Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di Asia setelah
Vietnam. Kopi juga merupakan salah satu hasil komoditas perkebunan yang memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya seperti kakao dan teh
(Suloi, dkk., 2019). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2021), produksi kopi di
Indonesia mencapai 774.600 ton pada tahun 2021. Tingginya nilai produksi kopi di
Indonesia menyebabkan limbah kulit kopi juga cukup besar, besarnya limbah kulit kopi
di Indonesia tidak sebanding dengan pemanfaatannya. Limbah buah kopi biasanya
berupa daging buah yang secara fisik komposisi mencapai 48%, dan 42% kulit kopi
(Juwita, dkk., 2017).
Pemanfaaatan kulit kopi biasanya digunakan sebagai pakan ternak, kompos, dan
lainnya. Pemanfaatan kulit kopi yang masih sedikit menyebabkan masih banyaknya
limbah kulit kopi yang tidak dimanfaatkan. Kulit kopi memiliki kandungan lignin yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 45,10 % (Lestari dan Priambodo, 2020). Kandungan lignin
yang tinggi tersebut dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang memiliki nilai lebih.
Sodium Lignosulfonat (NaLS) merupakan salah satu produk yang dapat dihasilkan dari
lignin kulit kopi.
Lignin merupakan polimer alami yang memiliki fungsi utama sebagai perekat
pada lapisan tumbuhan. Lignin memiliki gugus fungsi seperti hidroksil, karbonil dan
metoksi serta memiliki kelarutan yang rendah terhadap air sehingga berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai perekat, bioplastik, dan surfaktan pada sistem Enhance Oil
Recovery (EOR) (Suhartati, dkk., 2016). Lignin diketahui secara luas sebagai polimer
alam kedua yang tersedia secara melimpah setelah selulosa. Selain itu, lignin biasanya
menjadi produk samping dari pengolahan selulosa dalam bentuk lindi hitam yang hanya
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Lignin dapat diperoleh melalui proses delignifikasi. Delignifikasi adalah proses
untuk penghilangan lignin pada material berlignoselulosa. Proses delignifikasi sendiri
memiliki beberapa metode, yaitu secara kimia, seni kimia, dan mekanis. Dari beberapa
metode tersebut yang sering digunakan adalah proses kimia, yaitu proses soda, kraft,
sulfit, dan organosolv. Proses organosolv adalah proses pemisahan serat dengan
menggunakan bahan kimia organik seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam
asetat, dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan. Hal ini karena proses organosolv memberikan beberapa keuntungan, antara
lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang limbah yang dihasilkan
dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih aman
terhadap lingkungan (Puspitasari, dkk., 2017). Oleh karena itu proses organosolv dapat
dijadikan proses alternatif karena proses yang lain dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan oleh sisa larutan pemasak.
Proses organosolv dipilih pada proses delignifikasi untuk pembuatan NaLS.
Surfaktan NaLS memiliki potensi untuk dikembangkan. Surfaktan dalam industri
perminyakan digunakan untuk aplikasi Enhanched Oil Recovery (EOR) yang merupakan
salah satu upaya dalam peningkatan produksi minyak bumi. Peran surfaktan NaLS
merupakan zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara
minyak dan air. Penurunan tegangan antar muka ini akan berpengaruh terhadap gaya
kapilernya sehingga penurunan harga tegangan antar muka di bawah 10-2 dyne/cm dapat
melepaskan minyak yang terjebak pada daerah penyempitan pori-pori. Surfaktan NaLS
memiliki potensi untuk dikembangkan (Mulyawan, dkk., 2015). Surfaktan sendiri
merupakan senyawa organik yang dapat mengikat komponen bersifat hidrofilik dan
hidrofobik, karena surfaktan memiliki setidaknya satu gugus hidrofilik dan satu gugus
hidrofobik.
Kebutuhan sodium lignosulfonat di Indonesia masih dipenuhi melalui impor dari
berbagai negara, karena Indonesia sendiri belum terdapat industri pembuatan sodium
lignosulfonat. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2022
menunjukkan bahwa impor sodium lignosulfonat mengalami peningkatan pada 4 tahun
terakhir. Data impor Sodium lignosulfonat dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Impor Sodium Lignosulfonat di Indonesia
Tahun Impor (ton/Tahun)
2018 22.055,467
2019 22.847,823
2020 37.152,687
2021 39.265,423
Sumber: BPS (2022)
Dari data impor sodium lignosulfonat di atas, dapat diproyeksikan dalam bentuk
grafik pada Gambar 1.1 berikut.
45000
40000
Impor (ton/tahun)

R² = 0.866560205050628
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 1.1 Impor Sodium Lignosulfonat di Indonesia


Dari Gambar 1.1 di atas, dapat diestimasi jumlah impor sodium lignosulfonat
beberapa tahun ke depan menggunakan metode regresi linear. Sehingga, didapat
persamaan sebagai berikut.
y=65.93,473 x−13.285 .188,78 (1.1)

Dimana,
x = Tahun
y = Jumlah impor sodium lignosulfonat pada tahun tertentu (ton)
Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diestimasi jumlah impor
sodium lignosulfonat pada tahun 2025 mencapai 66.594,453 ton/tahun.
Penentuan kapasitas prarancangan pabrik dilakukan berdasarkan ketersediaan
bahan baku. Kulit kopi sebagai bahan baku dapat dipenuhi dari produksi kopi yang
cukup besar di Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (2022), jumlah produksi kopi di Provinsi Sumatera Selatan mencapai
produksi 201.400 ton pada tahun 2021. Data produksi kopi di Provinsi Sumatera Selatan
dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Produksi Kopi di Provinsi Sumatera Selatan
Produksi Kopi Kulit Kopi - 42% dari
Tahun
(ton) produksi kopi (ton)
2017 184.000 77.280
2018 193.500 81.270
2019 191.000 80.220
2020 192.200 80.304
2021 201.400 84.588
Sumber: BPS (2022)
Perhitungan estimasi produksi kopi di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilakukan
dengan metode kuadrat terkecil yaitu menghitung nilai a dan b menggunakan persamaan
berikut.
∑ x ∑ y−n∑ xy
a=
( ∑ x )2 −n ∑ x2 (1.2)

∑ y−a ∑ x
b= (1.3)
n

y=ax+ b
(1.4)
Dimana,
a = intercept x = tahun n = jumlah data
b = slope y = produksi kopi
Ditabulasikan data yang dibutuhkan untuk perhitungan produksi kopi di
Provinsi Sumatera Selatan dengan metode kuadrat terkecil ke dalam Tabel 1.3.
Produksi Kopi
No Tahun (x) x2 xy
(ton) (y)
1 2017 184.000 4.068.289 371.128.000
2 2018 193.500 4.072.324 390.483.000
3 2019 191.000 4.076.361 385.629.000
4 2020 191.200 4.080.400 386.224.000
5 2021 201.400 4.084.441 407.029.400
Jumlah 10095 961.100 20381815 1.940.493.400
Dari data di atas, didapatkan persamaan y=3250 x−6369530 . Sehingga, dapat
diestimasi produksi kopi di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2025 sebesar 211.720
ton/tahun. Jumlah kulit kopi yang dapat diperoleh adalah 42% dari produksi kopi, yaitu
88.922,40 ton/tahun. Prarancangan pabrik direncanakan akan memanfaatkan 50% dari
total kulit kopi yang dihasilkan, yaitu 44.461,20 ton/tahun. Kandungan lignin yang
terdapat pada kulit kopi sebesar 45,10% (Lestari dan Priambodo, 2020), yaitu 20.052
ton. Jumlah lignin yang dapat dilarutkan adalah sebesar 90,86% (Cahyani, 2021), yaitu
18.219,25 ton. Jumlah lignin yang dapat diendapkan adalah sebesar 90% (Azzahra dan
Rezi., 2014), yaitu 16.397,32 ton. Konversi lignin menjadi sodium lignosulfonat sebesar
72,2% (Sako dkk, 2014). Sehingga, jumlah lignin yang tersulfonasi sebesar 11.838,87
ton.
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui jumlah lignin yang dapat disulfonasi
adalah sebesar 11.838,87 ton. Dengan penambahan berat dari komponen penyusun
sodium lignosulfonat lainnya, dapat diperkirakan jumlah sodium lignosulfonat yang
dapat diproduksi ialah lebih dari 12.500 ton/tahun. Oleh karena itu, kapasitas produksi
pabrik pembuatan sodium lignosulfonat yang baru akan didirikan pada tahun 2025
adalah 12.500 ton/tahun. Kapasitas produksi tersebut diharapkan dapat memenuhi
18,77% impor sodium lignosulfonat di Indonesia pada tahun 2025.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Produksi kopi di Indonesia yang cukup tinggi bersamaan dengan banyaknya kulit
kopi yang dihasilkan. Limbah kulit kopi juga belum banyak dimanfaatkan,
menyebabkan banyaknya limbah kulit kopi yang dibuang. Kandungan lignin di dalam
kulit kopi berpotensi menjadi suatu produk yang memiliki nilai lebih tinggi. Salah satu
pemanfaatan lignin dari kulit kopi adalah sebagai bahan baku pembuatan sodium
lignosulfonat. Selain itu, kebutuhan sodium lignosulfonat di Indonesia masih dipenuhi
melalui impor dari negara lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi prarancangan
pabrik pembuatan sodium lignosulfonat dari kulit kopi untuk meminimalisasi kebutuhan
impor dari negara lain.
1.3 TUJUAN RANCANGAN
Tujuan dari rancangan pabrik ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu teknik
kimia meliputi neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia,
utilitas, dan ilmu teknik kimia lainnya. Rancangan ini juga bertujuan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan kulit kopi dan mengurangi jumlah impor sodium
lignosulfonat di Indonesia.

1.4 MANFAAT RANCANGAN


Manfaat yang diperoleh dari perancangan ini adalah tersedianya informasi
mengenai prarancangan pabrik pembuatan sodium lignosulfonat dari kulit kopi dengan
metode delignifikasi organosolv. Rancangan ini juga diharapkan dapat menjadi referensi
untuk pendirian pabrik sodium lignosulfonat maupun sebagai pengembangan studi.

1.5 LINGKUP RANCANGAN


Lingkup rancangan pada prarancangan pabrik pembuatan sodium lignosulfonat
dari kulit kopi adalah:
1. Kapasitas produksi sebesar 12.500 ton/tahun.
2. Tugas khusus pada prarancangan pabrik ini adalah rancangan proses delignifikasi
metode organosolv.

Anda mungkin juga menyukai