Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
LUKA BAKAR”

KOORDINATOR MATA KULIAH :


Ns. FAKRUL ARDIANSYAH, S.Kep. M.Kep. M.B

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3

ATIKA KHAIRUNNISA 221133014


MINDHARTI 221133053
M.WAHID CHANIAGO ADLAO 2211330
PUSPITA AULIANA 221133066
RINI KUSMIATI 221133074
RUDIANSYAH 221133078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
2022/2023
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Mandiri, Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanwata’ala karena


berkat, rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah keperawatan kritis dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Gangguan Asam Basa”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:

1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Pontianak.
2. Ibu Ners. Halina Rahayu, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
3. Bapak Ns. Fakrul Ardiansyah, S.Kep. M.Kep. M.B selaku Koordinator mata
Kuliah Keperawatan Kritis.
4. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat.
5. Teman sekelompok yang tersayang atas semangat pepet waktunya.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.

Semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama dalam
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, 14 September 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan
beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Seorang dengan luka bakar
50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan
hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa
untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan
tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata
harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian luka bakar?
2. Bagaimana derajat luka bakar?
3. Apa itu resusitasi cairan (jenis cairan,perhitungan cairan) ?
4. Bagaimana manajemen rawat luka bakar?
5. Bagaimana asuhan keperawatan luka bakar?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Mengetahui pengertian luka bakar?
2. Mengetahui derajat luka bakar?
3. Mengetahui resusitasi cairan (jenis cairan,perhitungan cairan) ?
4. Mengetahui manajemen rawat luka bakar?
5. Mengetahui asuhan keperawatan luka bakar?
D. MANFAAT MAKALAH
1. Memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Keperawatan Kritis
2. Menambah referensi
3. Sebagai bahan bacaan
4. Menambah wawasan penulis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi
(misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat
rendah. Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia
dibandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak
dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik,
radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat
menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang
menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan
panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya
(Azhari, 2012). Luka bakar  atau combutsio adalah luka yang disebabkan oleh
kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahan kimia dan radiasi, juga
oleh sebab kontak dengan suhu rendah. Luka bakar ini dapat menyebabkan
kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan kerusakan fungsi tubuh
maupun estetika.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat (Safriani, 2016).
B. Derajat Luka Bakar
1. Derajat I  (superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan dermis, derajat ini ditandai dengan
kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-
7 hari, gambaran yang nampak adalah kulit berwarna kemerahan (eritema).
2. Derajat II (dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen
epitel yang tersisa seperti sel epitel basal kelenjar sebasea, Kelenjar keringat
dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat
sembuh dalam 10 – 25 hari oleh karena ada kerusakan kapiler dan ujung
saraf dermis. Luka bakar derajat II ini tampak lebih pucat dan
lebih nyeri dibanding luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung
saraf sensorik yang timbul bila berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat II
ini dibedakan menjadi.
Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisialis dari
dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10 –14.
Derajat II dalam, dimana kerusakan mengenai hampir selesai bagian dermis
bila kerusakan lebih lama tergantung bagian dermis yang memiliki
kemampuan reproduksi sel – sel kulit (sel epitel, kelenjar keringat, kelenjar
sebase dan sebagainya). Bisanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih
dari 1 bulan.
3. Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin sub
dermis atau organ yang lebih dalam, karena tidak ada elemen epitel yang
hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit
(skin graff).Koagulasi protein yang terjadi memberikan gambaran yang
berwarna keputihan tidak ada bula dan nyeri, karena sebagian besar saraf
mengalami kerusakan.
C. Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan pada kegawatdaruratan penyakit kulit dan burn injury
memiliki tata laksana sama, tahap inisiasi yang dilakukan adalah mengukur
luas kulit yang mengalami luka bakar atau yang membentuk bula. Luas
permukaan kulit yang damage menentukan berapa banyak larutan yang
diperlukan, perhitungan luas permukaan dapat menggunakan rule of nines atau
lund-browder classification
Rule of nines menyatakan bahwa setiap bagian dari tubuh memiliki
persentase 9% terhadap kehilangan cairan kecuali daerah genital dengan
persentase 1%, contoh apabila lengan kanan depan dan belakang terkena burn
injury atau bula maka persentase kehilangan cairan adalah 9% lalu apabila
kedua lengan maka persentase kehilangan cairan adalah 18%, untuk lund-
browder classification digunakan untuk menentukan persentase kehilangan
cairan pada children atau infant.
Tahap selanjutnya adalah menentukan banyaknya cairan yang dibutuhkan,
banyaknya volume cairan yang dibutuhkan dihitung menggunakan formula
parkland, formula parkland menyatakan volume cairan per 24 jam pertama
[ml] = 4 ml x berat badan [kg] x persentase area tubuh yang terkena burn injury
atau bula, 4 ml menyatakan larutan ringer laktat yang digunakan. Berikutnya
adalah tahap pemberian carian, cairan yang digunakan untuk resusitasi cairan
pada kegawatdaruratan penyakit kulit dan burn injury adalah crystalloid
isotonik berupa NaCl 0,9% ringer laktat atau dextrose 5% dan colloid berupa
albumin sebagai makromolekul apabila perlu, cairan diberikan secara intravena
karena lebih efektif dan melalui vena perifer yang jauh dari lesi untuk mula-
mula, namun apabila vena perifer tidak memungkinkan dapat menggunakan
vena sentral.
Pemberian carian pada 8 jam pertama sejumlah setengah dari total volume
yang diperlukan dengan kecepatan cairan 75gtt/mnt, lalu volume cairan yang
tersisa diberikan 16 jam berikutnya dengan kecepatan cairan 38 gtt/mnt, antara
crystalloid ringer laktat dan colloid albumin diberikan secara bergantian.
Pemberian cairan 24 jam yang kedua berfungsi untuk maintenance, dilakukan
melalui pemberian cairan maintenance, secara kasar kebutuhan cairan
maintenance diukur bedasarkan berat badan (BB), yaitu: 1) BB 20 kg = 1500 +
20 mL/kgBB untuk setiap kg BB diatas 20 kg, pemberian cairan maintenance
diikuti dengan pemberian setengah dari cairan colloid dan crystalloid sesuai
dengan 24 jam sebelumnya.
Tahap akhir yaitu monitoring, hal yang perlu dipantau adalah denyut nadi
dan tekanan darah pasien, vena perifer berkaitan dengan volume plasma, berat
badan, tekanan vena sentral berkaitan dengan perubahan volume darah, rasa
haus berkaitan dengan masih berlansungnya dehidrasi, intake dan output urin,
turgor kulit berkaitan dengan keseimbangan cairan, dan yang terakhir adalah
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keseimbangan elektrolit.
D. Manajemen Merawat Luka Bakar
1. Penutupan luka sesegera mungkin
2. Pencegahan infeksi
3. Mengurangi rasa sakit
4. Mencegah trauma sekunder seperti trauma mekanik
5. Pembatasan pembentukan di dalam jaringan perut.
6. Penanganan Pertama yang harus dilakukan pada saat kejadian adalah
sebagai berikut :
7. Jauhkan korban dari sumber trauma
8. Padamkan api dan siramlah kulit yang panas dengan air
9. Siramlah dengan air mengalir pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan
kimia
10. Tidak di anjurkan menggunakan air es, bubuk kopi, odol atau bahan
lainnya. Cukup gunakan air biasa dengan suhu normal
Tindakan selanjutnya
1. Lakukan resusitas dengan mempertahankan jalan nafas, pernafasn dan
sirkulasi
2. Lakukan pemeriksaan lanjutan secara sistematis pada seluruh tubuh untuk
mengidentifikasi adanya cedera inhalasi, luas luka bakar dan tingkat
keparahannya.
3. Resusitasi cairan sesuai keperluan
4. Pemberian obat untuk mengurangi nyeri (Analgetik)
5. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan
dengan debridement dan memandikan pasien dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik misalnya betadine atau nihas argenti 0,5%
6. Berikan antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi. Antibiotik 
bentuk krim lebih bermanfaat dari pada bentuk salep atau driment
misalnya silver nitrate 0,5%, mafedine acetate 10%, silver sulfadiazin 1%
atau gentamicin sulfat
7. Pembalutan luka dengan menggunakan kasa gulung kering dan steril
8. Pemberian serum anti tetanus / toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada pada
orang dewasa dan setengahnya pada anak-anak.
E. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar
1. Pengkajian
a. Anamnesa

Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 30 Maret 2020
Usia : 29 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat : Pontianak
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMA
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas
karena luka bakar 3 jam sebelum MRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn.S
menderita luka bakar karena terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran
composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6 o C, RR:
29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri di
daerah yang terbakar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.S mengatakan belum pernah
mempunyai riwayat masuk rumah sakit/operasi di RS sebelumnya.
Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma,
TBC
e. Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat melakukan
aktivitas sehari – ahri seperti makan ,minum, toileting, berpakaina dan
bekerja secara mandiri. Sedangkan selama sakit aktivitas seperti makan
atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau perawat.
f. Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur
selama 6-7 jam, dan jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama
sakit, pasien mengatakan tidur 5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang
hari.
g. Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan atau pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama
sakit pasien mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher,
perut dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik nyeri yang
dirasakan sebagai berikut:
1) P: nyeri akibat trauma luka bakar
2) Q : nyeri terasa panas
3) R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
4) S : Skala nyeri 7 dari 10
5) T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan
lama untuk daerah punggung.Pasien juga mengatakan masih merasa
sesak saat bernapas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan
(-), suara napas tidak ngorok.
Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit
reguler.\
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.
b. Secondary survey
1) Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
2) Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
3) Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
4) Mata
Lapang pandang : normal.
Pupil : isokor
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
5) Telinga
Tidak tampak kelainan.
6) Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
7) Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm
warna kulit merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
8) Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
9) Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada
ringan. Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
10) Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.
11) Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah
memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.
12) Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%).
Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan.
13) Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L
14) Status luka bakar :
a) tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3
cm ( derajat 3 ) = 9% derajat 2
b) Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung .
Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan. = 18%
derajat 3
c) Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm
warna kulit merah pucat. = 4,5% derajat 2
d) Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3
15) Penatalaksanaan medis
a) Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
b) Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
c) Therapy obat :
 Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
 Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
 Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
 Mebo salep.
 Supratul
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas tidak efektif b/d Benda asing dalam jalan napas
(D.0001)
Luaran: Bersihan jalan napas meningkat (L.01001)
1) Dispnea dan Wheezing menurun
2) Sianosis dan gelisah menurun
3) Frekuensi napas membaik
4) Pola napas membaik
Intervensi Keperawatan:
1) Pemantauan Respirasi (I.01014)
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2) Manajemen Jalan napas (I.01011)
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum baik jumlah dan warna
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Berikan oksigen jika perlu
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi
 Kolaborasi pemberian brinkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
b. Risiko Hipovolemia b/d Evaporasi (D.0034)
Luaran : Status Cairan membaik (L.03028)
1) Kekuatan nadi meningkat
2) Turgor kulit meningkat
3) Output Urin meningkat
4) Perasaan lemah menurun
5) Keluhan Haus menurun
6) Konsentrasi urin menurun
7) Intake cairan membaik
8) Frekwensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik
Intervensi Keperawatan:
1) Pemantauan Cairan (I.03121)
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu
singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2) Manajemen Hipovolemia (I.03116)
 Periksa tanda-tanda hipovolemia
 Monitor intake dan output cairan
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonik
 Kolaborasi pemberian cairan IV koloid
 Kolaborasi pemberian produk darah
c. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisik atau kimiawi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
1) Keluhan nyeri menurun
2) Merigis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah dan kesulitan tidur menurun
5) Anoreksia, mual, muntah menurun
6) Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
7) Pola napsa dan tekanan darah membaik
Intervensi Keperawatan:
1) Manajemen Nyeri (I.08238)
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2) Pemberian Analgetik (I.08243)
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
 Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
 Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
d. Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan
integritas kulit (D.0142)
Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
1) Kebersihan tangan dan badan meningkat
2) Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
3) Periode malaise menurun
4) Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
5) Kadar sel darah putih membaik
Intervensi Keperawatan:
1) Pencegahan Infeksi (I.14539)
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
e. Gangguan Citra tubuh b/d perubahan struktur/bentuk tubuh akibat luka
bakar (D.0083)
Luaran: 
1) Harapan Meningkat (L.09068)
Intervensi Keperawatan: 
1) Promosi Citra Tubuh (I.09305)
 Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
 Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
 Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
 Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun
kelompok
4. Diagnosa keperawatan lain yang bisa muncul
a. Ansietas (D.0080)
b. Gangguan Nutrisi (D.0019)
c. Gangguan Mobilitas fisik (D.0054)
d. Risiko Hipotermia (D.0140)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor
penyebab seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita
luka bakar memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan
dalam memerluakn perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta
mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim
yang paling banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu merawat
pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah
sakit termasuk:
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi
oleh cara penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat
disamping faktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka
bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan hidup). Dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka makin berkembang pula
tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan
untuk sembuh bagi penderita luka bakar
B. SARAN
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Farida Aisyah, (2018). Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas


Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
Ansell Cares. 2017. Burn-Assesment And Management. Iselin:USA
PPNI, 2017.  Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan
II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018.  Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019.  Standart  Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
Kasim, M., & Abdurrouf, M. (2016). Peningkatan Kualitas Pelayanan dan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Metode Tim. Nurse Line
Journal. 1 (1), 62-64.
Rohmah, N., & Walid, S. (2016). Proses Keperawatan : Teori & Aplikasi.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Dewi, Yulia Ratna Sintia. (2013). Luka Bakar : Konsep Umum dan Investigasi
Berbasis Klinis Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising.

Anda mungkin juga menyukai