Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................  i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................  1
1.        Latar Belakang .............................................................................  1
2.        Rumusan Masalah .........................................................................  1
3.        Tujuan............................................................................................ 1
BAB III : PEMBAHASAN............................................................................. 2    
........... 1.    Definisi Uteratonika .....................................................................  2
........... 2.    Macam-Macam Uteratonika.......................................................... 2
........... 3.    Cara Kerja .....................................................................................  3
........... 4.    Dosis Dan Pemakaian.................................................................... 4
........... 5.    Indikasi Dan Kontra Indikasi........................................................ 6
........... 6.    Cara Penanganan Pemakaian Obat................................................ 8
PENUTUP........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini ilmu kebidanan sangat berkembang pesat, seiring dengan itu kualitas
pelayanan kepada ibu hamil, persalinan dan nifas juga sangat membanggakan.
Kehidupan janin didalam rahim pun menjadi kajian yang berkembang pesat dimana janin
sudah dijadikan sebagai pasien/ klien tersendiri yang sangat menentukan apakah janin
tetap dipertahankan dalam kehidupan dalam rahim ataukah harus hidup diluar rahim
yang berarti harus dilahirkan. Apabila janin diputuskan harus dilahirkan maka kita akan
dihadapkan pada masalah induksi persalinan dimana saat ini pemakaian oksitosin sebagai
induksi persalinan sangat banyak digunakan.
Perdarahan pasca persalinan masih menjadi momok sebagai salah satu penyebab
kematian ibu terutama dinegara berkembang seperti negara kita Indonesia. Berbagai
kebijakan telah dicanangkan antara lain Gerakan Sayang Ibu maupun Making Pregnancy
Saver yang salah satu pesan kuncinya adalah penanganan masalah kegawat daruratan
kebidanan dimana salah satu focus gerakannya adalah pencegahan dan penanganan
perdarahan pasca persalianan.
Untuk pencegahan perdarahan pasca persalinan saat ini setiap petugas kesehatan
dituntut harus melaksanankan asuhan persalinan normal dengan salah satu terobosan
adalah penatalaksanaan aktif kala tiga dimana penggunaan uterotonika secara tepat guna
harus diterapkan Baik dalam hal induksi persalinan, maupun masalah pencegahan dan
penanganan perdaran pasca persalinan sangat berkaitan dengan penggunaan oksitosin.
Setiap petugas kesehatan yang menangani masalah ini dituntut mempunyai pengetahuan
memadai tentang uterotonika, baik tentang cara kerjanya, cara pemberianya maupun
tentang efek yang tidak diinginkan. Seperti yang telah kita ketahui bersama, obat
merupan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat
lepas begitu saja tanpa keberadaan obat.
Dengan penggunaan obat kita harus mengikuti aturan – aturan tertentu karena obat
dalam penggunaan yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan dapat meracuni
sedangkan racun yang digunakan dalam jumlah sedikit justru dapat menjadi obat bagi
tubuh kita.. Salah satu dari obat yang sudah sering dipergunakan adalah uterotonik dan
anti perdarahan. Obat – obat uterotonika dan anti perdarahan tidak pernah lepas dari
segala masalah kesehatan yan berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
.Masalah kehamilan dan persalinan merupakan masalah yang riskan karena sangat
erat dengan keselamatan jiwa seseoramg sehingga ironis sekali apabila terjadi kesalahan
walau hanya sedikit saja. Hal – hal yang perlu diketahui adalah mengenai nama obat,
tujuan penggunaan, mekanisme kerja, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara
pemakaian serta dosis yang digunakan. Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk
meningkatkan kontraksi uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan
persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, penegndapan
perdarahan akibat abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala III persalinan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu defenisi Uterotonika ?
2. Apa Saja Macam-Macam Uterotonika ?
3. Bgaimana Mekanisme kerja Uterotonika ?
4. Apa Dampak Uterotonika ?
5. Apakah pengertian dari obat anti perdarahan?
6. Mengetahui macam- macam obat anti perdarahan?
7. Bagaiman cara kerja obat anti perdarahan dan khasiatnya?
8. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada obat anti perdarahan ?
9. Dosis yang digunakan untuk obat anti perdarahan ?
10. Apa saja efek samping dari obat anti perdarahan?
11. Bagaimana cara mengatasi efek samping obat anti perdarahan ?

C.    TUJUAN
1. Untuk mengetahui defenisi Uterotonika
2. Untuk mengetahui jenis Obat Uterotonika
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Kerja Obat Uterotonika
4. Untuk mengetahui pengertian dari obat anti perdarahan
5. Untuk Mengetahui macam- macam obat anti perdarahan
6. Cara kerja dari obat anti perdarahan
7. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat anti perdarahan
8. Untuk mengetahui dosis dari obat ant perdarhan
9. Untuk mengetahui efek samping dari obat anti perdarahan
10. Untuk mengetahui cara mengatsi efek samping dari obat anti perdarahan
BAB II
PEMBAHASAN

UTEROTONIKA

A. Pengertian Uterotonika
Uterotonik adalah  zat yang meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak
digunakan untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan
perdarahan post partum, pengendapan perdarahan akibat abortus inkompletikus dan
penanganan aktif pada Kala persalinan.Pemberian obat uterotonik adalah salah satu
upaya  untuk mengatasi pendarahan pasca persalinan atau setelah lahirnya plasenta.
Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi lahir. Keuntungan
pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala III dan
mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat diberikan pada
setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu.  Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal
yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalina. riwayat persalinan yang
kurang baik, misalnya:
1.         Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
2.         Grande multipara (lebih dari empat anak).
3.         Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
4.         Bekas operasi Caesar.
5.         Pernah abortus sebelumnya.
Uterotonika adalah obat yang dapat meningkatkan kontraksi otot polos uterus. Banyak
obat memeperlihatkan efek oksitosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup
selektif dab dapat berguna dalam praktek keperawatan. Obat yanng bermanfaat itu ialah
oxytocin(oksitosin) dan derivatnya, alkaloid ergot dan derivatnya, dan beberapa
prostaglandin semisintetik. Obat- obat tersebut memperlihatkan respons bertingkat
(graded respons) pada kehamilan, mulai dari kontraksi uterus spontan, ritmis sampai
kontraksi tetani. Meskipun obat ini mempunyai efek farmakodinamik lain, tetapi manfaat
dan bahayanya terutama terhadap uterus. Derivat prostaglandin merupakan obat yang
baru dikembangkan tahun tujuh puluhan. Pembicaraan di sini terbatas pada efek
Prostaglandin E dan F terhadap uterus serta penggunaannya sebagai abortivum, dan
oksitosin untuk induksi partus. Bila terjadi riwayat persalinan kurang baik,ibu sebaiknya
melahirkan dirumah sakit,dan jangan di rumah sendiri. Hasil pemeriksaan waktu
bersalin, misalnya:
1.         Persalinan atau kala II yang terlalu cepat, (ekstraksi vakum, atau forsep).
2.         Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan anak
besar.
3.         Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4.         Uterus yang lembek akibat narkosa.
5.         Inersia uteri primer dan sekunder.

Obat-obatan yang dipakai untuk pencegahan adalah Oksitosin dan Ergometrin. Caranya,
disuntikkan intra muskuler atau intravena ( bila diinginkan kerja cepat ), setelah anak
lahir.

B. Macam-Macam Obat Uterotonika:

1. Alkaloid Ergot
Sumber alkaloid ergot ialah claviceps purpurea suatu jamur yang hidup sebagai
parasit dalam butir rye dan gandum, banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
Penyebaran penularan terjadi melalui perantaraan serangga dan angin yang
memindahkan spora ke kepala putik yang sudah di buahi. Selanjutnya spora
mengeluarkan miselium yang akan menembus putik, kemudian membentuk jaringan
padat berwarna ungu dan menjadi keras. Substansi ini dinamai sklerosium.
Sklerosium inilah yang merupakan sumber ergot. Zat- zat dalam ergot. Ergot
mengandung zat yang penting yaitu alkohol ergot dan zat lain seperti zat organik,
karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin dan basa amonium kuatener.
Beberapa amin dan basa memiliki efek farmakologi penting, misalnya histamin,
tiramin, kolin, dan asetilkolin. Jamur Claviceps purpurea dibiak in vitro, seperti jamur
penghasil antibiotik.
Alkaloid ergot terdapat sebagai isomer 1 dan d.Isomer 1 merupakan zat aktif
(penamaan dengan akhiran -in), sedangkan isomer d tidak aktif sama sekali
(penamaan dengan akhiran -inin). Yang pertama merupakan alkaloid alam, sedangkan
yang kedua merupakan hasil perubahan oleh pengaruh zat kimia sewaktu isolasi.
Alkaloid pertama yang berhasil di isolasi dalam bentuk kristal dan aktif ialah
ergotoksin, yang waktu itu dianggap sebagai alkaloid murni. Sekarang terbukti bahwa
ergotoksin merupakan campuran 4 zat, yaitu ergokristin,ergokornin,α- ergokriptin,
dan β- ergokriptin. Ergotamin. Ergotamin yang paling kuat dari kelompok alkaloid
asam amino yang aktif, dan ergotamin yang tidak aktif merupakan alkaloid ergot
murni yang pertama ditemukan.
Kemudian ditemukan zat uterotonik larut air dinamakan ergonovin (ergometrin.
Ergonovin dan turunannya menghasilkan asam lisergat dan amin pada hidrolisis,
maka disebut juga alkaloid amin. Alkaloid dengan berat molekul tinggi yang
mengandung asam lisergal, amonia, asam piruvat, prolin dan asam amino lainnya
dikenal juga sebagai alkaloid asam amino atau ergopeptin. Salah satu derivat
ergopeptin adalah bromokriptin

           Farmakodinamik
Berdasarkan efek dan struktur kimianya alkaloid ergot dibagi menjadi 3 kelompok :
1.         Alkaloid asam amino dengan prototip ergotamin
2.         Derivat dihidro alkaloid asam amino dengan prototip dihidro-Ergotamin.
3.         Alkaloid amin dengan prototip ergonovin

Farmakokinetik
Alkaloid asam amino, yaitu ergotamin di absorpsi secara lambat dan tidak
sempurna melalui saluran cerna. Obat ini mengalami metabolisme lintas pertama,
sehingga kadarnya dalam darah sangat rendah. Kadar puncak plasma dicapai dalam 2
jam. Pemberian 1 mg ergotamin bersama 100 mg kafein akan meningkatkan
kecepatan absorpsi dan kadar puncak plasma ergotamin sebesar dua kali, namun
biovailibitasnya tetap di bawah 1 persent.

            Indikasi
Oksitosik : Sebagai stimultan uterus pada perdarahan paska persalinan atau paska
abortus, yaitu :
1.         Induksi partus aterm
2.         Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan.
3.         Merangsang konstraksi setelah operasi Caesar/operasi uterus lainnya
4.         Induksi abortus terapeutik
5.         Uji oksitoksin
Kontra Indikasi
Persalinan kala I dan II :
1.         Hipersensitif
2.         Penyakit vascular
3.         Penyakit jantung parah
4.         Fungsi paru menurun
5.         Fungsi hati dan ginjal menurun
6.         Hipertensi yang parah
7.         Eklampsi

            Pada Uterus
Semua alkaloid ergot alam meningkatkan kontraksi uterus dengan nyata. Dosis
kecil menyebabkan peninggian amplitudo dan frekuensi, kemudian diikuti relaksasi.
Dosis besar menimbulkan kontraksi tetanik, dan peninggian tonus otot dalam keadaan
istirahat. Dosis yang sangat besar menimbulkan kontraktur yang berlangsung lama.
Sediaan ergot alam yang paling kuat adalah ergonovin.

Cara Pakai Dan Dosis


a.         Oral: mulai kerja setelah sepuluh menit
b.         Injeksi: intravena mulai kerja 40 detik
c.         IM : mulai kerja 7-8 menit. Hal ini lebih menguntungkan karena efek samping
lebih sedikit.

 Dosis :
Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari
IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.

Contoh obat
Nama generic : metal ergometrin, metal ergometrina, hydrogen maleat
Nama paten : methergin, met6hernial, methorin, metilat, myomergin.

            Efek samping
1.         Ergotamine merupakan ergotamin merupakan alkaloid yang paling toksik.
2.         Dosis besar dapat menyebabkan : mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi
lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
3.          Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis
tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
4.         Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha,
lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina
pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
5.         Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

2. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormone peptide yang disekresi olah pituitary posterior
yang menyebabkan ejeksi air susu pada wanita dalam masa laktasi. Oksitosin diduga
berperan pada awal kelahiran. (Ismania.2001). Oksitosin merangsang otot polos
uterus dan kelenjar mama. Fungsi perangsangan ini bersifat selektif dan cukup kuat.
sehingga pada akhir kehamilan kadar oksitosin meninggi dimana berikatan dg
reseptor oksitosin yg terletak di dlm miometrium yaitu dlm membran plasma sel otot
polos uterus , oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang
kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan
perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan , Oksitosin merangsang
otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat Stimulus sensoris pada
serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin.
Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan.  Stimulus sensoris
pada serviks, vagina, dan payudara secara refleks melepaskan oksitosin dari hipofisis
posterior. Sensitivitas uterus terhadap oksitosin meninggi bersamaan dengan
bertambahnya umur kehamilan.
Pada kehamilan tua dan persalinan spontan, pemberian oksitosin meningkatkan
kontraksi fundus uteri meliputi peningkatan frekuensi, amplitudo dan lamanya
kontraksi. Partus dan laktasi masih tetap berlangsung meskipun tidak ada oksitosin,
tetapi persalinan menjadi lebih lama dan refleks ejeksi susu (milk ejection)
menghilang. Oksitosin dianggap memberikan kemudahan dalam persalinan serta
memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu.

            Mekanisme Cara Kerja


Oksitosin diabsorsi denagn cepat melalui mukosa mulut sehingga memungknkan
oksitosin diberkan secara tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap did /
cadangan untuk penggunaan pasca persalinan, selama kehamilan kadar amino
peptidase dalam plama ( oksitosin atau vasopresinase ) meniongkat 10x dan menurun
setelah persalinan. Enzim mengaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan
peptida enzim meregulasi kosentrasi oksitosin.
 Meskipun sudah lazim di gunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric
rumah sakit, namun potensi oksitoksin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan
tekana darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan pada ibu hamil dengan
pre-eklamsia aau penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 3
tahun. Pemberian infuse oksitoksin merupakan kontraindikasi pada ibu hamil yang
menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan
melpresentasi atau solosio plasenta atau denagn resiko rupture uteri yang tinggi.
Pemberian infuse oksitoksin yang terus-menerus pada kasus dengan resistensi dan
inersia uterus merupakan kontraindikasi.
Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun oksigen.
Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan
keadaan ini mungkin terjadi karena starvasi atau pemberian oksitoksin tidak akan
adekuat sehingga pemberian oksitoksin secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif.
Situasi ini lebih cenderung di jumpai pada persalinan yang lama. lokal di uterus tetapi
sedikit pengaruhn ya terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma.

            Farmakologi
a.      Uterus
Oksitosin merangasang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek
ini tergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah,
efek oksitosin terhadap uterus juga berkurang. Progestin digunakan secara luas di
klinik untuk mengurangi aktivitas uterus pada kasus abortus habitualis meskipun
efektivitasnya tidak jelas. Pada kehamilan trimester I dan II aktivitas motorik
uterus sangat rendah, dan aktivitas ini secara spontan akan meningkat dengan
cepat pada trimester III dan mencapai puncaknya pada saat persalinan. Oksitosin
dapat memulai atau meningkatkan ritme kontraksi uterus pada setiap saat, namun
pada kehamilan muda diperlukan dosis yang tinggi. Oksitosin menyebabkan
pengelepasan prostaglandin pada beberapa spesies, tetapi tidak jelas apakah ini
merupakan efek primernya atau berhubungan dengan kontraksi uterus.
b.      Kelenjar Mama
Bagian alveolar kelenjar mama dikelilingi oleh jaringan otot polos, yaitu
mioepitel. Kontraksi mioepitel menyebabkan susu mengalir dari saluran alveolar
ke dalam sinus yanng besar, sehingga mudah dihisap bayi. Fungsi ini di namakan
ejeksi susu. Mioepitel sangat peka terhadap oksitosin. Sediaan oksitosin berguna
untuk memperlancar ejeksi susu, bila oksitosin endogen tidak mencukupi. Juga
berguna untuk mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.
c.       Sistem Kardiovaskuler
Apabila oksitosin diberikan dalam dosis besar akan terlihat relaksasi otot polos
pembuluh darah secara langsung. Terjadi penurunan tekanan sistolik dan terutama
penurunan tekanan sistolik dan terutama penurunan tekanan diastolik, warna kulit
menjadi merah, dan aliran darah ke ekstermitas bertambah. Bila dosis besar
diberikan terus menerus secara infus, maka penurunan tekanan darah akan diikuti
sedikit penggian tekanan darah tetapi menetap. Dosis oksitosin untuk indikasi
obstetrik, tidak jelas menimbulkan penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah jelas terjadi pada penderita yang mendapat dosis besar, yang diberikan
selama anestesia dalam. Otot polos yang sensitif terhadap oksitosin hanyalah
uterus, pembuluh darah dan miopitel kelenjar payudara.

Fafrmakokinetik
Oksitosin memberikan hasil baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitosin
intranasal, meskipun kurang efisien lebih disukai daripada pemberian parenteral.
Oksitosin diabsorpsi dengan cepat melalui mukosa mulut dan bukal sehingga
memungkinkan oksitosin diberikan sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau
tablet hisap dicadangkan untuk penggunaan pasca-persalinan.
Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam plasma(oksitosinase atau sistil
aminopeptidase) meningkat sepuluh kali dan menurun setelah persalinan. Enzim ini
menginaktifkan oksitosin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida. Enzim ini
diduaga meregulasi konsentrasi oksitosin lokal di uterus tetapi sedikit pengaruhnya
terhadap eliminasi kadar oksitosin dalam plasma. Di duga sumber oksitosinase ini
adalah plasenta. Waktu paruh oksitosin sangat singkat, antara 12-17 menit. Penurunan
kadar plasma sebagian besar disebabkan ekskresi oleh ginjal dan hati. Penggunaan
klinik adalah :
1.      Untuk diagnosa janin mengalami gangguan atau tidak, terjadinya sirkulasi
pada placenta.
2.      Untuk terapi; Mempercepat proses persalinan, tidak mungkinnya keluar
janin secara sempurna, meningkatkan pancaran air susu ibu, perdarahan
setelah melahirkan,dan sulitnya air susu keluar.
Mempunyai efek samping,yaitu kematian janin karena adanya hipertensi ,
sobeknya uterus karena kontraksi kuat, afibrinogeremia ( menurunnya fibrin
dalam darah). Dan mempunyai kontra indikasi,prematur dan keadaan janin
abnormal. Pada janin yang tidak normal tdk boleh diberi oxytocin.

Indikasi dan Kontraindikasi


a.       Indikasi
1.      Indikasi oksitosik.
2.      Induksi partus aterm
3.      Mengontrol perdarahan dan atuni uteri pasca persalinan
4.      Merangsang konstraksi uterus setelah operasi Caesar
5.      Uji oksitoksik
6.      Menghilangkan pembengkakan payudara.
b.      Kontra Indikasi
1.      Kontraksi uterus hipertonik
2.      Distress janin
3.      Prematurisasi dan gawat janin
4.      Letak bati tidak normal
5.      Disporposi sepalo pelvis
6.      Predisposisi lain untuk pecahnya rahim
7.      Obstruksi mekanik pada jalan lahir
8.      Peeklamsi atu pemnyakit kardiovaskuler atu pada ibu hamil yang
berusia 35 tahun
9.      Resistensi dan mersia uterus
10.  Uterus yang starvasi
11.  Cara pakai dan dosis
Penggunaan Dan Dosis
Untuk induksi persalinan intravena 1-4 m U permenit dinaikkan menjadi 5-20 m
U / menit sampai terjadi pola kontraksi secara fisiologis. Untuk perdarahan uteri pasca
partus, ditambahkan 10-40 unit pada 1 L dari 5 % dextrose, dan kecepatan infuse
dititrasi untuk mengawasi terjadinya atonia uterus. Kemungkinan lain adalah, 10 unit
dapat diberikan secara intramuskuler setelah lahirnya plasenta. Untuk menginduksi
pengaliran susu, 1satu tiupan ( puff ) disemprotkan ke dalam tiap lubang hidung ibu
dalam posisi duduk 2-3 menit sebelum menyusui.
Contoh obat
Tablet oksitosina Pitosin tablet (PD)

Efek Samping :
adapun Efeksamping dari pemakaian Oksitosin yaitu :
1.         Spasme uterus ( pada dosis rendah )
2.         Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak
/uterus )Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar)
3.         Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli
amnion.
4.         Kontraksipembuluh darah tali pusat
5.          Kerja antidiuretik
6.         Reaksi hipersensitifitas
7.         Reaksi anafilaktik
8.         Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan lunak /
rupture uterus
9.         Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
10.     Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
11.     Kontraksi pembuluh darah tali pusat
12.      Aritmia jantung
13.     Hematoma panggul

3.     Misoprostol / Prostagladin
Prostaglandin pertama kali diketemukan dari cairan semen manusia pada sekitar
tahun 1930 oleh Ulf von Euler dari Swedia. Oleh karena diduga berasal dari kelenjar
prostat, sang penemu memberinya nama prostaglandin. Prostaglandin, seperti hormon,
berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi hanya bekerja di dalam sel tempat mereka
tersintesis. Rumus bangun prostaglandin adalah asam alkanoat tak jenuh yang terdiri
dari 20 atom karbon yang membentuk 5 cincin. Prostaglandin tersintesis dari asam
lemak dan asam arakidonat. Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1
dan MMP-3.
Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis prostaglandin (PG) dan tempat kerjanya
berbeda- beda, serta saling mengadakan interaksi dengan autakoid lain,
neurotransmitor, hormon serta obat- obatan. Prostaglandin ditemukan pada ovarium,
miometrim dan cairan menstrual dengan konsentrasi berbeda selama siklus haid.
Sesudah senggama ditemukan PG yang berasal dari semer; dalam sistem produksi
wanita. PG (prostaglandin) ini diserap dari vagina dan cukup untuk menghasilkan
kadar dalam darah, yang menimbulkan efek fisiologis. Walaupun PG (prostaglandin)
ini sudah dipastikan sebagai oksitosik, namun status peranan fisiologiknya pada saat
menstruasi dan kehamilan masih diperdebatkan.
Dalam hal ini haruslah dibedakan antara efek fisiologik dan efek farmakologik;
dosis farmakologik relatif tinggi dan lebih nyata. Pada manusia PG berperan penting
dalam peristiwa persalinan. Berlainan dengan oksitosin, PG dapat merangsang
terjadinya persalinan, pada setiap usia kehamilan. Pada saat persalinan spontan,
konsentrasi PG dalam darah perifer dan cairan amnion meningkat.
     
Framakologi
Prostaglandin dapat dianggap sebagai hormon lokal, karena kerjanya terbatas
pada organ penghasil dan segera diinaktifkan di tempat yang sama. Prostaglandin
yang terdapat pada uterus, cairan menstrual dan cairan amnion ialah PGE dan PGF. Di
bidang keperawatan penggunaan PG terbatas pada PGE2 dan PGF2α . Semua PGF
merangsang kontraksi uterus baik hamil maupun tidak. Sebaliknya PGE2 merelaksasi
jaringan uterus tidak hamil in vitro, tetapi memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat
dari PGF2α . Prostaglandin memperlihatkan kisaran dosis- respons yang sempit dalam
menimbulkan kontraksi fisiologik, dan ini memudahkan terjadinya hipertoni uterus
yang membahayakan.bahaya ini dapat dicegah dengan pengamatan yang cermat dan
meningkatkan kecepatan infus secara sedikit demi sedikit.
Untuk mengakhiri kehamilan pada trimester II pemberian PGE2 DAN PGF2α ke
dalam rongga uterus dengan menggunakan kateter atau suntikan memberikan hasil
yang baik, disertai efek samping yang ringan. Sebaliknya untuk menghentikan
kehamilan muda(menstruasi yang telat beberapa minggu); diperlukan dosis yang
sangat besa, sehingga menyebabkan efek samping yang berat, dan derajat
keberhasilan yang rendah.
PGE2 dan 15- metil PGF2α meningkatkan suhu tubuh sekilas dan diduga
kerjanya melalui pusat pengatur suhu di hipotalamus. Dosis besar PGF2α
menyebabkan hipertensi melalui kontraksi pembuluh darah, sebaliknya PGE2
menimbulkan vasodilatasi. Prostaglandin terdapat merata di dalam miometrium dan
bekerja secara sinergis dengan oksitosin terhadap kontraksi uterus. Pemberian
prostaglandin lokal pada serviks, menyebabkan serviks matang tanpa mempengaruhi
motilitas uterus.

      Indikasi Dan Kontra Indikasi


a.       Indikasi
1.      Induksi partus aterm
2.      Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
3.      Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
4.      Induksi abortus terapeutik
5.      Uji oksitosin
6.      Menghilangkan pembengkakan mamae
b.      Kontra Indikasi
1.      Terdapat ruptura membran amnion
2.      Adanya riwayat sikatris
3.      Apabila telah ada perdarahan antepartum yang signifikan (perdarahan vagina
selama kehamilan) atau dimana terdapat plasenta previa dengan atau tanpa
perdarahan, prostaglandin tidak digunakan
4.      Dalam kondosi mata yang dikenal sobagai glaukoma
5.      jika ada infeksi pada jalan lahir
6.      Pada kehmilan melintang sungsang atau miring

Mekanisme Cara Kerja


Prostaglandin bekerja pada sejumlah reseptor prostaglandin yang berlainan.
Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan berbagai efek samping

      .                      Dosis Dan Cara Pakai


1.         Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
2.         Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
3.         Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
4.         Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV

                        Efek samping
1.      Hiperstimulasai uterus
2.      Pireksia
3.      Infalamasi
4.      Sensitisasi terhaap rasa nyeri
5.      Diuresis+kehilangan elektrolit
6.      Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang
terjadi )
7.      Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
8.      Sakit persisten pada punggung bwah dan perut

C.      Cara Menghindari Efek Samping Obat


Sebagai konsumen kesehatan, Anda sendirilah yang harus waspada terhadap potensi
efek samping obat. Beberapa tips berikut dapat menjadi panduan Anda :

1. Baca dosis dan aturan pakainya.


2. Lihat tanda peringatan.
3. Ketahui efek samping obat.
4. Jangan sembarangan memberikan obat bebas kepada anak.
5. Bacalah kandungan isi dan tanggal daluwarsa obat.
6. Beritahu dokter bila ada gejala komplikasi
7. Mintalah dokter mengevaluasi pengobatan jangka panjang Anda.
8. Yang paling Utama belilah obat ke Apotik yang resmi.

.
ANTI PENDARAHAN
A. Pengertian
Obat anti pendarahan ini juga disebut juga hemostatik. Hemostasis merupakan
peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah,
sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak
atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Obat hemostatik ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat hemoastatik harus
dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan.
Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu:
1. Aktivasi tromboplastin
2. Pembentukan thrombin dan protrombin
3. Pembentukan fibrin dari fibrinogen
B. Macam- macam obat anti perdarahan
1. Obat hemostatik
a. Obat hemostatik sistemik.
Dengan memberikan transfusi darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan
dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua
faktor pembekuan darah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain
transfusi ialah perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi
faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/ memberikan
faktor pembekuan yang kurang.
1) Terapi obat untuk kekurangan atau kelainan faktor pembekuan darah :
a) Preparat plasma
Preparat plasma untuk “Replacement Therapy” pada kelainan/
kekurangan faktor pembekuan darah (transfusi).
- Fresh whole blood
- Plasma segar
- Preparat protrombin kompleks factor
- II.VII, IX, V ( vit K dependent clotting factor )
- Faktor XII murni
b) Vitamin K
Alami: Vit K1 (phytonadione) dan Vit K2 (menadione), Larut dalam
lemak dan proses absorpsi butuh empedu Sintetik: Vit K3, Larut dalam air
dan proses absorpsi tanpa empedu.
c) Desmopresin
- Meningkatkan aktivitas faktor VIII pada penderita hemofili ringan
- Pemberian sebelum dan sesudah minor surgery, dapat mencegah
perdarahan yang berlebihan
- Dosis : 0,3 – 0,6 mg / kg BB IV
2) Anti fibrinolitik
Mekanisme kerja: menghambat aktivasi plasminogen sehingga
pembentukan plasmin tidak terjadi. Contoh: Asam aminokaproat dan Asam
traneksamat. Klinis digunakan untuk terapi perdarahan akut pada hemofilia
dan perdarahan lainnya.
3) Untuk gangguan adhesi trombosit
Contoh: Etamsilat Penggunaan klinis untuk perdarahan kapiler,
menorrhagia (perdarahan menstruasi yang berlebihan). Selain penjelasan di
atas, ada beberapa obat-obatan hemostatik yang perlu diketahui:
a) Aprotinin, sebagai antihemostatik diindikasikan untuk :
- Pengobatan pasien dengan resiko tinggi kehilangan banyak darah selama
bedah buka jantung dengan sirkulasi ekstrakorporal.
- Pengobatan pasien yang konservasi darah optimal selama bedah buka
jantung merupakan prioritas absolut.
b) Ethamsylate adalah senyawa yang dapat menstabilkan membran yang
menghambat enzim spesifik postglandin dalam proses sintesanya. Obat
hemostatik ini juga digunakan pada waktu operasi melahirkan sebaik
operasi lain dengan kondisi hemoragik lainnya.
c) Carbazochrome, merupakan obat hemostatik yang diindikasikan untuk
- Perdarahan karena penurunan resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilitas kapiler.
- Perdarahan dari kulit, membran mukosa dan internal.
- Perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
- Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya
resistensi kapiler.
d) Asam traneksamat, merupakan obat hemostatik yang merupakan
penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin.
Oleh karena itu dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat
fibrinolisis yang berlebihan.
Kompleks faktor IX, sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX dan X,
serta sejumlah kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan
hemofilia B, atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan
tersebut untuk mencegah perdarahan.
Vitamin K dan turunannya sebagai obat hemostatik, vitamin K
memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harus
merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah terlebih dahulu.
Faktor antihemofilik (faktor VIII) dan cryprecipitated antihemophilic
factor, kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan
pada penderita hemofilia A dan pada penderita yang darahnya mengandung
inhibitor faktor VIII.
b. Obat hemostatik lokal
Obat hemostatik yang umumnya beraksi di dinding kapiler. Dengan
meningkatkan adesivitas dari platelet dan mengubah resistensi kapiler, sehingga
mampu untuk mengurangi waktu perdarahan dan kehilangan darah. Tidak efektif
untuk pendarahan arteri maupun vena. Yang termasuk dalam golongan ini dapat
dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya.
Hemostatik serap Mekanisme kerja: Menghentikan perdarahan dengan pembentukan
suatu bekuan buatan atau memberikan jalan. serat-serat yang mempermudah bila
diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada
permukaan asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang memulai
proses pembekuan darah. Indikasi: Hemostatik golongan ini berguna untuk
mengatasi perdarahan yang berasal dari pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler
dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra
vaskularnya cukup besar. Contoh obat : Spon gelatin, oksisel (selulosa oksida) Spon
gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan
diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran yang
memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaan kain kasa.
Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa
oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat mengakibatkan
pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu
karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk
digunakan dalam jangka panjang. Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah
dibasahi dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan yang
berdarah.
1) Astringen
Mekanisme kerja : Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein
darah sehingga perdarahan dapat dihentikan, sehubungan dengan cara
penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic. Indikasi : Kelompok ini
digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif
bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local. Contoh
Obat : Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
2) Koagulan
Mekanisme kerja : Obat kelompok ini pada penggunaan lokal
menimbulkan hemostatis dengan dua cara yaitu dengan mempercepat
perubahan protrombin menjadi trombin dan secara langsung
menggumpalkan fibrinogen. Contoh Obat : Russell’s viper venom yang
sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakan umpamanya
untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan
ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada alveolus
sehabis ekstrasi gigi, zat ini
tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya
emboli.
3) Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja : Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi,
dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara pemakaian : Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan yang
berdarah.

a. Mekanisme Pembekuan Darah


a) Apabila luka berlaku, platlet akan mengeluarkan enzim trombokinase
(tromboplastin)
b) Trombokinase bertindak ke atas enzim tidak aktif protrombin untuk membentuk
enzim aktif trombin. Tindakan ini memerlukan ion kalsium. (pembentukan
protrombin memerlukan vitamin K)
c) Trombin seterusnya bertindak terhadap fibrinogen (protein, plasma yang larut)
dan menukarnya kepada fibrin (protein plasma yang larut).
d) Fibrin membentuk satu jalinan yang memerangkap eritrosit dan leukosit. Dengan
demikian, terbentuklah darah beku.
e) Rajah di bawah meringkaskan mekanisme pembekuan darah:
Tisu Platlet
terced (tromb

Enzim
tromb
okinas
e
Vitamin k

Enzim Ion kalsium


Enzim
protro trombi

Fibrino
gen
(protei Fibrin
n (protei
n

Masalah yang berkaitan denga sistem pertahanan termasuklah:

a) Leukimia : sejenis barah darah dimana leukosit berlebihan dihasilkan


b) Alergi: suatu tindak balas antigen – antibodi yang berlaku kepada individu tertentu
apabila terdedah kepada suatu bahan(contoh: bulu hewan, makanan laut, debu) yang
kepada individu lain tidak mendatangkan kesan. Antigen yang menyebabkan alergi
disebut alergen.
c) Kejutan keimunan : alergi yang disebabkan oleh suntikan vaksin.

Vitamin K1 (Fitomenadion)

Ada dua kelompok preaparat vitamin K


 Preparat yang larut dalam air (menadiol). Penggunaan preaparat ini merupakan
kontraindikasi pada neonatus, bayi dan kehamilan stadium lanjut.
 Preparat yang larut lemak (fitomenadion) yang akan dibicarakan dalam bab ini

Vitamin k dioerlukan untuk pembentukan tulang pada janin dan faktor-faktor


pembekuan darah II, VII, IX serta X, faktor-faktor anti-pembukuan protein C dan
S di adalam hati. Definisi vitamin K dapat menimbulkan perdarahan. Vitamin K
diperoleh dari makanan (sayuran hijau, minyak nabati, telur dan susu sapi) dan dari
flour usus. Vitamin ini bersifat larut dalam lemak, di simapn dalam hati dan dapat
mengalai defisisensi pada kedaann malabsorbi (mis pada pasien penyakit coeliac).
Defisiensi vitamin K berkaitan dengan :
 Neoantus yang ibunya pernah mendapatkan obat-obat antiepilepsi, anti- koagulan atau
antituberkulosis dalam periode antenatal
 Neonatal (khususnya bayi perempuan)
 Defisiensi makanan yang meliputi pemberian nutrisi parenteral yang lama
 Malabsorpsi
 Gangguan flora usus karena pemberian antibiotik
 Penyakit hepar ( yang meliputi pennyakit yang ada kaitannya dengan konsumsi
alkohol) dan oenyakit atau pembedahan pada traktus biliaris
 Terapi antikoalogan oral

Kelainan perdarahan pada bayi baru lahir


Laporan pertama tentang kelainan perdarahan pada bayi baru lahir dibuat oleh
Townsend pada tahun 1984 ketika ketika beliau membedakan penyakit
hemolfilia(Lane & Hathway, 1985). Sejak itu didapatkan bahwa kelaina tersebut
biasanya dimulai pada bayi yang baru berusia dua atau tiga hari, perdarahanya
sering berasal dari traktus gastrointestinal, dan biasanya perdarahan berhenti
sendiri. Insidensi yang dilaporkan di Inggris (UK) bervariasi secara luas 1:20.000
pada sebagian kawasan 1:1200 pada bagian lainya sehingga prevalensi seluryhnya
adalah 1:10.000 (McNinch et al, 1985;McNinch & Tripp, 1991). Sampai saat ini
telah dilakukan riset yang bertujuan unutuk menemukan kesembuhan pada kelainan
tersebut dan bukan mencari penyebabnya jadi dalam banyak hadarahann pada nyeri
, etiologi kelainana pe perdarahannpada bayi baru lahir ini tidak diketahui.
 Awitan dini pada saat lahir atau dalam waktu 24 jam yang menganai neonatus yang
ibunya pernah mendapatkan obat-obat yang mempengaruhi metabolisme vitamin K,
misalnya : warfarin, feritoin, barbiturat, rafampisin, isoniazid.

Cedera vaskuler memaparkan subendotelium

Adhesi trombosit yang dipromosi oleh faktor von willebrand

Aktivasi trombosit

Agregasi trombosit rangkaian koagulasi instrinsik

XII XII a

Bekuan darah

XI Xia
IX IX a

VIII VIIa

X Xa

Protrombin trombin

Fibrinogen fibrin

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi pembekuan darah


1. Faktor I atau fibrinogen

2. Faktor II atau prothombin

3. Faktor III atau thromboplastin jaringan

4. Faktor IV atau kalsium (CA)

5. Faktor v atau proaccelerin

6. Faktor VII atau procovertin

7. Faktor VIII atau globulin antihemofilia (AHG)

8. Faktor IX atau faktor christmas, komponen thromboplastin plasma (PTC)

9. Faktor X atau faktor start power

10. Faktor XI atau atsenden thromboplastin plsama (PTA)


11. Faktor XII atau faktor hagemen

12. Faktor XIII atau faktor stabilisasi-fibrin

13. Protein c dan s

14. Plaminogen

Darah membeku melalui transformasi fibrinogen yang larut menjadi fibrin


yang tidak dapat larut. Beberapa proten-protein yang bersirkulasi berinteraksi
dalam rangkaian alir reaksi-reaksi proteolotik terbatas. Pada setiap langkah, suatu
faktor pembekuan zimogen (zymogen : misalnya faktor VIII ) mengalami
proteolisis terbatas dan menjadi suatu protease aktif (misalnya, faktor VIIIa).
Protease ini mengaktifkan faktor pembekuan selanjutnya (faktor IX) hingga pada
akhirnya terbentuk suatu bekuan (clot) fibrin yang solid. Fibrinogen (faktorI), suatu
prekursor fibrin yang larut, merupakan substrat untuk trombin enzim (faktor IIa).
Protase ini dibentuk selama pembekuan oleh pengaktifan zimogennya, phospolipid
(PL) platelet, dimana faktor X yang diaktifkan (Xa), dengan kehadiran faktor Va,
mengubahnya menjadi trombin yang bersirkulasi. Beberapa faktor pembekuan
menjadi target untuk terapi obat.

Detail-detail proses pembekuan darah masih belum diketahui sepenuhnya. Dalam


suau teori pembekuan darah, sistem tersebut diaktifkan oleh suatu kompleks faktor
jaringan (tissue factor, TF) dan faktor VII. Kompleks ini dihambat dan diatur oleh
penghambat jalur faktor jaringan (tissue factor pathway inhibitor, TFPI). Obat-obat
anti koagulan oral menghambat sintesis hepatis beberapa faktor pembekuan.
Heparin menghambat aktifitas beberapa faktor-faktor pembekuan yang telah
diaktifkan ini. Antikoagulan- antikoagulan endogen protein C dan protein S
mengurangi (down - regulate) penguatan bekuan darah oleh proteolisis dari faktor-
faktor Va dan VIIIa, dan antithrombin III menonaktifkan protase-protase serine Iia,
Ixa, Xa, XIa,XIIa.
Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :
c. Indikasi dan kontraindikasi obat anti perdarahan
1) kompleks Faktor X
Indikasi: Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein
plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau bila
diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk
mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnya
hepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia. Efek
samping trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas  berat (shok anafilaksis).
2) Vitamin K
Indikasi : Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi
vitamin K. Perhatian :Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K,
berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan
tertentu. Pada bayi baru lahir hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena
belum adanya bakteri yg mensintesis vit. K. Kontraindikasi : Kegagalan hepar
parah, Sebab biasanya menyebabkan kehilangan sintesis protein dan diatesis
hemorlogika yang tidak terespson Vit. K.
Kelainan perdarahan pada bayi baru lahir

Laporan pertama tentang kelainan perdarahan pada bayi baru lahir di buat oleh
Townsend pada tahun 1984 ketika beliau membedakannya dengan penyakit
hemofilia. Sejak itu didapatkan bahwa kelainan tersebut biasany dimulai pada bayi
yang berusia 2 atau 3 hari, perdarahannya sering berasal dari traktus
gastrointestinal dan biasanya perdarahan berhenti sendiri. Sampai saat ini telah
dilakukan riset yang bertujuan untuk menemukan kesembuhan pada kelainan
tersebut dan bukan mencari penyebabnya. Jadi dalam banyak hal, etiologi kelainan
perdarahan pada bayi baru lahir ini tidak diketahui.

Kesimpulan:

Neonatus dilahirkan dengan konsentrasi vitamin K yang relatif rendah. Dengan


pemberian ASI, konsentrasi ini mengalami kenaikan yang perlahan – lahan untuk
mencapai nilai dewasa pada saat bayi berusia 1 tahun, dengan demikian sejumlah
kecil bayi akan menghadapi resiko terjadinya kelainan perdarahan pada BBL
(HDN, haemorrhagic disease of the newborn).
3) Asam aminokaproat
Indikasi: Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan
thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi perdarahan
fibrinolisis berlebihan. Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria
yang berasal dari kandung kemih.
Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma didalam mulut. Asam
aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek
trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
4) Asam traneksamat
Indikasi :
- Hipermenorrhea
- Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR
- Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi 
Perhatian
Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit)
5) Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)
Indikasi
- Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya
permeabilizas kapiler
- Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan resistensi kapiler
- Pendarahan otak
2. 5 Efek samping dan cara mengatasinya
a. Efek samping prostaglandin:
- Hiperstimulasai uterus
- Pireksia
- Infalamasi
- Sensitisasi terhaap rasa nyeri
- Diuresis + kehilangan elektrolit.
- Efek pada sistem syaraf pusat( tremor merupakan efek samping yang jarang terjadi)
- Pelepasan hormon hipofise renin steroid adrenal
- Sakit persisten pada punggung bwah dan perut
b. Efek samping oksitosin:
- Spasme uterus ( pada dosis rendah )
- Hiper stimulasi uterus 9 membahayan janin : kerusakan jaringan lunak /uterus Keracunan
cairan dan hiporatremia ( pada dosis
besar)
d) Mual,muntah, aritmia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia plasenta, emboli
amnion.
e) Kontraksi pembuluh darah tali pusat
f) Kerja antidiuretik
g) Reaksi hipersensitifitas
h) Reaksi anafilaktik
i) Hiper stimulasi uterus yang membahayakan janin : kerusakan jaringan
lunak / rupture uterus
j) Keracunan cairan dan hiporatremia ( pada dosis besar )
k) Mual, muntah,ruam kulit, aplasia plasenta, emboli amnion.
l) Kontraksi pembuluh darah tali pusat
m) Aritmia jantung
n) Hematoma panggul
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Analgesik Uterotonika Adalah Zat Yanag Digunakan Untuk meningkatkan
kontraksi uterus.Uterotonik banyak digunakan untuk induksi, penguatan persalinan,
pencegahan serta penanganan perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat
abortus inkompletikus dan penanganan aktif pada Kala III persalinan. Obat uterotonika  
menyebabkan kontraksi rahim dan pembuluh-pembuluh darahnya.
Uterotonika (Oxytocic) merupakan obat yang penting tetapi berbahaya. Jikalau
dipergunakan secara salah, obat ini dapat menimbulkan kematian ibu atau bayinya di
dalam kandungan. Jikalau dipergunakan secara benar, kadangkala obat ini dapat
menyelamatkan kehidupan. Berikut manfaat dari Uterotonika:
1.  Untuk mengatasi pendarahan saat melahirkan
2.  Membantu mencegah pendarahan hebat saat melahirkan
3.  Untuk mengatasi pendarahan pada keguguran

Obat anti pendarahan ini juga disebut juga hemostatik. Hemostasis merupakan
peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah,
sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak
atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan
pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Obat hemostatik ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan yang meliputi daerah yang luas. Pemilihan obat hemoastatik harus
dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Sutistia G.Ganiswara .2007. Farmakologi Dan Terapi edisi V. Jakarta, Gaya Baru
Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VIII Bagian ke II. Jakarta :
Salemba Medika.
Oktadiana, Isma. 2013. [Internet]. “ Makalah  OBAT uteratonika“ . Diakses Pada : 28
September 2014. Sumber : <http://ismaoktadiana.blogspot.com/2013/12/makalah-
uteratonika-dan_9402.html >
Manurung, Maertin. 20101. [Internet]. “ Farmakologi Uteratonika“ Diakses Pada : 28
September 2014. Sumber : <Uteratonikamartin.blogspot.com/2011/01/uuteratonika.html >
BlogKesehtanPutri. 2014. [Internet]. “ Makalah Analgetik Dan Antipiretik “ . Diakses Pada :
28 September 2014. Sumber : <http://sofaners.wordpress.com/2013/03/18/makalah-
uteratonika.html>
Prof.Dr.Anas Subarnas, Apt, Msc.Dkk. 2007. “ Pedoman Informasi Obat Bagi Pengelola
Obat Di Puskesmas “. Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai