ISLAM
(TAHARAH,MACAM AIR,ISTINJA,WUDHU,MANDI,SHALAT,PUASA,
ZAKAT,HAJI)
Disusun oleh •
Alia
• Andini Triana
• Tasyah Putri Maulida
• Miftha Huljannah
• Nunung Wahyuni
• Nuraini
KELAS 22B
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semogah terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa,atnya di akhirat nanti.
Tidak lupa kami ucapkan terimahkasih kepada “ Fuji Kusuma
Adynata, LC. M,E” selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami jjuga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia
membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurnah.
Thaharah adalah bersuci dari hadas dan najis. Thaharah ini tidak
sebatas membersihkan badan. Suci dari hadas berarti melakukannya
dengan berwudhu,tayamum,serta mandi,sedangkan suci dari najis yaitu
haru menghilangkan kotoran yang ada di badan,pakaian,dan tempat.
Thaharah memang sangat berkaitan dengan ibadah salat sebagai salah
satu syarat sah salat supaya diterima di sisi ALLAH SWT.
2. Macam-macama Thaharah
a) Thaharah Ma’nawiyah
Thaharah ma’nawiyah merupakan bersuci secara rohani
dengan membersihkan segala penyakit hati seperti riya,iri,dengki,atau
hal lainnya. Orang harus lebih dulu thaharah ma’wiyah karena
sesungguhnya bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat sirik.
b) Thaharah Hissiyah
Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani,atau membersihkan
bagian tubuh dari sesuatu yang terkena najis (dari segla jenis
kotoran)maupun hadas (kecil dan besar)
B. Macam-macam Air
1. Pembagian Air untuk Thaharah
Ada lima pemabagian air yang akan digunakan untuk thaharah.Mulai
dari air yang tidak diperbolehkan bersuci dan air yang diperbolehkan
berssuci.
a) Air suci dan menucikan yaitu air mutlak atau masih murni sehingga
dapat digunakan beruci dengan tidak makruh atau digunakan
secukupnya tanpa berlebihan.
b) Air suci dan menyucikan yaitu air musyammas atau air yang
dipanaskan dengan matahari di tempat logam namun bukan
emas.
c) Air suci tapi tidak menyucikan yaitu air musta’mal yang telah
digunakan bersuci untuk menghilangkan hadas dan najis walau
tidak berubah rupa,rasa,atau bau.
d) Air haram yaitu air yang diperbolehkan dengan cara mencuci
tanpa izin pemiliknya,sehingga air tersebut tidak dapat
menyucikan.
e) Air mutanajis yaitu air yang terkena najis atau kemasukan
suatu hal najis,sedangkan jumlahnya kurang maka tidak dapat
menyucikan.
ةرجشال تحتو دكارال ءامال يف لوبال بنتجي\و ءارحصال ي\\ف اهرابدتس\\او ةلبقال لابقتسا بنتجي \و لاو رمقلاو سمشال لبقتسي
لاو طئاغلاو لوبلا ىلع ملكتي لاو بقثلاو لظال و قيرطال يفو ةرمثمال امهربدتسي
Beberapa adab orang yang membuang hajat :
1. Menghindari menghadap kiblat, ataupun membelakanginya ketika ia
membuang hajat di padang/tanah lapang.
2. Menghindari membuang hajat di air yang tergenang.
3. Menghindari membuang hajat di bawah pohon yang berbuah.
4. Menghindari membuang hajat di jalan
5. Menghindari membuang hajat di tempat berteduh.
6. Menghindari membuang hajat di lubang.
7. Menghindari berbicara ketika membuang hajat.
8. Menghindari menghadap dan membelakangi matahari atau bulan.
و نآرق نم مظعم هيلع ام يحني و دجسملا سكعب هفارصنال هنيمي و هراس \ي م\ \دقي نأ ءلَخلا لخادل ب\ \دني و ول و جراخ ج\ورخ
لاح ت\كسي و مظعم هب دصق نإ دمحأ و زيزعك اكرتشم ول و كلم وأ يبن مسا ءام يف هتجاح يضقي ال نأ و ر تسي
حل كولمم ري \غ
ِ و دعبي و ركذ نع جورخلا لاح ريغ يف و ركذ ري \غ نع تحت و اهي \ف طوغتلا مرحي لي \ق و قيرط و د
ثدحتم و رحبتس \ي م\ \ل ام دكار حابم نامرحي و اهربدتس \ي ال و ةلبقلا ني\ \ع لبقتس \ي ال و مرح لاإ و هكلام اض \ر مل\ \ع
كولمم وأ هكلمب رمثم فلَخب رضي مل لاب مث اهن\ \ع هج\رف لوح و هردص \ب اهلبقتس \ا ول\ \ف رت\ \اس ال ثيح و
هلوخد دن \ع لوقي نأ و هل\ \وب يف قزبي ال و كاتس \ي ال و هس \كع: دعملا ريغ يف و ثبخلا نم كب ذوعأ ينإ مه لا
ثئ\ \ابخلا ش\حاوفلا نم يج\رف، جورخلا و: كن\\ارفغ، يناف \ \اع و ىذِلا ين\\ع بهذأ يذلا هلل دمحلا. ءاجنتسلاا دعب و: مه لا
نصح و قافنلا نم يبلق رهط
لصف يف امو رجحال وأ: هتعطق يأ ءيشلا توجن نم وهو )ءاجنتسلااو( ةجاحلا يضاق بادآو ءاجنتسلاا يف، نأكف
ءاملاب )طئاغلاو لوبلا( جورخ )نم بجاو( هسفن نع ىذِلا هب عطقي يجنتسمال مرتحم ريغ علاق رهاط دماج لك نم
هانعم
Fasal menjelaskan tentang istinja’ dan etika-etika orang yang buang hajat.
،تاحسم ث\لَث بجاولاو )ءاملاب( ايناث )اهعبتي مث راجحِلاب( لاوأ )يجنتسي نأ لضفِلا( نكل )و( دحاو رجح فارطأ
ةثلَثب ولو
ءاقنلإا لصح نإ )لحمال نهب يقني راجحأ ةثلَث ىلع وأ ءامال ىلع( يجنتسمال )رصتقي نأ زوجيو
اهب، ىقني ىتح اهيلع داز لاإو، ثيلثتال كلذ دعب نسيو
Akan tetapi yang lebih utama adalah pertama istinja’ dengan batu,
kemudian kedua diikuti dengan istija’ menggunakan air. Dan yang wajib -
ketika istinja’ dengan batu- adalah tiga kali usapan, walaupun dengan tiga
sudutnya batu satu. Bagi orang yang istinja’, diperkenankan hanya
menggunakan air atau tiga batu yang digunakan untuk membersihkan
tempat najis, jika tempat tersebut sudah bisa bersih dengan tiga batu. Jika
belum bersih, maka ditambah usapannya hingga tempatnya bersih. Dan
setelah itu -setelah bersih- disunnahkan untuk mengulangi tiga kali.
(اهرثأو ةساجنال نيع ليزي هن ِل )لضفأ ءاملاف امهدحأ ىلع راصتقالا دارأ اذإف،
Ketika ia hanya ingin menggunakan salah satunya, maka yang lebih utama
adalah menggunkan air. Karena sesungguhnya air bisa menghilangkan
najisnya sekaligus sisa-sisanya.
Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka wajib istinja’ menggunakan air.
D. Wudhu
1. Pengertian
Wudhu menurut Bahasa: kata wudhu berasal dari kata bahasa arabal
wadaa’ah yang artinya kebersihan dan keindahan. Sedangkan Wudhu menurut
Istilah : menggunakan air dengan niat dari dalam hati untuk mensucikan atau
membersihkan anggota tubuh tertentu yaitu mulut, kedua belah tangan , muka,
kepala/ rambut,dan kedu belah kaki dari sesuatu yang bisa membatalkan
sholat.
Dalil dari Qur’an :
1. Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 6
ق ف ا ر م ل\ا ى ل إ م ك ي د ي أ و م ك ه\و ج و ا و ل س غ \ا ف ة َل ص\\ل ا ى ل إ م ت م ق ا ذ إ ا و ن م آ ن\ي ذ
ل\ا ا ه ي أ ا ي م ت ن ك ن إ و ا و ر ه ط\\\ا ف ا ب ن ج م ت ن ك ن إ و ن ي ب ع ك ل\ا ى ل إ م ك ل ج ر أ و م
ك س\و ء ر ب ا و ح س م ا و
ا و د ج ت م ل ف ء\ا س ن ل\ا م ت س م َل و أ ط ئ\ \ \ \ \ \ا غ ل\ا ن م م ك ن م د ح أ ء\ا ج و أ ر ف س ى ل ع و أ
ى ض ر م ل ع ج ي ل ال\\\\ َّل د ي ر ي ا م ه ن م م ك\ي د ي أ و م ك ه\و ج و ب ا و ح س م ا ف ا ب ي ط ا د\ي ع
ص ا و م م ي ت ف ء\ا م ن\\\\\\و ر ك ش ت م ك ل ع ل م ك ي ل ع ه ت م ع ن م ت ي ل و م ك ر ه ط ي ل د ي ر ي ن ك ل و
جرح نم مكيلع
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”
3. Rukun Wudhu
E. Shalat
1. Pengertian
Salat atau Sholat (pengucapan bahasa Indonesia: [salat]; bahasa
Arab: ةلَصلٱaṣ-ṣalāh, bahasa Arab: تاولصلٱaṣ-ṣalawāt) adalah salah satu
jenis ibadah di dalam agama Islam yang dilakukan oleh Muslim. Kegiatan
salat meliputi perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Kedudukan salat di dalam
Islam ialah sebagai rukun Islam yang kedua. Salat merupakan suatu ibadah
yang istimewa di dalam Islam karena perintah pelaksanaannya diterima
oleh Nabi Muhammad dari Allah secara langsung. Salat dijadikan sebagai
penanda utama dalam status keimanan seorang muslim. Mengerjakan salat
merupakan tanda awal keislaman sedangkan meninggalkan salat merupakan
tanda awal kekafiran.
Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai figur
pengejawantahan perintah Allah. Dalil mengenai kewajiban pelaksanaan salat
terdapat di dalam Al-Qur'an, hadis maupun ijmak para ulama. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan salat ada sembilan, yaitu Islam,
berakal, mumayyiz, bersuci, menutup aurat, bersih dari najis, mengetahui
waktu pelaksanaan salat, menghadap ke kiblat dan memiliki niat. Selain itu
terdapat rukun salat yang jumlahnya sebanyak empat belas macam gerakan
dan ucapan, serta delapan hal yang membatalkan salat.
Salat secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu salat
fardu dan salat sunah. Salat fardu terbagi menjadi 5 waktu tertentu yang
dikerjakan setiap hari dan bersifat wajib. Sementara itu, salat sunah bersifat
dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu tertentu, khususnya pada hari
raya Islam.
2. Etimologi
Kata salat merupakan kata serapan dalam bahasa Arab
yaitu shalla. Kata ini merupakan turunan dari kata yushalli - shalaatan.
Secara bahasa, kata salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti sebagai
doa. Dalam Surah At-Taubah ayat 103 menjadi landasan pemaknaan ini.
Dalam ayat ini, kata salat dimaknai sebagai doa. Pemaknaan salat sebagai doa
juga diperoleh dari perbuatan dan ucapan yang diadakan selama kegiatan salat
merupakan serangkaian doa.
Sementara itu, secara istilah salat diartikan oleh para ulama
sebagai serangkaian ucapan dan gerakan tertentu yang diawal dengan takbir
dan diakhiri dengan gerakan salam. Gerakan takbir perlu didahului dengan
niat dan memiliki persyaratan tertentu sebelum dilaksanakan.Abu
Hanifah menambahkan makna salat ini dengan memberikan ciri umum
gerakannya yaitu berdiri, rukuk dan sujud.
3. Hakikat
Salat termasuk dalam ibadah yang tujuan pelaksanaannya hanya
untuk menghambakan diri kepada Allah. Dalam pelaksanaan salat timbul
suatu hubungan antara manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, dan Allah
sebagai pencipta makhluk yaitu manusia. Hubungan ini disebutkan di dalam
Al-Qur'an pada Surah Az-Zariyat ayat 56, Surah Yasin ayat 22, dan Surah Al-
'An'am ayat 162. Pada Surah Az-Zariyat ayat 56 disebutkan bahwa manusia
dan jin diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Surah Yasin ayat 22
merupakan perenungan bahwa manusia akan kembali kepada Tuhannya
sehingga tidak ada alasan untuk tidak beribadah kepadaNya. Sementara
itu, Surah Al-'An'am ayat 162 menjelaskan bahwa salat seorang muslim hanya
dipersembahkan kepada Allah yang merupakan tuhan bagi seluruh alam.
4. Dalil
a) Dalil di dalam Al Qur’an
Berikut ini adalah ayat-ayat lain yang membahas tentang salat di dalam Al-
Quran, kitab suci agama Islam:
b) Nabi Ibrahim
d) Nabi Muhammad
6. Kiblat
Kiblat merupakan salah satu ciri utama ibadah di dalam Islam yang
tidak ditemukan pada agama lain. Ibadah pada agama lain tidak menetapkan
satu lokasi tertentu yang menjadi pusat peribadatan. Sementara dalam Islam,
setiap muslim hanya dibolehkan melaksanakan salat menghadap suatu tempat
yang sama dan berlaku secara universal. Kiblat tidak menandakan tempat
yang menjadi keberadaan Allah. Dalam konsep Islam, Allah selalu berada di
tempat manapun. Tujuan penetapan kiblat hanya sebagai simbol persatuan
umat muslim di seluruh dunia. Kiblat tidak dikenal oleh agama
Abrahamik lainnya, yaitu Yahudi dan Kristen.
Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Jami' al-
Aqsha di Yerusalem sebelum akhirnya diperintah Allah untuk berpindah
kiblat ke bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Ka'bah yang
berada di dalam Masjidil Haram. Pengalihan arah kiblat ini terjadi ketika Nabi
Muhammad dan para pengikutnya sedang melaksanakan salat di Madinah.
Posisi salat pada saat itu menghadap ke utara sesuai dengan posisi dari Al-
Jami' al-Aqsha. Setelah perubahan arah kiblat diwahyukan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad, maka kiblat salat berikutnya dialihkan ke arah selatan
menghadap ke Ka'bah di Makkah. Proses pengalihan ini mulai dilakukan di
penghujung hari, sehingga di permulaan hari, arah kiblat masih menghadap ke
Al-Jami' al-Aqsha.
Ayat Al-Qur'an yang memperjelas status Ka'bah sebagai kiblat umat
Islam adalah Surah Al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150. Ketiga ayat ini berisi
perintah untuk memalingkan wajah ke arah Masjidil Haram. Pewahyuan
ketiga ayat ini berlangsung pada bulan Rajab atau Syakban tahun ke-
2 Hijriyah (624 Masehi).
7. Hukum
Hukum salat secara umum terbagi menjadi dua yaitu wajib dan
sunah. Salat yang wajib dikerjakan disebut salat fardu, sedangkan yang sunah
untuk dikerjakan disebut salat sunah.
8. Kondisi khusus
Artikel utama: Safar (perjalanan), Salat Qashar, dan Salat Jamak
9. Persyaratan
1. Beragama Islam
2. Balig
3. Wudu
10. Rukun
11. Takbir
1. Salat nawafil
Salat nawafil adalah salat tambahan selain salat fardu. Salat nawafil
ini terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu salat sunah, salat mustahab dan salat
tathawwu'. Ketiga tingkatan ini sering disatukan menjadi satu yaitu salat
sunah, tetapi ketiganya tetap memiliki perbedaan. Salat sunah merupakan salat
tambahan yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya
secara terus-menerus. Salat mustahab adalah salat yang diketahui
pelaksanaanya di dalam hadis, tetapi pelaksanaannya secara terus-menerus
tidak terdapat di dalam hadis. Sementara itu, salat tathawwu' merupakan salat
yang tidak terdapat dalam hadis maupun dicontohkan oleh para
sahabat, tabiin dan tabi'ut tabi'in. Salat tathawwu' hanya dikerjakan sebagai
bentuk pendekatkan diri seorang hamba kepada Allah. Kesalahan dalam
penyebutan ketiga jenis salat nawafil ini tidak membuat seorang muslim
berdosa selama mereka memahami makna dari ketiganya.
2. Salat fardu
3. Salat berjamaah
4. Salat fardu
13. Kemakmuran
Waktu salat yang dberi hukum makruh adalah pada salat mutlaq.
Kemakruhan salat ini dikarenakan meniru perbuatan orang munafik. Waktu
pelaksanaannya ada beberapa yaitu:[65]
14. Keharaman
1. Berpakaian ketat
15. Manfaat
F. Puasa
1. Pengertian
3. Macam-macam
Untuk macam-macamnya terdapat dua macam zakat, yaitu zakat nafsi (jiwa)
atau zakat fitrah dan zakat harta.
1. zakat nafsi atau zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap
muslim pada Bulan Ramadan hingga sebelum salat Idulfitri.
Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, ia
berkata: "Nabi Muhammad SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada
Ramadan atas setiap muslim, baik merdeka ataupun budak, lakilaki ataupun
wanita, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha’ kurma atau gandum," )HR
Muslim).
Sebutan kurma atau gandum pada hadis di atas menunjukkan pada
jenis makanan pokok setempat. Sementara itu, di Indonesia, makanan
pokoknya adalah beras. Ukurannya, satu sha' setara dengan sekitar 2,5
kilogram beras. Ada juga yang berbendapat 2,7 kilogram. Untuk kehati-hatian
ulama Indonesia memutuskan 3 kilogram beras.
2. zakat harta atau zakat mal. Zakat harta ini mencakup zakat hewan
ternak, hasil pertanian, hasil laut dan bumi, emas, perak, harta perniagaan,
harta rikaz, serta barang tambang.
Kewajiban menunaikan zakat harta ini diterakan dalam Alquran surah
At-Taubah ayat 34: "Dan orang-orang yang membendaharakan emas dan
perak, dan mereka tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka kabarkanlah
kepada mereka, bahwa mereka akan menderita azab yang pedih," (QS At-
Taubah [9]: 34).
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud juga dijelaskan bahwa:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua
yang kami persiapkan untuk berdagang," (HR Abu Daud).
Masing-masing harta di atas memiliki ketentuan zakat dan kadarnya
masing-masing, namun secara umum harta itu haruslah sesuai nisab dan
haulnya atau sudah lebih dari satu tahun.
4. Jika Telah Mencapai Nishab dan Haul, Segeralah Tunaikan Zakat
Apa yang dimaksud dengan zakat dan bagaimana perhitungannya?
Untuk zakat fitrah, besaran pembayaran zakat fitrah menggunakan standar
beras 2,5 kilogram atau setara 3,5 liter beras atau makanan pokok lain yang
berlaku. Zakat fitrah ini dibayarkan setahun sekali saat Bulan Ramadan. Di
Indonesia, pembayaran zakat fitrah biasanya dilakukan menjelang mendekati
Hari Raya IdulFitri.
Sebagai contoh untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, kalau bayar
zakat fitrah dengan uang tunai yakni sebesar range Rp 40.000 - 50.000 per
orang yang disesuaikan dengan harga beras 2,5 kilogram. Sementara untuk
pengertian zakat mal dan perhitungannya adalah dengan mengalikannya
dengan 2,5 persen dan telah memenuhi syarat nisab. Nisab zakat adalah
batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau tidak. Jika harta yang
dimiliki seseorang telah mencapai nisab, maka kekayaan tersebut wajib zakat.
Jika belum mencapai nisab, maka tidak wajib zakat. Batasan nisab itu sendiri
antara sumber zakat yang satu dan sumber zakat lainnya berbeda satu sama
lain.
Nisab zakat pertanian sama dengan 5 wasaq (653 kg beras), nisab
zakat emas 20 dinar (85 gram), nisab zakat perak 200 dirham (595 gram),
nisab zakat perdagangan 20 dinar (85 gram emas), dan sebagainya. Sebagai
contoh untuk zakat kekayaan atau penghasilan nisab yang berlaku adalah 85
gram emas. Jika harga emas per gram saat ini adalah Rp 900.000, maka batas
nisab adalah Rp 76.500.000. Jika seorang muslim memiliki kekayaan minimal
Rp 76.500.000 atau setara 85 gram emas dan sudah mengendap selama
setahun (mencapai haul), maka wajib menunaikan zakat. Besaran zakat
artinya yang harus dibayar adalah 2,5 persen dikalikan dengan jumlah harta
yang disimpan. Atau pembayaran zakat adalah jika mengacu pada zakat
penghasilan (pengertian zakat), seorang dengan penghasilan setahun adalah
Rp 100 juta, maka zakat mal yang harus dibayarkan adalah Rp 2,5 juta (2,5
persen x Rp 100 juta).
H. Haji
1. Pengertian
جح لاإ ملَسلاو ةلَصال هيلع ميهاربإ دعب ايبن هللا ثعبي مل قاحسإ نبا لاق
“Ibnu Ishaq berkata Allah tidak mengutus seorang Nabi setelah Nabi Ibrahim
‘alaihissalam kecuali ia melakukan haji,” (Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-
Malibari, Fathul Mu’in Hamisy Hasyiyah I’anah al-Thalibin, Dar al-Fikr, juz
2, hal. 312).
Di lain sisi, haji diartikan pula sebagai bentuk ziarah Islam tahunan
ke Makkah. Hal ini merupakan kewajiban bagi umat Islam dan harus
dilakukan bila mampu. Setidaknya tunaikan sekali seumur hidup oleh semua
orang Muslim dewasa, yang secara fisik dan finansial mampu melakukan
perjalanan, dan dapat mendukung keluarga selama ketidakhadiran mereka.
Jadi, pengertian haji adalah berniat melakukan perjalanan ke Mekkah.
Sedangkan, menurut istilah pengertian haji adalah menyengaja pergi
ke tanah suci (Mekkah) untuk beribadah, menjalankan thawaf, sa’i, serta
wukuf di Arafah. Maupun menjalankan seluruh ketentuan ibadah haji di
waktu yang telah ditentukan serta dilakukan dengan tertib.
2. Hukum Haji
Haji hukumnya bisa menjadi wajib, bagi seluruh umat Islam yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan. Kewajiban ini didasarkan pada
firman Allah SWT dalam kitab suci Alquran berikut:
تيبلا جح سانلا ىلع لِو
“Dan bagi Allah subhanahu wata’ala, wajib bagi manusia untuk
melaksanakan haji ke Baitullah.” )QS Ali Imran 98(.
Kemudian didasarkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:
،سمخ ىل\ \ع ملَس \لإا ينب ناضمر موص\و: هللا لوسر ادمحم نأو هللا لاإ هلإ ال نأ ةداهش، ةلَصلا ماقإو، ةاكزلا ءاتي\ \إو
تيبال جحو،
“Islam didirikan atas lima hal, bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
subhanahu wata’ala dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW utusan
Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, haji ke Baitullah dan puasa
Ramadhan,” )HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bagi mereka yang mengingkari atau menghindari haji padahal
mampu dan memenuhi syarat, maka ia termasuk kaum yang berdosa.
Jumhur ulama merumuskan bahwa hukumnya haji adalah wajib.
3. Waktu Pelaksanaan Haji
Waktu pelaksaan haji dan umrah tentu berbeda. Pelaksanaan
ibadah haji dilakukan setiap satu tahun sekali dan memiliki jumlah jemaah
yang banyak, berasal dari seluruh belahan dunia. Waktu pelaksanaan haji
dibatasi hanya pada rentang waktu awal bulan Syawal sampai Hari Raya
Idhul Adha di bulan Dzulhijjah.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani berkata:
ةنسال عيمج ةرمعال يفو رحنلا موي رجف ىلإ لاوش ءادتبا نم جحال يف وهو تقولاو
“Dan waktu, waktu dalam haji adalah mulai dari permulaan bulan Syawal
sampai fajar hari raya Idul adha (Yaumu al-nahr) dan umrah bisa dilakukan
di sepanjang tahun." )Abu Abdil Mu’ti Muhammad Nawawi Bin Umar al-
Jawi al-Bantani, Nihayah al-Zain, al-Haromain, hal. 201).
Sementara, pelaksaan ibadah umroh bisa kapan saja tanpa ada batasan
waktu. Kecuali di hari tertentu seperti hari Arafah pada 10 Zulhijah dan
hari-hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 Zulhijah. Syekh Muhammad Nawawi
al-Bantani berkata:
4. Rukun Haji
Rukun dalam ajaran Islam menjadi penentu keabsahan ibadah
yang ditunaikan. Rukun dalam ibadah haji dan umroh bersifat batal bila
tidak dilakukan dan tidak bisa diganti dengan denda. Patut diketahui,
terdapat 5 rukun dalam haji yakni niat ihram, wuquf di Padang Arafah,
tawaf, sa’i, dan memotong rambut.
Kelimanya harus terpenuhi untuk demi keabsahan ibadah haji
yang dilakukan. Jika tidak, maka nilai ibadah haji akan berkurang. Syekh
Abdullah Abdurrahman Bafadhal al-Hadlrami berkata:
“Rukun-rukun haji ada lima, yaitu niat ihram, wuquf di Arafah, tawaf, sa’i
dan memotong rambut. Dan rukun-rukun umrah ada empat yaitu ihram,
tawaf, sa’i dan memotong rambut,” )Syeh Abdullah Abdurrahman
Bafadhol al-Hadlrami, Busyra al-Karim Bi Syarhi Masa-il at-Ta’lim Ala al-
Muqaddimah al-Hadlrasmiyah, Dar al-Fikr, juz 2, hal. 55).
Dari keterangan tersebut bisa diketahui bahwa haji dan umrah
berbeda pada satu rukun, yakni wuquf di Arafah yang hanya dilakukan saat
haji, bukan umrah. Untuk rukun umroh, yaitu niat ihram, tawaf, sa’i, dan
memotong rambut.
“Dan waktu, waktu dalam haji adalah mulai dari permulaan bulan Syawal
sampai fajar hari raya Idul adha (Yaumu al-nahr) dan umrah bisa dilakukan
di sepanjang tahun."
)Abu Abdil Mu’ti Muhammad Nawawi Bin Umar al-Jawi al-Bantani,
Nihayah al-Zain, al-Haromain, hal. 201).
5. Wajban saat Haji
Pada saat menunaikan haji dan umroh, jemaah wajib
melaksanakan serangkaian ritual manasik. Apabila ditinggalkan tidak
membatalkan ibadah. Tapi wajib diganti dengan denda. Kewajiban
ibadah haji ada 5, di antaranya:
1. niat ihram dari miqat, batas area yang telah ditentukan sesuai
dengan asal wilayah Jemaah,
2. menginap di Muzdalifah,
3. menginap di Mina,
4. thawaf wada’ atau perpisahan, dan
5. melempar jumrah.
Hal ini berdasarkan penjelasan dari Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-
Malibari yang berkata:
“Kewajiban-kewajiban haji yaitu ihram dari miqat, menginap di
Muzdalifah dan Mina, tawaf wada’ dan melempar batu,” )Syekh
Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari, Qurrah al-Aini, al-Haramain, hal.
210).
Sedangkan kewajiban ibadah umroh hanya dua, yakni niat dari
miqat dan menjauhi larangan-larangan ihram. Jumlah kewajibannya
lebih sedikit dan membuat pelaksanaan umroh jadi lebih singkat
dibanding haji.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani menjelaskan:
“Sedangkan kewajiban-kewajiban umrah ada dua yaitu ihram dari miqat
dan menjauhi larangan-larangan ihram” )Syekh Abdul Mu’ti
Muhammad Nawawi Bin Umar al-Jawi al-Bantaniy, Tausyikh ‘Ala Ibni
Qosim, al-Haramain, hal. 239).
Maka kesimpulannya, haji dan umroh memiliki empat perbedaan
yaitu dalam hukum, rukun, waktu pelaksanaan dan kewajibannya.
Semoga bermanfaat dan setiap ibadah diterima di sisi Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan