NOTULENSI WEBINAR
“SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN, BAGAIMANA PERSYARATAN DAN
TATA CARANYA?”
Materi 1 : Kebijakan Sertifikasi Benih
Bapak Dr. Ir. M. Takdir M., MM (PLT Direktur Perbenihan)
Dalam melakukan sertifikasi benih, perlu adanya tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah pendampingan dalam pelepasan varietas yang sudah
diketahui produktivitas dan potensinya, tahan terhadap hama dan penyakit, kualitas mutu dan
kemurnian benih. Benih yang dilepas harus diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan benih
contohnya benih padi yang membutuhkan sekitar 11 jt ha benih. Upaya perbanyakan benih harus
diperhatikan oleh para pembeli dan pemulia benih. Misalnya benih inbrida yang kita kenal
sebagai level kuning kemudian diturunkan menjadi level putiholeh balai benih, kemudian
menjadi level umum yang ditangkarkan oleh GPI dan petani-petani yang sudah mahir atau
produsen-produsen benih nasional ini harus dikawal untuk mendapatkan sertifikat benih agar
kualitas dari benih dapat dibuktikan.
Produksi benih untuk memenuhi kebutuhan sekitar 11 jt ha tersebar di beberapa center yang
ada di daerah-daerah memerlukan upaya tambahan. Upaya tambahan dilakukan untuk menjaga
peredaran dan konsistensi mutu. Upaya ini dapat dilakukan oleh para produsen benih sehingga
daapat mempertahankan peredaran dan konsistensi mutu benih. Selain itu direktorat perbenihan
termasuk BPSB juga melakukan upaya digitalisasi sistem informasi perbenihan melalui aplikasi.
Aplikasi perbenihan bisa digunakan untuk mendeteksi, membarcode dan sebagai wujud
transparansi informasi dari benih tersebut.
Bantuan pemerintah berupa benih padi pada tahun 2020 berkisar 25-30% dari 11 jt ha yaitu
sekitar 3 jt ha. Dalam pemberian bantuan tersebut 65% benih bersertifikat digunakan untuk
ditanam para petani, selebihnya menggunakan benih-benih varietas unggul. Hal ini dilakukan
agar produksi benih dapat mencapai kebutuhan benih di lapangan dan didapatkan pula benih
yang berkualitas dan tahan terhadap hama penyakit.
Pendampingan budidaya pada suatu komoditas misalnya padi perlu dilakukan agar
menghasilkan benih yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan untuk 11 jt ha benih.
Selain pendampingan, pada proses budidaya harus dilakukan dengan menggunakan teknologi
agar dapat mencapai produktivitas yang diharapkan.
Materi 2 : Pembinaan Produksi Benih Tanaman Pangan
Bapak Ir. Yudi Margustian (PLT Kabid TPH Jambi)
Penangkar benih adalah kelompok tani yang memiliki fungsi melakukan penangkaran,
perbanyakan varietas unggul bersertifikat. Dalam kelompok pennagkar benih harus dilakukan
pembinaan. Pembinaan penangkar benih dilakukan dari hulu ke hilir dengan melibatkan instansi
dan stake holder terkait. Bebrapa instansi yang terlibat dalam pembinaan penangkar benih antara
lain UPTD Perbenihan, UPTD BPSPT, UPTD BPTPH, Penyuluh Pertanian dan Brigade
Alsintan. Semua intansi memiliki peran dan tugas masing-masing dalam pembinaan penangkar
benih tersebut.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembinaan penangkar benih antara lain :
Pembinaan penangkar dan produsen benih melibatkan berbagai pihak, seperti UPTD
Perbenihan untuk peanangkaran benih sumber, pendampingan dari UPTD BPSPT untuk
menghasilkan benih bermutu, brigade Alsintan dari Bdiang Sapras dan Bidang Pangan selaku
pengguna benih.
Melakukan konsolidasi dan menekankan ke penyedia benih agar mengutamakan benih
lokal(in situ) hasil penangkaran petani
Berkoordinasi dengan dinas kabupaten/kota untuk membuat penangkaran sesuai dengan
jumlah kebutuhan benih dan varietas yang sesuai sehingga apabila pengadaan benih tidak
perlu lagi mendatangkan benih dari luar.