Anda di halaman 1dari 20

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya,

dan tidak untuk dikomersialkan”


 
SNI 8678-4:2021

Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931)


- Bagian 4: Produksi benih
   

Standar Nasional Indonesia


 
 
 

ICS 65.150
 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Daftar Isi

Daftar Isi .......................................................................................................................................... i


Prakata ............................................................................................................................................ii
Pendahuluan................................................................................................................................... iii
1 Ruang lingkup ........................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif.......................................................................................................................... 1
3 Istilah dan definisi ..................................................................................................................... 1
4 Praproduksi .............................................................................................................................. 2
5 Proses produksi ........................................................................................................................ 4
6 Penerapan biosekuriti ............................................................................................................... 8
7 Pengelolaan limbah .................................................................................................................. 8
8 Pemanenan .............................................................................................................................. 8
9 Cara pengukuran ...................................................................................................................... 9
Bibliografi ...................................................................................................................................... 11 

Tabel 1 - Persyaratan umum kualitas air sumber ........................................................................... 4


Tabel 2 - Persyaratan kualitas air pada pemeliharaan induk, pakan alami dan larva .................... 5
Tabel 3 - Pengelolaan air pada pemeliharaan larva udang ............................................................ 6
Tabel 4 - Jenis dan dosis pakan pada induk, larva dan pascalarva ............................................... 6
Tabel 5 - Jenis dan dosis pupuk untuk kultur pakan alami ............................................................. 7
Tabel 6 - Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia dan obat-obatan ..............................................
pada produksi benur ....................................................................................................................... 7
Tabel 7 - Lama pemeliharaan induk, larva dan pakan alami dalam produksi benur ..................... 8

©BSN 2021 i
 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Prakata

SNI 8678-4:2021 Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) - Bagian 4: Produksi
benih, yang dalam Bahasa Inggris berjudul Whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei, Boone
1931) – Part 4: Seed Production merupakan standar revisi dari SNI 7311:2009 Produksi
benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar. Standar ini disusun
dengan metode pengembangan sendiri dan ditetapkan BSN Tahun 2021.

Revisi dalam Standar ini meliputi:


1. Perubahan ruang lingkup dengan perluasan mencakup persyaratan praproduksi, proses
produksi dan pemanenan pada produksi benih udang vaname.
2. Perubahan acuan normatif sebagai berikut:
- memutakhirkan acuan normatif SNI 01-7253-2006 Induk udang vaname (Litopenaeus
vannamei) kelas induk pokok yang telah direvisi menjadi SNI 8678-1:2018 Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) - Bagian 1: Induk);
- menghapus acuan normatif SNI 01-7252-2006 Benih udang vaname (Litopenaeus
vannamei) kelas benih sebar yang telah direvisi menjadi SNI 8678-2:2018 Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) - Bagian 2: Benih, dan memasukkan sebagai
bibliografi;
- menghapus SNI 01-2891-1992 Cara uji makanan dan minuman dan A Manual of
Chemical and Biological Methods for Sea Water Analysis,1985.
- menambah 9 (sembilan) acuan normatif terkait metode pengujian, 1 (satu) acuan
normatif prosedur biosekuriti dan 1 (satu) acuan normatif pakan buatan seperti
tercantum pada pasal acuan normatif.
3. Perubahan istilah dan definisi, yaitu menghapus istilah dan definisi untuk benih sebar,
induk dasar, induk penjenis, induk pokok, pembuahan, dan sintasan; serta penambahan
istilah dan definisi untuk tingkat kelangsungan hidup.
4. Perbaikan secara keseluruhan pada pasal praproduksi, pasal proses produksi, dan pasal
pemanenan.
5. Perubahan cara pengukuran, yaitu sesuai dengan SNI pada pasal acuan normatif.
6. Penambahan pasal penerapan biosekuriti dan pasal pengelolaan limbah.

Standar ini merupakan bagian dari seri SNI 8678 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

- SNI 8678-1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) - Bagian 1: Induk


- SNI 8678-2 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) - Bagian 2: Benih
- SNI 8678-3 Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) - Bagian 3:
Pemeliharaan calon induk model indoor
- SNI 8678-4:2021 Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) - Bagian 4:
Produksi benih 

Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya. Standar ini telah dibahas
dan disepakati dalam rapat konsensus yang dilaksanakan secara virtual pada tanggal 6
Oktober 2020, dengan dihadiri oleh pemangku kepentingan (stakeholders) terkait, yaitu
perwakilan dari pemerintah, pelaku usaha, konsumen, dan pakar. Standar ini telah melalui
tahap jajak pendapat pada tanggal 4 November 2020 sampai dengan 3 Januari 2021
dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standar Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

©BSN 2021 ii
 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Pendahuluan

Indonesia sebagai negara produsen ikan dan udang yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, dituntut untuk mengembangkan
pengendalian sistem mutu untuk menjamin keamanan hasil perikanan. Di bidang perikanan
budidaya, pengendalian sistem mutu dan keamanan hasil perikanan budidaya antara lain
melalui penerapan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
Untuk menjamin mutu benih secara konsisten dan berkesinambungan, pengendalian mutu
perlu dilakukan mulai dari praproduksi, proses produksi sampai dengan pascaproduksi, agar
hasilnya dapat memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan
harapan pelanggan. Mengingat jaminan mutu telah menjadi tuntutan perdagangan global,
hal tersebut perlu mendapat perhatian para pelaku usaha pembenihan dalam memenangkan
persaingan produknya.
Untuk itu, perlu disusun revisi SNI produksi benih udang vaname sebagai suatu standar
yang berlaku nasional, yang mengacu pada standar-standar di atas.
Dalam perumusan standar ini memperhatikan peraturan berikut:
 
1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 52A/MEN/2013
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19/MEN/2010
tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016
Tentang Cara Pembenihan Ikan yang Baik.
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016
tentang Pedoman Umum Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei).
5. Keputusan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 6/KEP-DJPB/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Nomor 16/KEP-DJPB/2017 Tentang Daftar Penyakit Ikan Penting Di Indonesia.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Pembudidayaan Ikan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/ PERMEN-KP
/2018 tentang Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 91/Men/2018 tentang Penetapan
jenis-jenis Ikan Karantina, Golongan dan Media Pembawa.
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 55/PERMEN-
KP/2018 tentang Pakan Ikan.
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/PERMEN-
KP/2019 tentang Obat Ikan.
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 13/PERMEN-
KP/2019 tentang Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/PERMEN-
KP/2019 tentang Pengendalian Residu Pada Kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi.
13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 6/PERMEN-
KP/2020 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Ikan Pada Ikan Budidaya.

©BSN 2021 iii


 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) -
Bagian 4: Produksi benih

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan persyaratan praproduksi, proses produksi, penerapan biosekuriti,


pengelolaan limbah dan pemanenan benih udang vaname yang dapat digunakan untuk
keperluan produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931).
 

2 Acuan normatif

SNI 2332.3, Cara uji mikrobiologi - Bagian 3: Penentuan angka lempeng total (ALT) pada
produk perikanan
SNI 3963, Metode pengujian jenis dan jumlah plankton dalam air 
SNI 6490, Metode dekapsulasi kista artemia
SNI 6491, Metode pengujian mutu daya tetas artemia
SNI 6989.9, Air dan air limbah - Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2-N) secara spektrofotometri.
SNI 6989.11, Air dan air limbah - Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan pH meter
SNI 6989.22, Cara uji nilai permanganat secara titrimetrik
SNI 6989.23, Air dan air limbah - Bagian 23: Cara uji suhu dengan termometer
SNI 6989.30, Cara uji kadar ammonia dengan spektrofotometer secara fenat
SNI 7813, Pakan buatan untuk produksi benih vaname (Litopenaeus vannamei)
SNI 7911, Prosedur biosekuriti pada pembenihan udang
SNI 8556-2, Udang windu (Penaeus monodon, Fabricius 1798) - Bagian 2: Benih
SNI 8678.1, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) - Bagian 1: Induk

3 Istilah dan definisi

Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini berlaku.

3.1
benur
benih udang (minimal PL 10) yang siap tebar di petakan tambak dan mampu beradaptasi
terhadap lingkungan budidaya

3.2
derajat penetasan
persentase telur yang menetas dan hidup

3.3
mysis (M)
stadia lanjutan setelah zoea yang terdiri atas tiga sub stadia (M1-3)

©BSN 2021 1 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.4
naupli (N)
stadia awal setelah telur menetas yang terdiri atas enam sub stadia (N1-6)

3.5
pascalarva (PL)
stadia lanjutan setelah mysis yang perkembangannya sesuai dengan pertambahan umur
(hari) dan morfologinya seperti udang dewasa

3.6
pemijahan
proses pengeluaran telur oleh induk betina yang diikuti dengan pembuahan oleh sperma dari
spermatofor yang ada di telikum induk betina

3.7
tingkat kelangsungan hidup
sejumlah benur yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah naupli yang
ditebar

3.8
udang vaname
jenis udang yang secara taksonomi termasuk spesies Litopenaeus vannamei merupakan
udang introduksi yang berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah

3.9
zoea (Z)
stadia lanjutan setelah naupli yang terdiri atas tiga sub stadia (Z1-3)

4 Praproduksi

4.1 Lokasi

a) aspek legalitas sesuai peruntukan produksi;


b) lahan: bebas banjir, bebas pencemaran, dan mudah dijangkau;
c) sarana produksi mudah didapat;
d) sumber air tawar dan laut: tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan baku
mutu air budidaya.

4.2 Wadah

4.2.1 Tandon

a) bahan: tembok semen;


b) kapasitas: 30 % - 40 % dari total volume wadah produksi benih.

4.2.2 Produksi nauplius

a) bahan: tembok semen atau fiberglass atau plastik PE dan mudah dikeringkan.
b) bak penampungan/pematangan induk: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang
dengan sudut melengkung dan luas dasar minimal 20 m2, ketinggian 100 cm – 140 cm
serta kedalaman air minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah
30 cm dengan warna dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan
dasar bak 2 % - 5 % ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak
50 cm.

©BSN 2021 2 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
c) bak perkawinan: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dan luas dasar minimal 20 m2, ketinggian 100 cm – 140 cm serta kedalaman
air minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah 30 cm dengan
warna dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan dasar bak 2 % -
5 % ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak 50 cm.
d) bak pemijahan: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dan luas dasar minimal 2 m2, ketinggian 80 - 100 cm serta kedalaman air
minimal 60 cm. Jarak antara air permukaan dengan bibir bak adalah 30 cm dengan warna
dasar bak cerah (putih) dan dinding bak gelap (hitam). Kemiringan dasar bak 2 % - 5 %
ke arah pembuangan. Aerasi di sepanjang dinding bak dengan jarak 50 cm.
e) bak penampungan naupli: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dengan volume minimal 0,3 m3, ketinggian 80 cm - 100 cm dan kedalaman
air minimal 60 cm dengan aerasi 1 titik - 2 titik.

4.2.3 Produksi benur

a) bahan: tembok semen atau fiberglass dan mudah dikeringkan.


b) bak pemeliharaan larva: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dengan volume minimal 10 m2, ketinggian 150 cm, kedalaman air 120 cm
dan warna cerah (kuning, atau biru). Kemiringan dasar bak 2 % - 5% ke arah
pembuangan. Aerasi berjarak 30 cm - 50 cm dengan ketinggian batu aerasi dari dasar
bak sekitar 5 cm - 10 cm.
c) bak kultur pakan alami: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dengan kapasitas minimal 10 % dari kapasitas total bak larva. Kedalaman air
maksimal 120 cm dan warna cerah (putih atau biru). Kemiringan dasar bak 2 % - 5 % ke
arah pembuangan. Aerasi berjarak 50 cm - 70 cm dengan ketinggian batu aerasi dari
dasar bak sekitar 5 cm - 10 cm.
d) wadah penetasan sista artemia: wadah dengan dasar berbentuk konikal dengan volume
minimal 20 liter dengan aerasi 1 titik - 2 titik.
e) bak penampungan benur: bentuk bundar atau lonjong atau persegi panjang dengan sudut
melengkung dengan volume minimal 200 liter dengan aerasi 2 titik - 4 titik.

4.3 Peralatan produksi nauplius dan benur

a) sumber listrik: generator dan/atau PLN;


b) pompa: pompa air tawar dan laut;
c) aerasi: blower, selang aerasi, batu aerasi dan pemberat aerasi;
d) penutup bak: plastik atau terpal;
e) peralatan sampling: beaker glass, seser, senter;
f) peralatan menghitung nauplius dan benur;
g) peralatan penakar benur: saringan benur, beaker glass, seser benur
h) peralatan ganti air: kerangka saringan, kantong saringan, selang, alat sifon;
i) peralatan pakan benur: timbangan, saringan pakan, gayung, ember;
j) peralatan panen benur: seser, saringan sampling kering, ember;
k) peralatan panen pakan alami: seser artemia, saringan kain/plankton, selang transfer,
pompa celup;
l) peralatan kualitas air: termometer, refrakto/salinometer, pH-meter/kertas lakmus, DO-
meter, nitrit test kit atau titrasi, amonia test kit atau titrasi, bahan agar, penghitung bakteri
dan alat titrasi uji TOM;
m) peralatan observasi kesehatan: mikroskop, gelas piala, wadah contoh.

4.4 Air baku mutu

Kualitas air baku yang digunakan untuk proses produksi benih sesuai Tabel 1.

©BSN 2021 3 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 1 - Persyaratan umum kualitas air sumber

No Parameter Satuan Ukuran


1 Suhu air
oC 28 - 33
2 Salinitas g/L 29 - 34
3 pH - 7,0 - 8,5
4 Oksigen terlarut g/L >4
5 Nitrit mg/L <1
6 Bakteri patogen (Vibrio sp.) Cfu/mL < 103
7 Amonia mg/L < 0,1
8 Total bahan organik mg/L < 55

4.5 Fasilitas biosekuriti

Sesuai SNI 7911.

4.6 Pengelolaan limbah

Memiliki fasilitas pengelolaan limbah yang menjamin baku mutu air limbah budidaya.

5 Proses produksi

5.1 Persiapan wadah pemeliharaan

a) periksa konstruksi wadah dan lakukan perbaikan apabila diperlukan;


b) disinfeksi bak dengan cara membilas dinding dan dasar bak menggunakan larutan kaporit
minimal 100 ppm (penghitungan dari kandungan % bahan aktif), diamkan selama 24 jam
dan bilas dengan air tawar;
c) rendam dengan cairan disinfektan formalin, bersihkan, cuci, bilas dan keringkan semua
komponen instalasi aerasi: selang aerasi, batu aerasi dan pemberat.

5.2 Persiapan air media

5.2.1 induk

a) air media induk melalui filter pasir, dan/atau ozon;


b) sterilisasi air dengan disinfektan sesuai peraturan untuk penampungan naupli.

5.2.2 larva

a) sterilisasi air dengan disinfektan sesuai peraturan, atau dengan ozon;


b) penyaringan air media dengan kapas dan filterbag;
c) tambahkan EDTA pada media air pemeliharaan;
d) tambahkan probiotik atau obat yang telah terdaftar di otoritas kompeten, jika diperlukan.

5.2.3 pakan alami

a) sterilisasi air dengan disinfektan sesuai peraturan, atau dengan ozon;


b) penyaringan air media dengan filterbag.

©BSN 2021 4 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
5.3 Penebaran

Pada setiap kegiatan penebaran dilakukan dengan:


a) induk sesuai SNI 8678.1;
b) induk jantan atau induk betina terpisah dalam bak penampungan/pematangan maksimal
12 ekor induk/m2 ;
c) induk dalam bak perkawinan: kepadatan 6 ekor/m2 - 8 ekor/m2. Induk betina matang
gonad dimasukkan ke bak induk jantan dengan perbandingan 1 - 2 induk jantan dengan 1
induk betina;
d) induk dalam bak pemijahan: kepadatan induk maksimum 4 ekor/m2. Hanya induk betina
yang tertempel sperma dipindahkan dari bak perkawinan ke bak pemijahan, induk betina
yang sudah bertelur dipindahkan lagi ke bak pematangan;
e) naupli dalam bak penampungan naupli: 20.000 ekor/liter - 40.000 ekor/liter;
f) nauplius dalam bak larva: 50 ekor/liter - 250 ekor/liter;
g) pascalarva dal am bak penampungan: 1.000 ekor/liter.

5.4 Pengelolan air

- persyaratan air media pada pemeliharaan induk, pakan alami dan larva udang vaname
disyaratkan kualitas air sesuai Tabel 2;
- induk: sirkulasi air dan pembuangan sisa pakan dilakukan 1 kali 2 kali sehari;
- larva: pengeloaan air media pada larva sesuai Tabel 3.

Tabel 2 - Persyaratan kualitas air pada pemeliharaan induk, pakan alami dan larva

Penetasan Pakan Stadia


No Parameter Satuan Induk
telur alami N Z M PL
1 Suhu air oC 28 - 31 29 - 32 27 - 33 30 - 32 30 - 32 30 - 32 30 - 33
2 Salinitas g/L 29 - 34 29 - 34 20 - 32 29 - 34 29 - 34 29 - 34 28 - 34

3 pH - 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5 7,5 - 8,5

4 Oksigen mg/L >4 >5 >4 >5 >5 >5 >5


terlarut
5 Nitrit mg/L <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1
6 Amonia mg/L < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1
7 Bakteri Cfu/mL < 103 < 103 < 103 < 103 < 103 < 103 < 103
patogen
(Vibrio sp.)
8 Total bahan mg/L < 90 < 55 - < 55 < 60 < 60 < 90
organik
(TOM)

©BSN 2021 5 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 3 - Pengelolaan air pada pemeliharaan larva udang

Hari
Stadia % Volume wadah dan tambah/ganti air
ke
1 Naupli 5-6 60 %
2 Zoea 1 70 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
3 Zoea 2 80 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
4 Zoea 3 90 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
5 Zoea 3/mysis 1 100 % (tambah air media baru sebanyak 10 %)
6 Mysis 2 100 % dan ganti air 10 %
7 Mysis 3 100 % dan ganti air 15 %
8 Mysis 3/pascalarva 1 100 % dan ganti air 20 %
9 Pascalarva 1 100 % dan ganti air 20 %
10 Pascalarva 2 100 % dan ganti air 25 %
11-18 Pascalarva 3 -10 100 % dan ganti air 30 %

5.5 Pengelolaan pakan

a) Produksi nauplius:
Pakan induk dengan berat 20 % - 40 % dari biomassa induk dan terbagi atas cacing laut
(minimal 60 % dari total biomassa pemberian pakan harian) dan ditambah dengan cumi-
cumi dan kekerangan.

b) Produksi benur:
- pakan alami: fitoplankton (Skeletonema, Chaetoceros dan Thalassiosira) dan
zooplankton (Artemia).
- pakan buatan dalam bentuk bubuk, cair dan flake (lempeng tipis) dengan ukuran
partikel sesuai dengan stadianya (Tabel 4), kandungan nutrisi sesuai dengan SNI
7813.

Tabel 4 - Jenis dan dosis pakan pada induk, larva dan pascalarva

No Jenis pakan Induk Stadia


Z1 Z2-ZM M1-MPL PL1-PL3 PL4-PL8 PL8-PL12
1 Pakan Induk
 Dosis (gram/hari) 20 % - 40 % - - - - - -
dari
biomassa
induk
 Fekuensi (kali/hari) 4-6

2 Skeletonema/
Chaetoceros
/Thalassiosira Tanpa Tanpa Tanpa
 kepadatan (x1.000 - 50 100 - 300 50 - 150 pemberian pemberian pemberian
sel/mL) plankton plankton plankton
 frekuensi (kali/hari) 1-2 1-2 1-2

3 Artemia
 dosis
(Individu/larva/ - - - - 10-20 20-60 60-80
hari)
 frekuensi (kali/hari) 3-6 3-6 3-6
4 Pakan buatan
 dosis 0,5 1 - 1,5 1-2 1,5 - 2 2-4 2,5 - 4
(mg/L/pemberian) -
 fekuensi (kali/hari) 6 6-8 6-8 6-8 6-8 6-8
 ukuran (µm) 50 - 60 60 - 100 100 - 150 150 - 200 200 - 300 200 - 300

©BSN 2021 6 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
c) Produksi pakan alami
- produksi pakan alami (Skeletonema sp, Chaetoceros sp dan Thalassiosira sp) secara
massal memakai pupuk jenis teknis dengan dosis sesuai Tabel 5.
- bibit plankton sebanyak 20 % - 30 % dari volume air media.

Tabel 5 - Jenis dan dosis pupuk untuk kultur pakan alami

Jenis pupukSkeletonema sp Chaetoceros sp Thalassiosira sp


(g/m3) (g/m3) (g/m3)
KNO3 100 100 80
NaH2PO4 15 15 25
Na2SiO3 10 80 20
EDTA 5 5 5
FeCl3 1 1 2
Vit B12 0,001 0,001 0,001
CATATAN Dosis pupuk tergantung dari kandungan bahan organik sumber air media.

d) Penetasan artemia
- proses dekapsulasi artemia sesuai dengan SNI 6490;
- kista artemia dimasukkan ke dalam wadah penetasan artemia sebanyak 10 g/L - 20 g/L
dan diberi cahaya 1.000 lux.

5.6 bahan kimia dan obat-obatan

Jenis dan dosis seperti tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6 - Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia dan obat-obatan


pada produksi benur

No Jenis Satuan Dosis Keterangan


1. EDTA mg/L 5 Tahap persiapan air media larva
2. Formalin ml/L 50 Disinfektan peralatan aerasi
3. Kalium Permanganat mg/L 1-2 Sanitasi
4. Kaporit mg/L 20 - 30 Penghitungan dari kandungan % bahan aktif untuk
disinfektan air media.
5. Klorin cair % 10 - 20 Dosis klorin cair rendah untuk proses dekapsulasi
artemia.
6. Natrium Tiosulfat % 50 Maksimum persentase dari dosis klorin/kaporit.

5.7 Lama pemeliharaan

Lama pemeliharaan induk, larva dan pakan alami dalam produksi benur sesuai Tabel 7.

©BSN 2021 7 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 7 - Lama pemeliharaan induk, larva dan pakan alami dalam produksi benur

Fase Lama pemeliharaan Keterangan


Induk:
Betina < 5 bulan Produksi naupli setelah ablasi dan
tergantung kesehatan induk.
Jantan < 6 bulan Tergantung kesehatan induk
Larva:
Telur – naupli 12 jam - 15 jam Penetasan
Naupli - zoea 36 jam - 48 jam Perubahan stadia
Zoea - mysis 3 hari - 4 hari Perubahan stadia
Mysis - PL1 3 hari - 4 hari Perubahan stadia
PL1 - PL10 10 hari Benih siap panen
Pakan alami:
Artemia sp 18 jam - 24 jam Kista hingga penetasan
Skeletonema sp 2 hari - 4 hari Penebaran bibit hingga panen
Chaetoceros sp 3 hari - 4 hari Penebaran bibit hingga panen
Thalassiosira sp 3 hari - 4 hari Penebaran bibit hingga panen

CATATAN Penyediaan pakan alami disesuaikan dengan masa pemeliharaan larva.

6 Penerapan biosekuriti

Penerapan biosekuriti sesuai SNI 7911.

7 Pengelolaan limbah

Memiliki fasilitas pengelolaan limbah yang menjamin baku mutu air limbah budidaya.

8 Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara:

8.1 Panen naupli

a) penutup bak pemijahan dibuka, matikan aerasi dan lampu neon dinyalakan selama 30
menit;
b) ambil air bagian atas tempat berkumpulnya naupli di bawah cahaya neon dengan
dialirkan memakai selang yang ujungnya dipasang seser naupli;
c) naupli dicuci air laut sebelum dimasukkan ke bak penampungan;
d) ukuran naupli minimal 0,4 mm.

8.2 Panen benur

a) kurangi air menjadi 25 %, pasang jaring panen di bagian luar bak;


b) turunkan suhu air di bak penampungan menjadi 25 °C - 29 °C dan diberi artemia hidup
secukupnya;
c) buka saringan dan seser benur dari jaring panen untuk dimasukkan ke dalam bak
penampungan dengan lama penampungan maksimal 4 jam;
d) kelangsungan hidup benur (naupli sampai dengan PL10): > 25 %.
e) ukuran panen, sesuai SNI 8556-2.

©BSN 2021 8 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
8.3 Panen pakan alami

a) Skeletonema sp
- alirkan air media pada selang yang ujungnya diberi saringan kain/plankton;
- masukkan Skeletonema sp yang tersaring pada saringan kain ke ember untuk
diberikan ke larva.
b) Chaetoceros sp dan Thalassiosira sp
- alirkan langsung media kultur ke bak larva memakai pompa celup;
- penghitungan jumlah plankton sesuai SNI 3963.
c) Artemia
- matikan aerasi dan alirkan air kultur bagian bawah memakai selang ke saringan
artemia dan cuci serta dibilas air tawar sebelum diberikan ke larva;
- mutu daya tetas artemia diuji sesuai SNI 6491.

9 Cara pengukuran

9.1 Suhu

Pengukuran suhu dilakukan sesuai SNI 6989.23.

9.2 Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan salinometer atau refraktometer


dinyatakan dalam g/L.

9.3 pH air

Pengukuran pH air dilakukan sesuai SNI 6989.11.


 
9.4 Oksigen terlarut

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan alat dissolved oxygen (DO)
meter dinyatakan dalam mg/L.

9.5 Pengukuran nitrit

a) pengukuran nitrit secara spektrofotometri sesuai SNI 6989.9;


b) pengukuran nitrit dilakukan juga dengan menggunakan test kit.

9.6 Amonia

a) pengukuran kadar amonia dengan spektrofotometer sesuai SNI 6989.30;


b) pengukuran kadar amonia dengan test kit.

9.7 Bakteri patogen (Vibrio)

Penghitungan jumlah bakteri Vibrio dalam penentuan angka lempeng total sesuai sesuai SNI
2332.3.

9.8 Total bahan organik

Pengukuran total bahan organik sesuai SNI 6989.22.

©BSN 2021 9 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
9.6 Penghitungan penggunaan bahan

9.6.1 Kebutuhan pakan induk

Penghitungan kebutuhan pakan induk dilakukan dengan cara pengamatan sisa pakan pada
dasar bak saat sirkulasi air.

9.6.2 Kebutuhan pakan buatan dan alami

Penghitungan kebutuhan pakan buatan dan alami dilakukan dengan cara mengalkulasi
volume air media dengan dosis yang telah ditentukan dan memperhatikan kepadatan benih
dan respons makan.

9.6.3 Estimasi jumlah benih yang akan ditebar

Penghitungan jumlah benih yang akan ditebar dilakukan dengan metode sampling dengan
cara menghitung jumlah naupli yang terdapat dalam volume tertentu kemudian
dikalkulasikan dengan volume total air media. Prosedur ini diulangi tiga kali dan hasilnya
dirata-ratakan.

9.6.4 Tingkat kelangsungan hidup benih

Penghitungan tingkat kelangsungan hidup benih dilakukan dengan membandingkan antara


total benih hasil panen dengan jumlah naupli yang ditebar.

9.6.5 Masa pemeliharaan

Penghitungan masa pemeliharaan dilakukan dengan mengkalkulasi waktu mulai naupli


ditebar sampai saat panen, dan dinyatakan dalam jam untuk naupli, dinyatakan dalam hari
untuk pascalarva.

9.6.6 Pengukuran jumlah padat tebar

Penghitungan jumlah padat tebar dilakukan dengan mengalikan jumlah naupli yang ditebar
persatuan volume dengan volume wadah pemeliharaan.

©BSN 2021 10 dari 11 


 
SNI 8678-4:2021

“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Bibliografi

[1] SNI 8678.2, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) - bagian 2: Benih.

[2] SNI 8678-3, Udang vaname (Litopenaeus vannamei) - bagian 3: Pemeliharaan calon
induk model indoor.

[3] American Public Health Association (APHA), 2017. Standard methods for examination of
water and wastewater, 23th edition.

[4] FAO, 1996. Manual on the production and use of live food for aquaculture, FAO
Fisheries Technical Paper 361.

[5] FAO, 2003. Health management and biosecurity maintenance in white shrimp (Penaeus
vannamei) hatcheries in Latin America. FAO Fisheries Technical Paper 450.

[6] ICAR-CIBA, 2018. Training manual on recent advances in farming of Pacific white
shrimp, Penaeus vannamei. ICAR- Central Institute of Brackishwater Aquaculture, CIBA-
TM Series 2018-No.14.

[7] James G. Cappuccino and Natalie Sherman, 2013. Microbiology : a laboratory manual
(10th Edition).

[8] Maisoni, Fairus, 2017. Petunjuk teknis prosedur produksi biomas Artemia di bak. Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara.

[9] Pradyot Patnaik, 2017. Handbook of environmental analysis: chemical pollutants in air,
water, soil and solid wastes, 3th Edition.

[10] Ruliaty, L., Cholifah, N., Sutanti, E. Dan Apriliyanti, S., 2019. Juknis penyediaan pakan
alami pada pembenihan udang jerbung (Penaeus merguensis). Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Payau Jepara.

[11] Subaidah, S., Pramudjo, S., Mizab, A., Tabah, I., Gede, S., Detrich, N., dan
Cahyaningsih, S. 2006. Pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Balai
Budidaya Air Payau Situbondo.

©BSN 2021 11 dari 11 


 
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya, dan tidak untuk dikomersialkan”
Informasi perumus SNI 8678-4:2021

[1] Komite Teknis Perumusan SNI


Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya

[2] Susunan keanggotaan Komite Teknis Perumusan SNI

Ketua : Tinggal Hermawan Pemerintah


Wakil Ketua : Maskur Pemerintah
Sekretaris : Nana S.S. Udi Putra Pemerintah
Anggota : Alfida Ahda Pemerintah
Anggota : Alimuddin Pakar
Anggota : Tatag Budiardi Pakar
Anggota : Irzal Effendi Pakar
Anggota : Azam B. Zaidy Produsen
Anggota : Denny D. Indradjaja Produsen
Anggota : Miftakhul Munir Produsen
Anggota : Heny Budi Utari Konsumen
Anggota : Deni Rusmawan Konsumen
Anggota : Iskandar Ismanadji Konsumen

[3] Konseptor Rancangan SNI


Ahmad Nur Mei Muchtar - BPBAP Situbondo, KKP

[4] Sekretariat Pengelola Komite Teknis Perumusan SNI


Direktorat Kawasan dan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Anda mungkin juga menyukai