Pemenuhan Hak Bekerja Bagi Penyandang Disabilitas
Pemenuhan Hak Bekerja Bagi Penyandang Disabilitas
INTEGRALISTIK
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/index
Abstract
The policy regarding the protection and fulfillment of the rights of persons with disabilities
as stipulated in Law No. 8 of 2016 on Persons with Disabilities must be ensured to be
realized. The purpose of this research is to analyze the implementation of the law by
analyzing the implementation process, identifying obstacles, and the readiness of local
governments in implementing the Law on Persons with Disabilities in Semarang City.
The method in this research uses qualitative methods, the data sources used are primary
data sources and secondary data. The results of the study show that the fulfillment of the
rights of persons with disabilities in the city of Semarang is based on Law No. 8 of 2016
concerning Persons with Disabilities, especially in article 11. The efforts that have been
made by the Semarang City Manpower Office in fulfilling the rights of persons with
disabilities consist of collecting data on the number of people with disabilities in Semarang
City through assistance from RT and RW in Semarang City, Identifying types of people
with disabilities, Organizing socialization about the implementation of training for people
with disabilities in Semarang City, Creating a special Web to accommodate the number
of people with disabilities in Semarang City to be more effective in data collection on the
45
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)
number of people with disabilities, Providing training for persons with disabilities so that
persons with disabilities in Semarang City are ready to work, Collaborating with
organizations or communities of persons with disabilities in Semarang City, as an effort
to cooperate in an effort to fulfill the rights of persons with disabilities in Semarang City.
© 2019, Universitas Negeri Semarang
Corresponding author : ISSN 2549-5011
Address: Gedung C4 Lantai 1 Fakultas Ilmu Sosial
E-mail: etayuni@mail.unnes.ac.id
Semarang dalam bidang pekerjaan. Dari hasil sekolah yang berkebutuhan khusus seperti SLB
wawancara dengan informan diharapkan peneliti maupun di sekolah inklusif. Alternatif untuk
akan memperoleh data terkait pemenuhan hak memberikan hak yang sama bagi penyandang
disabilitas adalah dengan memberikan pendidikan
yang diperoleh bagi penyandang disabilitas di inklusi, pendidikan inklusi merupakan upaya
Kota Semarang, khususnya dalam pemenuhan pendidikan untuk mengurangi atau
hak untuk mendapatkan pekerjaan. Selain dari menghilangkan batasan atau hambatan dalam
informan, penulis juga akan menggunakan mengakses pendidikan bagi penyandang
sumber opini lain sebagai penguat argumentasi disabilitas. Menurut (Ulfah Fatmala Rizky, 2014)
Sekolah inklusi merupakan semua sekolah umum
yang bersumber dari artikel jurnal yang sesuai yang menerima dan memberikan pelayanan
dengan tema. kepada siswa penyandang disabilitas, baik sekolah
HASIL DAN PEMBAHASAN umum yang sudah mendapatkan predikat sebagai
sekolah inklusi, ataupun sekolah umum yang
belum mendapatkan predikat sebagai sekolah
Pemenuhan merupakan upaya yang
inklusi.
dilakukan untuk memenuhi, melaksanakan, dan
mewujudkan hak penyandang disabilitas.
Pemenuhan hak penyandang disabilitas yang Penyandang disabilitas memiliki
diatur dalam CPRD, diantaranya bebas dari kesempatan untuk mendapatkan pemenuhan hak
penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak yang sama baik dalam pendidikan, pekerjaan,
manusiawi, merendahkan martabat manusia, pelayanan public, transportasi, dll. CPRD
bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan menegaskan kembali bahwa penyandang
semena-mena, serta memiliki hak untuk disabilitas harus menikmati hak-hak yang sama
mendapatkan penghormatan atas integritas dengan individual yang bukan penyandang
mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan disabilitas, dan menekankan bahwa masyarakat
dengan orang lain. Termasuk didalamnya hak harus menjunjung prinsip pemenuhan akodomasi
untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan yang layak (reasonable accommodation) atas
sosial dalam rangka kemandirian, serta dalam kebutuhan-kebutuhan mereka, guna menjamin
keadaan darurat. Akan tetapi kondisi penyandang partisipasi mereka secara maksimal. Hal ini sesuai
disabilitas di Indonesia masih memprihatinkan, dengan hasil penelitian Nuroohman yang
misalnya masih mengalami pelanggaran HAM, menyatakan bahwa penyandang disabilitas berhak
menjadi korban kriminalitas, pelecehan, mendapatkan pemenuhan hak pendidikan, olah
mendapatkan stigma negativ, pengusiran, raga, pekerjaan, politik, jaminan sosial, informasi
pengejekan, hinaan, pemerkosaan, kekerasan dan komunikasi, hak mobilitas fisik, hak situasi
sampai pada tindakan pembunuhan (Sholihah, darurat, huburan, serta hak persamaan hukum
2016). Bahkan dalam lingkungan keluarga juga (Hidayatullah & Pranowo, 2018). Perlindungan
masih terjadi ketidak adilan bagi penyandang untuk penyandang disabilitas harus dijamin oleh
disabilitas misalnya anggota keluarga yang malu, regulasi baik pemerintah pusat maupun daerah,
memberikan batasan bersosial untuk mereka yang penyandang disabilitas juga memiliki persamaan
memiliki keterbatasan, bahkan hingga ada yang kesempatan melalui penyediaan aksebilitas oleh
memasung. Hasil penelitian menyatakan bahwa pemerintah maupun masyarakat yang dalam
dala lingkup keluargapun masih ada yang pelaksanaannya disertai tanggungjawab bersama
memandang anak yang menyandang disabilitas untuk peduli kepada keberadaan penyandang
itu tidak mampu berpikir, tidak memiliki bakat, disabilitas (Ridlwan, 2014).
dan tidak memiliki masa depan, sehingga
berimplikasi pada anak penyandang disabilitas Hak bekerja yang dimiliki oleh penyandang
yaitu merasa rendah diri, menutup diri untuk disabilitas sesuai dengan peraturan perundangan
bergaul dimasyarakat, hingga merasa menderita yang ada khususnya undang-undang No 8 tahun
dengan lingkungan yang tidak peduli kepadanya 2016 tentang penyandang disabilitas menjelaskan
(Musoliyah, 2019). Hal ini perlu upaya yang serius tentang pemberi kerja Pemberi Kerja adalah
dari pemerintah pusat hingga daerah serta orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
masyarakat untuk menyelesaikan persoalan atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Jadi sudah di atur dalam regulasi
Penyandang disabilitas juga berhak tentang kewajiban memberikan pekerjaan untuk
mendapatkan pendidikan, baik pendidikan di para penyandang disabilitas. Sedangnya hak
untuk penyandang disabilitas di atur dalam pasal
48
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)
49
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)
kota Semarang di dasarkan pada undang-undang peraturan di tingkat daerah pada peraturan
dan juga peraturan gubernur Jawa Tengah. daerah Gubernur Jawa tengah. Upaya
Jumlah penyandang disabilitas di Kota pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas
Semarang jumlahnya tergolong banyak. Hal ini tidak bisa jika hanya dilakukan oleh pemerintah
menuntut pemerintah Kota Semarang untuk pusat dan daerah, melainkan perlu adanya
berupaya secara sunggguh-sungguh untuk tetap dukungan dari masyarakat luas tentang
memberikan hak perlindungan bagi penyandang keberadaan penyandang disabilitas. Diperlukan
disabilitas khususnya dalam bekerja. juga regulasi di tingkat Kabupaten atau kota
Dari hasil wawancara hambatan yang sebagai penjabaran jaminan perlindungan bagi
dijumpai dalam upaya pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.
penyandang disabilitas di kota semarang
diantaranya adalah DAFTAR PUSTAKA
1. Belum adanya regulasi khusus untuk
penyandang disabilitas di kota Semarang
Hidayatullah, A. N., & Pranowo, P. (2018).
dalam bentuk Peraturan Kota, sehingga
Membuka Ruang Asa dan Kesejahteraan
pelaksanaan pemenuhan hak untuk
Bagi Penyandang Disabilitas. Jurnal
penyandang disabilitas mengacu pada
Penelitian Kesejahteraan Sosial, 17(2), 195–
undang-undang No 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas dan berdasarkan 206.
pada peraturan gubernur Jawa Tengah. Hal
ini berdampak pada Kota Semarang tidak Musoliyah, A. (2019). Pemenuhan Hak-hak
bisa melakukan upaya lebih dalam upaya Anak Berkebutuhan Khusus dalam
pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas. Perspektif Undang-Undang Nomor 8
2. Belum lengkapnya sarana dan prasarana Tahun 2016 tentang Penyandang
yang sesuai dengan kebutuhan para Disabilitas: Studi Kasus Di Desa
penyandang disabilitas baik pada akses Sonoageng Kecamatan Prambon
public seperti transportasi, jalan khusus Kabupaten Nganjuk. Journal of Family
penyandang disabilitas. Hal ini juga dialami Studies, 3(2), 1–12.
oleh dinas tenaga Kerja Kota Semarang.
Sehingga pelaksanaan pelatihan masih harus Paikah, N. (2019). Implementasi Undang-
disesuaikan dengan sarana yang dimiliki Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
oleh dinas tenaga kerja kota Semarang. Penyandang Disabilitas Dalam
3. Belum adanya sanksi/regulasi untuk Perlindungan Dan Pemenuhan Hak
perusahaan yang tidak membuka kuota Penyandangdisabilitas Di Kabupaten Bone.
untuk penyandang disabilitas. Justru Ekspose: Jurnal Penelitian Hukum Dan
pemerintah pusat dan daerah akan Pendidikan, 16(1), 335.
memberikan reward kepada perusahaan https://doi.org/10.30863/ekspose.v16i1.9
yang membuka kuota untuk penyandang 1
disabilitas, akan tetapi tidak diwajibkan
sehingga masih banyak perusahaan besar Ridlwan, Z. (2014). Negara Hukum Indonesia
yang memilih tidak membuka kuota untuk Kebalikan Nachtwachterstaat. Fiat Justisia,
penyandang disabilitas. 5(2), 141–152.
4. Belum adanya kebijakan untuk saling https://doi.org/10.25041/fiatjustisia.v5no
bekerjasama antara dinas kota Semarang 2.56
dengan Balai Latihan Kerja Kota Semarang
khususnya untuk memberikan pelatihan
Sholihah, I. (2016). Kebijakan Baru: Jaminan
kerja untuk para penyandang disabilitas.
Pemenuhan Hak Bagi Penyandang
Sehingga pemenuhan hak bekerja bagi
Disabilitas. Sosio Informa, 2(2), 166–184.
disabilitas sulit untuk dipenuhi.
https://doi.org/10.33007/inf.v2i2.256
50
Eta Yuni Lestari, Slamet Sumarto / INTEGRALISTIK Volume 33 (1) (2021)
51