Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

TRI YESI FRANSISKA


2022207209057

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik


karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespons terhadap stresor fisiologis dan
lingkungan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam
rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
(pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang mengjasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intervena (IV) dan distribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elktrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam
keadaan normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr.
namun bila dirata-ratakan, kebutuhan intake (masukan) air
pada orang dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc, dari
makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya
menjadi 2400 cc/hari. Berikut merupakan kebutuhan air
berdasarkan umur dan berat badan (Aziz Alimul, 2015).
2. Penyebab/ Faktor Resiko
A. Hipovolemik
Etiologi Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll
c. Perdarahan
B. Etiologi Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natriumdan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma
3. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ektraseluler dalam julah yang proporsonal (isotonic). Kondisi seperti ini disebut juga
Hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan peregerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikannya kelokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Ciaran dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritoneum, pericardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran perncernaan, dapat terjadi akibat abstruksi
saluran pencernaan.

4. Manifestasi Klinis
Masalah-Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Hipovolemik
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui
kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanismenya adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantunng, kontraksi jantung
dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan
adosteron.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa
kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan
berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada pasien
syok tampak pucat, HR cepat dan halus. Hipotensi dan oliguri.

2. Hipervolemi
Hipervolemi adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat
terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan eksresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan cairan interstitial ke plasma
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,
nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembap, distensi vena
leher, dan irama gallop.

5. Komplikasi
Komplikasi Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid
plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan arus
balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
6. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah : Darah perifer lengkap, gas darah dan elektrolit
2. Pemeriksaan feses
3. Makrokospis dan mikrokospis, pH dan kadar gula Jika diduga ada
intoleransi glukosa
4. Pemeriksaan kadar urenum dan kreatinin darah untuk mengetahui
faaginjal
5. Dan pemeriksaan lain pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat
jenis urine dan analisis gas darah, Hct, Hb, BUN, CVP, darah vena
( sodium, potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat,
osmolalitas serum), pH urine.

7. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat

b. Pengkajian masalah yang berat,bunyi nafas dan warna kulit

c. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine

d. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan


e. Frekuensi pemberian airan didasarkan keparahan,
kekurangan dan respon kemodinamik pasien terhadap
penggantian cairan
f. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak
cukup untuk mengurangi odema dengan mencegah
reabsorpsi natrium dan air oleh ginjal.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian data dasar
a. Riwayat Keperawatan
1) Intake dan output cairan dan makanan (oral, parentral).
2) Tanda umum masalah elektrolit.
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan.
6) Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang
mengganggu pengobatan.
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkanadanya
masalah keseimbangan cairan :
a) ± 2 % : ringan
b) ± 5 % : sedang
c) ± 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu
yang sama
2) Keadaan umum
a) Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
b) Tingkat kesadaran.

3) Pengukuran Pemasukan Cairan


a) Cairan oral : NGT dan oral.
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV.
c) Makanan yang cenderung mengandung air.
d) Irigasi kateter atau NGT.

4) Pengukuran pengeluaran cairan


a)Urine : volume, kejernihan/ kepekatan.
b) Feses : jumlah dan konsistensi.
c)Muntah.
d) Tube drainage.
e)IWL.
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar
± 200 CC.

c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada :
a) Integumen : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,
kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.
b) Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan
darah, hemoglobin, dan bunyi jantung.
c) Mata: Cekung, air mata kering.
d) Neurologi : Refleks, gangguan motorik dan sensorik,
tingkat kesadaran.
e) Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah- muntah, dan bising usus.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat janis urine,
dan analisis gas darah.

2. Diagnosa keperawatan
a. Hipovolemia
b. Resiko Hipovolemia
c. Hipervolemia

3. Rencana keperawatan

N Diagnose Keperawatan SLKI SIKI


o.
1. Hipovolemia Setelah diberikan Manajemen hipovolemia
Penyebab : intervensi selama Observasi :
1. Kehilangan 1x24 jam maka status 1. Periksa dan tanda
cairan aktif cairan membaik, gejala hipovolemia
2. Kegagalan dengan kriteria hasil : (mis: frekuensi nadi
mekanisme 1. Kekuatan nadi meningkat, turgor
regulasi meningkat kulit menurun,
3. Peningkatan 2. Turgor kulit volume urine
permeabilitas meningkat menurun, haus,
kapiler 3. Intake cairan lemah)
4. Kekurangan membaik Terapeutik
intake cairan 1. Hitung kebutuhan
5. Evaporasi cairan
Gejala dan tanda 2. Berikan posisi
Mayor : mifiettredelenburg
S:- 3. Berikan asupan
O: cairan oral
1. Frekuensi nadi Edukasi
meningkat 1. Anjurkan
2. Volume urine memperbanyak
menurun asupan cairan oral
3. Turgor kulit 2. Anjurkan
menurun menghindari
Minor : perubahan posisi
S: mendadak
1. Merasa lemah Kolaborasi
2. Mengeluh haus 1. Kolaborasi
O: pemberian IV
1. Berat badan isotonis (mis: NaCl,
turun tiba-tiba RL)
2. Pengisian vena 2. Kolaborasi
menurun pemberian cairan IV
3. Status mental hipotonis (mis :
berubah glukosa 2,5 %)
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis : albumin
dan plasmanate)

2 Resiko hipovolemia Setelah diberikan Manajemen hipovolemia


Faktor resiko : intervensi selama Observasi :
1. Kehilangan 1x24 jam maka status 1. Periksa dan tanda
cairan secara cairan membaik, gejala hipovolemia
aktif dengan kriteria hasil : (mis: frekuensi nadi
2. Gangguan 1. Kekuatan nadi meningkat, turgor
absorpsi cairan meningkat kulit menurun,
3. Usia lanjut 2. Turgor kulit volume urine
4. Kelebihan berat meningkat menurun, haus,
badan 3. Frekuensi nadi lemah)
5. Kegagalan membaik Terapeutik
mekanisme 4. Tekanan darah 1. Hitung kebutuhan
regulasi membaik cairan
2. Berikan posisi
mifiettredelenburg
3. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian IV
isotonis (mis: NaCl,
RL)
2. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis :
glukosa 2,5 %)
3. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis : albumin
dan plasmanate)
Pemantauan cairan
Observasi :
1. Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
2. Monitor tekanan
darah
3. Monitor berat badan
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor jumlah
warna dan berat jenis
urin
6. Monitor kadar
albumin dan protein
total
7. Monitor intake dan
output cairan
8. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
9. Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. Hipervolemia Setelah diberikan Manajemen hipervolemia
Penyebab : intervensi selama Observasi :
1. Gangguan 1x24 jam maka 1. Periksa tanda dan
mekanisme keseimbangan cairan gejala hipervolemia
regulasi meningkat, dengan 2. Identifikasi penyebab
2. Kelebihan kriteria hasil : hipervolemia
asupan cairan 1. Asupan cairan 3. Monitor status
3. Kelebihan meningkat hemodinamik
asupan natrium 2. Haluaran 4. Monitor intake dan
4. Gangguan aliran urine output cairan
vena balik meningkat 5. Monitor tanda
5. Efek agen 3. Kelembapan hemokonsentrasi
farmakologis membrane 6. Monitor tanda
Gejala dan tanda : mukosa peningkatan tekanan
Mayor meningkat onkotik plasma
S: 4. Edema 7. Monitor kecepatan
1. Ortopnea menurun infus secara ketat
2. Dispnea 5. Dehidrasi 8. Monitor efek
3. Paroxysmal menurun samping diuretik
nocturnal 6. Tekanan darah Terapeutik :
dispnea membaik 1. Timbang berat badan
O: 7. Denyut nadi setiap hari pada
1. Edema perifer membaik waktu yang sama
2. Berat badan 8. Berat badan 2. Batasi asupan cairan
meningkat dalam membaik dan garam
waktu singkat 3. Tinggikan kepala
3. Reflek tempat tidur 30-40°
hepatojugular Edukasi :
positif 1. Anjurkan melapor
Minor : jika haluaran urin <
S: - 0,5ml/kg/jam dalam
O: 6 jam
1. Distensi vena 2. Anjurkan melapor
jugularis jika berat badan
2. Terdengar suara bertambah > 1kg
nafas tambahan dalam sehari
3. Hepatomegali 3. Ajarkan cara
4. Kadar HB atau mengukur dan
HT menurun mencatat asupan dan
5. Oliburia haluaran cairan
6. Intake lebih 4. Ajarkan cara
banyak dari membatasi cairan
output Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian diuretik
2. Kolaborasi
penggantian kalium
akibat diuretik
3. Kolaborasi
pemberian CRRT,
bila perlu
Pemantauan cairan
Observasi :
1. Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
2. Monitor tekanan
darah
3. Monitor berat badan
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor jumlah
warna dan berat jenis
urin
6. Monitor kadar
albumin dan protein
total
7. Monitor intake dan
output cairan
8. Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia
9. Identifikasi faktor
resiko
ketidakseimbangan
cairan
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

Daftar Pustaka
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajara Fundamental Keperawatan : Konsep, proses, dan praktik.
Jakarta: EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hail Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai