Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pembimbing :

Ns. Diana Irawati,M.Kep., Sp.KMB

Kelas 7A,

Disusun oleh :

SARAH LUTHFIYATUL AZIS (2018720040)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan
progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk
dalam Dwy Retno Sulystianingsih, 2018).
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irrevensibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(KMB, Vol 2 hal 1448).
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan terminologi yang secara umum digunakan
untuk menggambarkan berbagai gangguan yang diakibatkan oleh adanya perubahan
struktur dan fungsi ginjal yang disertai dengan hilangnya fungsi regulasi ekskresi dan
endokrin pada ginjal (Frazao, Medeirose, Silva Batista, Sá & Lira, 2014; Levey &
Coresh, 2012).
2. Manifestasi Klinis
a. Efek cairan dan elektrolit:
Rusaknya kemampuan ginjal untuk mengatur keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa. Tahap awal CKD, akan terjadi proteinuria, hematuria, penurunan
kemampuan memekatkan urine.
b. Efek kardiovaskular:
Hipertensi sistemik, hiperlipidemia, dan intoleransi glukosa. Hipertensi terjadi
akibat kelebihan volume cairan, peningkatan aktivitas renin angiotensin,
peningkatan resistensi vaskular, dan penurunan prostaglandin.
c. Efek hematologi:
Anemia disebabkan oleh hormon yang mengontrol produksi Sel darah merah
(eritropoietin) menurun. Toksin metabolik yang tertahan lebih lanjut menekan
produksi SDM dan menyebabkan pemendekan masa hidup SDM. Kekurangan
nutrisi (besi dan folat) dan peningkatan risiko kehilangan darah saluran Gastro
intestial juga menyebabkan anemia.
d. Efek sistem imun:
Uremia meningkatkan risiko infeksi.
e. Efek Gastrointestinal:
Anoreksia, mual, muntah, adalah gejala awal uremia. Ulserasi juga mempengaruhi
peningkatan risiko pendarahan Gastro Intestial.
f. Efek neurologis:
Uremia mengubah fungsi sistem saraf pusat dan perifer Manifestasi system syaraf
pusat terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental, kesulitan berkonsentrasi,
keletihan, dan insomnia.
g. Efek muskuloskeletal:
Hiperfosfasfatemia dan hipokalsemia yang terkait dengan uremia menstimulasi
sekresi hormon paratiroid dan terjadi peningkatan resorpsi kalsium dari tulang,
aktivitas sel osteoblas (pembentuk tulang) dan osteoklas (penghancur tulang).
h. Efek endokrin:
Kadar kreatinin serum dan BUN, kadar asam urat meningkat.
3. Etiologi
Penyebab GGK itu sangat kompleks. Glomerulonefritis, gagal ginjal akut,
hipertensi esensial, dan pielonefrisis merupakan penyebab paling sering dari gagal
ginjal kronik. Penyakit siskemik seperti diabetes melitus, hipertensi, lupus
eritematosus, poliatritis, dan amyloidosis juga dapat menyebabkan gagal ginjal
kronik. Diabetes melitus merupakan penyebab utama dan lebih dari 30% klien
mengalami dialisis. Hipertensi merupakan penyebab kedua gagal ginjal
kronik.Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis, nodusa, sklerosis
sistemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal plikistik, asidosis tubulus
ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok yaitu :

 Penyakit Parenkim Ginjal


Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik,
Tbc ginjal.
Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, dan DM
 Penyakit Ginjal Obstruktif
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk obstruksi saluran kemih. Destruksi
pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama scar pada jaringan
dan trauma lansung pada ginjal.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Urin
 Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tak ada (unuria)
 Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
 Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
 Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
 Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
 Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorsi
natrium
 Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
 BUN/kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
 Ht : menurun pada adanya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
 SDM : menurun, defisiensi eritropoitin
 GDA : asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
 Natrium serum : rendah
 Kalium : meningkat
 Magnesium : meningkat
 Kalsium : menurun
 Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : untukmenentukkan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran kemih bagian atas
f. Endoskopi ginjal : untuk menentukkan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria, dan
pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular
h. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi

a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
d) Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid
b. Non-farmakologi
1) Pengaturan asupan protein: mulai dilakukan pada LFG ≤60 ml/mnt,
sedangkan di atas nilai tersebut pembatasan asupan protein tidak selalu
dianjurkan. Protein diberikan 0,6-0,8 kgBB/hari
2) Pengaturan asupan kalori: 30-35 kkal/kgBB/hari
3) Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung
jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
4) Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
5) Garam (NaCl): 2-3gram/hari
6) Kalium: 40-70 mEq/kgBB/hari
7) Fosfor: 5-10 mg/kgBB/hari (pasien HD: 17 mg/hari)
8) Kalsium: 1400-1600 mg/hari
9) Besi: 10-18 mg/hari
10) Magnesium: 200-300 mg/hari
11) Asam folat pasien HD: 5 mg
12) Air: jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water loss)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
Penurunan urine output (oliguri - anuria), penurunan kesadaran, anoreksia, mual
muntah, fatigue, napas bau urea, pruritus, keringat dingin, perubahan pola napas.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat ISK, payah jantung, penggunaan obat berlebihan (obat yang bersifat
nefrotoksik, BPH, dan yang mampu mempengaruhi kerja ginjal), riwayat DM,
hipertensi, dan batu saluran kemih
c) Riwayat Keluarga
Riwayat DM dan hipertensi pada keluarga dan kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan saat sakit
d) Riwayat Psikososial
Mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini
juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga
klien mengalami kecemasan, gangguan peran, ketidakberdayaan, keputusasaan.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas, napas cepat dan dalam/kussmaul (kompensasi
tubuh dari asidosis/alkalosis respiratorik), dispneu
b. Sistem kardiovaskular
Hipertensi, CRT >3 detik, palpitasi jantung, gangguan irama jantung, gangguan
sirkulasi, anemia, JVP meningkat
c. Neurosensori
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi
cerebral terganggu, penurunan kognitif dan disorienntasi, kelemahan, malaise.
d. Sistem integumen
Pruritus, pucat, turgor kulit menurun, edema
e. Sistem perkemihan
Penurunan output urine (<400 ml/hari) hingga anuria
f. Sistem endokrin
Gangguan sekresi insulin pada penderita GGK dengan DM
g. Sistem muskuloskeletal
Risiko osteoporosis, ROM terbatas
h. Sistem pencernaan
Stress effect, anoreksia, nausea, muntah, diare
i. Pola aktivitas
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
j. Seksualitas
Impotensi, gangguan ereksi dan ejakulasi
3. Patofisiologi

4. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi
cairan dan natrium.
b. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.

5. Intervensi Keperawatan

N
Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Keperawatan
O
1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Fluid Management :
b.d penurunan haluran Setelah dilakukan a. Kaji status cairan ; timbang berat
urin dan retensi cairan asuhan keperawatan badan,keseimbangan masukan dan
dan natrium. selama 3x24 jam haluaran, turgor kulit dan adanya
volume cairan edema
seimbang. b. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: c. Identifikasi sumber potensial cairan
NOC : Fluid Balance d. Jelaskan pada pasien dan keluarga
 Terbebas dari rasional pembatasan cairan
edema, efusi, e. Kolaborasi pemberian cairan sesuai
anasarka terapi.
 Bunyi nafas
bersih,tidak adanya Hemodialysis therapy
dipsnea 1. Ambil sampel darah dan meninjau
 Memilihara tekanan kimia darah (misalnya BUN,
vena sentral, kreatinin, natrium, pottasium,
tekanan kapiler tingkat phospor) sebelum perawatan
paru, output jantung untuk mengevaluasi respon thdp
dan vital sign terapi.
normal. 2. Rekam tanda vital: berat badan,
denyut nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat
dari cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan
pasien untuk menyesuaikan panjang
dialisis, peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan
2 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan Nutritional Management
dari kebutuhan tubuh b.d asuhan keperawatan 1. Monitor adanya mual dan muntah
anoreksia mual muntah. selama 3x24 jam nutrisi 2. Monitor adanya kehilangan berat
seimbang dan adekuat. badan dan perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein,
NOC :Nutritional hemoglobin, dan hematocrit level
Status yang menindikasikan status nutrisi
 Nafsu makan dan untuk perencanaan treatment
meningkat selanjutnya.
 Tidak terjadi 4. Monitor intake nutrisi dan kalori
penurunan BB klien.
 Masukan nutrisi 5. Berikan makanan sedikit tapi sering
adekuat 6. Berikan perawatan mulut sering

 Menghabiskan porsi 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam

makan pemberian diet sesuai terapi

 Hasil lab normal


(albumin, kalium)
3 Perubahan pola napas Setelah dilakukan Respiratory Monitoring
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Monitor rata – rata, kedalaman,
hiperventilasi paru selama 1x24 jam pola irama dan usaha respirasi
nafas adekuat. 2. Catat pergerakan dada,amati
Kriteria Hasil: kesimetrisan, penggunaan otot
NOC : Respiratory tambahan, retraksi otot
Status supraclavicular dan intercostal
 Peningkatan ventilasi 3. Monitor pola nafas : bradipena,
dan oksigenasi yang takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
adekuat cheyne stokes
 Bebas dari tanda 4. Auskultasi suara nafas, catat area
tanda distress penurunan / tidak adanya ventilasi
pernafasan dan suara tambahan
 Suara nafas yang Oxygen Therapy
bersih, tidak ada 1. Auskultasi bunyi nafas, catat
sianosis dan dyspneu adanya crakles
(mampu 2. Ajarkan pasien nafas dalam
mengeluarkan 3. Atur posisi senyaman mungkin
sputum, mampu 4. Batasi untuk beraktivitas
bernafas dengan 5. Kolaborasi pemberian oksigen
mudah, tidak ada
pursed lips)
 Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
4 Gangguan perfusi Setelah dilakukan Circulatory Care
jaringan berhubungan asuhan keperawatan 1. Lakukan penilaian secara
dengan penurunan suplai selama 3x24 jam perfusi komprehensif fungsi sirkulasi
O2 dan nutrisi ke jaringan adekuat. periper. (cek nadi priper,oedema,
jaringan sekunder. Kriteria Hasil: kapiler refil, temperatur ekstremitas).
NOC: Circulation 2. Kaji nyeri
Status 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota
 Membran mukosa badan
merah muda 4. At
 Conjunctiva tidak 5. ur posisi pasien, ekstremitas bawah
anemis lebih rendah untuk memperbaiki
 Akral hangat sirkulasi.

 TTV dalam batas 6. Monitor status cairan intake dan

normal. output

 Tidak ada edema 7. Evaluasi nadi, oedema


8. Berikan therapi antikoagulan.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi
1 Jakarta : DPP PPNI
PPNI.2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Diagnostik.
Edisi 1 Jakarta : DPP PPNI
Doengoes E, M. d. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan: Pendoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed. 3. Jakarta: EGC.
Lemone., P. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Beedah Vol. 3. Jakarta: EGC.
Sudoyo. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Purwanto, Hadi. 2016. ModulBahanAjarCetak: KeperawatanMedikalBedah. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai