Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LLA


(LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT)
/DI RUANG ANAK RSUD Dr. SOEDARSO

DISUSUN OLEH

Sunandar Syahlewangi
NIM. 221133085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LLA
(LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT)
DI RUANG ANAK RSUD Dr. SOEDARSO
Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Semester : I (Ganjil)
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pontianak
Prodi : Ners

Pontianak, 18 November 2022


Mahasiswa

Sunandar Syahlewangi
NIM. 221133085

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Laily Nina Rohmawati, S.Kep Ns. Halina Rahayu, S. Kep


NIP.198312262014022002 NIP. 197904162006042001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
A. KONSEP DASAR PENYAKIT.................................................................1
1. Definisi..................................................................................................1
2. Etiologi..................................................................................................1
3. Patofisiologi..........................................................................................2
4. Pathway.................................................................................................4
5. Manifestasi Klinis.................................................................................5
6. Pemeriksaan Penunjang........................................................................5
7. Penatalaksanaan....................................................................................6
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.....................................7
1. Pengkajian.............................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................8
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................9
5. Implementasi.......................................................................................16
6. Evaluasi...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LLA
DI RUANG ANAK RSUD Dr. SOEDARSO

KONSEP DASAR PENYAKIT

Definisi

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari


sum sum tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal
dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012). Leukemia limfositik akut (LLA)
adalah proliferasi maligna limfoblas dalam sumsung tulang yang
disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistematik (Smelrzer
et sl, 2008). Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-
sel darah yang berasal dari sum- sum tulang dan ditandai dengan
proliferasi maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya
pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit
dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan
menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga
mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

Etiologi

Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu
(Sibuea,2009) :

a. Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan


struktur gen (Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)

b. Radiasi

c. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet


hylstilbestrol

1
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

e. Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia


biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resiko terjadinya leukemia. Orang
yangmemiliki kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom dan
sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

Patofisiologi

Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang


terkait dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar
sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang limfosit di dalamlimfenodi) dan menyebar ke organ hematopoetik
dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly).
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopetik lainya dan mengarah ke pengembangan / pembelahan sel
yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al, 2015).

Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet


terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia,
sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi, manifestasi akan
teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism, depresi sumsum
tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada
eksra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri
persendian (Friehling et al, 2015).

2
Istilah HL-A (Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap
jaringan telah ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu ini diturunkan
menurut hokum genetik, sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga
dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan. Prosesnya meliputi :
normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast (David, 2015). Sel-sel leukemia menyusup ke dalm
sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya
timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya
jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-
organ vital menimbulkan hepatomegaly, splenomegaly dan
lomfadenopati. Timbul disfungsi sum-sum tulang, menyebabkan turunya
jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit. Sel-sel leukemia menyusipi
limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).

Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan


produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan
berlomba-lomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai
nutrisi untukmetabolisme. Tanda dan gejala dari leukemia merupakan
hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi yaitu anemia dan
penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena produksi
platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang berangsur-angsur pada
sumsum menimbulkan nyeri. Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami
pembesaran dan akhirnya fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP
dimana terjadinya peningkatan tekanan intra kranial sehingga
menyebabkan nyeri pada kepala, latergi, papil edema, penurunan
kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2015). Gejala dan tanda aklinis
yang paling umum muncul pada LLA yang paling sering muncul adalah
demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%), manifestasi
perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%).
Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak
menimbulkan keluhan. Pemeriksaan laboratorium menunjukan anemia,

3
trombositopenia dan neutropenia yang menggambarkan kegagalan
sumsum tulang dalam memproduksi sel-sel tersebut. Dapat juga terjadi
eosinophilia relative (Lanzkowsky, 2011).

4
Pathway
Skema 2.1
Pathway Leukimia Limfosit Akut (NANDA,2015)

5
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
a. Pucat.
b. Malaise.
c. Keletihan (letargi).
d. Perdarahan gusi.
e. Mudah memar.
f. Petekia dan ekimosis.
g. Nyeri abdomen yang tidak jelas.
h. Berat badan turun.
i. Iritabilitas.
j. Muntah.
k. Sakit kepala (pusing).

Pemeriksaan Penunjang
1) Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan
gejala patogenamik untuk leukemia.
2) Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan
sistem yang lain terdesak (apanila skunder).
3) Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.

6
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / μl) tetapi dalam
bentuk sel blast / sel primitive (NANDA, 2015).

Penatalaksanaan

Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur,


kromosom dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah
kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:

a. Fase induksi

Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50%


sel leukemia pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.

b. Terapi profilatik

Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf


pusat.

c. Terapi konsolidasi

Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi


lanjutan untuk mencegah resistensi sel leukemia.

d. Kemoterapi

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua


fase digunakan.

e. Radioterapi

Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-


sel leukemia

f. Transplantasi sum-sum tulang

Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum


tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi

7
(penyinaran). Selain itu transplantasi sum-sum tulang berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker (NANDA, 2015).

8
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujua untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012:36).
1) Identitas
Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak-anak usia dibawah 15
tahun (85%), puncaknya berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
2) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri pada tulang-
tulang, mual muntah, tidak nafsu makan dan lemas.
(2) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas
dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui
tentang penyakit yang diderita.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit LLA karena
merupakan penyakit ginetik (keturunan)
(4) Riwayat pada faktor-faktor pencetus
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara
kronis.
(5) Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-
sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang,
sehingga menyebabkan gejala seperti dibawah ini.
(a) Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat,
malaise, kelemahan, dan anoreksia.

9
(b) Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
(c) Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di
malam hari (Nursalam dkk, 2008:100).
3) Pemeriksaan Fisik
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening
(limfadenopati), pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati
(splenomegali), dan pembesaran hati (hepatomegali). Pada pasien
dengan LLA precursor sel-T dapat ditemukan adanya dispnoe dan
pembesaran vena kava karena adanya supresi dari kelenjar getah bening
di mediastinum yang mengalami pembesaran sekitar 5% kasus akan
melibatkan sistem saraf pusat dan dapat ditemukan adanya peningkatan
tekanan intracranial (sakit kepala, muntah, papil edema) atau paralisis
saraf kranialis (terutama VI dan VII) (Roganovic, 2013).
4) Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu:
(1) Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel belst,
yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
(2) Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan
ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel
lomfopoetik sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila skunder)
(3) Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal
dan sitogenik.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses
kehidupan yang actual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

10
jawab perawat (Dermawan, 2012:58). Masalah keperawatan yang muncul
menurut (NANDA, 2015).
1 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler <3
detik,akral teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun
atau tidak teraba
2 Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan
efek toksik obat kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun
menimal 10% di bawah rentang ideal.
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara biologis (infiltrasi
leukosit jaringan sistematik) ditandai dengan tanpak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, mengalami gangguan tidur, sulit
tidur dan proses berfikir terganggu.
4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman
(nyeri dan prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga dan mengeluh
pola tidur berubah.
5 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum
tulang) di tandai dengan kekuatan otot menurun, mengeluh sulit
mengerakan ekstermitas.
6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan , dalam
fungsi dan peran.

Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian
kapiler <3 detik,akral teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer
menurun atau tidak teraba. (D.0009)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan perfusi perifer membaik
Kriteria hasil perfusi perifer:
1) Pengisian kapiler membaik
2) Akral membaik

11
3) Warna kulit pucat menurun
4) Turgor kulit membaik
Intervensi : Perawatan Sirkulasi (I.02079)
1) Observasi
a) Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
b) Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis: diabetes,
perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)
c) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
2) Terapeutik
a) Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
b) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
c) Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang
cidera
d) Lakukan pencegahan infeksi
e) Lakukan perawatan kaki dan kuku
f) Lakukan hidrasi
3) Edukasi
a) Anjurkan berhenti merokok
b) Anjurkan berolahraga rutin
c) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
d) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
e) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
f) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
g) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada kaki)
h) Anjurkan program rehabilitasi vaskular

12
i) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
j) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
(mis: rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa).

b. Diagnosa : deficit nutrsi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal


dan efek toksik obat kemoterapi (D.0019)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan nutrisi pasien membaik
Kriteria hasil Tingkat nyeri:
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Perasaan cepat kenyang menurun
4) Nyeri abdomen menurun
5) Berat badan membaik
Intervensi : manajemen nutrisi (I.03119)
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f) Monitor berat badan
g) Monitor asupan makanan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.
b) Fasilitas pedomat diet (mis. Piramida makanan).
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

13
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
b) Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
4) Kolaborasi
a) Pemberian medikasi sebelum makan(mis, Pereda nyeri,antiemetic).
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

c. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara biologis


(infiltrasi leukosit jaringan sistematik) (D.0077)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : (L.08066)
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi : manajemen nyeri (I.08238)
1) Observasi
a) Identifikasi local, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhaadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
i) Monitor efek samping penggunaan analgetik.
2) Terapeutik

14
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitas istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

d. Diagnosa : Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa


nyaman (nyeri dan prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) (D.0055)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan pola tidur membaik.
Kriteria Hasil (L.05045) :
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan sering terjaga menurun
3. Keluhan tidak puas tidur menurun
4. Keluhan pola tidur berubah menurun
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
Intervensi Dukungan Tidur (I.05174)
1) Observasi
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)

15
c) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis:
kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
d) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2) Terapeutik
a) Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
b) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c) Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d) Tetapkan jadwal tidur rutin
e) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
f) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
3) Edukasi
a) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c) Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
d) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
e) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
f) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

e. Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur,


kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi
sumsum tulang) (D.0054)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien
diharapkan mobilitas fisik meningkat.
Kriteria hasil (L.05042) :
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
2. Kekuatan otot meningkat

16
3. Rentang gerak (ROM) meningkat
Intervensi : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
1) Observasi
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
d) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik
a) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
b) Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)

f. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan , dalam


fungsi dan peran. (D.0083)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan citra tubuh
meningkat.
Kriteria hasil (L.09067) :
1. Melihat bagian tubuh membaik
2. Menyentuh bagian tubuh membaik
3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh membaik
4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh membaik
Intervensi : Promosi Citra Tubuh (I.09305)
1) Observasi

17
a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra
tubuh
c) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
d) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2) Terapeutik
a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan
d) Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis:
luka, penyakit, pembedahan)
e) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
3) Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri sendiri terhadap citra
tubuh
c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis: pakaian, wig, kosmetik)
d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis: kelompok sebaya)
e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
f) Latih peningkatan penampilan diri (mis: berdandan)
g) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok

5. Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi


keperawatan (kozier, 2011)

18
6. Evaluasi
Tindakan intelektual untukmelengkapi proses keperawatan
yangmenandakan seberapa jauh diagnos keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahapp evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap proses keperawatan (Dermawan, 2012).

19
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). Cancer in children. Diperolehdari


http://www.cancer.org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/cancer-in-
children-cancer.
David, G., (2015). Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics
journal, hlm.77–89
Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia
Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran
Universits Udayana).
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Friehling, E., Ritchey, K., David. G., &amp; Bleyer, A., 2015. Acute
lymphoblastic leukemia 20th ed. B. E. Kliegman MR, Stanton B, ed.,
Nelson Textbook of Pediatrics, hlm. 2437-2442.
Kozier, (2011), fundamental keperawatan (konsep, proses, danpraktik), Jakarta :
EGC.
KemenkesRepublik Indonesia.ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
KementrianKesehatan RI.
Kemenkes, L. (2013). LaporanHasilRisetKesehatanDasar(Riskesdas)Tahun 2013.
Lanzkowsky P., 2011 Leukemias. Manual of pediatric hematology and oncology.
5thEd. California: Elsevier academic press. hlm. 518-65.
Muthia Rendra, Rismawati Yoswar, Akmal M Hanif. (2013).Gambaran
Laboratorium Leukimia Kronik di Bagian penyakit Dalam RSUP Dr.M.
Djamal Padang. journal Vol 2, No 3
Nanda Nic-Noc. (2015). Edisi Revisi Jilid 2. Asuhan Keperawatan Keperawatan
Praktis Jogja : Media Action.
Nursalam; Susilaningrum, R. &amp; Utami, S. (2008). Asuhan Keperawtan Bayi
dan Anak (UntukPerawatandanAnak), Jakarta: SalembaMedika.
Pusat Data dan Informasi. (2015). Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Badan
Litbang Kemenkes RI.
Permono B., &amp; Ugrasena IDG. Leukemia akut. 2012.Dalam : Permono B,

20
Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku Ajar
Hemato-OnkologiAnak. Jakarta: IkatandokterAnak Indonesia. hlm. 236-
247.
Rahimul, Syahrizal, Edi Setiawan, (2017). Perbandingan Kesintasan Tiga Tahun
pada Anak Leukemia Limfoblastik Akut antara Protokol Pengobatan 2006
dan 2013. Indonesian Journal of Cancer Vol. 11, No. 3, Tahun 2017.
Subuea, Herdin. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical
Pathology.Oxford: Blackwell Publishing.
Society, A. C. (2016). Childhood Leukemia. American Cancer Society .
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatanpediatrik
Wong, 2(6). Alih Bahasa:Sutarna, A., Juniarti, N., & Kuncara, H.Y.
World Heatlh Organization. (2012). Prevention. Cancer Control: knowladge into
action: WHO guide for effeciveprogrammes: modul. Genewa: World
Heatlh Organization.

21

Anda mungkin juga menyukai