ICS 65.150
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8678-4:2021
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Daftar Isi
©BSN 2021 i
SNI 8678-4:2021
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Prakata
SNI 8678-4:2021 Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) - Bagian 4: Produksi
benih, yang dalam Bahasa Inggris berjudul Whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei, Boone
1931) – Part 4: Seed Production merupakan standar revisi dari SNI 7311:2009 Produksi
benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar. Standar ini disusun
dengan metode pengembangan sendiri dan ditetapkan BSN Tahun 2021.
Standar ini merupakan bagian dari seri SNI 8678 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya. Standar ini telah dibahas
dan disepakati dalam rapat konsensus yang dilaksanakan secara virtual pada tanggal 6
Oktober 2020, dengan dihadiri oleh pemangku kepentingan (stakeholders) terkait, yaitu
perwakilan dari pemerintah, pelaku usaha, konsumen, dan pakar. Standar ini telah melalui
tahap jajak pendapat pada tanggal 4 November 2020 sampai dengan 3 Januari 2021
dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standar Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
©BSN 2021 ii
SNI 8678-4:2021
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Pendahuluan
Indonesia sebagai negara produsen ikan dan udang yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, dituntut untuk mengembangkan
pengendalian sistem mutu untuk menjamin keamanan hasil perikanan. Di bidang perikanan
budidaya, pengendalian sistem mutu dan keamanan hasil perikanan budidaya antara lain
melalui penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
Untuk menjamin mutu benih secara konsisten dan berkesinambungan, pengendalian mutu
perlu dilakukan mulai dari praproduksi, proses produksi sampai dengan pascaproduksi, agar
hasilnya dapat memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan
harapan pelanggan. Mengingat jaminan mutu telah menjadi tuntutan perdagangan global,
hal tersebut perlu mendapat perhatian para pelaku usaha pembenihan dalam memenangkan
persaingan produknya.
Untuk itu, perlu disusun revisi SNI produksi benih udang vaname sebagai suatu standar
yang berlaku nasional, yang mengacu pada standar-standar di atas.
Dalam perumusan standar ini memperhatikan peraturan berikut:
1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 52A/MEN/2013
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19/MEN/2010
tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016
Tentang Cara Pembenihan Ikan yang Baik.
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016
tentang Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei).
5. Keputusan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 6/KEP-DJPB/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Nomor 16/KEP-DJPB/2017 Tentang Daftar Penyakit Ikan Penting Di Indonesia.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Pembudidayaan Ikan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/ PERMEN-KP
/2018 tentang Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 91/Men/2018 tentang Penetapan
jenis-jenis Ikan Karantina, Golongan dan Media Pembawa.
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 55/PERMEN-
KP/2018 tentang Pakan Ikan.
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/PERMEN-
KP/2019 tentang Obat Ikan.
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 13/PERMEN-
KP/2019 tentang Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/PERMEN-
KP/2019 tentang Pengendalian Residu Pada Kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi.
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-
KP/2020 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Ikan Pada Ikan Budidaya.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) -
Bagian 4: Produksi benih
1 Ruang lingkup
2 Acuan normatif
SNI 2332.3, Cara uji mikrobiologi - Bagian 3: Penentuan angka lempeng total (ALT) pada
produk perikanan
SNI 3963, Metode pengujian jenis dan jumlah plankton dalam air
SNI 6490, Metode dekapsulasi kista artemia
SNI 6491, Metode pengujian mutu daya tetas artemia
SNI 6989.9, Air dan air limbah - Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2-N) secara spektrofotometri.
SNI 6989.11, Air dan air limbah - Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan pH meter
SNI 6989.22, Cara uji nilai permanganat secara titrimetrik
SNI 6989.23, Air dan air limbah - Bagian 23: Cara uji suhu dengan termometer
SNI 6989.30, Cara uji kadar ammonia dengan spektrofotometer secara fenat
SNI 7813, Pakan buatan untuk produksi benih vaname (Litopenaeus vannamei)
SNI 7911, Prosedur biosekuriti pada pembenihan udang
SNI 8556-2, Udang windu (Penaeus monodon, Fabricius 1798) - Bagian 2: Benih
SNI 8678.1, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) - Bagian 1: Induk
Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini berlaku.
3.1
benur
benih udang (minimal PL 10) yang siap tebar di petakan tambak dan mampu beradaptasi
terhadap lingkungan budidaya
3.2
derajat penetasan
persentase telur yang menetas dan hidup
3.3
mysis (M)
stadia lanjutan setelah zoea yang terdiri atas tiga sub stadia (M1-3)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.4
naupli (N)
stadia awal setelah telur menetas yang terdiri atas enam sub stadia (N1-6)
3.5
pascalarva (PL)
stadia lanjutan setelah mysis yang perkembangannya sesuai dengan pertambahan umur
(hari) dan morfologinya seperti udang dewasa
3.6
pemijahan
proses pengeluaran telur oleh induk betina yang diikuti dengan pembuahan oleh sperma dari
spermatofor yang ada di telikum induk betina
3.7
tingkat kelangsungan hidup
sejumlah benur yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah naupli yang
ditebar
3.8
udang vaname
jenis udang yang secara taksonomi termasuk spesies Litopenaeus vannamei merupakan
udang introduksi yang berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah
3.9
zoea (Z)
stadia lanjutan setelah naupli yang terdiri atas tiga sub stadia (Z1-3)
4 Praproduksi
4.1 Lokasi
4.2 Wadah
4.2.1 Tandon
a) bahan: tembok semen atau fiberglass atau plastik PE dan mudah dikeringkan.
b) bak penampungan/pematangan induk: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang
dengan sudut melengkung dan luas dasar minimal 20 m2, ketinggian 100 cm – 140 cm
serta kedalaman air minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah
30 cm dengan warna dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan
dasar bak 2 % - 5 % ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak
50 cm.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
c) bak perkawinan: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dan luas dasar minimal 20 m2, ketinggian 100 cm – 140 cm serta kedalaman
air minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah 30 cm dengan
warna dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan dasar bak 2 % -
5 % ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak 50 cm.
d) bak pemijahan: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dan luas dasar minimal 2 m2, ketinggian 80 - 100 cm serta kedalaman air
minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah 30 cm dengan warna
dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan dasar bak 2 % - 5 %
ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak 50 cm.
e) bak penampungan naupli: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dengan volume minimal 0,3 m3, ketinggian 80 cm - 100 cm dan kedalaman
air minimal 60 cm dengan aerasi 1 titik - 2 titik.
Kualitas air baku yang digunakan untuk proses produksi benih sesuai Tabel 1.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 1 - Persyaratan umum kualitas air sumber
Memiliki fasilitas pengelolaan limbah yang menjamin baku mutu air limbah budidaya.
5 Proses produksi
5.2.1 induk
5.2.2 larva
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
5.3 Penebaran
- persyaratan air media pada pemeliharaan induk, pakan alami dan larva udang vaname
disyaratkan kualitas air sesuai Tabel 2;
- induk: sirkulasi air dan pembuangan sisa pakan dilakukan 1 kali 2 kali sehari;
- larva: pengeloaan air media pada larva sesuai Tabel 3.
Tabel 2 - Persyaratan kualitas air pada pemeliharaan induk, pakan alami dan larva
3 pH - 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 3 - Pengelolaan air pada pemeliharaan larva udang
Hari
Stadia % Volume wadah dan tambah/ganti air
ke
1 Naupli 5-6 60 %
2 Zoea 1 70 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
3 Zoea 2 80 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
4 Zoea 3 90 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
5 Zoea 3/mysis 1 100 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
6 Mysis 2 100 % dan ganti air 10 %
7 Mysis 3 100 % dan ganti air 15 %
8 Mysis 3/pascalarva 1 100 % dan ganti air 20 %
9 Pascalarva 1 100 % dan ganti air 20 %
10 Pascalarva 2 100 % dan ganti air 25 %
11-18 Pascalarva 3 -10 100 % dan ganti air 30 %
a) Produksi nauplius:
Pakan induk dengan berat 20 % - 40 % dari biomassa induk dan terbagi atas cacing laut
(minimal 60 % dari total biomassa pemberian pakan harian) dan ditambah dengan cumi-
cumi dan kekerangan.
b) Produksi benur:
- pakan alami: fitoplankton (Skeletonema, Chaetoceros dan Thalassiosira) dan
zooplankton (Artemia).
- pakan buatan dalam bentuk bubuk, cair dan flake (lempeng tipis) dengan ukuran
partikel sesuai dengan stadianya (Tabel 4), kandungan nutrisi sesuai dengan SNI
7813.
Tabel 4 - Jenis dan dosis pakan pada induk, larva dan pascalarva
2 Skeletonema/
Chaetoceros
/Thalassiosira Tanpa Tanpa Tanpa
kepadatan (x1.000 - 50 100 - 300 50 - 150 pemberian pemberian pemberian
sel/mL) plankton plankton plankton
frekuensi (kali/hari) 1-2 1-2 1-2
3 Artemia
dosis
(Individu/larva/ - - - - 10-20 20-60 60-80
hari)
frekuensi (kali/hari) 3-6 3-6 3-6
4 Pakan buatan
dosis 0,5 1 - 1,5 1-2 1,5 - 2 2-4 2,5 - 4
(mg/L/pemberian) -
fekuensi (kali/hari) 6 6-8 6-8 6-8 6-8 6-8
ukuran (µm) 50 - 60 60 - 100 100 - 150 150 - 200 200 - 300 200 - 300
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
c) Produksi pakan alami
- produksi pakan alami (Skeletonema sp, Chaetoceros sp dan Thalassiosira sp) secara
massal memakai pupuk jenis teknis dengan dosis sesuai Tabel 5.
- bibit plankton sebanyak 20 % - 30 % dari volume air media.
d) Penetasan artemia
- proses dekapsulasi artemia sesuai dengan SNI 6490;
- kista artemia dimasukkan ke dalam wadah penetasan artemia sebanyak 10 g/L - 20 g/L
dan diberi cahaya 1.000 lux.
Lama pemeliharaan induk, larva dan pakan alami dalam produksi benur sesuai Tabel 7.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 7 - Lama pemeliharaan induk, larva dan pakan alami dalam produksi benur
6 Penerapan biosekuriti
7 Pengelolaan limbah
Memiliki fasilitas pengelolaan limbah yang menjamin baku mutu air limbah budidaya.
8 Pemanenan
a) penutup bak pemijahan dibuka, matikan aerasi dan lampu neon dinyalakan selama 30
menit;
b) ambil air bagian atas tempat berkumpulnya naupli di bawah cahaya neon dengan
dialirkan memakai selang yang ujungnya dipasang seser naupli;
c) naupli dicuci air laut sebelum dimasukkan ke bak penampungan;
d) ukuran naupli minimal 0,4 mm.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
8.3 Panen pakan alami
a) Skeletonema sp
- alirkan air media pada selang yang ujungnya diberi saringan kain/plankton;
- masukkan Skeletonema sp yang tersaring pada saringan kain ke ember untuk
diberikan ke larva.
b) Chaetoceros sp dan Thalassiosira sp
- alirkan langsung media kultur ke bak larva memakai pompa celup;
- penghitungan jumlah plankton sesuai SNI 3963.
c) Artemia
- matikan aerasi dan alirkan air kultur bagian bawah memakai selang ke saringan
artemia dan cuci serta dibilas air tawar sebelum diberikan ke larva;
- mutu daya tetas artemia diuji sesuai SNI 6491.
9 Cara pengukuran
9.1 Suhu
9.2 Salinitas
9.3 pH air
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan alat dissolved oxygen (DO)
meter dinyatakan dalam mg/L.
9.6 Amonia
Penghitungan jumlah bakteri Vibrio dalam penentuan angka lempeng total sesuai sesuai SNI
2332.3.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
9.6 Penghitungan penggunaan bahan
Penghitungan kebutuhan pakan induk dilakukan dengan cara pengamatan sisa pakan pada
dasar bak saat sirkulasi air.
Penghitungan kebutuhan pakan buatan dan alami dilakukan dengan cara mengalkulasi
volume air media dengan dosis yang telah ditentukan dan memperhatikan kepadatan benih
dan respons makan.
Penghitungan jumlah benih yang akan ditebar dilakukan dengan metode sampling dengan
cara menghitung jumlah naupli yang terdapat dalam volume tertentu kemudian
dikalkulasikan dengan volume total air media. Prosedur ini diulangi tiga kali dan hasilnya
dirata-ratakan.
Penghitungan jumlah padat tebar dilakukan dengan mengalikan jumlah naupli yang ditebar
persatuan volume dengan volume wadah pemeliharaan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Bibliografi
[2] SNI 8678-3, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) - bagian 3: Pemeliharaan calon
induk model indoor.
[3] American Public Health Association (APHA), 2017. Standard methods for examination of
water and wastewater, 23th edition.
[4] FAO, 1996. Manual on the production and use of live food for aquaculture, FAO
Fisheries Technical Paper 361.
[5] FAO, 2003. Health management and biosecurity maintenance in white shrimp (Penaeus
vannamei) hatcheries in Latin America. FAO Fisheries Technical Paper 450.
[6] ICAR-CIBA, 2018. Training manual on recent advances in farming of Pacific white
shrimp, Penaeus vannamei. ICAR- Central Institute of Brackishwater Aquaculture, CIBA-
TM Series 2018-No.14.
[7] James G. Cappuccino and Natalie Sherman, 2013. Microbiology : a laboratory manual
(10th Edition).
[8] Maisoni, Fairus, 2017. Petunjuk teknis prosedur produksi biomas Artemia di bak. Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara.
[9] Pradyot Patnaik, 2017. Handbook of environmental analysis: chemical pollutants in air,
water, soil and solid wastes, 3th Edition.
[10] Ruliaty, L., Cholifah, N., Sutanti, E. Dan Apriliyanti, S., 2019. Juknis penyediaan pakan
alami pada pembenihan udang jerbung (Penaeus merguensis). Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau Jepara.
[11] Subaidah, S., Pramudjo, S., Mizab, A., Tabah, I., Gede, S., Detrich, N., dan
Cahyaningsih, S. 2006. Pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Balai
Budidaya Air Payau Situbondo.