Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

( SINUSITIS )

Dosen Pembimbing :

Ns. Diana Irawati,M.Kep., Sp.KMB

Kelas 7A,

Disusun oleh :

SARAH LUTHFIYATUL AZIS (2018720040)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2021
I. KONSER DASAR

A. PENGERTIAN
Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003). Sinusitis
adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi
menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid1
(Soepardi 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa sinusitis
maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat mengenai
anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-
11tahun (Ngstiya 1997)

B. ETIOLOGI
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rhinitis2 terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka3, sumbatan komplek Ostio-
maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti
pada sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik kistik. Pada anak-
anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu
diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan
rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto polos leher posisi lateral.
Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering
serta kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran infeksi dari gigi
geraham atas.
Kuman penyebab :

a. Streptococcus pneumonia
b. Hamophilus influenza
c. Steptococcus viridians
d. Staphylococcus aureus
e. Branchamella catarhatis

C. PATOFISIOLOGI

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang


berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat
bergerak untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di
dalam sinus, menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang
diproduksi oleh selaput permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi
mudah untuk bakteri timbul dan berkembang biak.

Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen dan


hambatan lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya
terjadi perubahan jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga
pembentukan polip atau kista.

Membran mukosa sinus

Terinfeksi bakteri atau virus


D. TANDA DAN GEJALA

a. Sinusitis akut
Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek),
sumbatan bertambah berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan
ingus purulent4, yang sering kali turun ke tenggorokan (post nasal drip).

Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa
tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta
kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi
menandakan sinusitis maksila, nyeri diantara atau di belakang ke dua bola mata
menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan
sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di vertex, oksipital,
belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang
dan nyeri alih ke gigi dan telinga.
Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis5, post-
nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan,
penderita tampak mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut.
Suhu badan tinggi. Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis.
Selaput lender hidung tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari
meatus medius mengalir kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam
ruang belakang hidung. Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk
membuat diagnosa sinusitis akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa
pemeriksaan :
1) Biakan hapusan hidung
2) Radiologi sinus paranasalis
3) Jumlah leukosit dan laju endap darah.

b. Sinusitis kronik
Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya
sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan,
gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke
paru seperti bronchitis (sino- bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah
serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang
tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Sinusitis maksila akut


Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada
pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang
berbau dan bercampur darah.
b. Sinusitis etmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah
sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

d. Sinusitis sphenoid akut


Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
e. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis9, bronkiektasis10, batuk kering, dan sering demam.

F. PENATALAKSANAAN

Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup anerob,seperti
penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat bila penisilin tidak
efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan antibiotik untuk
kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin atau ampisilin
dikombinasikan dengan asam klavulanat.
Steroid nasal topikal seperti beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan
antialergi. Diberikan pula dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat
diberikan sistemik maupun topikal. Khusus yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk
menghindari terjadinya rinitis medika mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk
menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia, dan
merangsang pemecahan fibrin. Bila perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan dengan
sinar gelombang pendek sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki
vaskularisasi sinus. Jika belum membaik, dilakukan pencucian sinus. Terapi radikal
dilakukan dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase sinus yang
terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi cald well-luc, sedangkan untuk sinus
etmoid dilakukan edmoidektomi dari intranasal atu ekstra nasal. Pada sinusitis frontal
dilakukan secara intra nasal atau ekstra nasal (operasi killian). Drainase sinus sfenoid
dilakukan secara intranasal.

G. KOMPLIKASI

Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan


komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a. Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)
b. Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya bola mata)
c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah,
perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
d. Radang tenggorok yang sering kambuh
e. Radang amandel
f. Radang pita suara (sering batuk atau serak)
g. Sesak napas atau asma
h. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada
sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak
mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid
posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.

b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)

d. Transiluminasi (diaphanoscopia)

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.

e. Foto sinus paranasalis

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior


dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas
cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk
memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila,
yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga
dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya
kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk
menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan
etmoid

f. Pemeriksaan CT –Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat


dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis
akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau
tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus
dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yang mungkin ditemukan
pada pemeriksaan CT-Scan :
1) Polip yang mengisi ruang sinus

2) Polip antrokoanal
3) Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

4) Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur- angsur oleh
massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan
sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran
perifer.

5) Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar
membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama
makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid level.
g. Pemeriksaan di setiap sinus
1. Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang
kadang-kadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa
hidung. Mukosa hidung tampak membengkak (edema) dan merah
(hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di
nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu
kedalam mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus
maksila yang normal gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan
sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak.
Untuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di
sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah
(bilateral).
2. Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung
edema dan hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di
sinus etmoid.

3. Sinusitis frontal akut


Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada
pemeriksaan di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata
bagian dalam, akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada
orang normal, dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau
kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus
frontal berselubung.
4. Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto
rontgen.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan


a. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

2) Riwayat Penyakit sekarang

3) Riwayat penyakit dahulu :

a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menedrita sakit gigi geraham
4) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
5) Riwayat Psikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

b. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik
daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik
purulen, serous, mukopurulen).
6) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa
merah dan bengkak).

c. Data subyektif
1) Observasi nares :

a) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya

b) Riwayat pembedahan hidung atau trauma

c) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekuensi, lama.
2) Sekret hidung

a) Warna, jumlah, konsistensi secret

b) Epistaksis

c) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

3) Riwayat Sinusitis

a) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya

b) Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.

4) Gangguan umum lainnya : kelemahan

d. Data Obyektif
1) Demam, drainage ada : Serous

a) Mukppurulen

b) Purulen
2) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus
yang mengalami radang atau Pucat, Odema keluar dari hidung atau mukosa
sinus
3) Kemerahan dan Odema membran mukosa
4) Pemeriksaan penunjung :

a) Kultur organisme hidung dan tenggorokan

b) Pemeriksaan rongent sinus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung


b. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis (irigasi sinus/operasi)
c. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi atau adanya
secret yang mengental
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder
peradangan hidung
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu
makan menurun sekunder dari peradangan sinus
f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung


Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2) Klien tidak menyeringai kesakitan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri klien 1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri 2. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
pada klien serta keluarganya klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi 3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan
relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila mengalami
4. Observasi tanda tanda vital dan nyeri
keluhan klien 4. Mengetahui keadaan umum dan
5. Kolaborasi dngan tim medis : perkembangan kondisi klien.
a. Terapi konservatif : 5. Menghilangkan /mengurangi keluhan
1) obat Acetaminopen; Aspirin, nyeri klien
dekongestan hidung
2) Drainase sinus
b. Pembedahan :
1) Irigasi Antral, untuk sinusitis
maksilaris
2) Operasi Cadwell Luc

b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit


dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :

1) Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya


2) Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Berikan kenyamanan dan ketentaman 2. Memudahkan penerimaan klien terhadap
pada klien : informasi yang diberikan
a. Temani klien
b. Perlihatkan rasa empati
3. Berikan penjelasan pada klien tentang 3. Meingkatkan pemahaman klien tentang
penyakit yang dideritanya perlahan, penyakit dan terapi untuk penyakit
tenang seta gunakan kalimat yang jelas, tersebut sehingga klien lebih kooperatif
singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan : 4. Dengan menghilangkan stimulus yang
a. Tempatkan klien diruangan yang mencemaskan akan meningkatkan
lebih tenang ketenangan klien.
b. Batasi kontak dengan orang lain
/klien lain yang kemungkinan
mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital. 5. Mengetahui perkembangan klien
6. Obat dapat menurunkan tingkat
6. Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis kecemasan klien

c. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret


hidung) sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous,purulen) dikeluarkan Kriteria :
1) Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
2) Jalan nafas kembali normal terutama hidung

INTERVENSI RASIONAL
1. kaji penumpukan secret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan
selanjutnya
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Mengetahui perkembangan klien
sebelum dilakukan operasi
3. Koaborasi dengan tim medis untuk 3. Kerjasama untuk menghilangkan
pembersihan secret penumpukan secret/masalah

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi Kriteria :
1) Klien menghabiskan porsi makannya
2) Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

INTERVENSI RASIONAL
1. kaji pemenuhan kebutuhan 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien
nutrisi klien
2. Jelaskan pentingnya makanan 2. Dengan pengetahuan yang baik tentang
bagi proses penyembuhan nutrisi akan memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi
3. Catat intake dan output makanan 3. Mengetahui perkembangan pemenuhan
klien. nutrisi klien
4. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi 4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi
sering penekanan yang berlebihan pada lambung
5. Sajikan makanan secara menarik 5. Meningkatkan selera makan klien

e. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri


sekunder dari proses peradangan
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Kriteria :
1) Klien tidur 6-8 jam sehari
INTERVENSI RASIONAL
1. kaji kebutuhan tidur klien. 1. Mengetahui permasalahan klien
dalam pemenuhan kebutuhan istirahat
2. ciptakan suasana yang nyaman. tidur
3. Anjurkan klien bernafas 2. Agar klien dapat tidur dengan tenang
lewat mulut 3. Pernafasan tidak terganggu.
4. Kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat 4. Pernafasan dapat efektif kembali
lewat hidung
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000 Soepardi


Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga

hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:
Gramedia Ilmukeperawatan.com

Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:
Djambatan

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai