Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT

KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN


PADA PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS

Oleh:

MURNISAH

2019.01.00.02.003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI

BUKITTINGGI

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan dunia yang sudah serba instan seperti sekarang ini, penyakit
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama
yang dihadapi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan
salah satu penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian nomor satu di
dunia setiap tahunnya. Hipertensi termasuk penyakit kardiovaskuler yang paling
umum dan paling banyak diidap oleh masyarakat(Fatimah & Ilmi, 2018)

Hipertensi adalah suatu kondisi atau keadaan seseorang yang ditandai dengan
kenaikan tekanan darah diatas normal yaitu sistoliknya ≥140 mmHg dan diastolik
menunjukkan angka ≥90 mmHg(Tambuwun, A, Kandou, G, Nelwan, 2021). Tekanan
sistolik merupakan pengaruh utama yang menjadi dasar penegakan diagnosis
hipertensi. Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang timbul ketika jantung
berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan yang ditimbulkan
ketika jantung relaksasi(Adyatma et al., 2019)

Data World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa setiap tahun


hipertensi memberikan kontribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskuler. Hal ini juga meningkatkan resiko stroke sebesar 24% (WHO, 2012).
Data WHO (2015) menunjukkan 1,13 miliar orang didunia menderita hipertensi dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan terus meningkat sebanyak 29% menjadi 1,5 miliar
orang dewasa yang menderita hipertensi di dunia. Data World Health Organization
(WHO) menjelaskan bahwa 2/3 orang yang menderita hipertensi berada di negara
berkembang. Negara berkembang memiliki 40% penderita hipertensi sedangkan
negara maju hanya 35%. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta
orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara(Makatindu et
al., 2021).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 menjelaskan
prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat
pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 8,8% dan berdasarkan hasil pengukuran
sebesar 34,1%(Makatindu et al., 2021). Sumatera Barat berada di urutan 32 dengan
prevalensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
25,16%. Di Sumatera Barat penderita hipertensi tertinggi di Kota Sawah Lunto
sebesar (33,11%) dan terendah di Kepulauan Mentawai (17,87%). Kota Bukittinggi
merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi kasus
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar
31,05% atau 56.881 orang (Riskesdas, 2018)

Pada umumnya seseorang yang telah menderita hipertensi tidak sadar jika mereka
sudah mengidap hipertensi karena tidak merasakan gejala khusus dari penyakit
tersebut. Kondisi ini juga diperburuk dengan gaya hidup yang tidak sehat seiring
berjalannya waktu hipertensi akan terus berkembang dan merusak organ-organ
penting yang menopang sistem kerja tubuh seperti jantung, otak, ginjal dan mata
(Tambuwun, A, Kandou, G, Nelwan, 2021).

Penanganan pada pasien hipertensi diantaranya terapi pengobatan, pengaturan


makanan dan gaya hidup(Yeni et al., 2016). Keefektifan penanganan berkelanjutan
atau terapi ditentukan oleh kepatuhan. Kepatuhan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu terapi pengobatan(Made et al., 2020). Beberapa studi
mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi hanya
berkisar antara 50-60%, rendahnya tingkat kepatuhan ini akan memberikan efek
negatif yang sangat besar pada pasien yang menyebabkan penurunan kesehatan dan
kualitas hidup pasien hipertensi(Yeni et al., 2016)

Pengobatan pada pasien hipertensi harus diterapi seumur hidup(Made et al., 2020).
Menurut sarafino individu membutuhkan orang lain untuk memberi dukungan untuk
memperoleh kenyamanannya. Individu dengan tingkat dukungan keluarga yang
tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut merasa dihargai dan
dicintai. Individu dengan dukungan keluarga yang tinggi merasa bahwa ada orang
yang peduli dan memerlukan individu tersebut(Susanto, 2017). Dukungan keluarga
dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam program pengobatan tekanan darah.
Bimbingan dan dorongan dari keluarga sangat diperlukan agar penderita mampu
melaksanakan program terapi yang akan di laksanakan(Yeni et al., 2016). Dukungan
yang diberikan keluarga akan memberikan dampak positif bagi anggota keluarganya
yang mengalami masalah kesehatan dalam menjalankan pengobatan(Amelia, 2020)

Untuk mencapai keberhasilan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit pada


pasien hipertensi, perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis. Salah
satu cara yang dilakukan yaitu melalui kegiatan Prolanis (Program Pengelolaan
Penyakit Kronis). Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
roaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas
kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta
BPJS kesehatan yang mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien. Kegiatan yang tertulis dalam buku panduan
praktis Prolanis yaitu konsultasi medis, edukasi peserta prolanis, remindes SMS
gateway, home visit, aktivitas klup (senam) dan pemantauan status kesehatan(Aodina,
2020)

Adapun tujuannya adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis


mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
berkunjung ke FKTP memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap
penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat
mencegah timbulnya komplikasi penyakit(Aodina, 2020)

Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan


tingkat kepatuhan pengobatan pasien hipertensi rawat jalan pada program
pengelolaan penyakit kronis. Keberhasilan pasien dalam mengontrol tekanan darah
didukung dengan kepatuhan pengobatan. Kepatuhan sangat penting mengingat
hipertensi adalah penyakit kronis yang pengobatannya jangka panjang. Selain itu,
kepatuhan juga bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Sehingga untuk
mendiorong pasien hipetensi patuh pada pengobatan diperlukan dukungan, salah
satunya dari dukungan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan


pengobatan pasien hipertensi rawat jalan pada program pengelolaan penyakit kronis?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat di atas maka tujuan dalam
penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui profil dukungan keluarga pasien dalam pengobatan


hipertensi
2. Untuk mengetahui profil tingkat kepatuhan pengobatan pasien hipertensi
rawat jalan
3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kepatuhan pengobatan pasien hipertensi rawat jalan pada program
pengelolaan penyakit kronis

1.4 Manfaat Penelitian


1. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan
pengobatan pasien hipertensi rawat jalan pada program pengelolaan penyakit
kronis
2. Bagi keluarga pasien sebagai bahan pertimbangan dan masukan agar
mengetahui antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pengobatan
pasien hipertensi. Sehingga keluarga pasien akan memberikan dukungan untuk
meningkatkan keatuhan pengobatan pasien hipertensi
3. Bagi apoteker, hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi apakah dukungan
keluarga memiliki pengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pengobatan
pasien hipertensi. Apoteker dapat memberikan konseling kepada pasien dan
keluarga pasien, diharapkan keluarga pasien ikut membantu keberhasilan
terapi pasien dalam pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
pengobatan pasien hipertensi
4. Bagi pihak Rumah Sakit, hasil penelitian ini sebagai masukan bagaimana
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pesien
hipertensi. Sehingga pihak rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan home
visit sesuai dengan kegiatan prolanis yang dilakukan oleh petugas kesehatan
(dokter, apoteker, perawat, maupun petugas kesehatan lainnya) dengan tujuan
memberikan pemahaman lebih dalam mengenai penyakit, pengobatan, dan
perawatan kepada pasien dengan didampingi keluarga pasien untuk
meningkatkan keberhasilan dan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi
5. Bagi institusi dapat digunakan sebagai data penunjang untuk penelitian
berikutnya

Anda mungkin juga menyukai