Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKAKANG


Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah seperti buah kelapa
(Cococ Nucifera) yang pemanfaatannya masih sangat terbuka untuk dikaji dan
dikembangkan lebih lanjut. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di wilayah
Indonesia, yaitu di Sumatera dengan luas area 1,20 juta Ha (32,90%), Jawa 0,903 juta Ha
(24,30%), Sulawesi 0,716 juta Ha (19,30%), Bali, NTB dan NTT 0,305 juta Ha (8,20%),
Maluku dan Papua 0,298 juta Ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta Ha (7,50%)
(Nogoseno,2003 dalam Supadi dan Murmanaf,2006). Mengingat hampir semua bagian dari
buah kelapa telah diambil manfaatnya namun banyak pula yang terbuang menjadi sampah
seperti bagian sabut dan tempurung kelapa. Salah satu pemanfaatan tempurung kelapa adalah
dijadikan sebagai asap cair.
Asap cair merupakan salah satu dari hasil pirolisis. Pirolisis adalah dekomposisi kimia
organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, dimana
material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Proses pirolisis
dengan pemanfaatan limbah dilakukan dengan cara pembakaran tidak sempurna pada suhu
yang relatif rendah,yaitu sekitar 400-500oC. Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis,
yaitu gas (H2,CO,CO2,H2O dan CH4). Tar (Pyroliticoil), dan arang. Gas yang terbentuk
kemudian dikondensasi sehingga menjadi cair yang dinamakan asap cair.
Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak
mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya.
Senyawa kimia terpenting yang dihasilkan dalam pengasapan adalah fenol, karbonil,
asam, furan, alcohol, ester, lakton dan hidrokarbon aromatic polisiklik. Ada dua senyawa
dominan yang berperan sebagai bakteriostatik adalah fenol dan asam-asam organik yang
mampu mengontrol pertumbuhan bakteri. Asap cair yang mengandung sejumlah senyawa
kimia diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, disinfektan
ataupun sebagai biopestisida (Nurhayati,2000 dalam Abrina S.P,2017).

1
Asap cair terbagi menjadi tiga grade, yaitu grade 3, grade 2 dan grade 1. Grade 3
dihasilkan dari tetesan produk pertama proses pirolisis.(1) Asap cair grade 3 berwrna cokelat
kehitaman dan masih banyak mengandung kotoran atau tar yang berwarna hitam. (2) Asap
cair grade 2 dihasilkan dari proses destilasi grade 3 dengan hasil yang diperoleh asap cair
berwarna kuning bening seperti warna bensin. (3) Asap cair grade 1 merupakan hasil destilasi
asap cair grade 2 dengan warna asap cair grade 1 bening dan tidak berbau asap lagi.
Berdasarkan pembagian grade, asap cair memiliki sifat fungsional sebagai berikut:
1. Asap cair grade 3 digunakan oleh perkebunan karet sebagai koagulan lateks atau
pengganti asam format (asam semut), anti bakteri dan industri kayu sebagai
pertahanan terhadap rayap.
2. Asap cair grade 2 digunakan dibidang pertanian, yaitu sebagai pestisida, disinfektan
dan insektisida.
3. Asap cair grade 1 digunakan dibidang pangan yaitu sebagai bahan pengawet atau
sebagai pengganti formalin dalam pembuatan tahu, bakso, mie serta pengawet pada
ikan dan daging (Burhan,2011).

Pada skripsi ini, asap cair akan di produksi menjadi pestisida, dimana pestisida
akan digunakan dalam bidang pertanian. Pestisida merupakan bagian dari sistem usaha
tani yang penggunaannya sering tidak terkontrol, sehingga mengakibatkan agroekologi
pertanian dan kesehatan manusia sebagai konsumen menjadi terganggu. Pestisida adalah
semua senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mengusir, menolak, meracun dan
membunuh HPT. Penggunaan pestisida untuk tanaman pangan dan hortikultura sangat
tinggi, ini dikarenakan adanya kemudahan memperoleh pestisida yang didukung dengan
harga yang relatif murah menyebabkan penggunaan pestisida tersebut cenderung tidak
terkendali. Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana ini menyebabkan permasalahan
hama penyakit tanaman semakin kompleks, diantaranya berkembangnya resistensi hama
penyakit. Resistensi atau ketahanan hama penyakit terhadap pestisida biasanya terjadi
kalau menggunakan jenis pestisida yang sama secara terus menerus dengan dosis yang
tidak tepat (dosis tinggi). Permasalahan lainnya adalah adanya residu atau sisa bahan
kimia yang terkandung dalam tanaman, sehingga dapat membahayakan kesehatan
manusia yang mengkosumsinya secara terus menerus (Anonim,2014)

2
Penggunaan pestisida perlu mengacu pada konsep Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) dan akan lebih baik lagi apabila menggunakan pestisida yang ramah lingkungan
(Idham, 1994). Salah satu upaya memperkecil akibat pemakaian pestisida yang berbahaya
ini maka dibuatlah pestisida yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan ramah
lingkungan, yaitu pestisida organik (Asap Cair) yang dihasilkan melalui proses pirolisa
tempurung kelapa.
Asap cair telah banyak diaplikasikan pada kegiatan manusia sehari-hari. Asap cair
digunakan dalam industri pangan sebagai pengawet karena sifat antimikroba dan
antioksidannya. Dalam industri perkebunan, asap cair digunakan sebagai koagulan lateks,
dalam indutri kayu asap cair digunakan untuk mengolesi kayu untuk menghindari rayap.
Dan dalam industri pertanian kandungan fenol dan formaldehid dalam asap cair dapat
digunakan sebagai insektisida nabati (pembasmi hama).
Penggunaan asap cair dalam bidang pertanian memerlukan pemurnian lagi untuk
menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan seperti Policyclic Aromatic
Hydrocarbon dengan menggunakan proses destilasi.
Destilasi merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair. Destilasi asap
cair dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan
berbahaya seperti PAH dan tar dengan cara pengaturan suhu didih sehingga diharapkan
mendapatkan asap cair yang bebas tar.
1.2 SIFAT BAHAN BAKU PRODUK
1.2.1 Sifat Bahan Baku (Tempurung Kelapa)
Karakteristik kimia tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Karakteristik kimia Tempurung Kelapa

No Komponen Presentase
1. Lignin 29,4%
2. Selulosa 26,6%
3. Hemiselulosa 27,7%
4. Penosan 27,0%
5. Abu 0,6%
6. Komponen Ekstraktif 4,2%
7. Uronat Anhidrat 3,5%
8. Nitrogen 0,1%
9. Air 8,0%
Sumber: Suhardiyono,1988

3
1.2.2 Produk Utama Asap Cair
a. Sifat Kimia
Tabel 1.2 Sifat Kimia Asap Cair

No Parameter Jumlah
1. Fenol 5,31%
2. Karbonil 13,28%
3. Keasaman 11,39%
4. Indek Pencoklatan 1,18%
Sumber: Hambali,2007
b. Sifat Fisika
Tabel 1.3 Sifat Fisika Asap Cair

No Parameter Keterangan
1. Bentuk Cair
2. Bau Asap Menyengat
3. Warna Kuning Kecoklatan
4. High Heating Valve (HHV) 18 MJ/kg
5. Flash Point 48-550C
6. Pour Point -330C
7. Dew Point 28-320C
8. Viscosity 50cp (pada 400C)
9. Kelembaban 20-25 Wt%
10. Kadar Abu 0Wt%
11. Densitas 1,2Kg/L
12. Tegangan Permukaan 35-39mN/m
13. Keasaman (pH) 2,5
14. Kandungan Padatan <1%
15. Kemurnian 96%
Sumber: Hambali,2007
1.3 KAPASITAS PRODUKSI
Luas area perkebunan kelapa di daerah Jawa Timur sebesar 297,468 ha atas 292 ha
Perkebunan Rakyat, 2,907 ha Perkebunan Besar Negara dan 2,358 ha Perkebunan Besar
Swasta.
Jawa Timur adalah nomor 2 dari 10 besar penghasil kelapa di Indonesia. Salah satu
penghasil kelapa terbesar di Jawa Timur terdapat di pulau Madura kabupaten Sumenep,
kecamatan Lenteng. Setara pertanaman kelapa pada perkebunan rakyat di Jawa Timur
seluas 289,379 ha terbagi atas kabupaten Sumenep 51,259ha, banyuwangi 25,577ha,
Pacitan 25,480ha, Blitar 19,693ha, Tulungagung 18,133ha, Trenggalek 15,812ha, Malang

4
14,445ha, Jember 12,876ha, Tuban 8,068ha, dan sisanya tersebar di 26 kabupaten/kota
lainnya (Dinas perkebunan pemerintah Provinsi Jawa Timur,2011).
Berikut data perkembangan area produksi dan produktivitas komoditi kelapa di Jawa
Timur khususnya Kabupaten Sumenep, Kecamatan Lenteng dalam kurun waktu 5 tahun.
Tabel 1.4 Produksi dan Produktivitas Kelapa di Kabupaten Sumenep, Kecamatan
Lenteng, Jawa Timur Tahun 2010-2014

Tahun Area (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas


2010 293.750 257.891 1.428
2011 297.207 268.328 853
2012 297.632 277.119 1.456
2013 295.362 269.275 1.410
2014 303.392 285.978 1.483
Rata-Rata 297.4682 271.7182 1.326
Sumber: Disbun.jatimprov.go.id/komoditi_kelapa.php
Rancang bangun pabrik asap cair grade 2 dari temprung kelapa sebagai pestisida akan
didirikan pada tahun 2019 dengan basis perhitungan sebagai berikut:
Tabel 1.5 Data Kenaikan Produksi Kelapa di Jawa Timur Tahun 2010-2014

Tahun Luas Lahan Produksi Kenaikan (%)


2010 293.750 257.891 -
2011 297.207 268.328 4,047
2012 297.632 277.119 3,276
2013 295.362 269.275 -2,830
2014 303.392 285.978 6,202
Rata-Rata 297.4682 271.7182 2,673
Sumber: Disbun.jatimprov.go.id/komoditi_kelapa.php
B−A
Rumus mencari persen kenaikan ¿ x 100%
A
dimana, B = Produksi tahun akhir
A = Produksi tahun awal
Adapun rumus untuk mencari kenaikan persen rata-rata adalah sebagai berikut:

% kenaikantahun 1+%kenaikan tahun 2+…+%kenaikan tahun n


Kenaikan persen rata-rata¿
jumlah tahun (n)

4,047+3,276+ (−2,830 ) +6,202


¿
4

5
¿ 2.673 %

Perhitungan Kapasitas

Untuk menentukan kapasitas produksi pabrik baru pada tahun 2019 dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F = P (1+i)n

dimana:

F = Perkiraan produksi pada tahun 2019

P = Jumlah produksi kelapa tahun 2014

i = Nilai kenaikan produksi kelapa tiap tahunnya

n = Selisih waktu perkiraan (2014-2019) = 5 tahun

Asumsi:

F = P (1+i)n

F = 285.978 (1+0,02673)5

= 285.978 x 1,140988

= 326.297,466

= 326.297,5 ton/tahun (Pembulatan)

Basis bahan baku pertahun digunakan 1% dari ketersediaan bahan baku

Basis bahan baku = F x 1%

= 326.297,5 x 1,7%

= 5547,057 ton/tahun

6
Menurut Brigdwater 2006, asap cair yang dihasilkan pada proses pembakaran
biomassa, yaitu 30% asap cair menggunakan proses pirolisis lambat. Maka, perhitungan
kapasitasnya, yaitu:

30% x 3262,975 ton/tahun

= 1664,12 ton/tahun

= 1600 ton/tahun (pembulatan)

Maka kapasitas produksi pabrik asap cair dari tempurung kelapa baru yang akan
didirikan pada tahun 2019 adalah 1600 ton per tahun.

1.4 PEMILIHAN PROSES


1.4.1 Macam-Macam Proses
Secara umum, pembuatan asap cair dengan proses pirolisis selalu sama, yaitu
dekomposisi ternal biomassa dengan tanpa adanya oksigen. Namun, terdapat perbedaan
metodelogi dan proses pirolisis dapat dibagi menjadi tiga bagian dasar, yaitu pirolisis lambat,
pirolisis menegah dan pirolisis cepat (Brigdwater,2006).
1. Pirolisis Lambat
Pirolisis lambat merupakan proses pirolisis yang menggunakan suhu rendah
yaitu 400oC-500oC dengan waktu pemanasan lebih lama dari proses pirolisis jenis
lainnya yaitu > 15 menit. Produk dominan yang dihasilkan pada proses ini adalah
padatan (biochar). Pada proses pirolisis ini padatan (biochar) yang dihasilkan lebih
banyak jika dibandingkan dengan pirolisis menengah, pirolisis cepat dan gasifikasi
yaitu sebesar 35%. Cairan (bio-oil) yang dihasilkan sebesar 30% dengan 70% air dan
gas (syngas) yang dihasilkan sebesar 35%. Selain listrik, yang dapat digunakan pada
pirolisis lambat adalah tungku atau LPG sedangkan pada pirolisis menengah,
pirolisis cepat dan gasifikasi harus menggunakan listrik. Pada pirolisis lambat masih
menggunakan low-tech, sehinggabiaya yang dibutuhkan akan lebih murah.
(Bridgwater, 2006 dan Soni dalam Prayogo dkk, 2012).
2. Pirolisis Menengah
Pirolisis menengah merupakan pirolisis yang menggunakan suhu sedang yaitu
500oC-600oC dengan waktu pemanasan sedang jika dibandingkan dengan pirolisis

7
jenis lainnya yaitu antara 5-15 menit.Produk dominan yang dihasilkan pada proses ini
adalah cairan (bio-oil). Pada proses pirolisis menengah padatan (biochar) yang
dihasilkan sebesar 25%, cairan (bio-oil) yang dihasilkan sebesar 50% dengan 50% air
dan gas (syngas) yang dihasilkan sebesar 25%. Pada pirolisis ini menggunakan
pemanas listrik dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal jika dibandingkan dengan
pirolisis lambat karena sudah menggunakan high-tech atau teknologi canggih.
(Bridgwater, 2006 dan Soni dalam Prayogo dkk, 2012).
3. Pirolisis Cepat
Pirolisis cepat merupakan proses pirolisis dengan menggunakan suhu tinggi
yaitu 600oC-700oC dengan waktu pemanasan lebih singkat dari proses pirolisis jenis
lainnya yaitu < 5 menit. Produk dominan pada proses ini adalah cairan (bio-oil). Pada
proses pirolisis ini padatan (biochar) yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan pirolisis menengah dan pirolisis cepat yaitu sebesar 12%. Cairan (bio-oil)
yang dihasilkan sebesar 75% dengan 25% air dan gas (syngas) yang dihasilkan
sebesar 13%. Pada pirolisis ini menggunakan pemanas listrik dan biaya yang
dikeluarkan lebih mahal jika dibandingkan dengan pirolisis lambat karena sudah
menggunakan high-tech atau teknologi canggih.(Bridgwater, 2006 dan Soni dalam
Prayogo dkk, 2012).
4. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan suatu proses pirolisis dengan menggunakan suhu sangat
tinggi yaitu > 800oC dengan waktu pemanasan sangat lama jika dibandingkan dengan
proses pirolisis jenis lainnya yaitu >15 menit. Produk dominan pada proses ini berupa
gas. Pada proses pirolisis ini padatan (biochar) yang dihasilkan sangat sedikit jika
dibandingkan dengan pirolisis menengah dan pirolisis cepat yaitu sebesar 10%.
Cairan (bio-oil) yang dihasilkan sebesar 5% dengan 95% air dan gas (syngas) yang
dihasilkan sebesar 85%. Pada pirolisis ini menggunakan pemanas listrik dan biaya
yang dikeluarkan lebih mahal jika dibandingkan dengan pirolisis lambat karena sudah
menggunakan high-tech atau teknologi canggih. (Sohi dalam Prayogo dkk, 2012).
1.4.2 Seleksi Proses

8
Seleksi proses sangat penting dilakukan sesuai dengan kebutuhan pabrik yang
akan dibangun. Tabel 1.6 dibawah ini akan memberikan perbandingan antara proses
pirolisis lambat, pirolisis menengah, pirolisis cepat dan gasifikasi.
Tabel 1.6 Perbandingan proses pirolisis

No Parameter Pirolisis Pirolisis Pirolisis Gasifikasi


. Lambat Menengah Cepat
1. Suhu 400oC-500oC 500oC-600oC 600oC-700oC >800oC

2. Waktu >15 menit 5-15 menit 1-5 menit <5 menit


kenaikan suhu

3. % yield asap 30% 50% 75% 5%


cair
4. Teknologi Low-Tech High-tech High-tech High-tech
5. Biaya Murah Mahal Mahal Mahal
6. Pemanas Listrik, Listrik Listrik Listrik
Tungku
7. Waktu proses Lama Cepat Cepat Cepat

8. Produk Padatan Cairan Cairan Gas


(dominan) (Biochar) (Bio-oil) (Bio-oil) (Syngas)
Sumber: Bridgwater (2006) dan Sohi dalam Prayogo dkk (2012)
Dari beberapa metode pembuatan asap cair diatas, maka dipilih produksi asap cair
dengan proses pyrolisis menggunakan metode pirolisis lambat (slow pirolisis). Pemilihan ini
didasarkan pada:
1. Suhu yang dibutuhkan pada proses pirolisis lambat lebih rendah (400oC-500oC) jika
dibandingkan dari kebutuhan suhu proses pada pirolisis menengah, pirolisis cepat dan
gasifikasi (>500oC).
2. Waktu proses yang digunakan lebih lama (>15 menit) dari proses pirolisis menengah,
pirolisis cepat dan gasifikasi.
3. % yield asap cair yang dihasilkan adalah 30%.
4. Teknologi yang digunakan pada pirolisis lambat ini adalah low-tech, sehingga biaya
pendirian pabrik akan lebih murah dan efisien jika dibandingkan dengan teknologi yang
digunakan pada pirolisis menengah, pirolisis cepat dan gasifikasi (menggunakan high-
tech sehingga biaya mahal)

9
5. Pemanasan pada pirolisis lambat selain menggunakan listrik juga dapat menggunakan
pemanasan sederhana yaitu bisa menggunakan tungku atau LPG, sedangkan pada
pirolisis menengah, pirolisis cepat dan gasifikasi harus menggunakan listrik.
1.4.3 Uraian Proses
Pada rancang bangun asap cair sebagai pestisida dari tempurung kelapa skala home
industri ini, proses pembuatannya dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Persiapan Bahan Baku
Perlakuan awal dilakukan diluar proses melalui pesanan pihak luar (pengepul
tempurung kelapa). Adapun tahapnya, yaitu pemisahan tempurung kelapa dari kulit
dan sabut kelapa dilakukan secara manual
2. Reaksi
Proses pirolisis merupakan proses dekomposisi atau pemecahan struktur organik
melalui proses pemanasan tanpa adanya oksigen atau sedikit oksigen. Pada proses ini
komponen kimia yang terkandung didalam bahan baku akan pecah kemudian berubah
menjadi senyawa lainnya.
Bahan baku tempurung kelapa yang telah di kecilkan ukurannya 3-5cm oleh
pengepul dan bersih dari sabut kelapa yang terdapat di dalam storage tempurung
kelapa (F-111) dimasukkan kedalam Reaktor (R-110) menggunakan belt conveyor (J-
112), kemudian dilakukan proses pembakaran dengan bantuan blower (G-113).
Keluaran dari Reaktor (R-110), yaitu berupa gas dan padatan arang.
Gas yang keluar diteruskan ke cyclone (H-115) dimana fraksi berat dan fraksi
ringan akan dipisahkan menggunakan bantuan gravitasi. Fraksi berat akan
dikeluarkan dari bagian bawah cyclone (H-115) dan fraksi ringan akan diteruskan ke
kondensor I (E-116). Di dalam kondensor I (E-116) suhu gas akan diturunkan dengan
menggunakan Cooling Tower Water. Hasil kondensasi berupa asap cair yang
terbentuk akan dikeluarkan dari bawah dan akan ditampung pada bin storage asap cair
grade 3 (F-141, F-151, F-161). Di bin storage asap cair grade 3 akan terjadi
pengendapan selama 1 minggu.
3. Pemisahan dan Pemurnian
Proses destilasi asap cair dilakukan dengan cara mengambil cairan bagian atas
asap cair yang telah diendapkan selama 1 minggu di dalam storage asap cair (F-141,

10
F-151, F-161) , kemudian cairan tersebut dimasukkan kedalam destilator (D-120).
Hasil dari proses destilasi ini akan dialirkan ke kondensor II (E-123). Asap cair yang
diperoleh dari proses ini adalah asap cair grade 2 (dengan warna asap cair kuning
kecoklatan)
4. Pencampuran Asap cair (Sebagai Pestisida)
Setelah asap cair didapatkan maka selanjutnya adalah proses pencampuran untuk
dijadikan sebagai pestisida.
Sebelum asap cair dipasarkan, terlebih dahulu dilakukan uji laboratorium untuk
memperoleh produk asap cair yang sesuai dengan SNI, yaitu asap cair yang bebas
dari senyawa pengotor (benzopyren dan tar). Pengujian sampel produk bekerjasama
dengan BPOM kota Surabaya. Asap cair yang telah memperoleh legalitas dari BPOM
kota Surabaya kemudian dikemas dan diberi label asap cair siap didistribusikan.

11
Dibawah ini merupakan blok diagram proses pembuatan asap cair dari tempurung kelapa.

Tempurung Kelapa Ukuran 3-5cm

Reaktor Pirolisis Suhu : 500-600oC

Proses Kondensasi

Fraksi Padat Fraksi Berat Fraksi Ringan (Asap


(Arang) (Tar) Dan Gas Methan)

Pengendapan selama
1 minggu

Cairan atas diambil

Masukan ke alat
Destilator

Filtrat Asap Cair

Filtrat Asap Cair

Uji Laboratorium

Gudang Penyimpanan Asap Cair

Gambar 1.1 Blok Diagram Alir

12
1.5 INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
1.5.1 Instrumentasi
Instrument merupakan bagian yang sangat penting dalam pengendalian suatu
proses produksi. Hasil dengan kondisi tertentu dari suatu peralatan proses dapat diperoleh
dengan kondisi tertentu pula. Hal ini dapat tercapai dengan bantuan instrumentasi.
Pengendalian proses meliputi keseluruhan unit pabrik yang benar-benar harus
diperlakukan secara cermat dan akurat. Variabel-variabel yang harus dikendalikan adalah
suhu, tekanan, laju alir dan tinggi permukaan.
Pengendalian proses dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.
Pengendalian dapat dilakukan secara manual apabila pengendalian proses sepenuhnya
ditangani oleh tenaga manusia, sedangkan pengendalian secara otomatis dilakukan jika
tidak mungkin dilakukan secara manual, yaitu dimana pengendalian dilakukan dengan
menggunakan alat-alat kontrol yang bisa bekerja secara otomatis.
Pengendalian secara otomatis ini mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain:
1. Keselamatan kerja lebih terjamin
2. Hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
3. Ketelitian cukup tinggi dan lebih akurat
4. Mendorong manusia secara umum untuk lebih meningkatkan kemampuan
dirinya.

Adapun tujuan pemasangan alat instrumentasi adalah untuk menjaga keamanan


operasi suatu proses dengan jalan:

1. Menjaga variabel proses berada dalam batas operasi aman


2. Mendeteksi situasi bahaya dengan membuat tanda-tanda bahaya dan
memutuskan hubungan secara otomatis
3. Untuk mendapat rate produksi yang diinginkan
4. Untuk menjaga kualitas produk
5. Mempermudah pengoperasian alat
6. Keselamatan dan efisiensi kerja lebih terjamin

13
Tabel 1.7 Pemasangan alat control pada alat proses yang akan digunakan pada produksi asap cair
sebagai pestisida dari tempurung kelapa.

No Nama Peralatan Kode Alat Control Fungsi


1. Reactor Untuk mengetahui suhu yang ada di dalam
TIC alat selama proses berlangsung, sehingga
sesuai dengan suhu yang diinginkan.

2. Destilator TC Untuk mengetahui suhu dan ketinggian


LC liquid yang ada di dalam alat selama
proses berlangsung, sehingga sesuai
dengan suhu dan ketinggian liquid yang
diinginkan.
3. Kondensor TC Untuk mengetahui suhu liquid selama
proses berlangsung.
4. Bin Storage LC Untuk mengetahui tinggi dan volume
liquid pada bin storage

1.5.2 Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja dalam suatu pabrik harus medapatka perhatian yang cukup
besar dan tidak boleh diabaikan karena menyangkut keselamatan manusia dan kelancaran
kerja. Dengan memperhatikan keselamatan kerja dengan baik dan teratur, secara
psikologis akan membuat para pekerja merasa aman dan senang sehingga meningkatkan
konsentrasi para pekerja terhadap pekerjaannya, dengan demikian produktifitas dan
efisiensi kerja akan meningkat.
Usaha untuk menjaga keselamatan kerja bukan semata-mata diturunkan pada
faktor manusia saja, akan tetapi menjaga peralatam yang ada di dalam rancang bangun.
Dengan terpeliharanya peralatan dengan baik, maka alat tersebut dapat digunakan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
Secara umum ada 3 macam bahaya yang dapat terjadi dalam rancang bangun dan
harus diperhatikan dalam perencanaannya, yaitu:

14
1. Bahaya kebakaran dan ledakan
2. Bahaya mekanik
3. Bahaya terhadap kesehatan

Beberapa sifat yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain:

a. Lingkungan Fisik
Meliputi mesin, peralatan dan lingkugan kerja. Kecelakaan kerja dapat
disebabkan oleh kesalahan perencanaan, arus, kerusakan alat, kesalahan pembelian,
kesalahan dalam penyusunan atau peletakkan dari peralatan dan lain-lain.
b. Latar Belakang Pekerja
Sifat yang tidak baik dari pekerja yag merupakan sifat dasar pekerja maupun
lingkungannya. Sifat-sifat tersebut meliputi:
 Tidak cocoknya manusia terhadap mesin atau lingkungan kerjanya
 Kurang pengetahuan dan ketrampilan
 Ketidakmampuan fisik dan mental
 Kurangnya motivasi kerja dan kesadaran akan keselamatan kerja dan
faktor-faktor yang lainnya.
c. Sistem Manajemen Rancang Bangun
Sistem manajemen ini merupakan unsur terpenting karena menjadi pengatur
kedua unsur diatas. Kesalahan sistem manajemen dapat meyebabkan kecelakaan
kerja, antara lain:
 Prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baik
 Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan dan modifikasi
alat

Peralatan keselamatan kerja rancang bangun pabrik asap cair ini adalah:

1. Masker : Gudang, bagia proses, storage


2. Sarung tangan : Gudang, bagian proses, storage
3. Baju Pelindung (tahan api): Pada bagian proses
4. Isolasi panas : Reaktor pirolisis, destilator, perpipaan
5. Pemadam kebakaran : Gudang, bagian proses

15
Disamping itu, pabrik juga melakukan upaya untuk menunjang dan menjamin
keselamatan kerja para karyawan dengan tindakan:

1. Memasang penerangan dan ventilasi yang baik, sistem pemipaan yang teratur
dan menutup motor-motor yang bergerak.
2. Memasang tanda-tanda bahaya dan instruksi keselamatan kerja ditempat yang
rawan.
3. Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang mudah dijangkau.
4. Pengaturan peralatan yang baik sehigga para pekerja dapat mengoperasikan
peralatan dengan baik.
1.6 UTILITAS

Unit utilitas merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk menunjang
jalannya proses produksi dalam suatu industri kimia. Pada pra rancang bangun asap cair
sebagai pestisida dari tempurung kelapa ini terdapat 3 utilitas, yaitu:
1. Air sungai yang berfungsi sebagai air pemadam kebakaran, menyiram tanaman
2. Air proses yang berfungsi sebagai air sanitasi, air pendingin pada cooler.
3. Listrik yang berfungsi untuk menjalankan alat-alat produksi utilitas, untuk penerangan
4. Natural gas sebagai bahan bakar pada reaktor pirolisis
5. Solar sebagai bahan bakar pada generator
Dari keterangan diatas maka kebutuhan unit utilitas yang diperlukan tersebut
dibagi menjadi 3 unit, yaitu:
1. Unit penyediaan air
- Air sungai
Penyediaan air pada pabrik asap cair sebagai pestisida ini diperoleh dari sungai. Air
sungai digunakan untuk air pemadam kebakaran dan menyiram taman.
- Air proses
Penyediaan air proses diperoleh dari pengolahan air sungai pada plant water
treatment dan air PDAM. Air proses digunakan untuk air sanitasi, air pedingin
cooler.
2. Unit penyediaan tenaga listrik
- Listrik dari PLN

16
Sumber listrik dari PLN digunakan untuk motor-motor instrumentasi dan lain-lain.
Kebutuhan listrik ini meliputi: kebutuhan listrik untuk proses, kebutuhan listrik untuk
utilitas dan kebutuhan listrik untuk penerangan ruang dan jalan area pabrik.
- Listrik dari generator set
Sumber listrik dari generator set digunakan sebagai tenaga listrik cadangan saat
terjadi pemadaman tak terduga dari PLN.
3. Unit penyediaan bahan bakar
- Natural gas
Bahan bakar yang digunakan pada proses pembakaran pada reaktor pirolisis adalah
dengan menggunakan natural gas.

- Solar
Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan generator set adalah dengan
menggunakan solar.

1.7 STRUKTUR ORGANISASI


Sistem organisasi perusahaan yang akan dipakai dalam perencangan pabrik asap cair
sebagai pestisida dari tempurung kelapa ini adalah tipe staf dan garis. Alasan pemakaian
sistem ini karena memiliki banyak keuntungan, yaitu terdapat kesatuan dalam pimpinan dan
perintah sehingga disiplin kerja terjamin, pengambilan keputusan yang sehat lebih mudah
dapat diambil karena adanya staf yang ahli sesuai bidang. Adapun struktur organisasi sebagai
berikut:

17
Gambar 1.2 Struktur Organisasi

18
1.8 LOKASI
Pemilihan lokasi pra rancang bangun pabrik pupuk biochar sangat penting karena akan
mempengaruhi keberlangsungan umur pabrik tersebut berdiri. Menurut Hani Handoko (2000)
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah kedekatan dengan
bahan baku dan bahan penunjang lainnya, lingkungan masyarakat, kedekatan dengan pasar,
tenaga kerja, fasilitas dan biaya transportasi dan sumber air dan sumber daya alam lainnya.
1.8.1 Lokasi Pra Rancang Bangun Pabrik Asap Cair Sebagai Pestisida
Pabrik asap cair sebagai pestisida dari tempurung kelapa akan dibangun di provinsi Jawa
Timur, tepatnya di Kabupaten Sumenep, Kecamatan Lenteng.

Gambar 1.3 Lokasi Pembuatan Pabrik

1.8.2 Tata Letak Pabrik


Tata letak pabrik merupakan suatu peletakan bangunan dan peralatan dalam
pabrik yang meliputi area proses dan area penyimpanan yang dibuat sedemikian rupa

19
sehingga sehingga pabrik bisa beroperasi secara efektif dan efisien. Perencanaan tata
letak pabrik perlu memperhatikan:
1. Tata Ruang Pabrik
Berikut merupakan tata ruang pabrik dalam pra rancang bangun pabrik
asap cair grade 2 sebagai pestisida dari tempurung kelapa dengan kapasitas
1600 ton/tahun,yaitu:

20
Gambar 1.4 Lay out pabrik Pra Rancang Bangun Pabrik Asap Cair

Pada gambar 1.4 dapat diketahui luas sesungguhnya dari lay out pra racang bangun
pabrik diatas menggunakan skala 1:1000. Luas tanah pada lay out pra rancang bangu pabrik
diatas adalah 13.125m2 dan luas bangunan seluruhnya adalah 10.952m2. Luas bangunan secara
rinci dapat dilihat pada tabel 1.8 dibawah ini:

Tabel 1.8 Rincian Luas Bangunan Pra Rancang Bangun Asap Cair sebagai Pestisida dari
Tempurung Kelapa

No Nama Tempat Luas (m2)


1. Pos Jaga 100
2. Taman 1 280
3. Taman 2 160
4. Parkir Sepeda & Mobil 432
5. Kantor Pusat 1160
6. Aula 396
7. Ruang Rapat 144
8. Perpustakaan 240
9. Masjid 324
10. Kantin 292
11. Koperasi Karyawan 108
12. Parkir Transportasi Bahan Baku 504
13. Parkir Transportasi Produk 504
14. Toilet 1 48
15. Toilet 2 40
16. Toilet 3 40
17. Gudang Produk (Asap Cair) 624
18. Area Produksi 1920

21
19. K3 144
20. Laboratorium 336
21. Utilitas 336
22. Kolam Air dari Sungai 1680
23. Water Treatment 1140
TOTAL 10.952

2. Tata Letak Peralatan Proses

Berikut merupakan tata ruang peralatan dalam proses pembuatan asap cair
sebagai pestisida dari tempurung kelapa. Pengaturan posisi alat dalam area
produksi bertujuan agar transportasi proses dan mobilitas manusia menjadi
efektif dan efisien. Tata letak alat pada pra rancang bangun pabrik asap cair
sebagai pestisida dari tempurung kelapa dapat dilihat pada Gambar 1.5
dibawah ini:

Gambar 1.5 Layout Alat

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai