Anda di halaman 1dari 13

UTS MANAJEMEN RISIKO

Pelaksanaan Manajemen Risiko dalam Meminimalisir Kredit Macet pada PT. Bank
Mandiri, Tbk

Yoan Miss B W Purba


190502119

PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN 4
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 4
3. Tujuan
Penulisan.................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN 5
1. Teori Manajemen Risiko........................................................................................................5
2. Data Perusahaan 8
3. Pelaksanaan Manajemen Risiko Perusahaan 9
BAB II PENUTUP.......................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai
lembaga keuangan, bank memiliki fungsi untuk menawarkan jasa keuangan, menerima dan
mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar berbagai risiko tidak terjadi. Risiko
yang harus diterima suatu bank adalah kemungkinan terjadinya peristiwa kegagalan atau sesuatu
yang dapat merugikan pihak bank (Tengor, dkk 2015).

Bank yang mengalami kegagalan akan menyebabkan dampak pada sistem perbankan dan bahkan
kepada sistem perekonomian. Oleh karena itu Bank Indonesia sangat berkepentingan untuk
mengatur dan mengawasi pengelolaan setiap aktivitas fungsional suatu bank agar dikelola
dengan sebaik mungkin sehingga dapat meminimalisir risiko-risiko yang mungkin terjadi.

Untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi, dengan itu bank wajib mengambil langkah-
langkah persiapan penerapan pengelolaan risikonya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui
pelaksanaan manajemen risiko pada suatu perusahaan.

Salah satu bank yang kini mendapat sorotan publik karena kredit macetnya adalah Bank Mandiri.
Kategori risiko kredit Bank Mandiri tergolong predikat tinggi akibat rasio NPLyang cukup besar.
Kondisi tersebut dapat terjadi akibat belum maksimalnya Bank Mandiri dalam menerapkan
risiko kredit. Oleh karena itu, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
risiko kredit Bank Mandiri dalam rangka meminimalisir kredit macet.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan manajemen risiko pada PT. Bank Mandiri, Tbk?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen risiko pada PT. Bank Mandiri, Tbk
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Manajemen Risiko

Secara sederhana pengerian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen


dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi, perusahaan,
keluarga, dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, mennyusun,
memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan
risiko.

Jadi seorang manajer risiko pada hakekatnya harus menjawab pertanyaan: Risiko apa saja yang
dihadapi perusahaan. Bagaimana dampak risiko-risiko tersebut terhadap bisnis perusahaan.
Risiko-risiko mana yang dapat dihindari, yang dapat ditangani sendiri dan yang mana yang harus
dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Metode mana yang paling cocok dan efisien untuk
menghadapinya serta bagaimana hasil pelaksanaan strategi penanggulangan risiko yang telah
direncanakan.

2. Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen risiko dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tujuan Sebelum Terjadinya Peril


 Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya: upaya untuk menanggulangi
kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan
melalui analisa keuangan terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi
asuransi, dan sebagainya.
 Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan.
 Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang
berasal dari pihak ketiga/pihak perusahaan, seperti:
-memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat bekerja
-mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh
debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh debitur.
b. Tujuan Sesudah Terjadinya Peril
 Menyelamatkan operasi perusahaan.
 Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan
terkena peril.
 Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir.
 Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang
sedang melakukan pengembangan usaha.
 Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan.
3. Proses Manajemen Risiko
a. Identifikasi risiko

Proses identifikasi risiko dilakukan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik risiko yang
melekat pada perusahaan tersebut, risiko dari produk dan kegiatan usaha perusahaan. Teknik
identifikasi risiko yang dapat dipakai sebagai berikut:

 Identifikasi seluruh risiko secara berkala.


 Melakukan identifikasi risiko pada seluruh produk dan aktivitas bisnis perusahaan.
 Menganalisis seluruh sumber risiko, yang paling tidak dilakukan terhadap risiko produk
dan aktivitas perusahaan serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru
telah melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau
dijalankan.

b. Pengukuran risiko

Pengukuran risiko adalah proses sistematis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur
tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan melalui kuantifikasi risiko.5 Tindakan yang
perlu diperhatikan adalah:

 Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data, dan prosedur yang
digunakan. “Secara berkala” adalah minimal secara triwulanan atau lebih sesuai dengan
perkembangan usaha perusahaan dan kondisi eksternal yang memengaruhi kondisi
perusahaan.
 Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terdapat perubahan kegiatan
usaha perusahaan, produk, transaksi, dan faktor risiko yang bersifat material yang dapat
memengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

c. Pemantauan risiko

Sistem dan prosedur pemantauan mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur risiko,
toleransi risiko, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing atau konsistensi pelaksanaan
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Pemantauan dilakukan baik oleh unit pelaksana
maupun oleh SKMR (Satuan Kerja Manajemen Risiko). Hasil pemantauan disajikan dalam
laporan berkala yang disampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan
yang diperlukan.

d. Pengendalian risiko

Sebuah perusahaan harus memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai dengan mengacu
pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Proses pengendalian risiko harus disesuaikan
dengan eksposur risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Pengendalian
dapat dilakukan dengan metode mitigasi risiko, antara lain lindung nilai dan penambahan modal
untuk menyerap potensi kerugian.
4. Pengertian Kredit Macet

Kredit macet dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur
(Dahlan, 2001:174).

Sedangkan menurut Veithzal Riva‟i (2008:477) kredit macet merupakan kesulitan nasabah di
dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank,baik dalam bentuk pembayaran
kembali pokoknya, pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkosongkos bank yang menjadi
beban nasabah debitur yang bersangkutan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit macet sebagai pinjaman yang
mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannyaoleh nasabah debitur terhadap
bank karena faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali
debitur.

5. Faktor Penyebab Kredit Macet


a. Faktor eksternal bank
1. Adanya maksud tidak baik dari para debitur yang diragukan.
2. Adanya kesulitan atau kegagalan dalam proses likuiditas dari perjanjian kredit yang telah
disepakati antara debitur dengan bank.
3. Kondisi manajemen dan lingkungan usaha debitur.
4. Musibah (misalnya : kebakaran, bencana alam) atau kegagalan usaha.
b. Faktor internal bank
1. Kurang adanya pengetahuan dan keterampilan para pengelola kredit.
2. Tidak adanya kebijakan perkreditan pada bank yang bersangkutan.
3. Pemberian dan pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank menyimpang dari prosedur
yang telah ditetapkan.
4. Lemahnya organisasi dan manajemen dari bank yang bersangkutan.

6. Non Performing Loan (NPL)

Menurut Hartanto dan Diansyah (2017), NPL (Net Performing Loan) adalah tingkat
pengembalian kredit yang diberikan debitur kepada bank dengan kata lain NPL merupakan
tingkat kredit macet pada bank tersebut.

Menurut Ismail (2010:226) adalah kondisi dimana debitur tidak dapat membayar kewajibannya
terhadap bank yaitu kewajiban dalam membayar angsuran yang sudah dijanjikan diawal.

Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Non Performing Loan (NPL) merupakan
cara untuk mengukur besar kecilnya persentase kredit bermasalah pada suatu bank yang akibat
dari ketidaklancaran nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran.
Semakin tinggi tingkat rasio NPL maka akan semakin besar risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank yang akan menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Sebaliknya
apabila tingkat rasio NPL semakin rendah maka tingkat kredit bermasalah akan semakin rendah,
yang berarti kondisi bank juga semakin baik.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan batas maksimal NPL sebesar 5%.

7. Data Perusahaan

Berikut merupakan grafik Non Performing Loan PT. Bank Mandiri, tbk tahun 2016-2021.

Terjadi penurunan NPL tahun 2016-2018, dikarenakan strategi yang dilakukan bank mandiri
dengan melakukan restrukturisasi kredit.

Hal tersebut menandakan bahwa tingkat kredit macet bank mandiri dari tahun 2016-2018
semakin menurun, yang artinya kondisi bank semakin membaik.

Akan tetapi tahun 2019 terjadi kenaikan 0,17% dibanding tahun 2018, hal ini disebabkan
kebijakan yang diambil perseroan yakni dengan menurunkan kelas kredit dengan kualitas rendah,
terutama pada kredit konstruksi khususnya apartemen dan bangunan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019 kredit macet pada bank mandiri semakin
meningkat, sehingga menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank. Akan tetapi
pada tahun 2020 terjadi penurunan NPL kembali.

Walaupun pada tahun 2020 terjadi penurunan NPL, manajemen risiko tetap perlu melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap kemungkinan terjadinya kredit bermasalah atau kredit
macet terhadap perusahaan.
8. Pelaksanaan Manajemen Risiko PT. Bank Mandiri, Tbk

Manajemen risiko perbankan diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) 5/8/PBI/2003 yaitu
mengenai pelaksanaan Manajemen Rsisiko Bank. Bank diharuskan mengelola risiko perbankan
melalui kegiatan:

Identifikasi risiko. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis risiko yang melekat pada
setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan Perseroan.

Pengukuran risiko. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko yang melekat pada
aktivitas Perseroan untuk dibandingkan dengan risk appetite Perseroan sehingga Perseroan dapat
mengambil tindakan mitigasi risiko dan menentukan modal untuk mengcover risiko residual.

Monitoring risiko. Hal ini bertujuan antara lain untuk membandingkan limit risiko yang telah
ditetapkan dengan besaran risiko yang sedang dikelola.

Pengendalian risiko. Hal ini dilakukan terhadap potensi terjadinya pelampuan atas limit risiko
yang telah ditetapkan dan dapat ditolerir oleh Perseroan.

Dalam pelaksanaannya, bank mandiri senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam


mengelola segala jenis risiko sebagai wujud komitmen Bank Mandiri dalam menjalankan
praktik tata kelola perusahaan yang baik. Kerangka kerja dan tata kelola manajemen risiko
Bank Mandiri menggunakan Pendekatan Pertahanan Tiga Lapis (three layers of defence), yaitu:

 Dewan Komisaris menjalankan fungsi pengawasan risiko (risk oversight)


melalui Komite Pemantau Risiko, Komite Tata Kelola Terintegrasi dan Komite Audit.
 Dewan Direksi menjalankan fungsi kebijakan risiko (risk policy) melalui Executive
Committee terkait manajemen risiko yaitu Risk Management Committee, Asset &
Liability Committee, Capital Subsidiaries Committee dan Integrated Risk Committee.
 Di tingkat operasional, Satuan Kerja Manajemen Risiko bersama unit bisnis dan
unit kerja kepatuhan melakukan fungsi identifikasi risiko, pengukuran risiko,
mitigasi risiko dan pengendalian risiko.

Empat Pilar Penerapan Manajemen Risiko

Implementasi Manajemen Risiko Bank Mandiri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari
regulator yaitu dengan menerapkan empat pilar penerapan Manajemen Risiko sebagai berikut:

1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Kerangka kerja dan tata kelola manajemen risiko di Bank Mandiri terdiri dari Dewan
Komisaris yang menjalankan fungsi pengawasan risiko (risk oversight) melalui Komite
Audit, Komite Pemantau Risiko (KPR) dan Komite Tata Kelola Terintegrasi (TKT), serta
Dewan Direksi yang menjalankan fungsi kebijakan risiko (risk policy)melalui Executive
Committee terkait manajemen risiko yaitu Risk Management Committee, Asset and Liability
Committee, Capital and Subsidiaries Committee, dan Integrated Risk Committee.

2. Kecukupan Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit

Bank Mandiri memiliki Kebijakan ManajemenRisiko Bank Mandiri (KMRBM) yang


dijadikan sebagai pedoman utama dalam melaksanakan manajemen risiko. Dalam kebijakan
dan prosedur tersebut, antara lain diatur mengenai penetapan limit untuk masing-masing
aktivitas, baik pada level portfolio maupun transaksional.

Seluruh kebijakan dan prosedur di Bank Mandiri merupakan bentuk pengelolaan risiko
yang melekat pada setiap aktivitas operasi Bank yang dievaluasi dan di-update minimal
sekali dalam setahun.

3. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko,


Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

Bank Mandiri menjalankan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian


Risiko, dan Sistem Informasi Manajemen Risiko melalui kerangka kerja Enterprise
Risk Management (ERM). Implementasi ERM di Bank Mandiri menggunakan pendekatan
two-prong, untuk memastikan bahwa risiko tidak hanya dimitigasi dengan baik memalui proses
bisnis sehari-hari, namun juga pada kondisi yang tidak terduga (downturn) melalui pencadangan
modal.

Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Risiko

Bank senantiasa melakukan evaluasi atas efektivitas sistem manajemen risiko. Evaluasi
meliputi penyesuaian strategi dan kerangka risiko sebagai bagian dari kebijakan manajemen
risiko, kecukupan sistem informasi manajemen risiko serta kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko.

Prinsip Manajemen Risiko Bank Mandiri

Prinsip Manajemen Risiko Bank Mandiri adalah sebagai berikut:

1. Permodalan.
Bank Mandiri menyediakan permodalan sesuai risikoyang ditanggung dan
memelihara tingkat permodalan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Transparansi.
Bank Mandiri secara terbuka menyampaikan informasi yang relevan dalam proses
pengambilan risiko itu sendiri.
3. Independensi Manajemen
Bank Mandiri bertindak secara profesional dan terbebas dari tekanan dan pengaruh pihak
lain.
4. Terintegrasi. Bank Mandiri menerapkan Manajemen Risiko Terintegrasi pada
Lembaga Jasa Keuangan yang tergabung dalam konglomerasi keuangan Bank Mandiri
sesuai dengan ketentuan regulator.
5. Berkesinambungan.
Pengendalian risiko dilakukan secara terusmenerus dikembangkan agar lebih baik
sesuai dengan kondisi bisnis dan best practice yang ada.
6. Akuntabilitas.
Bank Mandiri menerapkan kebijakan dan prosedur untuk menjaminakuntabilitas
manajemen terhadap stakeholde
7. Responsibilitas.
Bank Mandiri bertindak berdasarkan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan
terhadap peraturan perundangan yang berlaku.8.Kewajaran (fairness). Bank Mandiri
memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran
(equal treatment).
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dapat dsimpulkan bahwa manajemen risiko adalah upaya untuk mengendalikan risiko yang
terjadi dengan menerapkan cara-cara sistematik agar kerugian dapat dihindari atau
diminimalisirkan.

Terjadinya kredit macet pada sebuah bank dapat disebabkan faktor eksternal bank maupun faktor
internal bank sendiri. Adapun penyebab dari kredit macet pada PT. Bank Mandiri, Tbk dalam 5
tahun terakhir yaitu dikarenakan dilakukannya restrukturisasi kredit akibat terjadinya pandemi
Covid-19.

Sehingga dalam menanggulangi dan meminimalisir terjadinya kredit macet, Bank Mandiri secara
konsisten mengelola sistem manajemen risiko dengan berpedoman pada regulasi dan
perundangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Bank Mandiri senantiasa
mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam mengelola segala jenis risiko sebagai wujud
komitmen Bank Mandiri dalam menjalankan praktik tata kelola perusahaan yang baik.

Adapun implementasi Manajemen Risiko Bank Mandiri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dari regulator yaitu dengan menerapkan empat pilar penerapan Manajemen Risiko yaitu:

a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi


b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit
c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko,
Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

2. Saran

Dalam menanggulangi atau meminimalisir terjadinya kredit macet pada suatu, bank maka upaya
yang dapat dilakukan yaitu:

1. Rescheduling
Merupakan upaya yang dilakukan bank untuk menangani kredit bermasalah dengan
membuat penjadwalan kembali.Cara penjadwalan kembali ini dilakukan dengan cara
memperpanjang jangka waktu pembayaran angsuran ke bank. Penjadwalan kembali ini
dilakukan oleh bank agar debitur dapat membayar kembali kewajibannya.
2. Reconditioning
Merupakan upaya bank dalam menyelamatkan kredit dengan mengubah sebagian
perjanjian yang telah dilakukan bank dengan nasabah.Perubahan sebagian atau seluruh
syarat kredit seperti perubahan jadwal angsuran, jangka waktu dan tingkat suku
bunga.Dengan adanya reconditioning , maka diharapkan bahwa debitur dapat
menyelesaikan kewajibannya sampai dengan lunas.
3. Restructuring
Merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah
dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang
dibiayai memang masih layak. Tindakan ini dengan menambah jumlah kredit, dengan
menambah equity.

Anda mungkin juga menyukai