Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan tekanan darah diatas batas normal yaitu 140/90mmHg.Hipertensi


termasuk dalam masalah global yang melanda dunia.Menurut data WHO (World Health
Organization) hipertensi kehamilan adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian diseluruh
dunia baik bagi ibu maupun janin. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam
penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadinya pendarahan (25%)
biasanya pendarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%),
aborsi (13%) dankarena sebab lainnya (7%) (WHO, 2015).

Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita
yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan
dilahirkan, Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Hipertensi dalam
kehamilan, kejadian ini persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia yang menyatakan
bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu hamil (Kemenkes, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh berada di atas negara
ASEAN lainnya.jika dibandingkan AKI Singapura yaitu 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI
Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara
Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran
hidup, Brunei 33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang ditentukan dalam
tujuan pembagunan Millennium Development Goals(MDG’S) yaitu meningkatkan kesehatan ibu
dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah
kematian ibu (Depkes RI, 2007).

Hipertensi berada pada persentase kedua penyebab kematian ibu yaitu (24%), kejang bisa
terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan.
Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan dan akan kembali normal bila kehamilan sudah
berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi
lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum masa kehamilan (SDKI, 2007).

Hasil dari SDKI tahun 2012, menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007- 2012 kasus
kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau
meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per
100.000 penduduk. Angka kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan,
infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Pada tahun 2010, angka kematian ibu di Indonesia
tertinggi disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan sebanyak 32%, 31% dikarenakan
komplikasi purperium, 20% karena perdarahan. Data situasi kesehatan ibu menggambarkan angka
kematian ibu karena hipertensi dalam 3 kehamilan pada tahun 2010 sebesar 21,5% dan pada
tahun 2013 menjadi 27,1% menunjukan terjadi peningkatan sebesar 5,6% (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan prevalensi hipertensi menurut Riskesdas 2007 dan 2013 hipertensi
berdasarkan jenis kelamin, prevalensi hipertensi pada tahun 2007 perempuan lebih tinggi yaitu
31.9% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 31.3% dan pada tahun 2013 laki laki yaitu 22,8% dan
28,8%, meskipun kejadian hipertensi mengalami penurunan namun hipertensi pada perempuan
masih tetap lebih tinggi.

Sedangkan berdasarkan profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 prevalensi
hipertensi pada perempuan 47,73% lebih besar dibandingkan dengan laki-laki 38,51%. Hipertensi
lebih sering menyerang perempuan dikarenakan berbagai macam faktor pendukung, terutama
pada perempuan yang mengalami kehamilan karena masa kehamilan yang rentan dimana selama
kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian hipertensi pada
kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin di samping infeksi dan perdarahan (Anna, 2012).

Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas AERE 2020 Kondisi AKI di kabupaten kolaka
timur semakin hari semakin meningkat dimana sejak tahun 2016 sebanyak 37,5%, dan pada tahun
2017 mengalami penurunan menjadi 17,5% tahun 2018 dan 2019 menjadi 47.5% dan 2020
meningkat menjadi 58,2%, AKI di Kabupaten Kolaka timur bahkan dapat diprediksi masih
banyak kasus yang belum terlaporkan melihat masih tingginya cakupan persalinan oleh dukun
dan kemitraan antara dukun dan bidan belum berjalan secara optimal.

Data dari dinas kesehatan Kabupaten Kolaka timur pada tahun 2020 ditemukan 7.335 ibu
hamil dengan usia 15-39 tahun dan diperoleh angka kejadian hipertensi pada ibu hamil sebanyak
1.467 kasus. Berdasarkan data KIA di puskesmas AERE Kabupaten kolaka timur pada bulan juli
2019 terdapat 18 orang ibu hamil yang disebabkan karena hipertensi (preeklampsia-eklampsia)
sedangkan pada bulan Agustus 2019 terdapat 48 orang ibu hamil yang disebabkan karena
hipertensi (Preeklampsia-Eklampsia). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan risiko tinggi
yang disebabkan oleh hipertensi (Preeklampsia Eklampsia) semakin hari semakin bertambah,
tingginya kejadian hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan
dan kematian janin.

Tingginya kejadian hipertensi dalam kehamilan ini disebabkan oleh banyak


faktor.Adapun menurut hasil penelitian Saraswati (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara umur dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil.35 tahun mempunyai
risiko 15,731 mengalami kejadian hipertensi dibandingkan dengan responden yang berumur 20 –
35 tahun.

Berdasarkan penelitian Fahira (2017) bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor risiko
kejadian preeklampsia dengan kata lain riwayat hipertesnsi berisiko 1,591 kali lebih besar untuk
mengalami preeklampsia dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Menurut hasil
penelitian Lina (2013) 2 responden dari kelompok hipertensi yang menyatakan tinggal serumah
dengan > 1 perokok aktif sedangkan pada kelompok tidak hipertensi hanya 1 responden.berarti
perokok pasif yang tinggal serumah dengan > 1 orang perokok aktif berisiko 1,85 kali daripada
serumah dengan 1 perokok aktif untuk terjadi hipertensi.
Menurut hasil penelitian Sri (2016) proporsi ibu bersalin dengan hipertensiyang paling
banyak adalah pada kelompok ibu yang pernah melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. Menurut
hasil penelitian Ridha (2013) menunjukkan adanya hubungan dengan hipertensi antara tingkat
stres yang dialami oleh ibu hamil yaitu sebesar 47,6%. Berdasarkan beberapa hal tersebut, penulis
tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu apakah ada hubungan faktor terjadinya hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas kabupaten kolaka timur berdasarkan umur ibu, riwayat hipertensi, paparan asap rokok,
paritas, dan stress kehamilan.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
AERE Kabupaten kolaka timur berdasarkan umur ibu, riwayat hipertensi, paparan asap
rokok, paritas, dan stress kehamilan.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

b. Mengetahui hubungan antara riwayat hipertensi Ibu dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

c. Mengetahui hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi pada ibu
hamil di wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

d. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

e. Mengetahui hubungan antara stres kehamilan dengan kejadian hipertensi ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten Kolaka Timur

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan pemberdayaan
kepada perempuan terutama ibu hamil untuk menghindari hipertensi.

2. Manfaat Teknis
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan perbendaharaan pengetahuan mengenai faktor
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil yang dapat dijadikan acuan bagi
peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dan menambah ilmu
pengetahuan terkait faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dan
sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dengan metode lain untuk
pengembangan penelitian berikutnya dengan menambah variabel atau mengganti variabel bebas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum Tentang Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang
berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi
medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan menderita
tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
diastolik >90 mmHg (Yeyeh, 2010). Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen.Pada
sebagian besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi dengan patofisiologi yang tidak
diketahui (hipertensi esensial atau primer).Walaupun bentuk dari hipertensi ini tidak bisa
disembuhkan, tetapi dapat dikontrol.Sejumlah kecil presentasi pasien memiliki penyebab
hipertensi yang spesifik (hipertensi sekunder).Terdapat banyak penyebab sekunder yang
potensial, baik karena kondisi medis atau diinduksi secara endogen.Jika penyebab terjadinya
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien dapat disembuhkan (Uli, 2013).

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The Silent Disease atau penyakit tersembunyi.
Orang yang tidak sadar telah mengidap penyakit hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status
sosial ekonomi.Hipertensi merupakan suatu keadaan yang tidak memiliki gejala nampak, dimana
tekanan darah yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung, serangan
jantung, kerusakan ginjal (Lilies, 2015).

2. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala : meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi. Jika hipertensi
berat atau menahun dan tidak diobati, akan timbul gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal (LIPI, 2009)

3. Faktor penyebab Hipertensi

Menurut WHO dalam Susan (2004) hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua
golongan yaitu :

a. Hipertensi Essensial
Hipertensi esensial (primer) adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan
oleh ketidakteraturan mekanisme kontrolhomeostik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas.
Prevalensi mencapai lebih dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di masyarakat.

b. Hipertensi Nonessensial

Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang disebabkan oleh kelainan organ
tubuh yang telah terbukti kaitannya terhadap timbulnya hipertensi, seperti kelainan ginjal, dan
penyakit pembuluh darah, yang memerlukan sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis
penyebabnya.Prevalensinya <10% dari seluruh penderita hipertensi di masyarakat.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita hipertensi yaitu ada faktor risiko
yang dapat dihindari atau diubah dan ada yang tidak dapat diubah (Moerdowo, 1984 dalam Ferry,
2013) :

1. Faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah

a. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas adalah massa tubuh yang meningkat disebabkan jaringan lemak yang
jumlahnya berlebihan. Pada orang-orang yang gemuk seringkali terdapat hipertensi,
walaupun sebabsebabnya yang belum jelas.Oleh sebab itu sebaiknya orang yang
terlampau gemuk untuk lebih menurunkan berat badannya.

Orang yang kegemukan biasanya lebih cepat lelah, nafas sesak, jantung berdebar-
debar walaupun aktifitas yang dilaksanakan olehnya tidak seberapa. Karena senantiasa
memikul beban tubuh yang berat maka jantung harus bekerja lebih berat dan harus
bernafas lebih cepat supayah kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen dapat dipenuhi.
Oleh sebab itu lama-kelamaan akan mengakibatkan hipertensi.

b.Konsumsi Garam yang Tinggi

Penderita tekanan darah tinggi sering diwajibkan untuk mengurangi konsumsi


garam.Hal yang terpenting adalah membatasi pengguna garam dalam upaya mencegah
berkembangnya hipertensi. Anjuran Kementrian kesehatanpada masyarakat umum yang
sehat adalah 5 gram atau setara satu dendok tehperhari. Harus diperhatikan bahwa bagian
garam yang menyebabkan hipertensi adalah sodium.

Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengonsumsi garam berlebih


atau makan-makanan yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena sifatnya yang meretensi air
sehingga volume darah menjadi naik dan hal tersebut secara otomatis menaikkan tekanan
darah (Uli, 2013).

c.Stres psikososial
Hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui aktifitas saraf
simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
menjadi berkepanjangan, akibat tekanan darah akan menetap tinggi. Stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis
(Ferry, 2013).

2. Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau diubah

a. Umur
Tidak dapat dihindari bahwa pada kebanyakan orang bertambahnya umur
dibayangi dengan naiknya ukuran tekanan darah. Namun tidak semua orang tua
mempunyai tekanan darah yang tinggi asalkan saja orang senantiasa mengatur hidupnya
menurut cara yang sesuai dengan usaha pencegahan hipertensi,

b.Jenis kelamin

Pria umumnya lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan dengan wanita, hal
ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak memiliki faktor pendorong seperti stres,
kelelahan dan makan yang tidak terkontrol.

4. Pencegahan Hipertensi

Tindakan pencegahan biasanya relatif. Adapun pencegahan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi kejadian hipertensi yaitu (Susan, 2004) :

a. Pencegahan primordial

Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi, dimana


belum tampak adanya faktor yang menjadi risikohipertensi. Sebagai contoh adalah dengan
adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat peringatan rokok akan
bahayanya terhadap kesehatan. Selain itu juga dengan melakukan senam kesegaran jasmani
untuk menghindari faktor-faktor hipertensi.

b. Pencegahan primer

Yaitu upaya pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana dengan


melakukan pendekatan komuniti berupa penyuluhan faktor risiko hipertensi seperti rokok,
alkohol, kurang olahraga dan sebagainya. Penyuluhan dapat dilaksanakan di sekolah atau
kelompokusia muda.

c. Pencegahan sekunder

Yaitu upaya mencegah hipertensi yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau mejadi
lebih berat.Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor risiko hipertensi yang
dapat diubah.Selain itu dibutuhkan juga kepatuhan berobat bagi seseorang yang sudah pernah
menderita hipertensi.

d. Pencegahan Tersier

Yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang berlebih atau bahkan


kematian.Sebagai contohnya adalah dengan melakukan rehabilitasi.Dalam hal ini bukanlah
rehabilitasi fisik yang dimaksud melainkan rehabilitasi mental dan sosial yang membuat
penderita tidak merasa berkecil hati atas penyakitnya.

5. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi


Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, mencapai target tekanan darah untuk individu
berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta
penyakit penyerta lainnya (Kartikasari, 2012).
a. Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam keberhasilan


penangananhipertensi merupakan pendamping dari terapi farmakologis dengan memodifikasi
gaya hidup. Terapi jenis ini harus dilakukan oleh semua penderita hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risikonya. Modifikasi gaya
hidup yang dianjurkan antara lain:

1) Menurunkan Berat Badan Berlebih dan Pengaturan Diet

Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko hipertensi,diabetes, dan penyakit


kardiovaskular. Penerapan pola makan yang seimbang dapat mengurangi tekanan
darah.Setiap penurunan 5 kg berat badan pada yang obesitas dapat menurunkan tekanan
darah secara signifikan penurunan tekanan darah Setiap penurunan 1 kg berat badan
dapat menurunkan tekanan darah 2/1 mmHg .Tujuan utama dari pengaturan diet pada
hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat, menu makanan harus seimbangdan
memenuhi kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan tekanan darah (Uli, 2013).

2) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga


Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan
bersepeda secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, karena latihan aerobik
dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan
hipertensi.Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per minggu
selama minimal 12 minggu.Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung
lebih kuat.(Dea, 2016)
3) Berhenti Merokok

Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan tekanan darah yang
disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok.Tidak merokok mengurangi
keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat menurunkan tekanan darah
secara perlahan (Simarmaata, 2012).

4) Istirahat yang Cukup


Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.Meluangkan waktu tidak
berarti meminta istirahat lebih banyak dibandingkan bekerja secara
produktif.Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin.Istirahat adalah
usaha untukmengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan
hormon dan dalam tubuh (Yogiantoro, 2009).
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan antihipertensi.
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar seperti (LIPI, 2009) :
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghambat Simpatetik
Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas).
3) Betabloker
Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga penderita yang mengalami
gangguan pernapasan tidak dianjurkan.
4) Vasodilator
Obat jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah).
5) Penghambat ensim konversi angiotensin
Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat yang dapat
meningkatkan tekanan darah).

B. Tinjauan Umum Tentang Ibu Hamil

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permula persalinan.Periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) hingga dimulai persalinan sejati, yang menandai awalnya periode
antepartum.Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang masing-masing terdiri dari tiga
belas minggu atau tiga bulan menurut hitungan kelender. Pembagian waktu ini diambil dari
ketentuan yang mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari,
40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar) atau 9 bulan sejak hari pertama
haid terakhir (dengan perkiraan siklus 28 hari). Hal ini membuat kehamilan berlangsung kurang
lebih 266 hari 38 minggu (Fahira, 2017).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi pelepasan ovum, terjadi imigrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan
pertumbuhan zigot, terjadi nidasi pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm. Adapun diagnosa kehamilan (Yulaikah, 2007) :

a. Tanda Dugaan hamil Tanda ini meliputi tidak datang bulan (Amenorea).Konsepsi dan
nidasi menimbulkan pengeluaran hormon, tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan
folikel sehingga terjadi keadaan “Tidak datang bulan”. Buah dada sakit, buah dada
dipersiapkan sejak semula, dengan terjadiperubahan peredaran darah, menahan air dan
garam, sehingga ujung saraf tertekan yang menimbulkan rasa penuh dan sakit, terutama
kehamilan pertama.

b. Perasaan mengidam (ingin makanan khusus) yang dapat berupa mual muntah terutama
pagi hari (Morning Sickness), kurang suka makanan, tidak tahan bau-bauan, terdapat
pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), kepala sakit dan pusing, ingin makanan
tertentu.

c. Gangguan pencernaan dan perkemihan, sering sulit buang air besar karena kurang
makan serat dan pengaruh hormonal, sering kencing berlebihan karena kandung kemih
tertekan rahim. Pigmentasi kulit, karena pengaruh hormon tertentu terdapat pigmentasi
kulit wajah, sekitar buah dada dan dinding perut.

2. Proses Kehamilan

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, adapun proses terjadinya
kehamilan yaitu (Saifuddin,2006) :

a. Ovum dan Sperma

1) Ovum adalah sel telur yang matang yang dilepaskan oleh ovarium pada saat ovulasi.
Ovum dikeliling oleh zona pellusida dimana dibagian luar dari zona pellusida ditemukan
sel-sel Korona radiatedan didalamnya terdapat ruang perivitellina, tempat bendabenda
kutub (Winkjosastro, 2008).

2) Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti (nukleus) leher yangmenghubungkan kepala dengan bagian tengah
dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak cepat. Panjang ekor
kirakira sepuluh kali bagian kepala.

b. Fertilisasi (Pembuahan)
Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani dan sel telur dari tuba
fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba, pada hari ke 11 – 14 dalam siklus menstruasi.
Wanita mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga siap untuk dibuahi.
Hanya satu sperma yang mengalami proses kapitasi yang dapatmelintasi zona pellusida
dan masuk ke vitelus ovum.Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah
pembelahanzigot selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi inidigerakkan
ke arah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut (silia)serta kontraksi tuba.Hasil
konsepsi tuba dalam kavum uteri padatingkat blastula.

c.Implantasi

Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba di rahim dalam
keadaan siap untuk implantasi.Progesterone merangsang pembuluhpembuluh darah pada
endometrium agar tumbuh dan siap menerima blastosit.Kira-kira 9 hari setelah
pembuahan, blastosit yang kini terdiri dari beratus-ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke
dinding rahim dengan penjuluran serupa spons dari sel-sel trofoblast. Sel-sel tersebut
tumbuh menjadi vilus korionik yang akan berkembang menjadi plasenta. Mereka
akanmelepaskan enzim-enzim yang menembus lapisan rahim dan menyebabkan jaringan
terurai. (Winkjosastro, 2008).

3.Tahap – Tahap Kehamilan

Selain dari diagnosa dan proses kehamilan ada juga tahap-tahap kehamilan yaitu
(Manuaba, 2008) :

a.Trimester pertama

Trimester pertama pada umur kehamilan 0-12 minggu.Dianggap sebagai periode


penyesuaian.Penyesuaian yang dilakukan oleh wanita adalah kenyataan bahwa dia sedang
mengandung.Penerimaan kenyataan ini sangat penting bagi dirinya danperan psikologi yang
paling penting pada trimester pertama kehamilan.

b. Trimester kedua

Trimester kedua pada umur kehamilan 13-28 minggu.Periode kesehatan yang baik, yakni
periode ketika wanita merasa nayaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal
dialami selama hamil.

c.Trimester ketiga

Trimester ketiga umur kehamilan 29-40 minggu.Periode penantian dengan penuh


kewaspadaan.Dimana saat wanita menyadari kehadiran bayinya.

4. Risiko tinggi pada kehamilan

Adapun risiko tinggi dari kehamilan (Indiriani, 2012) :

a. Risiko pada ibu


1) Mengalami pendarahan

Pendarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi selain itupendarahan disebabkan oleh selaput ketuban
stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah
yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

2) Kemungkinan Keguguran/Abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini
dapat disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti halnya pada wanita yang hamil di usia
muda dimana organ reproduksinya dalam hal ini uterus belum bisa berfungsi dengan baik
dalam kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya keguguran cukup besar.

3) Kematian Ibu

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
juga infeksi.Selain itu angka kematian ibu dapat terjadi karena kejadian gugurnya
kandungan jugacukup tinggi yang kebanyakan dikarenakan banyaknya faktor risiko yang
mempengaruhi kehamilan ditambah lagi penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga
non profesional (dukun).

b. Risiko bagi Bayi

1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).Hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin, zat yang diperlukan kurang.

2) Berat badan lahir rendah (BBLR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.Hal ini
dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saathamil kurang dari 20 tahun dapat
juga dipengaruhi penyakitmenahun yang diderita oleh ibu hamil.

3) Cacat Bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat


pertumbuhan.Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kelainan genetik dan
kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

4)Kematian Bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia menambah
peningkatan jumlah kematian bayi (Manuaba,2008).
C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi Ibu hamil

1. Pengertian Hipertensi Kehamilan

Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan,
hipertensi kehamilan biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu. Peningkatan
tekanan darah dari arteri yang bersifatsistematik atau berlangsung terus – menerus untuk jangka
waktu lama adalah hipertensi. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang
cukup lama (Yeyeh, 2010). Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu
akan menyebabkan tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi. Untuk menentukan
terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali pengukuran tekanan darah pada
waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali pengukuran selama interval 2-8 pekan angka tekanan
darah tetap tinggi, maka patut dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat menjadi
cara sederhana untuk membantu menentukan hipertensi pada diri seseorang (Lingga, 2012).

2. Gangguan Hipertensi Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008), gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah:

a.Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi kronik dapat terjadi karena adanya
penyakit ginjal, vascular kolagen, endokrin, dan pembuluh darah. Hipertensi kronik dapat terjadi
pada ibu hamil relatif diatas 30 tahun, multipara, pengguna obat hipertensi sebelum kehamilan
dan tekanan darah tinggi(Manuaba, 2008).

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Preklamsia merupakan penyulit kehamilan, dengan tanda-tanda darah
≥140/90mmHg, berat badan naik, sesak nafas, nyeri epigastrum, protein urine dan endema.
Protein dalam urin normal tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam. Adapun faktor risiko
preeklamsia (Wahyuny, 2012).

1).Faktor genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara perempuan
dari seorang ibu hamil maka ia akan berisiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami
preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau ipar
perempuannya. Sehingga preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu yang penderita preeklamsia.

2).Faktor graviditas

Marshall(1995) mengemukakan bahwa preklamsia biasanya terjadi pada


kehamilan pertama. Pada umumnya preklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada
kehamilan pertama, bila khamilan sebelumnya normal maka kejadian preeclampsia akan
menurun bahkan abortuspada kehamilan sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap
kejadian tersebut. Hal ini disebabkan pada primigravida pembentukan antibody
penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preklampsia
(Nanien, 2012)

3).Faktor Bayi

Kejadian preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar


dibandingkan dengan kehamilan tunggal.Penderita preeklampsia berat yang tidak
mendapat penanganan yang memadai atau terlambat mendapat pertolongan bisa
mendapat serangan kejangkejang yang disebut Eklampsia. Eklampsia sering terjadi pada
kehamilan nullipara, kehamilan kembar, kehamilan mola dan hipertensi dengan penyakit
ginjal (Roeshadi, 2007)

4).penyakit Peningkatan

risiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada ibu yang memiliki riwayat


hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia sebelumnya.

5).Faktor Lingkungan

Faktor pendidikan dan pekerjaan ibu hamil juga mempengaruhi terjadinya


preeklampsia.Klonoff (1989) mengemukakan bahwa wanita yang bekerja di luar rumah
memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan
dengan ibu rumah tangga (Nanien, 2011).

c. Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia pada eklamsia, endema terjadi penumpukan
cairan tubuh yang tampak ataupun tidak tampak. Endema berlanjut pada otak dan pendarahan
otak (nyeri kepala, muntah), pendarahan hati hingga berujung kejang (gagal jantung, pendarahan
otak) dan bahkan koma (Prawirahardjo, 2008).

d. Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan berusia ≤20 minggu dan berkelanjutan sampai 6
minggu pasca puus dengan tanda preeklamsia (dengan tanda-tanda tekanan darah ≥140/90
mmHg, berat badan naik, sesak nafas (Radjamuda, 2014).

e.Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalin.

Batasan mengenai tekanan darah tersebut ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC
VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of Hight Blood Pressure).Ketetapan ini juga telah disepakati WHO, organisasi
hipertensi internasional.maupun organisasi hipertensi regional, termasuk yang ada di Indonesia.
Dari batasan tersebut terlihat bahwa mereka yang mempunyai tekanan darah normal yaitu bila
tekanan darahnya lebih rendah dari 120/80 mmHg.Di atas dari batasan tersebut sudah termasuk
dalam kategori prehipertensi dan atau hipertensi (Susilo, 2011).

Hipertensi pada ibu hamil terjadi karena disebabkan oleh banyak hal, ibu hamil yang
terpapar asap rokok lingkungan secara umum menghadapi senyawa yang sama seperti yang
dihirup langsung oleh perokok aktif, walaupun dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda.
Dengan demikian dampak asap tokok tidak hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri, melainkan
juga orang yang berada disekitarnya. Dan jika ibu hamil merupakan seorang perokok pasif, hal ini
dapat meningkatkan terjadinya berbagai risiko semasa kehamilan seperti terjadinya abortus,
kelahiran prematur, kecacatan pada janin dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo, 2009).

Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir
semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang, komplikasi utama yang menyumbang
80% dari seluruh kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, preekampsia,
eklampsia, dan aborsi.4 Di negara berkembang, seorang wanita tujuh kali lebih mungkin untuk
mengalami preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju.5 Preeklampsia di negara
berkembang didiagnosis (3 – 5%) dan di dunia di diagnosis (7.5%) (Giovanna, 2017).

3. Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan riwayat keluarga hipertensi
berisiko mengalami hipertensi. Selain itu kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar
kolesterol tinggi terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Hipertensi
dipengaruhi oleh gangguanemosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebih, rangsangan kopi
berlebih, tembakau dan obat-obatan yan merangsang, dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh
faktor keturunan. Oleh karena itu hipertensi memiliki kecenderungan genetic yang kuat dan dapat
dipaparkan faktor-faktor kontribusi misalnya sebagai berikut (Potter, 2006) :

a.Obesitas

Dalam penelitian Narkiewicz (2005) berat badan yang berlebih akan menyebabkan
ketidakseimbangan metabolism dimana hal tersebut dapat menimbulkan Chronic kidney
diseases (CKD) yang berakibat timbulnya peningkatan darah (Debby, 2012).

b.Pola Makan

Banyak makanan yang mengandung bahan pengawet, garam, dan bumbu penyedap juga dapat
menyebabkan hipertensi.Hal ini desebabkan karena makanan tersebut banyak mengandung
natrium yang bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga beban kerja jantung
untuk memompa darah meningkat dan mengakibatkan hipertensi.Konsumsi alkohol dan kopi
berlebih juga mengakibatkan hipertensi.Efek alkohol dan kopi terhadap tekanan darah masih
begitu jelas, namun di duga ada kaitannya dengan perangsang saraf otonom simpatis dan
pengaruh hormon kortisol dimana keduanya dapat menghasilkan efek peningkatan tekanan
darah.

c.Rokok/Tembakau

Gas CO dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat
dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuatdibandingkan oksigen. Akibatnya, sel tubuh menjadi
kekurangan oksigen dan akan berusaha meningkatkan oksigen melalui kompensasi pembuluh
darah dengan jalan menciut. Bila proses tersebut berlangsung lama dan terus menerus,
akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis
(penyempitan/pengerasan pembuluh darah). Pengerasan pembuluh darah tersebut megakibatkan
tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi. Selain itu mikotin yang terkandung dalam
asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormone adrenalin yang bersifat memacu
jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007). Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan
merupakan gangguan multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam kehamilan
adalah (Katsiki, 2010).

1) Faktor maternal

a. Usia

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Komplikasi maternal
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang
kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat
lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2008).

b.Primigravida

Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama.Jika ditinjau dari
kejadian hipertensi dalam kehamilan graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai
ketiga.Primigravida adalah seorang wanita hami untuk pertama kali, wanita yang pertama
kali hamil sering mengalami stree dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi
hipertensi dalam kehamilan. Umurnya dibawah 20 tahun disebut primigravida muda.Usia
terbaik untuk seseorang wanita hamil antara 20 tahun – 35 tahun. Sedangkan wanita yang
pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. Primigravida muda
termasuk kedalam risiko tinggi dimana jiwa dan kesehatan ibu atau bayi dapat terancam.
Risiko kematian maternal primigravida muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua,
karena pada primigravida muda dianggap kekuatan fisiknya masih baik sedangkan pada
primigravida tua risiko kehamilan meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan hipertensi
(Kartikasari, 2012).

c.Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana kehidupan dan waktu dari orang yang
bersangkutan diselidiki Riwayat keluarga menempatkan daging pada tulang silsilah. (Obat)
Informasi yang berkaitan dengan gangguan yang diderita oleh kerabat langsung pasien;
sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkanriwayat hipertensi keluarga adalah
penilaian adanya riwayat keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang menderita hipertensi
atau memiliki garis keturunan secara langsung. Terdapat peranan genetik pada hipertensi
dalam kehamilan.Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan
hipertensi dalam kehamilan.Hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak
perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai komplikasi kehamilan. Kerentanan
terhadap hipertensi kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif.

d.Riwayat Hipertensi

Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi dalam keamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan
preeklampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan. Hal ini sama seperti teori yang
dikemukakan oleh Karkata (2006) bahwa wanita yang mengalami hipertensi pada kehamilan
pertama akan meningkatkan dan mendapatkan hipertensi pada kehamilan berikutnya.

e.Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, kelebihan
gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit
degenerative, seperti diabetes mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung
koroner, reumatik, dan berbagai jenis keganasan (kanker) dangangguan kesehatan lain. Hal
tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan, 2012).

f.Gangguan Ginjal

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat menyebabkan
hipertensi dalam kehamilan.Hal itu berhubungan dengan keruskan glomerus yang
menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi pembuluh darah.

Perempuan hamil dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko yang tinggi untuk
komplikasi yang berat seperti abruption plasenta, penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan
koagulasi intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.

2) Faktor Kehamilan

Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda berhubungan dengan
hipertensi dalam kehamilan.Preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering
terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian
preeklampsia. Untuk menghindari tekanan darah tinggi saat hamil dengan merubah gaya hidup
sehat, tidak terlalu banyak pikiran, diet rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan
sayur, tidakmengkonsumsi alkohol dan rokok..Yang perlu adalah penanganan cepat dan
menindak lanjuti dengan pelayanan kesehatan (Ratnawati, 2017).

D. Tinjauan Umum tentang Puskesmas

1. Definisi Puskesmas
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2011 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia yang
memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu dan bersinambungan kepada masyarakat
dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha usaha kesehatan pokok dan langsung
berada dalam pengawasan administratif maupun teknis dari Dinas Kabupaten dan bertanggung
jawab menyelenggarakan pembagungan kesehatan disuatu wilayah kerja. Jika ditinjau dari sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung
tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia (Konli, 2014).

Menurut Permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Gunarti, 2016). Puskesmas adalah pusat pelayanan kesehatan yang paling
dekat dengan masyaraka juga menjadi bagian pelaksana program jaminan kesehatan nasional
(JKN) yang harus dijamin oleh badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS). Tujuan utama dari
adanya puskesmas adalah menyediakanlayanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya
yang relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah
ke bawah. Masalah yang sering dihadapi secara umum oleh puskesmas adalah belum mampunya
puskesmas memberikan sesuatu hal yang benar-benar diharapkan pengguna jasa (Shobirin, 2016).
Secara umum, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi pelayanan
kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan
rehabilitasi (pemulihan kesehatan), namun ada beberapa pelayanan lainnya seperti pembuatan
surat keterangan berbadan sehat, pembayaran, surat rujukan serta surat lainnya, Kinerja pelayanan
menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan
pelanngan, dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan (Hendry, 2013).

2. Kategori Puskesmas

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisi
masyarakat, Menurut permenkes no 75 tahun 2014 Bab IV puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan :

a. Berdasarkan Karakteristik wilayah kerja

1) Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi


kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 atau 4 kriterian kawasan perkotaan yaitu :

a) Aktivitas lebih dari 50% penduduk pada sector non agraris, terutama industry,
perdagangan dan jasa.

b) Memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah, pasar, rumah sakit, bioskop dan hotel.

c) Lebih dari 90% rumah tangga memiliki listrik d) Terdapat akses jalan raya dan
transportasi menuju asilitas perkotaan.
2) Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kriterian kawasan pedesaan yaitu:

a) Aktivita lebih dari 50% penduduk sektor agraris

b) Memiliki fasilitas sekolah, pasar, rumah sakit, dan tidak memiliki bioskop atau hotel.

c) Rumah tanga dengan listrik kurang 90% d) Terdapat akses jalan transportasi menuju
fasilitas.

3) Kawasan Puskesmas terpencil

a) Berada diwilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana pulau kecil, gugus pulau,
atau pesisir.

b) Akses transportasi umum rutin 1 kali 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibu
kota kabupaten memerlukan lebih dari 6 jam dan transportasi yang ada sewaktu-waktu
dapat terhalang iklim atau cuaca.

c) Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.

b. Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2007) terdapat dua jenis puskesmas yaitu ;

1) Puskesmas Perawatan (Rawat Inap)


Puskesmas perawatan adalah puskesmas yang berdasarkan surat keputusan
menjalankan fungsi yang diberikan tambahan ruangan dan silitas rawat inap yang
sekaligus merupakan rujukan antara. Puskesmas perawatan berfungsi sebagai rujukan
pasien yang gawat darurat sebelum dibawah ke rumah sakit.
Pelayanan rawat inap merupakan salah satu pelayanan medis yang utama di
Puskesmas dan merupakan tempat untuk interaksi antara pasien dan Puskesmas
berlangsung dalam waktu yang tak lama. Pelayanan rawat inap melibatkan pasien, dokter
dan perawat dalam hubungan yang sensitif yang menyangkut kepuasan pasien,mutu
pelayanan dan citra Puskesmas (Tri, 2012). Tindakan operatif terbatas seperti kecelakaan
lalu lintas, persalinan dengan penyulit dan penyakit lain yang bersifat gawat darurat.
Puskesmas perawatan sebagai puskesmas rawat inap tingkat pertama member layanan
kesehatan yang meliputi observasi, diagnose, pengobatan, rehabilitasi medic dengan
tinggal di ruang rawat inap puskesmas (Kemenkes, 2008)
2) Puskesmas Non perawatan
Jenis puskesmas non perawatan hanya melakukan pelayanan kesehatan rawat
jalan. Kegiatan pelayanan kesehatan rawat jalan yakni observasi, diagnosis, pengobatan,
dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa dirawat inap.
E. Tinjauan Umum tentang Variabel Yang di teliti

1. Umur Ibu

Hipertensi (preeklampsia-eklamsi) meningkat di umur muda, sehubungan dengan belum


sempurnanya organ-organ yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor
psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian preeklampsiadi umur muda.
Hal ini juga sesuai dengan studi di RS Neutra Colombia, Porapakkan di Bangkok, dan lainnya di
Zambia, cenderung terlihat insiden hipertensi (preeklamsia-eklamsi)cukup tinggi di usia belasan
tahun (Indriani,2012).

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur berkaitan dengan
peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang.
Salah satu penelitian menyatakan bahwa wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan
wanita yang hamil pada usia 30 – 35 tahun mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami preeklampsia. Pada usia 30 – 35 tahun atau lebih akan terjadi perubahan pada jaringan
dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan
penyakit lain dalam tubuh ibu, salah satunya hipertensi. Usia ibu yang terlalu tua saathamil
mengakibatkan gangguan fungsi organ karena proses degenerasi. Proses degenerasi organ
reproduksi akan berdampak langsung pada kondisi ibu saat menjalani proses kehamilan dan
persalinan yang salah satunya adalah preeklampsia. (Giovanna, 2017).

Norwitz (2008) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.Kehamilan pada umur ibu yang ekstrem (35 tahun)
merupakan kehamilan berisiko tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi dalam
kehamilan.komplikasi utama kehamilan dibawah umur 35 tahun ini yakni terjadinya
preeklampsia. Ibu mengalami hipertensi disertai kaki bengkak dan ditemukan protein pada air
seni (Nugroho,2012).

2. Riwayat Hipertensi

Wanita yang mengalami hipertensi (preeklampsi-eklamsi) pada kehamilan pertama akan


meningkat mendapatkan preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Matello mengatakan kejadian
preeklampsia akan meningkat pada kehamilan kedua bila ada kehamilan dengan jarak anak yang
terlalu jauh. Cincotta juga menemukan bahwa bila ada riwayat hipertensi (preeklampsi-eklamsi)
maka kemungkinan pada primigravida akan meningkat empat kali. Kejadian ini dapat
diminimalisir dengan dilakukannya penyuluhan pada setiap ibu hamil untuk dapat mengetahui
tanda-tanda bahaya yang bisa saja terjadi pada saat hamil, terlebih kepada ibu hamil yang
mempunnyai riwayat hipertensi sebelumnya agar bisa lebihmemperhatikan makanan, kesehatan
ibu dan janin serta rajin melakukan kontrol kehamilan kepada tenaga kesehatan (Radjamuda,
2014) Teori Varney (2002) yang menyatakan bahwa seorang wanita yang mempunyai riwayat
penyakit yang parah akan lebih membahayakan kondisi dirinya sendiri pada saat hamil. Maka
dari itu ibu hamil yang mempunyai riwayat penyakit pada saat hamil mempunyai peluang resiko
lebih besar mengalami preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat
penyakit (Mardiani, 2013)
3. Paparan Asap Rokok

Gas CO (Carbonmonoksida) merupakan gas yang sangat berbahaya karena persentasenya


yang sangat tinggi dalam aliran darah seorang perokok aktif maupun menyedot persediaan gas
oksigen yang dibutuhkan individu untuk bernafas.Gas co yang dihasilkan rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat
dibandingkan oksigen. Sel tubuh menjadi kekurangan oksigen dan akan menciut (spasme). Bila
proses spasme berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh darah akan mudah rusak
(Astuti, 2009). Ibu hamil yang terpapar asap rokok memberi pengaruh buruk pada kondisi janin
yang dikandungnya. Asap rokok dapat menghambat tumbuh kembang janin. Tumbuh kembang
adalah proses yang terus menerus sejak dari konsepsi sampai dengan maturitas (dewasa) yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Tumbuh kembang sudah terjadi sejak bayi di
dalam kandungan hingga setelah kelahirannya.Faktor lingkunganprenatal yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin salah satunya adalah toksin atau zat kimia (Sulistyawati, 2014).
Oleh karena itu paparan asap rokok selama kehamilan merupakan salah satu faktor penentu yang
kuat terhadap pertumbuhan janin dan risiko BBLR (Hanifah, 2017). Nikotin yang terdapat pada
asap rokok merupakan zat vasokonstriktor yang akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah dan meningkatkan kontraksi jantung, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah pada ibu
hamil. Peningkatan tekanan darah ini akan memengaruhi aliran darah umbilikal yang berupa
penurunan suplai darah ke janin sehingga akan merubah detak jantung janin. Penurunan suplai
darah ke janin dan perubahan detak jantung janin kemudian akan menyebabkan terjadinya
penurunan suplai nutrisi dan oksigen pada janin. Penurunan suplai oksigen dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu (Zulardi, 2014).

5. Paritas

Prawirohardjo (2002) yang menyatakan bahwa paritas merupakan salah satu penyebab paling
banyak ibu hamil mengalami hipertensi. Semakin muda kehamilan seseorang (primigravida) atau
semakin banyak seseorang melahirkan (grandemulti) akan semakin besar peluang ibu hamil
tersebut mengalami hipertensi. Hal ini diakibatkan oleh karena wanita hamil pertama dan dalam
keadaan hamil dan berusia muda lebih cenderung rentan terhadap timbulnya preeklampsia yang
diakibatkan oleh belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sedangkan pada wanita yang
telahberulang kali mengalami persalinan lebih diakibatkan karena kondisi tubuh dan
kesehatannya yang menjadi lemah sehingga kemungkinan untuk terkena preeklamspia lebih
besar. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang
wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang
pertama kali mengalami masa kehamilan..Hal ini dimungkinkan bahwa ibu yang memiliki jumlah
anak yang banyak disebabkan oleh faktor kehamilan yang tidak diinginkan dikarenakan
ketidakpatuhan terhadap program KB seperti. Jarak kehamilan membuat para ibu tidak menyadari
akan bahaya bagi kehamilan dan janinnya (Wahyuny, 2012). Wanita yang baru menjadi ibu atau
dengan pasangan baru mempunnyai resiko 6 sampai 8 kali lebih mudah terkena hipertensi
daripada multigravida.Sekitar 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama.Teori imunologik
menjelaskan secara gamblang perihal hubungan paritas dengan kejadian hipertensi.Teori tersebut
menyebutkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang terbentuk pada kehamilan
pertama menjadi penyebab hipertensi dan sampai pada keracunan kehamilan.Pada mayoritas
primigravida kehamilan minggu ke-28 sampai 32 minggu menunjukkan peningkatan tekanan
diastolik sedikitnya 20 mmHg yang bisa sampai mengakibatkan preeklamsiapada kehamilan
(Nelawati, 2014).

6. Stres Kehamilan

Ibu hamil yang mengalami tingkat kecemasan tinggi dapat meningkatkan resiko kelahiran
bayi prematur bahkan keguguran.Ibu hamil dengan kecemasan yang tinggi ketika hamil akan
meningkatkan resiko hipertensi. Resiko hipertensi dapat berupa terjadinya stroke, kejang
bahkan kematian pada ibu dan janin (Sirait, 2012).

Pada ibu hamil sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stres emosi yang
terjadi pada ibu hamil menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone
(CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.Pada wanita
dengan preeklamsia/eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-
vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah langsung meningkatkan
curah jantung dan tekanan darah (Wulandari, 2013).

Terdapat berbagai cara untuk mengukur tingkat stres salah satu diantaranya yaitu dengan
mengunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). DASS 42 adalah sebuah
instumen atau alat berupa kuesioner yang berisi 42 item pertanyaan untuk mengukur keadaan
emosional, kecemasan dan stress. Adapun indeks keparahan yang dilihat dari total skor :

Tabel2.1

Indeks Keparahan DASS 42

Tingkat stres Depresi Kecemasan Stress


Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat berat >18 >20 >34
(Sumber ; Health 2014 dalam Widya 2015)

Masing-masing keadaan tersebut terdiri dari 14 item pertanyaan dengan 2-5 konten
serupa.Skala stress menilai kesulitan santai, gairah saraf, menjadi marah/gelisah, mudah
tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar.
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional, yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point Time Approach)
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten kolaka
timur.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten kolaka


timur. .Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2022 .Penulis mengambil lokasi dikarenakan
belum ditemukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
ibu hamil di wilayah kerja puskesmas AERE Kabupaten kolaka timur.

1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh objek yang sesuai dengan tujuan penelitian
dalam penelitian ini populasi adalah seluruh Ibu hamil yang usia kehamilannya 20 minggu
keatas yaitu sebanyak 73 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan total sampling yaitu semua jumlah populasi diambil dalam
penelitian.

C. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung kepada responden
(sampel) dan masih memerlukan pengolahan untuk menghasilkan informasi.Data Primer yang
diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang diberikan dengan melakukan
kunjungan dari rumah ke rumah.Pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu
pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan terkait dengan penelitian yang telah
disiapkan sebelumnya dan diberikan langsung kepada responden untuk diisi sesuai dengan
petunjuk kuesioner atau arahan peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Suli berupa data jumlah
ibu hamil pada bulan Oktober 2022. Data sekunder juga diperoleh dari Dinas kesehatan
kabupaten kolaka timur berupa data jumlah ibu hamil pada tahun 2020. Buku dan berbagai
sumber literature online maupun offline juga menjadi sumber data sekunder yang mendukung
penelitian ini.

D. Pengolahan dan Analisis data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS kemudian
dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS
kemudian pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Screening, dilakukan pemeriksaan seberapa banyak data missing yang ditemukan


dalam kuesioner pada penelitian.

b. Editing, terdapat beberapa kesalahan yang didapatkan pada tahap Screeningsehingga


dilakukan validasi dengan cara membuka kembali kuesioner yang datanya tidak sesuai.

c. Coding, diberikan kode pada setiap jawaban dalam kuesioner yang di isi oleh
responden untuk memudahkan dalam entri data.

d. Entry, data yang didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh responden dimasukkan
kedalam program SPSS.

e. Cleaning, masih terdapat beberapa kesalahan dalam memasukkan data. Sehingga


dilakukan tahap cleaningsampai data yang dimasukkan sudah benar, maka dapat
dilanjutkan ke tahap analisis data dengan menggunakan uji Chi-square.

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara, antara lain :

a.Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.

b.Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan


independen dalam bentuk tabulasi silang (Cross Tabulation) dengan menggunakan komputerisasi
program SPSS dengan uji statistic Chi-square jika tidak ada sel yang memiliki frekuensi yang
diharapkan (E) kurang dari 5 dengan rumus :
Keterangan :

X 2 : ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi yang diobservasi dengan yang
diharapkan.

O : Frekuensi yang diobservasi

E : frekuensi yang diharapkan Jika nilao p , 0,05 maka H0 ditolak, dengan taraf kesalahan 0,05

Tabel 3.1

Tabel kontigensi

Frekuensi pada
Sampel Objek 1 Objek 2 Jumlah sampel
Sampel A A B a+b
Sampel B B D C+d
Jumlah a+c b+d
(Sumber : Sugiyono, 2007)

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen jika tidak ada nilai E
yang kurang dari 5 dipergunakan chi-square dengan Yater’s Corection menggunakan tabel
kontigen 2x2 dengan rumus :

Jika terdapat sel yang mempunyai nilai E kurang dari 5 maka menggunakan
fisher test dengan rumus :

Interprestasi :H0 ditolak bila p<0,05

E. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu tabel
frekuensi dan crosstabulation. Tabel frekuensi disajikan untuk analisis univariat sedangkan
crosstabulation untuk analisis bivariat. Tabel ini akan disertai dengan narasi berupa penjelasan
mengenai frekuensi serta hubungan antarvariabel.

Anda mungkin juga menyukai