Anda di halaman 1dari 7

INTEGRALISTIK Volume 33 No 1 (2021) : Januari 2021

INTEGRALISTIK
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/index

Pemenuhan Hak Bekerja Bagi Penyandang disabilitas di Kota Semarang

Eta Yuni Lestari1, Slamet Sumarto2

Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Semarang


Informasi Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Hisrtory of Article Kebijakan tentang perlindungan dan pemenuhan Hak untuk penyandang
Received : 2021-01-26 disabilitas yang diatur dalam undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang
Accepted :2021-01-29 Penyandang Disabilitas harus dapat dipastikan terealisasi. Tujuan dari
Pusblished :2021-01-31 penelitian ini adalah menganalisis implementasi undang-undang dengan
________________ menganalisis proses implementasi, mengidentifikasi hambatan, dan kesiapan
Kata kunci : pemerintah daerah dalam implementasi Undang-undang Penyandang
Disabiltas, Hak, Kerja, Disabilitas di Kota Semarang. Metode dalam penelitian ini menggunakan
Pemenuhan metode kualitatif, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan
data sekunder. Hasil penelitian menujukan bahwa pemenuhan hak bagi
Keywords: Disability,
Rights, Employment,
penyandang disabilitas di Kota Semarang didasarkan pada Undang-undang No
Fulfillment 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas khususnya dalam pasal 11. Upaya
__________________ yang telah dilakukan oleh dinas Tenaga Kerja Kota Semarang dalam
pemenuhan hak penyandang disabilitas terdiri dari, Melakukan pendataan
jumlah penyandang disabilitas di Kota semarang melalui bantuan dari RT dan
RW di Kota Semarang, Mengidentifikasi jenis penyandang disabilitas,
Menyelenggarakan sosialiasi tentang pelaksanaan pelatihan untuk penyandang
disabilitas di Kota Semarang, Membuat Web khusus untuk menampung jumlah
penyandang disabilitas di Kota Semarang agar lebih efektif dalam pendataan
jumlah penyandang disabilitas, Memberikan pelatihan untuk penyandang
disabilitas agar penyandang disabilitas di Kota Semarang siap untuk bekerja,
Menggandeng organisasi-organisasi atau komunitas penyandang disabilitas di
Kota Semarang, sebagai upaya untuk bekerjasama dalam upaya memenuhi hak
bagi penyandang disabilitas di Kota Semarang

Abstract
The policy regarding the protection and fulfillment of the rights of persons with disabilities
as stipulated in Law No. 8 of 2016 on Persons with Disabilities must be ensured to be
realized. The purpose of this research is to analyze the implementation of the law by
analyzing the implementation process, identifying obstacles, and the readiness of local
governments in implementing the Law on Persons with Disabilities in Semarang City.
The method in this research uses qualitative methods, the data sources used are primary
data sources and secondary data. The results of the study show that the fulfillment of the
rights of persons with disabilities in the city of Semarang is based on Law No. 8 of 2016
concerning Persons with Disabilities, especially in article 11. The efforts that have been
made by the Semarang City Manpower Office in fulfilling the rights of persons with
disabilities consist of collecting data on the number of people with disabilities in Semarang
City through assistance from RT and RW in Semarang City, Identifying types of people
with disabilities, Organizing socialization about the implementation of training for people
with disabilities in Semarang City, Creating a special Web to accommodate the number
of people with disabilities in Semarang City to be more effective in data collection on the
45
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

number of people with disabilities, Providing training for persons with disabilities so that
persons with disabilities in Semarang City are ready to work, Collaborating with
organizations or communities of persons with disabilities in Semarang City, as an effort
to cooperate in an effort to fulfill the rights of persons with disabilities in Semarang City.
© 2019, Universitas Negeri Semarang
Corresponding author : ISSN 2549-5011
Address: Gedung C4 Lantai 1 Fakultas Ilmu Sosial
E-mail: etayuni@mail.unnes.ac.id

PENDAHULUAN dalam peraturan perundang-undangan, hukum


dan administrasi dari setiap negara, termasuk
mengubah peraturan perundang-undangan,
Undang-undang Dasar 1945 menjamin dan
kebiasaan dan praktik-praktik yang diskriminatif
menghormati harkat dan martabat manusia yang
terhadap penyandang disabilitas, baik perempuan
secara kodrati melekat pada diri manusia bersifat
maupun anak, menjamin partisipasi penyandang
universal, kekal, langgeng, dihormati,
disabilitas dalam segala aspek kehidupan seperti
dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh Negara
pekerjaan, kesehatan, budaya, sosial, ekonomi,
Republik Indonesia dan merupakan anugrah dari
agama, hukum, politik sehingga mendapatkan
Tuhan. Perlindungan dan jaminan hak tidak
peuang yang sama untuk mendapatkan kehidupan
hanya diberikan kepada warga Negara yang
yang sejahtera. Upaya untuk merealisasikan
memiliki kesempurnaan secara fisik dan mental,
kesejahteraan penyandang disabilitas tidak bisa
justru perlindungan hak bagi kelompok rentan
lepas dari peran serta dan dukungan dari
seperti penyandang disabilitas perlu diutamakan.
masyarakat. Masyarakat harus bersama dengan
Penyandang disabilitas adalah orang yang
pemerintah untuk memberikan hak yang sama
dianugerahi keterbatasan fisik, mental, intelektual, untuk para penyandang disabilitas.
atau sensorik dalam jangka waktu yang lama.
Pemerintah Indonesia telah mengesahkan
Undang-undang No 8 tahun 2016 tentang Kenyataan yang dialami oleh penyandang
penyandang disabilitas menunjukan adanya disabilitas berdasarkan hasil penelitian terdahulu
komitmen pemerintah Indonesia untuk (Prakosa, 2012), penyandang disabilitas selalu
melindungi, memajukan, dan memenuhi hak dipandang sebelah mata, mendapatkan stigma
penyandang disabilitas yang pada akhirnya akan yang buruk, termarginalkan, tidak mendapatkan
mampu mewujudkan kemandirian dan ruang, kedudukan yang sama di segala bidang
kesejahteraan bagi penyandang disabilitas. kehidupan. Hal ini menyebabkan penyandang
Undang-undang tersebut menegaskan bahwa disabilitas menjadi kelompok yang
Setiap penyandang disabilitas harus bebas dari termarginalkan, sering menjadi korban
rasa tidak aman, penyiksaan, hinaan, dikucilkan, eksploitasi, kekerasan, penyiksaan, dan perlakuan
diasingkan, disembunyikan, tidak diberikan yang tidak manusiawi, hingga kesulitan
ruang, harus memiliki kesempatan yang sama mendapatkan pendidikan dan pekerjaan.
dengan orang lain pada umumnya.
Permasalahan yang dihadapi penyandang
Peran penyandang disabilitas juga sangat disabilitas dalam bidang pendidikan misalnya,
penting dalam pembangunan nasional. Mereka penyandang disabilitas identik dengan sekolah
sebagai warga negara juga memiliki kesempatan, luar biasa (SLB), penyandang disabilitas
kewajiban dan hak yang sama dalam ikut serta dipandang tidak memiliki skill untuk bisa bekerja,
bela negara. Selain itu penyandang disabilitas juga sehingga yang terjadi adalah penyandang
memiliki hak untuk mendapatkan peluang dan disabilitas hanya mendapatkan kesempatan yang
kesempatan yang sama sehingga memiliki sangat terbatas untuk mengembangkan dirinya,
kehidupan yang sejahtera (Sholihah, 2016). mulai dari pendidikan yang hanya sampai pada
Sekolah luar biasa, pekerjaan yang hanya sebagai
tukang pijat tuna netra, menjahit, dan sol sepatu
Kebijakan pemerintah untuk menjamin,
(Thohari, 2014). Padahal seharusnya mereka
melindungi, dan mendorong penuhan hak bagi
memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing
penyandang disabilitas telah dituangkan dalam
dalam segala bidang kehidupan sesuai dengan
Undang-undang No 8 tahun 2016. Kewajiban
jenis dan tingkat kecacatannya yang sudah
Negara adalah merealisasikan hak yang termuat
46
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

disesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki dengan mempelajari undang-undang


(Paikah, 2019). Hal ini tentunya mengharuskan penyandang disabilitas yaitu undang-undang No
masyarakat dan pemerintah secara luas untuk 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas,
memberikan perhatian khusus pada pada serta artikel jurnal yang berkaitan dengan tema
penyandang disabilitas. penelitian. Dilanjutkan dengan menyusun
instrumen penelitian yang akan dijadikan sebagai
Terdapat fakta-fakta yang menggambarkan pedoman pelaksanaan pengumpulan data
betapa kompleknya permasalahan terkait dengan penelitian. Setelah itu yang dilaksanakan oleh
hak penyandang disabilitas, diantaranya peneliti adalah menentukan informan yang akan
perlakuan diskriminatif dalam memperoleh memberikan penjelasan terkait data yang
pendidikan, pekerjaan, kekerasan seksual, dan dibutuhkan oleh peneliti. Salah satu
eksploitasi. Kebijakan tentang perlindungan dan informannya adalah dari dinas Tenaga Kerja
pemenuhan Hak untuk penyandang disabilitas Kota Semarang, Balai Latihan Kerja Kota
yang diatur dalam undang-undang harus dapat Semarang. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
dipastikan terealisasi. Dampak yang diperoleh mulai tanggal 27 Agustus 2020 di Kota
melalui implementasi undang-undang, dapat Semarang. Evaluasi dilaksanakan dengan,
memberikan pemenuhan hak yang sama a. Menganalisis hasil interview penyandang
sehingga mampu meningkatkan pendidikan dan disabilitas terkait dengan upaya pemenuhan
menciptakan kesejahteraan bagi penyandang hak sesuai dengan Undang-undang
disabilitas, oleh karena itu kebijakan pemerintah Penyandang Disabilitas dalam bidang
di Kota Semarang terhadap pemenuhan hak-hak pekerjaan di Kota Semarang.
penyandang disabilitas yang sesuai dengan b. Menganalisis hasil interview dengan
undang-undang no 8 tahun 2016 tentang responden dari dinas atau lembaga pelatihan
penyandang disabilitas perlu dikaji untuk khusus untuk penyandang disabilitas di Kota
mendapatkan informasi tentang implementasi Semarang.
Undang-Undang tersebut, hasil kajian akan c. Menganalisis kesiapan pemerintah daerah
dijadikan sebagai bahan untuk mengambil Kota Semarang dalam upaya pemenuhan
kebijakan dalam upaya pemenuhan hak bagi hak bagi penyandang disabilitas.
penyandang disabilitas di Kota Semarang. Melakukan refleksi terhadap upaya
Mengingat pentingnya realisasi undang-undang pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas di
penyandang disabilitas, maka dilakukan kota Semarang melalui implementasi Undang-
penelitian untuk menganalisis pemenuhan hak undang Penyandang Disabilitas khususnya
bekerja bagi penyandang disabilitas di kota dalam bidang pekerjaan. Lokasi Penelitian yang
Semarang. dipilih adalah di Kota Semarang, peneliti akan
mengumpulkan data salah satunya dari Dinas
METODE Sosial Kota Semarang, dinas Pendidikan Kota
Semarang dan Balai latihan Kerja Khusus untuk
Penelitian dirancang dengan metode penyandang disabilitas yang ada di Kota
deskriptif kualitatif untuk mengumpulkan data Semarang dan Dinas Tenaga Kerja Kota
dan fakta penelitian tentang Pemenuhan Hak Semarang. Pemilihan lokasi penelitian di Kota
Bekerja bagi Penyandang Disabilitas. Penelitian Semarang disarkan pada jumlah penyandang
terdiri dari tahapan yang meliputi; disabilitas di Kota Semarang tergolong banyak,
a. Persiapan yaitu sejumlah 1754 yang terdiri dari
penyandang disabilitas fisik dan disabilitas
b. Mempelajari UU Penyandang Disabilitas mental.
c. Menyusun daftar pertanyaan yang Sasaran penelitian ini adalah para penyandang
digunakan untuk pelaksanaan interview.
disabilitas khususnya dalam mendapatkan
d. Menentukan penyandang disabilitas sebagai
pekerjaan di Kota Semarang, apakah mereka
responden.
e. Menentukan responden dari Dinas sudah mendapatkan pelayanan pendidikan yang
Ketenagakerjaan Kota Semarang sama secara maksimal atau belum, sesuai dengan
f. Pelaksanaan Undang-undang penyandang disabilitas. Untuk
g. Evaluasi menggali data digunakan wawanca dengan
h. Refleksi informasi tentang pemenuhan hak bagi
Persiapan dilakukan dengan menyusun penyandang disabilitas melalui implementasi
proposal penelitian yang akan digunakan untuk undang-undang Penyandang Disabilitas di Kota
pengambilan data penelitian. Dilanjutkan
47
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

Semarang dalam bidang pekerjaan. Dari hasil sekolah yang berkebutuhan khusus seperti SLB
wawancara dengan informan diharapkan peneliti maupun di sekolah inklusif. Alternatif untuk
akan memperoleh data terkait pemenuhan hak memberikan hak yang sama bagi penyandang
disabilitas adalah dengan memberikan pendidikan
yang diperoleh bagi penyandang disabilitas di inklusi, pendidikan inklusi merupakan upaya
Kota Semarang, khususnya dalam pemenuhan pendidikan untuk mengurangi atau
hak untuk mendapatkan pekerjaan. Selain dari menghilangkan batasan atau hambatan dalam
informan, penulis juga akan menggunakan mengakses pendidikan bagi penyandang
sumber opini lain sebagai penguat argumentasi disabilitas. Menurut (Ulfah Fatmala Rizky, 2014)
Sekolah inklusi merupakan semua sekolah umum
yang bersumber dari artikel jurnal yang sesuai yang menerima dan memberikan pelayanan
dengan tema. kepada siswa penyandang disabilitas, baik sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN umum yang sudah mendapatkan predikat sebagai
sekolah inklusi, ataupun sekolah umum yang
belum mendapatkan predikat sebagai sekolah
Pemenuhan merupakan upaya yang
inklusi.
dilakukan untuk memenuhi, melaksanakan, dan
mewujudkan hak penyandang disabilitas.
Pemenuhan hak penyandang disabilitas yang Penyandang disabilitas memiliki
diatur dalam CPRD, diantaranya bebas dari kesempatan untuk mendapatkan pemenuhan hak
penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak yang sama baik dalam pendidikan, pekerjaan,
manusiawi, merendahkan martabat manusia, pelayanan public, transportasi, dll. CPRD
bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan menegaskan kembali bahwa penyandang
semena-mena, serta memiliki hak untuk disabilitas harus menikmati hak-hak yang sama
mendapatkan penghormatan atas integritas dengan individual yang bukan penyandang
mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan disabilitas, dan menekankan bahwa masyarakat
dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak harus menjunjung prinsip pemenuhan akodomasi
untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang layak (reasonable accommodation) atas
sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam kebutuhan-kebutuhan mereka, guna menjamin
keadaan darurat. Akan tetapi kondisi penyandang partisipasi mereka secara maksimal. Hal ini sesuai
disabilitas di Indonesia masih memprihatinkan, dengan hasil penelitian Nuroohman yang
misalnya masih mengalami pelanggaran HAM, menyatakan bahwa penyandang disabilitas berhak
menjadi korban kriminalitas, pelecehan, mendapatkan pemenuhan hak pendidikan, olah
mendapatkan stigma negativ, pengusiran, raga, pekerjaan, politik, jaminan sosial, informasi
pengejekan, hinaan, pemerkosaan, kekerasan dan komunikasi, hak mobilitas fisik, hak situasi
sampai pada tindakan pembunuhan (Sholihah, darurat, huburan, serta hak persamaan hukum
2016). Bahkan dalam lingkungan keluarga juga (Hidayatullah & Pranowo, 2018). Perlindungan
masih terjadi ketidak adilan bagi penyandang untuk penyandang disabilitas harus dijamin oleh
disabilitas misalnya anggota keluarga yang malu, regulasi baik pemerintah pusat maupun daerah,
memberikan batasan bersosial untuk mereka yang penyandang disabilitas juga memiliki persamaan
memiliki keterbatasan, bahkan hingga ada yang kesempatan melalui penyediaan aksebilitas oleh
memasung. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemerintah maupun masyarakat yang dalam
dala lingkup keluargapun masih ada yang pelaksanaannya disertai tanggungjawab bersama
memandang anak yang menyandang disabilitas untuk peduli kepada keberadaan penyandang
itu tidak mampu berpikir, tidak memiliki bakat, disabilitas (Ridlwan, 2014).
dan tidak memiliki masa depan, sehingga
berimplikasi pada anak penyandang disabilitas Hak bekerja yang dimiliki oleh penyandang
yaitu merasa rendah diri, menutup diri untuk disabilitas sesuai dengan peraturan perundangan
bergaul dimasyarakat, hingga merasa menderita yang ada khususnya undang-undang No 8 tahun
dengan lingkungan yang tidak peduli kepadanya 2016 tentang penyandang disabilitas menjelaskan
(Musoliyah, 2019). Hal ini perlu upaya yang serius tentang pemberi kerja Pemberi Kerja adalah
dari pemerintah pusat hingga daerah serta orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
masyarakat untuk menyelesaikan persoalan atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Jadi sudah di atur dalam regulasi
Penyandang disabilitas juga berhak tentang kewajiban memberikan pekerjaan untuk
mendapatkan pendidikan, baik pendidikan di para penyandang disabilitas. Sedangnya hak
untuk penyandang disabilitas di atur dalam pasal
48
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

11 UU No 8 tahun 2016 tentang Penyandang 2. Mengidentifikasi jenis penyandang


disabilitas. Yang menyatakan, Hak pekerjaan, disabilitas, Penyandang disabilitas atau
kewirausahaan, dan koperasi untuk Penyandang dalam dunia Penyandang disabilitas
Disabilitas meliputi hak: dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu cacat
fisik, cacat metal, serta cacat fisik dan
a. memperoleh pekerjaan yang mental. Cacat pada penyandang disabilitas
diselenggarakan oleh Pemerintah, disebabkan oleh adanya gangguan.
Pemerintah Daerah, atau swasta tanpa Gangguan adalah sebuah masalah pada
Diskriminasi; fungsi tubuh atau strukturnya; suatu
pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang
b. memperoleh upah yang sama dengan tenaga dihadapi oleh individu dalam melaksanakan
kerja yang bukan Penyandang Disabilitas
tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan
dalam jenis pekerjaan dan tanggung jawab
partisipasi merupakan masalah yang dialami
yang sama;
oleh individu dalam keterlibatan dalam
c. memperoleh Akomodasi yang Layak dalam situasi kehidupan. Penyandang disabilitas
pekerjaan; fisik misalnya cacat pada anggota bagian
d. tidak diberhentikan karena alasan tubuh (tangan, kaki, mata, tubuh, telinga)
disabilitas; yang mengakibatkan aktifitas dan partisipasi
e. mendapatkan program kembali bekerja; kehidupan sehari-hari menjadi terbatas.
f. penempatan kerja yang adil, proporsional, Disabilitas mental dalam psikologi
dan bermartabat; dideskripsikan berdasarkan permasalahan
g. memperoleh kesempatan dalam permasalahan yang termanifestasi dalam
mengembangkan jenjang karier serta segala bentuk keterbatasan fungsi psikologis dan
hak normatif yang melekat di dalamnya; dan sosial
3. Menyelenggarakan sosialiasi tentang
h. memajukan usaha, memiliki pekerjaan pelaksanaan pelatihan untuk penyandang
sendiri, wiraswasta, pengembangan
disabilitas di Kota Semarang yang
koperasi, dan memulai usaha sendiri.
dilaksanakan oleh dinas Tenaga Kerja kota
Kebijakan untuk para penyandang Semarang.
disabilitas sebagai upaya pemenuhan hak bekerja 4. Proses Pembuatan Web khusus untuk
selain diatur dalam undang-undang juga di atur penyandang disabilitas di Kota Semarang
dalam peraturan di tingkat daerah. Orientasi
hal ini berjuan untuk memudahkan dinas
pengaturan hukum pada penyandang disabilitas
Kota Semarang dalam melakukan
ini sangat penting, bertujuan untuk 1)
pendataan jumlah penyandang disabilitas.
memajukan, melindungi, memenuhi hak yang Dengan adanya sistem di web diharapkan
sama, serta penghormatan pada derajat akan lebih mudah untuk melakukan akses
penyandang disabilitas, 2) mendapatkan
dalam mengidentifikasi penyandang
penghormatan atas integritas fisik dan mental
disabilitas.
agar sama dengan yang lain, 3) meningkatkan
5. Memberikan pelatihan untuk penyandang
kesadaran masyarakat tentang keberadaan disabilitas agar penyandang disabilitas di
penyandang disabilitas (Ridlwan, 2014). Begitu Kota Semarang siap untuk bekerja, dan
juga dengan pemerintah kota Semarang, upaya
memiliki keterampilan sehingga siap dalam
pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas di
menghadapi tantangan dunia kerja sekaligus
Kota Semarang telah dilaksanakan dengan baik,
sebagai upaya pemerintah kota Semarang
hasil penelitian yang telah dilakukan dengan dalam memenuhi Hak penyandang
wawancara dengan Dinas Tenaga Kerja kota disabilitas.
semarang langkah-langkah yang dilakukan
6. Menggandeng organisasi-organisasi atau
sebagai upaya pemenuhan hak penyandang
komunitas penyandang disabilitas di Kota
disabilitas, khususnya dalam bekerja adalah
Semarang, sebagai upaya untuk bekerjasama
sebagai berikut. dalam upaya memenuhi hak bagi
1. Melakukan pendataan jumlah penyandang penyandang disabilitas di Kota Semarang.
disabilitas di Kota semarang melalui
Upaya untuk memenuhi hak bekerja
bantuan dari RT dan RW yang ada di Kota
bagi penyandang disabilitas telah dilaksanakan
Semarang, hal ini dilakukan untuk
di Kota Semarang telah dilaksanakan secara
memudahkan pemerintah kota semarang optimal, akan tetapi tidak terlepas dari
untuk melakukan pendataan pada jumlah kekurangan. Prinsip pelaksanaan dari upaya
penyandang disabilitas di Kota Semarang. pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas di

49
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

kota Semarang di dasarkan pada undang-undang peraturan di tingkat daerah pada peraturan
dan juga peraturan gubernur Jawa Tengah. daerah Gubernur Jawa tengah. Upaya
Jumlah penyandang disabilitas di Kota pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas
Semarang jumlahnya tergolong banyak. Hal ini tidak bisa jika hanya dilakukan oleh pemerintah
menuntut pemerintah Kota Semarang untuk pusat dan daerah, melainkan perlu adanya
berupaya secara sunggguh-sungguh untuk tetap dukungan dari masyarakat luas tentang
memberikan hak perlindungan bagi penyandang keberadaan penyandang disabilitas. Diperlukan
disabilitas khususnya dalam bekerja. juga regulasi di tingkat Kabupaten atau kota
Dari hasil wawancara hambatan yang sebagai penjabaran jaminan perlindungan bagi
dijumpai dalam upaya pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.
penyandang disabilitas di kota semarang
diantaranya adalah DAFTAR PUSTAKA
1. Belum adanya regulasi khusus untuk
penyandang disabilitas di kota Semarang
Hidayatullah, A. N., & Pranowo, P. (2018).
dalam bentuk Peraturan Kota, sehingga
Membuka Ruang Asa dan Kesejahteraan
pelaksanaan pemenuhan hak untuk
Bagi Penyandang Disabilitas. Jurnal
penyandang disabilitas mengacu pada
Penelitian Kesejahteraan Sosial, 17(2), 195–
undang-undang No 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas dan berdasarkan 206.
pada peraturan gubernur Jawa Tengah. Hal
ini berdampak pada Kota Semarang tidak Musoliyah, A. (2019). Pemenuhan Hak-hak
bisa melakukan upaya lebih dalam upaya Anak Berkebutuhan Khusus dalam
pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas. Perspektif Undang-Undang Nomor 8
2. Belum lengkapnya sarana dan prasarana Tahun 2016 tentang Penyandang
yang sesuai dengan kebutuhan para Disabilitas: Studi Kasus Di Desa
penyandang disabilitas baik pada akses Sonoageng Kecamatan Prambon
public seperti transportasi, jalan khusus Kabupaten Nganjuk. Journal of Family
penyandang disabilitas. Hal ini juga dialami Studies, 3(2), 1–12.
oleh dinas tenaga Kerja Kota Semarang.
Sehingga pelaksanaan pelatihan masih harus Paikah, N. (2019). Implementasi Undang-
disesuaikan dengan sarana yang dimiliki Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
oleh dinas tenaga kerja kota Semarang. Penyandang Disabilitas Dalam
3. Belum adanya sanksi/regulasi untuk Perlindungan Dan Pemenuhan Hak
perusahaan yang tidak membuka kuota Penyandangdisabilitas Di Kabupaten Bone.
untuk penyandang disabilitas. Justru Ekspose: Jurnal Penelitian Hukum Dan
pemerintah pusat dan daerah akan Pendidikan, 16(1), 335.
memberikan reward kepada perusahaan https://doi.org/10.30863/ekspose.v16i1.9
yang membuka kuota untuk penyandang 1
disabilitas, akan tetapi tidak diwajibkan
sehingga masih banyak perusahaan besar Ridlwan, Z. (2014). Negara Hukum Indonesia
yang memilih tidak membuka kuota untuk Kebalikan Nachtwachterstaat. Fiat Justisia,
penyandang disabilitas. 5(2), 141–152.
4. Belum adanya kebijakan untuk saling https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v5no
bekerjasama antara dinas kota Semarang 2.56
dengan Balai Latihan Kerja Kota Semarang
khususnya untuk memberikan pelatihan
Sholihah, I. (2016). Kebijakan Baru: Jaminan
kerja untuk para penyandang disabilitas.
Pemenuhan Hak Bagi Penyandang
Sehingga pemenuhan hak bekerja bagi
Disabilitas. Sosio Informa, 2(2), 166–184.
disabilitas sulit untuk dipenuhi.
https://doi.org/10.33007/inf.v2i2.256

SIMPULAN Thohari, S. (2014). Pandangan Disabilitas dan


Simpulan dari artikel ini adalah, upaya Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi
pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas Penyandang Disabilitas di Kota Malang.
telah diupayakan dengan baik oleh Pemerintah Indonesian Journal of Disability Studies, 1(1),
Kota Semarang, dalam pelaksanaannya 27–37.
mengacu pada undang-undang dan juga

50
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)

Netherlands, K. o. (2011). Fakta tentang


penyandang disabilitas dan pekerja anak.
Jakarta: Organisasi buruh internasional
.
Prakosa, P. W. (2012). Dimensi Sosial
Disabilitas Mental di Komunitas Semin
Yogyakarta. Jurnas Psikologi UGM, 10-
18.
Pawestri, A. (2017). Hak Penyandang Disabilitas
dalam Perspektif HAM Internasiobal
dan HAM Nasional . Era Hukum , 164-
182.
Prakosa, P. W. (2011). Dimensi sosial Disabilitas
Mental di Komunitas Semin. Jurnal
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada, 1-10.
Prakosa, P. W. (2012). Dimensi Sosial
Disabilitas Mental di Komunitas Semin
Yogyakarta. Jurnas Psikologi UGM, 10-
18.
Purnomosidi, A. (2017). Konsep Perlindungan
Hak Konstitusional Penyandang
Disabilitas di Indonesia . Jurnal Ilmu
Hukum , 161-174.
Ridlwan, Z. (2013). Perlindungan Hak-hak
Konstitusional Penyandang Disabilitas.
Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum , 231-243.
Utari, I. T. (2014 ). Persepsi Mahasiswa
Penyandang Disabilitas Tentang Sistem
Pendidikan Segregasi Dan Pendidikan
Inklusi. jurnal ilmiah berkebutuhan khusus,
1-10.

51

Anda mungkin juga menyukai