mina, tawaf wada’ dan melempar batu,” )Syekh
Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari, Qurrah al-Aini, al-Haramain, hal.
210).
Sedangkan kewajiban ibadah umroh hanya dua, yakni niat dari
miqat dan menjauhi larangan-larangan ihram. Jumlah kewajibannya
lebih sedikit dan membuat pelaksanaan umroh jadi lebih singkat
dibanding haji.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani menjelaskan:
“Sedangkan kewajiban-kewajiban umrah ada dua yaitu ihram dari miqat
dan menjauhi larangan-larangan ihram” )Syekh Abdul Mu’ti
Muhammad Nawawi Bin Umar al-Jawi al-Bantaniy, Tausyikh ‘Ala Ibni
Qosim, al-Haramain, hal. 239).
Maka kesimpulannya, haji dan umroh memiliki empat perbedaan
yaitu dalam hukum, rukun, waktu pelaksanaan dan kewajibannya.
Semoga bermanfaat dan setiap ibadah diterima di sisi Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Istinja’, yang diambil dari kata “najautus syai’a ai qhatha’tuhu”


(aku memutus sesuatu) karena seakan-akan orang yang melakukan istinja’
telah memutus kotoran dari dirinya dengan istinja’ tersebut, hukumnya
adalah wajib dilakukan sebab keluarnya air kencing atau air besar dengan
menggunakan air atau batu dan barang-barang yang semakna dengan
batu, yaitu setiap benda padat yang suci, bisa menghilangkan kotoran dan
tidak dimuliakan oleh syareat.
Berikut ini adalah ayat-ayat lain yang membahas tentang salat di
dalam Al-Quran, kitab suci agama Islam: • Katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka mendirikan
salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka
secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (Ibrahim 14:31).
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang
sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik, dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Dalam Alquran, ada 8 golongan yang berhak menerima zakat
antara lain: Orang fakir yakni orang yang tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi kebutuhannya, Orang miskin yaitu orang yang
bekerja tapi tidak mencukupi kebutuhannya atau dalam keadaan serba
kekurangan, Amil atau orang yang mengelola zakat, Mualaf atau orang
yang baru masuk Islam, Hamba sahaya Orang yang berutang, Sabilillah
atau orang yang berjuang di jalan Allah dan Ibnu sabil atau sedang
melakukan perjalanan.

Anda mungkin juga menyukai