Anda di halaman 1dari 2

Nama = Defron Yerico Situmorang (22553)

Kelas = SMBP A
Topik = Haruskah pelaku kekerasan seksual di kampus dikeluarkan dari kampus?

a. Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bahwa fenomena terjadinya pelecehan seksual di lingkungan
kampus bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Pada umunya pelecehan seksual adalah
segala tindakan seksual yang tidak diinginkan, permintaan untuk melakukan perbuatan
seksual, tindakan lisan atau fisik atau isyarat yang bersifat seksual, atau perilaku lain apapun
yang bersifat seksual, yang membuat seseorang merasa tersinggung, dipermalukan dan/atau
terintimidasi, sehingga menciptakan lingkungan yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak
sopan. Maka dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual dapat dilihat sebagai bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan laki-laki yang juga dapat dilecehkan secara seksual sebagai
perlakuan diskriminatif.
Secara sekilas kekerasan seksual dengan pelecehan seksual adalah istilah yang sama.
Namun sebenarnya dari segi maknanya, kekerasan seksual memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan pelecehan seksual. Kekerasan seksual adalah segala perilaku yang
dilakukan dengan menyasar seksualitas ataupun organ seksual seseorang tanpa persetujuan
orang yang bersangkutan, dengan unsur paksaan ataupun ancaman termasuk diantaranya
perdagangan perempuan dengan tujuan seksual serta pemaksaan prostitusi. Sedangkan
pelecehan seksual merupakan tindakan bernuansa seksual, baik melalui kontak fisik maupun
kontak non-fisik. Tindakan ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman, tersinggung,
merasa direndahkan martabatnya, hingga akhirnya mengakibatkan gangguan kesehatan fisik
maupun gangguan mental. Pelecehan seksual yang terjadi memiliki dampak yang parah bagi
psikologi korban. Dampak psikologis yang dialami oleh subjek dapat digolongkan menjadi
tiga bagian. Gangguan kognisi seperti sulit berkonsentrasi, sering melamun dan termenung
sendiri. Gangguan emosional yang mengganggu mood dan suasana hati serta perilaku
menyalahkan diri sendiri. Oleh karena itu pelecehan seksual ini tidak dapat dibiarkan begitu
saja karena akan berdampak besar terhadap timbulnya kasus bunuh diri yang akan dilakukan
oleh korban pelecehan seksual sebab mengalami depresi dan gangguan mentalitas serta akan
merusak generasi penerus bangsa.
b. Pembahasan
Menurut saya, apabila terjadi kekerasan ataupun pelecehan seksual pada lingkungan
kampus, saya sangat setuju (Pro) terhadap kebijakan untuk mengeluarkan pelaku kekerasan
ataupun pelecehan seksual dari kampus. Mengapa demikian? Pelecehan seksual sudah
termasuk ke dalam pelanggaran terhadap HAM di Indonesia. Pelecehan atau kekerasan seksual
disebut sebagai pelanggaran HAM yang berat, dikarenakan selain melukai fisik korbannya
juga otomatis melukai jiwanya, di mana kebanyakan korbannya merasa sudah tidak suci lagi
dan kotor. Sehingga, kebanyakan korban pemerkosaan rentan mengalami gangguan kejiwaan
karena trauma. Walaupun pemerkosaaan atau pelecehan seksual telah diketahui merupakan
pelanggaran HAM yang berat, akan tetapi masih banyak mahasiswa yang melakukan hal tidak
terpuji tersebut. Maka sebagai solusi terbaik dengan mempertimbangkan kondisi korban
pelecehan seksual adalah dengan mengeluarkan pelaku kekerasan dan pelecehan seksual ini
dari kampus, sebab tidak hanya merusak harga diri dan HAM orang lain juga merusak nama
baik kampus. Tidak hanya itu, tindakan kekerasan dan pelecehan seksual ini sudah dikenakan
tindak pidana sebab tidak sesuai dengan pasal Pasal 294 ayat (2) KUHP dan dikenakan pasal
1 angka 1 UU Nomor 12 Tahun 2022

c. Penutup
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pelecehan seksual dapat terjadi dimanapun dan
kapanpun. Tindakan pelecehan dan kekerasan seksual yang dikutuk semua pihak ini tidak
hanya terjadi di zona-zona rawan, tetapi juga kerap terjadi di lembaga pendidikan, yang
seharusnya sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadaban. Selain itu, pelecehan seksual
dapat dicegah dengan cara melakukan edukasi seks kepada laki-laki dan perempuan karena
edukasi seks merupakan hal yang penting agar tidak terjerumus pada hal yang tidak diinginkan,
selain itu kebiasaan akan lelucon seks juga merupakan tindakan pelecehan seksual karena hal
itu membicarakan hal yang tabu seperti menyinggung tentang pemerkosaan, kemudian jika
korban telah mengalami pelecehan seksual maka korban harus melaporkan kejadian tersebut
terhadap pihak berwajib namun apabila tidak berjalan dengam baik maka terpaksa
menyebarkan kasus tersebut di media sosial agar mendapat perhatian lebih.

Anda mungkin juga menyukai