Anda di halaman 1dari 26

“PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI Tk


KHOIRU UMMAH KEC. PASARWAJO KABUPATEN BUTON”.

PROPOSAL

OLEH
SITI NURBAYA
(A1H1 20 021)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
A. Hakikat Anak Usia Dini.................................................................................6
B. Perkembangan Sosial Emosional...................................................................7
C. Metode Bermain Peran...................................................................................10
D. Kerangka Berpikir..........................................................................................14
E. Hipotesis.........................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................15
A. Jenis Penelitian...............................................................................................15
B. Setting Penelitian ...........................................................................................15
C. Subjek Penelitian ...........................................................................................15
D. Desain Penelitian............................................................................................15
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................18
F. Teknik Analisis Data......................................................................................19
G. Indikator Kerja...............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................22

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan proposal ini
dengan baik. Proposal ini merupakan tugas dari mata kuliah metode penelitian
dengan judul “Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun di Tk Khoiru Ummah
Kec. Pasarwajo Kabupaten Buton ”.Semoga proposal ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang laporan Perkembangan bahasa anak .
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kendari, 19 Oktober 2022

Penyusun

iii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah populasi manusia pasti
membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut
peningkatkan kualitas individu. Sehingga dimana pun dia berada dapat digunakan
(siap pakai) setiap saat. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pendidikan dalam
pembentukan tingkah laku individu.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan. Lebih lanjut pendapat dari Yamin
(2010:1), mengenai pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan
semua aspek perkembangan yang dimiliki anak, sehingga semua potensi yang
dimiliki anak dapat teraktualìsasi.
Pasal I angka 43 UU Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwasanya pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan
“suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun, yang dilakukan melalui rangsangan pemdidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan
memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Anak usia dini menurut (Watini, 2019) usia yang masuk kategori usia dini
NAEYC (National Association For The Education Of Young Children) adalah anak
yang berusia 0-8 tahun yang mendapatkan layanan pendidikan baikdi taman penitipan
anak, penitipan anak dalam keluarga, prasekolah baik taman kanak-kanak dan
sekolah dasar.(Hasibuan & Suryana, 2021) anak sia dini meliputi anak yang berusia

iv
0-8 tahun. Oleh karena itu, apabila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di
Indonesia maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini tersebut adalah anak
baru lahir, masa bayi, kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan di lanjutkan pada
sekolah dasar pada kelas rendah. Pada masa itu terjadi proses perkembangan pada
anak yang tidak terjadi pada priode berikutnya. Sakdiah & Mahyuddin (2022), Anak
usia dini yaitu anak yang sedang menjalani masa tumbuh kembang yang dimulai dari
usia 0 hingga 6 tahun yang mana mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan
secara cepat sehingga dibutuhkan rangsangan yang optimal agar tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tahapan usianya para ahli menyatakan usia emas
perkembangan (golden age).
Anak usia dini merupakan masa yang sangat sensitif untuk mendapatkan
informasi di lingkungannya. Pada usia ini anak memiliki kapasitas intelektual sebesar
80%. Artinya anak memiliki daya tangkap yang kuat terhadap informasi yang
diperoleh. Montessor (1995), seorang anak usia dini, menyebutnya Absorbent Mind
sebagai pemikiran yang cepat menyerap. Informasi yang masuk melalui indera anak
cepat diserap ke dalam otak. Daya serap otak anak bisa diibaratkan seperti spons yang
cepat menyerap air. Untuk itu pendidik tidak boleh salah dalam memberikan konsep
kepada anak.
Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang perlu diperhatikan oleh
pendidik dan orang tua adalah sosial dan emosional anak. Menurut Ginanjar (2007)
salah satu kecerdasan yang harus dimiliki anak adalah EQ (Emotional Quention).
Kemampuan seseorang untuk bersosialisasi dan beradaptasi didasarkan pada
kemampuan emosional, sehingga pendidik dan orang tua memiliki peran penting
dalam merangsang perkembangan sosial emosional anak.
Menurut Engga dkk. (2017) perkembangan sosial adalah pencapaian
kedewasaan dalam hubungan sosial dan sebagai proses pembelajaran dalam
beradaptasi dengan norma, moral, dan tradisi kelompok. Dengan kata lain,
perkembangan sosial adalah proses belajar agar mampu beradaptasi menjadi satu
kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama dengan lingkungan. Selanjutnya,

v
perkembangan sosial emosional yang positif dapat memudahkan anak untuk bergaul
dengan teman dan belajar lebih baik, serta dapat melakukan aktivitas yang lebih baik
di lingkungan sosial (Nurjannah, 2017).
Pada tahapan proses perkembangan sosial anak, keberadaan keluarga juga
memiliki peran penting, dimana orang tua yang memberikan pelayanan, pilihan yang
baik dan benar bagi anak akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak (Hulukati,
2016). Musyarofah (2017) berpendapat bahwa perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh perlakuan atau proses bimbingan orang tua dalam keluarga dan
guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam memperkenalkan
berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma kehidupan sosial atau mendorong dan
memberi contoh. kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Ceka (2016) menjelaskan bahwa setiap anak yang tumbuh dan
dididik dengan kehadiran ibunya tentunya diharapkan dapat mencapai perkembangan
fisik, psikis, dan sosial yang sesuai. Keterampilan sosial-emosional ini termasuk
membentuk hubungan yang dekat dan aman, terlibat dalam interaksi positif dengan
orang lain, bertahan hidup, memecahkan masalah, memahami, mengekspresikan, dan
mengatur emosi; dan menyelesaikan konflik teman sebaya (McLaughli et al., 2017).
Guru sebagai pengelola pembelajaran diharapkan mampu menerapkan metode
yang tepat dan tepat sehingga mampu mengembangkan kemampuan dan kemandirian
sosial emosional anak, salah satunya adalah metode role playing yang diterapkan oleh
guru. Pendidik atau guru memiliki peran penting sebagai fasilitator pembelajaran
yang mendampingi anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai fasilitator
pembelajaran, guru dituntut memiliki kemauan belajar seumur hidup,
mengembangkan sikap inovatif. Terkait fenomena tersebut, etos kerja yang tinggi
terbukti berpengaruh positif terhadap profesionalisme guru. Di sisi lain, temuan juga
menunjukkan bahwa pembelajaran yang kurang kreatif dan inovatif di kelas perlu
dihilangkan dan dialihkan ke pembelajaran yang lebih efektif (Saptono, 2020).
Menurut Dewi dkk. (2017), metode bermain peran adalah kegiatan anak untuk
berperilaku prososial terhadap orang-orang di sekitarnya seperti anak berbagi dengan

vi
orang lain, bermain dengan teman sebaya, mengetahui perasaan temannya, dan
menanggapi secara adil, menghargai hak/pendapat/karya orang lain. , dan
menunjukkan sikap toleran. Daniastuti (2018) menggambarkan bermain peran
sebagai teknik yang memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi situasi realistis
dengan berinteraksi dengan orang lain secara terkelola untuk mengembangkan
pengalaman. Menurut Krebt (2017) bermain peran dapat menyenangkan dan
mengarahkan untuk mengembangkan pembelajaran karena adanya komunikasi dan
kerjasama anak sehingga dapat menumbuhkan minat belajar.
Rumilasari dkk. (2016) berpendapat bahwa bermain peran adalah permainan
yang memainkan karakter atau benda-benda di sekitar anak sehingga dapat
mengembangkan imajinasi dan penghayatan materi atas kegiatan yang dilakukan.
Melalui role playing, anak akan berimajinasi dan menggali potensi-potensi yang ada
pada diri anak, serta mencoba menggali hubungan antar manusia dengan
memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama anak dapat
menggali perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Krisdiana (2020) mengemukakan bahwa bermain peran adalah kegiatan
memainkan peran yang sangat dekat dengan kehidupan nyata yang dilakukan oleh
anak sesuai dengan kartu peran, yang melibatkan fantasi atau imajinasi untuk menjadi
orang lain atau menjadi diri sendiri dalam situasi tertentu untuk sementara waktu. ,
berimprovisasi dialog dan ciptakan dunia. nyata dalam skenario. Dalam proses
bermain peran, interaksi antar anak berarti anak membutuhkan topik untuk
dibicarakan satu sama lain, dimana topik yang digunakan harus disesuaikan dengan
level anak dan menarik bagi mereka. Selain itu, role playing mencakup topik dan
lawan bicara.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode bermain peran (role playing) dapat memberikan stimulasi pada
anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam sosial emosionalnya. Oleh karena
itu, penelitian ini mengambil judul “Penerapan Metode Bermain Peran untuk

vii
Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun di Tk Khoiru
Ummah Kec. Pasarwajo Kabupaten Buton”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat di rumuskan
masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah dengan Metode Bercerita dapat
Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 tahun di Tk Khoiru
Ummah Kec. Pasarwajo Kabupaten Buton?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Bagaimana menerapkan kegiatan
Metode Bercerita dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia
5-6 tahun di Tk Khoiru Ummah Kec. Pasarwajo Kabupaten Buton?”
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitia ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman,
khususnya pengetahuan dalam segi pendidikan untuk anak usia dini.
2. Bagi Orang tua dan Guru
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dan orang tua untuk
mengetahui tentang metode yang dapat digunakan untuk mendukung
proses pembelajaran.

viii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal
1 Ayat 14, menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Mansur (2005) anak usia dini
didefinisikan sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini ialah
anak pada rentang usia 0—6 Tahun yang berada pada masa penting bagi
pertumbuhan dan perkembangannya, yang memerlukan rangsangan dan pemenuhan
kebutuhan yang dapat mendukung serta sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013 adalah: (1)
Nilai agama dan moral, (2) Fisik-Motorik, (3) Kognitif, (4) Bahasa, (5)
SosialEmosional, dan (6) Seni. Pada umumnya Anak usia dini dapat menunjukkan
karakteristik atau sifat yang beragam. Menurut Muhammad Fadillah (2012), berikut
ini adalah beberapa karakteristik/sifat anak usia dini :
1. Unik, yaitu sifat anak itu berbeda satu dengan yang lainnya. Anak memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.
2. Egosentris, yaitu anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
3. Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas.
Selama terjaga dari tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah

ix
bosan, dan tidak pernah berhenti dari aktivitas. Terlebih lagi kalau anak akan
dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru dan menantang.
4. Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Yaitu, anak
cenderung memerhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal
yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru
5. Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu
yang kuat dan senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal yang
baru.
6. Spontan, yaitu perilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan
tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikirannya.
7. Senang dan kaya dengan fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang
imajinatif. Anak tidak saja senang dengan cerita-cerita khayal yang
disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada
orang lain.
8. Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila menghadapi
sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila
keinginannya tidak terpenuhi.
9. Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, yaitu anak belum
memiliki pertimbangan yang matang, termasuk berkenaan dengan hal-hal
yang membahayakannya.
10. Daya perhatian yang pendek, yaitu yang lazimnya memiliki daya perhatian
yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara instrinsik menarik dan
menyenangkan.
11. Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, yaitu anak
senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku pada dirinya.
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman, yaitu anak mulai menunjukkan
untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Hal ini
beriringan dengan bertambahnya usia dan perkembangan yang dimiliki oleh
anak.
B. Perkembangan Sosial Emosional
1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosioanl
Parke dan Alison (2011: 2), menjelaskan bahwa perkembangan sosial
merupakan gambaran perilaku sosial anak dan menunjukkan perubahan yang lebih
besar. Hal ini berkaitan dengan gagasan atau pemikiran anak tentang dirinya dan

x
orang lain, hubungan anak dengan teman sebaya dan orang dewasa, ekspresi emosi
anak yang ditunjukkan sebagai kemampuan sosialnya dalam kelompok. Sedangkan
Fathi (2012:1648), menjelaskan bahwa kemampuan sosial anak adalah keterampilan
anak dalam menyelesaikan berbagai aktivitas di lingkungannya dan mampu
mengembangkan kemampuan emosional dalam berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya.
Yusuf (2014:122), perkembangan sosial diartikan sebagai proses belajar untuk
dapat menyesuaikan diri dengan norma atau aturan kelompok, moral, atau adat
istiadat, melebur menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama.
Definisi tersebut senada dengan Suyanto (2005:70), menjelaskan bahwa
perkembangan sosial adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya secara efektif misalnya anak dapat berbagi, membantu, santun,
jujur. Kemampuan seseorang dalam bersosialisasi tidak terlepas dari peran regulasi
emosi yang baik. Menurut Daniel Golmen (1997) Kecerdasan emosional (pertanyaan
emosi berperan penting dalam perkembangan sosial seseorang.
Susanto (2011: 135), menggambarkan perkembangan emosi sebagai perasaan
batin seseorang, baik berupa gejolak mental, nafsu, mental maupun fisik. keadaan
yang dapat muncul atau terwujud dalam bentuk atau gejala seperti ketakutan,
kecemasan, kemarahan, kemurungan, kejengkelan, kecemburuan, kecemburuan,
cinta, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Definisi yang sama dijelaskan oleh Levine
dan Joyce (2014: 327), bahwa emosi adalah pengalaman ketakutan yang termasuk
dalam reaksi fisiologis tubuh seseorang, interpretasi seseorang dalam suatu situasi,
komunikasi dengan orang lain dan tindakan seseorang dalam
menanggapinya.Sedangkan Santrock (2014: 282), menggambarkan perkembangan
emosi adalah suatu perasaan atau keinginan yang terjadi ketika seseorang dalam suatu
lingkungan dapat berinteraksi.Perkembangan emosi diklasifikasikan menjadi emosi
positif dan negatif.Emosi positif seperti kebahagiaan, kesenangan, cinta, sedangkan
negati lima emosi seperti kecemasan, kemarahan, keraguan, dan kesedihan.

xi
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan emosi adalah perasaan seseorang baik positif maupun negatif misalnya
senang, senang, cinta, marah, dan sedih yang mengakibatkan reaksi fisiologis yang
melibatkan pengalaman dan pengalaman sadar yang menghasilkan perilaku
seseorang. dalam menafsirkan suatu situasi, komunikasi dengan orang lain dan
tindakan seseorang dalam menanggapi situasi tersebut.
2. Perilaku Sosial Emosional
Hurlock (1980: 116-118), mengemukakan beberapa perilaku sosial dan
emosional anak usia dini yang akan sangat terlihat ketika anak berusia 2,5 tahun
sampai 3,5 dan 5,5 tahun sampai 6,5 tahun, meliputi :
a. Meniru, anak menjadi sama sebagai kelompok tertentu agar anak meniru sikap
dan perilaku orang yang dikaguminya.
b. Kompetisi, keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan temannya dan
perilaku ini akan muncul pada usia 4 tahun.
c. Kolaborasi, pada akhir tahun timbul saat bermain koopertif dan aktivitas
kelompok mulai berkembang dan meningkat.
d. Simpati, simpati merupakan pemahaman terhadap perasaan dan emosi orang
lain yang akan timbul pada usia tiga tahun, dan meningkat ketika banyak anak
membangun komunikasi dengan anak lain.
e. Empati, empati adalah perasaan dan emosi yang diterapkan secara nyata
kepada orang lain tetapi di sisi lain juga membutuhkan kemampuan
membayangkan diri sendiri pada posisi orang lain.
f. Dukungan Sosial, menjelang akhir masa kanak-kanak, dukungan dari teman
menjadi lebih penting daripada orang dewasa. Membagi, anak-anak untuk
mendapatkan pengalaman yang baik dengan anak-anak lain sehingga anak-
anak akan berbagi barang-barang mereka dengan anak-anak lain seperti
permainan atau makanan.
g. Negativisme, terhadap orang yang lebih dewasa. Perilaku ini terjadi pada usia
tiga tahun empat tahun. Negativisme ini ditunjukkan dengan perlawanan fisik.
h. Agresif, perilaku ini ditunjukkan pada usia dua dan empat tahun dengan
serangan verbal atau pelecehan verbal.
i. Tingkah Laku, kekuasaan atau cinta ditunjukkan sekitar tiga tahun dan
cenderung meningkat dengan meningkatnya kontak dengan anak-anak lain
dan biasanya anak perempuan.

xii
j. Memikirkan diri sendiri, anak sering memikirkan diri sendiri tetapi lambat
laun perilaku ini akan berkurang tetapi perilaku dermawan masih sangat kecil.
k. Merusak, ledakan amarah seringkali disertai dengan tindakan merusak benda-
benda di sekitarnya, terlepas dari milik orang lain atau orangnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa melalui interaksi
dengan lingkungan, anak dapat membangun pola perilaku sosial yang akan
membentuk mereka untuk mudah berbagi dan bersimpati. Namun jika lingkungan
memberikan ketidaknyamanan pada anak maka hal yang ditunjukkannya adalah
perilaku agresif, marah, dan tindakan fisik.
C. Metode Bermain Peran
a) Pengertian Bermain Peran
Bermain merupakan salah satu yang termasuk aktivitas dan kebutuhan anak
usia dini, dengan bermain mereka mendapatkan suatu pengalaman yang
menyenangkan, selain itu dengan bermain mereka dapat bersosialisasi dan
berkomunikasi. Bermain tidak tertuju pada hasil kegiatan tetapi pada proses saat anak
bermain, melalui bermain anak-anak mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang
berkaitan dengan aspek perkembangannya.
Menurut Sigmund Freud bermain mempunyai nilai yang sama yaitu fantasi
dan lamunan, melalui bermain anak dapat mengeluarkan perasaan negatifnya ke
objek atau orang pengganti. Selain itu dengan bermain dapat memancing kreativitas
anak, dengan bermain anak akan memperoleh pelajaran yang mengandung aspek-
aspek perkembangan seperti kognitif, fisik, sosial dan emosional. Bermain
merupakan salah satu sarana untuk menggali pengalaman belajar anak, disamping itu
bermain dapat membantu anak untuk mengenal dunianya, mengembangkan konsep-
konsep baru, meningkatkan keterampilan sosial dan membentuk prilaku. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Vygostiky bahwa bermain sangat erat
hubungannya dengan perkembangan kognitif anak, karena dengan bermain dapat
menunjang pengalaman intelektual dan memperkaya cara berfikir anak.
Bermain peran (role playing) merupakan salah satu bentuk pembelajaran,
dimana anak-anak ikut terlibat aktif dalam memainkan peran-peran tertentu.Bermain

xiii
peran dapat disebut juga dengan main simbolik atau main purapura, fantasi imajinasi
atau main drama.
Terdapat beberapa karakteristik dalam bermain peran diantaranya: (a) Bermain peran
merupakan sesuatu yang menyenangkan, (b) Memiliki nilai positif bagi anak,
(c)Bersifat spontan dan bebas bagi anak untuk memilih tokoh yang diperankan, (c)
Melibatkan peran aktif anak, (d) Memiliki hubungan sistematik dengan
perkembangan kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial
dan sebagainya.
Menurut Hurlock (1978:329) bermain peran adalah bentuk bermain aktif di
masa anak-anak, melalui perilaku dan bahasa yang jelas berhubungan dengan materi
atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang lainnya.
Rosalina (2008:1) mengungkapkan bahwa permainan ini sangat bagus untuk anak-
anak, sebab di usia balita kemampuan berfantasi, kognitif, emosi,dan sosialisasi anak
tengah berkembang. (Asepdhermawan76. https:/ agroedupolitan.blogspot.com). Abu
Ahmadi (2005:107) Bermain peran atau Fantasi, yakni seorang anak melakukan
permainan karena di pengaruhi oleh fantasinya, ia memerankan suatu kegiatan,
seolah-olah sungguhan. Permainan ini ada tingkatannya: (a)Membuat sesuatu, tetapi
belum dapat memberi nama, (b) Membuat sesuatu, dana dapat memberi nama,
(c)Menentukan dana membuat nama dulu, sebelum membuat sesuatu. (d) Membuat
sesuatu, sudah lengkap agak mirip dengan kondisi bentuk sebenarnya yang
dikehendaki.
Hakikat bermain peran atau role playing mempunyai 4 pengertian yaitu:
a. Sesuatu yang bersifat sandiwara dimana pemain memainkan peran tertentu
sesuai dengan lakon yang sudah ditulis dan dimainkan dengan tujuan hiburan.
b. Sesuatu yang bersifat sosiologis atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh
norma-norma tertentu.
c. Sesuatu perilaku tiruan atau tipuan dimana seseorang berusaha memperoleh
hal yang sama dengan jalan perilaku berlawanan dengan apa yang diharapkan,
dirasakan atau diinginkan.

xiv
Sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan dimana individu memerankan
situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri
sendiri, meningkatkan keterampilan, menunjukkan perilaku lain atau perilaku
seseorang harus bertingkah.(https//ainamulyana.blogspot,com) Ahmadi dan Prasetyo
(2005) mengemukakan bahwa metode role playing disebut juga “sosiodrama maupun
bermain peranan yaitu suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada
para anak untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang,
seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat”. Dalam
proses role palying peserta diminta untuk :
1) Mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau
sebagai orang lain.
2) Masuk dalam situasi yang bersifat skenario, yang dipilih berdasarkan
relevansi dengan pengetahuan yang sedang dipelajari oleh peserta atau
kurikulum.
3) Bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap orang yang
diperankan dalam situasi-situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk
bertindak “seolah-olah“ peran-peran tersebut adalah peran-peran mereka
sendiri dan bertindak berdasar asumsi tersebut. Menggunakan pengalaman-
pengalaman peran yang sama pada masa lalu untuk mengisi batas yang hilang
dalam suatu peran singkat yang ditentukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
role playing adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para
anak untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang,
seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari. Dengan kata lain melalui
metode role playing ini anak belajar untuk menghargai perasaan orang lain dan
belajar untuk bekerjasama dengan orang lain. Sebagaimana dikemukakan oleh
Sudjana (2005) bahwa tujuan role playing antara lain: (a) agar anak dapat menghayati
dan menghargai perasaan orang lain; (b) dapat belajar bagaimana membagi tanggung
jawab (c) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok
secara spontan; dan (d) merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

xv
Metode role playing memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Djamarah, S.B (2006) keunggulannya adalah: (1) anak melatih
dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan
sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama
untuk materi yang harus diperankannya (2) anak akan terlatih untuk berinisiatif dan
berkreatif.
a) Jenis-Jenis Bermain Peran
Dilihat dari jenisnya bermain peran dibagi menjadi 2 jenis diantaranya adalah
mikro dan makro. menurut erikson (Haenilah, 2015:126) mengatakan bahwa “dua
jenis main peran yaitu mikro atau ukuran kecil dan makro ayitu ukuran
sesungguhnya”. Dalam bermain peran mikro anak akan memegang atau
menggerakkan sesuatu yang berukuran kecil untuk meyusun suatu adegan cerita.
Sedangkan dalam bermain peran makro anak akan memerankan sesungguhnya dan
menjadi tokoh tertentu.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Mutiah (2010:115) mengungkapkan
bahwa”bermain peran terbagi kedalam dua jenis kegiatan yaitu bermain peran mikro
dan bermain peran makro” jenis bermain peran makro adalah permainan yang
bersifatnya kerja sama lebih dari dua orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia
dini sedangkan bermain peran mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan
hanya dua orang saja.
a. Bermain Peran Makro
Bermain makro adalah anak bermain tokoh menggunakan alat berukuran
besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran,
contohnya memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-
mobilan atau benteng.
b. Bermain Peran Mikro
Bermain mikro adalah anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili
oleh benda-benda berukuran kecil. Contoh, kandang dengan bintanag-binatang dan
orangorangan kecil.(Asolihinskbhttps://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com)

xvi
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta kajian teori, maka perlu
untuk dikembangkan metode bermain peran (role playing). Disini anak dapat
mengekspresikan dan mengungkapkan perasaan terkhusus untuk anak kelompok B
Taman Kanak-kanak di Khoiru Ummah Pasarwajo Kab Buton. Penelitian
perkembangan ini memperhatikan prinsip-prinsip maupun langkah-langkah dalam
pengembangan keterampilan sosial Emosional untuk anak usia dini.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan Sosial Emosional anak di
TK Khoiru Ummah Banabungi kelompok B Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton
perlu ditingkatkan dengan menerapkan Metode Bercerita.

xvii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas terjemahan
dari Classroom Action Research, yaitu satu action research yang dilakukan oleh guru
didalam kelas sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sebagai hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap
tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang masih terjadi. Ridwan (2005:1).
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan Sosial Emosional anak di TK Khoiru Ummah Banabungi
Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton penelitian ini digunakan sebagai bahan
masukan pendidik dan calon pendidik dalam proses kegiatan pembelajaran. Dengan
penelitian ini pendidik dan calon pendidik dapat mengetahui metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak khususnya dalam
kemampuan mengungkapkan perasaan melalui metode bermain peran.
B. Setting Penelitian
Kegiatan penelitian ini di lakasanakan di Banabungi Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton pada kelas B. Di mana penelitian ini di lakukan dari kegiatan awal
sampai kegiatan akhir.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak didik pada kelompok B TK
Banabungi, Kecamatan pasarwajo, Kabupaten Buton, yang berjumlah 15 orang
terdiri atas 10 anak perempuan dan 5 anak laki-laki.
D. Desain Penelitian
Menurut Suharsimi (2008: 16) ada beberapa ahli yang mengemukakan model
penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, akan tetapi garis besarnya sama,

xviii
antara lain: perencanaan tindakan (planning) penerapan tindakan/pelaksanaan
(action) mengobservasi dan mengevaluasi prosesdan hasil tindakan/pengamatan
(observation and evaluation) dalam melakukan kegiatan refleksi (reflecting) dan
seterusnya sampai perbaikan peningkatan yang diharapkan tercapai kriteria
keberhasilan.
Pola rancangan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

Perencanaan

SIKLUS I
Refleksi I Pelaksanaan I
Pertemuan I-IV
Pengamatan
Perencanaan
Perencanaan II
Refleksi II SIKLUS II
Pertemuan I-IV

Pengamatan

Adapun rician tahapan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :


1. Siklus I
a) Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dengan
meningkarkan kemapuan berhitung pada siklus I :
1) Membuat skenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) untuk siklus I pada pertemuan I, pertemuan II, pertemuan III,
dan pertemuan IV yang mengacu pada pembelajaran meningkatkan
kemampuan membaca melalui permainan kartu huruf bergambar.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan kartu huruf bergambar
3) Membuat lembar observasi aktivitas guru dan anak sebagai acuan untuk
melihat tentang keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan yang

xix
direncanakan.
4) Menyediakan alat evaluasi untuk melihat peningkatan kemampuan membaca
anak melalui kegiatan bermain kartu huruf brgambar secara berkelompok.

b) Pelaksanaan Tindakan
Tahapan ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa
penerapan pembelajaran sesuai konsep dan scenario yang telah tertulis pada
RPPH yang terdapat pada tahap perencanaan.
c) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pertemuan selama
pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajran dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan.
d) Refleksi
Hal yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan
serta dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang
terjadi pada setiap pertemuan dalam suatu siklus yang akan diperbaiki pada
siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II, adalah :
1) Membuat scenario pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) untuk siklus II pada pertemuan I,
pertemuan II, pertemuan III, dan pertemuan IV.
2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan dikelas.
3) Membuat lembar observasi aktivitas guru dan anak sebagai acuan untuk
melihat tentang keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan yang
direncanakan.
4) Menyediakan alat evaluasi untuk melihat peningkatan kemampuan
membaca anak melalui permainan kartu huruf bergambar.
5) Pelaksanaan Tindakan
Tahapan ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa penerapan
pembelajaran sesuai konsep dan scenario yang telah tertulis pada RPPH

xx
yang terdapat pada tahap perencanaan.
6) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan setiap kali pertemuan selama
pelaksanaan tindakan sedangkan evaluasi dilaksankan pada pertemuan
keempat dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.
7) Refleksi
Hal yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan
serta dianalisis untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi pada
setiap pertemuan dalam suatu siklus. Kegiatan refleksi bertujuan untuk
menganalisis data pada setiap akhir siklus. Refleksi dilakukan terhadap
seluruh hasil observasi dan evaluasi. Refleksi merupakan langkah terakhir
dalam satu putaran (siklus) Penelitian Tindakan Kelas untuk melihat
apakah yang direncanakan dan yang dilakukan telah sesuai dengan
indikator kinerja yang telah ditetapkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam suatu
penelitian, bahkan merupakan suatu keharusan bagi seorang peneliti. Maka dalam
penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku siswa. Aspek yang
diobservasi dan hasilnya bervariasi, tergantung tujuan penelitian, tetapi pada
dasarnya terdapat beberapa cara dalam menuangkan hasil observasi kedalam
bentuk catatan, ( Suyadi& Dahlia, 2014: 121 ). Adapun yang di observasi dalam
penelitian ini adalah aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar anak.

b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak

xxi
dengan cara melakukan percakapan langsung, baik dengan anak maupun dengan
orang tua, (Wahyudin dan Agustin, 2011: 62). Adapun yang di wawancara dalam
penelitian ini adalah guru dan anak.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen.Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah
dokumen pribadi anak, foto-foto, referensi-referensi seperti rapor siswa dan absensi
siswa.Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan jawaban dari permasalahan penelitian.
d. Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk memproses suatu
data menjadi informasi sehingga data tersebut menjadi mudah dipahami dan
bermanfaat untuk digunakan menemukan solusi dari permasalahan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan
analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang menjelaskan
atau menggambarkan fenomena penelitian secara objektif. Penelitian ini
termaksud penelitian kuantitatif menerangkan aktifitas anak dan guru yang
diperoleh melalui observasi dan unjuk kerja secara penilaiaan berlangsung.
Selain itu juga mengacu pada pedoman pemberikan penilaian dalam suatu
pendidikan yaitu dengan penilaian secara kualitatif atau dengan memberikan nilai
pada bentuk symbol seperti
* = Belum Berkembang (BB).
** = Mulai berkembang (MB),
*** = Berkembang sesuai Harapan (BSH),
**** = Berkembang Sangat Baik (BSB) (Depdiknas, 2004: 26).

Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai beriukut :


1) Keberhasilan anak didik secara individual, dengan rumus :
(∑ nilai BSB X 4)+(∑ nilai BSH X 3)
Pemerolehan nilai anak= x4
Jumlah seluruhindikator X nilai mak

xxii
Tabel Kategoti Keberhasilan Secara Individual Depdiknas (2004: 26)

Interval Kategori Symbol Bintang


3,50 – 4,00 Berkembang Sangat Baik (BSB) ****
2,50 – 3,49 Berkembang Sesuai Harapan (BSH ***
1,50 – 2,49 Mulai Berkembang (MB) **
0,01 – 1,49 Belum Berkembang (BB) *

2) Untuk mengetahui persentase keberhasilan anak didik secara klasikal, dengan


rumus
Persentasi keberhasilan klasikal
“ BSBdan BSH ”
Jumlah anak yang memperoleh nilai= X 100 %
Jumlah anak
Tabel Kategori Keberhasilan secara Klasikal depdiknas (2004: 26)
Presentase Kategori Symbol Bintang
95% - 100% Berkembang Sangat Baik (BSB) ****
85% - 94% Berkembang Sangat Baik (BSB) ***
75% - 84% Mulai Berkembang (MB) **
<75% Belum Berkembang (BB) *

3) Untuk mengetahui presentase keberhasilan aktivitas guru dan anak dalam


meningkatkan kemampuan berhitung memalui media papan flanel secara
berkelompok yaitu :

a) guru
Jumlah aspek yang dicapai
Persentase keberhasilan anak = X 100 %
Jumlah aspek yang diamati
b) anak

xxiii
jumlah aspek yang dicapai
Persentase keberhasilan anak = X 100 %
jumlah aspek yang diamati

G. Indikator Kinerja
Untuk menentukkan keberhasilan dan keefektifan penelitian tindakan
kelas ini dipergunakan kriteria keberhasilan sebagai berikut:
1) Dari segi proses, tindakan dekatakan berhasil apabila hasil observasi
terhadap guru dan anak telah mencapai presentase minimal 85% sesuai
dengan skenario kegiatan pembelajaran.
2) Dari segi hasil, apabila 85% anak memperoleh nilai *** maka kemampuan
berhitung melalui media papan flanel dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya
jika 85% anak yang memperoleh nilai ** berarti tindakan tersebut tidak
berhasil dan perlu diadakan tindakan lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

xxiv
Hariwati & Khotimah, N., 2016. Penggunaan Metode Bermain Peran Untuk
Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Pada Anak Kelompok B. Jurnal PAUD
Teratai, V(2), pp.5-8.
Henny, M., Sugiyo & Astuti, B., 2021. The Effectiveness of Role-Playing Methods
for Early Childhood Emotional Social Development and Independence. Journal of
Primary Education, 10(3), pp.336-47.
Jeti, L. & Herliyani, O.Y., 2018. Stimulation of Social Emotional Development in
Early Childhood Education. International Journal Of Education, Information
Technology, and Others, I(1), pp.86-106.
Linda & Mayar, F., 2022. Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia
Dini melalui Metode Bermain Peran. Journal on Early Chilhood, V(1), pp.192-98.
Purba, H., Bestia, A. & Nurlaili, 2022. Penerapan Metode Bermain Peran untuk
Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun di RA
Mukhlisin Kecamatan Medan Denai. Jurnal Raudhah, X(1), pp.1-10.
https://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-lectura
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa
https://www.google.com/search?
q=jurnal+anak+usia+dini&ei=3fmuY9jCLbiH3LUP7Ie60Ag&ved=0ahUKEwiYpZ_
hyqH8AhW4A7cAHeyDDooQ4dUDCA4&uact=5&oq=jurnal+anak+usia+dini&gs_l
cp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzIFCAAQgAQyBQgAEIAEMgUIABCABDIFCAA
QgAQyBQgAEIAEMgUIABCABDIFCAAQgAQyBQgAEIAEMgUIABCABDIGC
AAQFhAeOhYIABDqAhC0AhCKAxC3AxDUAxDlAhgBOggIABCxAxCDAToLC
AAQgAQQsQMQgwE6CwguEIAEELEDEIMBOggILhCxAxCDAToECAAQQzoI
CAAQgAQQsQM6BQguEIAEOgcILhBDEOoEOhIILhBDEOoEENwEEN4EEN8E
GAJKBAhBGABKBAhGGAFQ0uwCWK-
zBWDvvAVoAXAAeACAAeMCiAGNGJIBCDAuMjAuMC4xmAEAoAEBsAEK
wAEB2gEECAEYB9oBBggCEAEYFA&sclient=gws-wiz-serp

xxv
xxvi

Anda mungkin juga menyukai