Disusun Oleh :
Kelompok 1
Fakultas Vokasi
Jakarta, 2022
1. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian Pengaturan Suhu
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu permukaan
berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit daan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang
dapat diterima berkisar dari 36℃ atau 37,4℃. Fungsi jaringan dan sel tubuh
paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005). Menurut
Sutisna (2010) Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Panas yang diproduksi dikurangi pengeluaran panas sama dengan nilai
suhu tubuh. Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot asimilasi
makanan dan oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat
metabolisme basal. Panas dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi
(hantaran), dan penguapan air di saluran napas dan kulit. Sejumlah panas juga
dikeluarkan melalui urine dan feses.
Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang berfungsi
sebagai termostat tubuh. Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan
suhu darah sekecil0,01℃ (Sloane, 2003). Pusat termoregulasi menerima
masukan dari termoreseptor dihipotalamus itu sendiri yang berfungsi menjaga
temperatur ketika darah melewati otak (temperatur inti) dan reseptor di kulit
yang menjaga temperatur eksternal.
B. Etiologi
Kecepatan metabolisme basal
Hormone pertumbuhan.
Hormone tiroid.
Demam (peradangan)
Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme
20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang
yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung
tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator
yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
C. Anatomi
D. Klasifikasi
E. Manifestasi Klinik
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point
hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang
berlebihan, pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal.
Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami klien :
1. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya
merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah
hipertermia. Biasanya suhu tubuh mencapai >40oC.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas uang tinggi. klien yang berisiko termasuk yang masih muda
maupun sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular,
hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang menjalankan olahraga
berat. Tanda dan gejala heatstroke adalah delirium, sangat haus, mual,
kram otot, gangguan visual dan bahkan inkontinensia urine. Penderita
heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu >40,5ºC mengakibatkan
kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemempuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35ºC, klien
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4ºC frekuensi
jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun, kulit menjadi sianosis
F. Patofisiologi
G. Pemeriksaan Penunjang
4) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah pada pasien DHF akan didapatkan hasil: a) Uji
turniquet positif. b) Jumlah trombosit mengalami penurunan
b. Diagnosa
Hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan kekurangan intake
cairan
Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient
Risiko perdarahan (D.0012) ditandai dengan koagulasi
(trombositopenia)
c. Intervensi
Hipovolemia (D.0023), intervensinya manajemen hypovolemia (I.03116)
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. Nacl, RL)
Teraupetik
Edukasi
Kolaborasi
Teraupetik
Edukasi
Kolaborasi
d. Implementasi
Hipovolemia (D.0023), intervensinya manajemen hypovolemia (I.03116)
1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemi
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Memonitor kebutuhan cairan
4. Memberikan banyak asupan cairan oral
5. Menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
6. Melakukan kolaborasi cairan IV isotonic (Nacl, RL)
DAFTAR PUSTAKA
WHO SEARO, 2011, Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and
Dengue Haemorrhagic Fever.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-sultan-agung/hukum-kepegawaian/
laporan-pendahuluan-demam-berdarah/30260248
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta Amin Huda Nurarif & Kusuma,
Hardhi. 2015.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM. Murwani.
2018.
Rampengan. 2017. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever. SDKI DPP PPNI. 2017.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.