Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN REMATOID ARTRITIS


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh : MADE SUARDIANA ADI P,

NIM : 2022207209350

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PERINGSEWU

2022
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS REMATOID
ARTRITIS
TANGGAL PENGKAJIAN : 28 OKTOBER 2022

A..     PENGKAJIAN DATA DASAR

1. DATA DEMOGRAFI

Nama : Ny. S

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Pekerjaan : petani

Agama : Islam

Suku : jawa

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Desa Sidorejo, Kec Sekampung Udik, Kab.Lampung


Timur

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Riwayat kesehatan
Klien datang k Klinik pada tanggal 28 Oktober 2022, pasien mengatakan
sendi – sendi kaki bengkak dan terasa nyeri, kaku,
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian
1. Keluhan utama
Pada saat dilakukkan pengkajian klien mengatakan sendi – sendi kaki
terasa nyeri dan kaku
2. Keluhan penyerta
badan linu - linu, jari kaki kesemutan, lutut dan pergelangan kaki
bengkak
c. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan linu linu pada kaki sering kumat, apalagi kalau habis

makan jeroan.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan dikeluarga tidak ada yang menderita rematoid artritis .
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Psikologis
Klien mengatakan suami dirumah merupakan orang terdekat dan selalu
peduli terhadap kesehatannya. Semakin menua klien mnegatakan
semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta agar lebih ikhlas
menerima keadaaan dan berharap semoga selalu diberikan kesehatan.
2. Sosial
Klien mengatakan penghasilan dan sumber keuangan setiap bulannya
dari anak-anak, keseharian klien beraktifitas dikebun untuk menanam
tanaman dan setiap 1 minggu sekali mengikuti pertemuan lansia yang
diadakan di Puskesmas.
3. Spiritual
Klien mnegatakan selalu beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan untuk mengisi waktu luang.

f. Pengetahuan pasien dan keluarga


Klien mengatakan penyakit renatik ini adalah penyakit pada orang usia tua.
g. Lingkungan
Klien mengatakan lingkungan rumah bersih, jarang ada kendaraan lewat karena
rumah jauh dari jalan besar,

h. Pola kebiasaan sehari-hari (saat ini)


1. Pola nutrisi
- Frekuensi : 3x/hari
- Nafsu makan : merasa selalu lapar
- Jenis Makanan : nasi, sayur dan lauk-pauk
- Kebiasaan sebelum makan : makan buah atau minum dahulu
- Kesulitan mengunyah : tidak terdapat kesulitan untuk mengunyah
- Nyeri saat menelan : tidak ada
- IMT :
2. Pola cairan

- Klien minum air putih 6 – 8 gelas sehari, sering minum kopi saset pada pagi
hari
3. Pola eliminasi
Buang air kecil

- Frekuensi : 3 - 4 x/hari
- Nyeri saat Bak : tidak ada
- Retensi urine : tidak ada
- Inkontinensia : kadang-kadang
Buang air besar

- Frekuensi :1x/hari
- Waktu : pagi hari
- Keluhan : tidak ada gangguan
- Penggunaan laxatif/pencahar : tidak ada
-
4. Pola personal hygene
Mandi

- Frekuensi :2x/hari pagi dan sore hari


- Penggunaan sabun : sabun mandi
Oral hygene :

- Frekuensi 2x/hari
- Waktu : pagi dan malam
- Penggunaan pasta gigi : iya menggunakan pasta gigi
Cuci rambut

- Frekuensi :3x/minggu
- Penggunaan shampo : menggunakan shampo

5. Pola istirahat dan tidur


- Lama tidur : 3-5 jam/hari
- Kebiasaan tidur siang : kadang-kadang
- Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur : berdo’a terlebih dahulu
- Keluhan/masalah : sulit tidur karena kaki linu – linu, sering terjaga kalau tidur.

6. Pola aktivitas dan latihan


- Kegiatan dalam pekerjaan sehari-hari : dirumah atau berkebun
- Kegiatan waktu luang : membersihkan rumah
- Olah raga : kalau tidak sakit pagi hari dengan jalan-jalan di sekitar rumah
- Keluhan dalam beraktifitas : tidak dapat beraktifitas seperti biasa
- Saat sakit : klien dirumah saja karena kaki terasa nyeri dan kaku
7. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien mempunyai kebiasaan makan kacang goreng, dan kalau siang hari
cuaca panas sering minum air es di tambah marimas

3. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :

a) Suhu : 36,4º c

b) Nadi : 84 x/menit

c) Respirasi : 18 x/m

d) Tekanan darah : 130/90 mmHg

Pemeriksaan head to toe

Table 4.1

Pemeriksaan Fisik dan Observasi

Pemeriksaan fisik dan Klien (Ny. S)


observasi

Keadaan umum Composmentis

Tekanan darah 130/90 mmHg

Nadi 84 x/menit

Pernafasan 18 x/menit

Suhu 36,40C

GDS 110 mg/dl

BB 72 kg

TB 150 cm

IMT 22

Kepala Bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi, warna rambut


berwarna putih, rambut tidak mudah rontok.

Mata Pergerakan bola mata simetris, sclera an ikterik, konjungtiva an


anemis, kelopak mata bersih, iris berwarna kelabu,
ketajaman mata kabur/rabun.

Telinga Letak telinga simetris, fungsi pendengaran belum mengalami


penurunan pendengaran, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga, telinga tampak ada sedikit serumen.

Tengkuk Klien merasakan kaku pada tengkuk, disertai pusing.

Mulut, gigi, lidah, bicara Keadaan mulut bersih, gusi gigi berwarna kemerahan, jumlah
gigi ada 20 gigi, tidak ada gigi palsu, mukosa bibir lembab
dan tidak kering.

Pernafasan Pergerakkan dinding dada simetris, bentuk dada normal, tidak


ada benjolan, bunyi ketuk dada kanan dan kiri sonor, tidak
ada nyeri tekan, ada suara nafas wezing, ada tarikan
dinding dada. Ada pernafasan cuping hidung
Kardiovaskuler Denyut nadi agak epat 80x/mnt, irama teratur, tidak ada suara
jantung tambahan, tekanan darah 130/80mmhg
Kesadaran composmentis, Klien tidak pernah mengalami
Neurologi trauma kepala, tidak ada riwayat kejang, tidak ada
gangguan pergerakan tubuh,

Abdomen ,pencernaan Tidak ada edema, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
bising usus 7 x/menit, bunyi ketuk timpani.
Klien mengatakan waktu kecil tidak mendapat imunisasi, klien
Imunologi tidak mengalami penyakit akibat gangguan imun, iggm
meningkat.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada poli fagi,
Endokrin poliuria dan polidipsi.

Kulit Kulit bersih berwarna cokelat sawo matang, turgor kulit elastis
dan kering,

Punggung Tidak ada edema, bentuk punggung kanan dan kiri simetris,
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.

Ekstremits atas Tidak ada edema, akral dingin, klien mengatakan lemas pada
ekstremitas kesemutan.

Ekstremitaas bawah ada edema pada lutut, klien mengatakan linu – linu dan seperti
kesemutan pada ekstremitas bawah setelah melakukan
aktivitasnya dan tidak menggunakan alat bantu berjalan.
akral dingin dan terasa linu.

Genetalia Klien mengtakan tidak ada keluhan.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.  Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis,
Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2.  Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
3.  Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4.  Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang
pada sendi
5.  Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
6.  Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7.  Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan
sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis Reumatoid
arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-
hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap
darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif.
Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan
mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002).
Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan memantau perjalanan
penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga
sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

. 5.       PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
1.  Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2.  memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3.  Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.  Istirahat
2.  Latihan fisik
3.  Panas
4.  Pengobatan
a.  Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b.  Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap
terapi obat
c.   Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari  mengatasi
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
d.  Garam emas
e.  Kortikosteroid

5.  Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih


Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai
berikut:
a.  Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi
sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b.  Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c.   Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d.  Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter
atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama
(Mansjoer, dkk. 2001).

Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan
dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi
maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut
resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer &
Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju pendekatan
farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi
pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun
pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan air
hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah
bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak
melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan
makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan
laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3.
Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap
lentur.

C. ANALISA DATA

DATA MASALAH PENYEBAB


DS. = klien mengatakan lutut Nyeri akut Inflamasi muskuloskeletal
dan sendi – sendi kaki
sakit
DO = lutu tampak bengkak
= klien tampak meringis
menahan nyeri
= td : 130/90mmhg
= Nadi : 84x/mnt

DS = klien mengatakan kaki Gangguan mobolitas Nyeri


terasa nyeri kalau berjalan fisik
= klien mengatakan tidak
dapat melakukan aktifitas
seperti biasa
DO = sendi kaku
= gerak terbatas
= lutut tampak bengkak
= td : 130/90 mmhg
= nadi : 84x/mnt
DS = klien mengeluh sering Gangguan pola tidur nyeri
terjaga
= klien mengeluh tidak pus
tidur
= klien mengeluh pola tidur
berubah
DO = klien tampak mengantuk
=
2. .    DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
1.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi sendi.
2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3.   gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sendi
.
3.     RENCANA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan ·     Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan ·     Membantu dalam menentukan kebutuhan
berhubungan dengan tindakan keperawatan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan keefektifan program
proses inflamasi, selama 3x24 jam yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit ·     Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
destruksi sendi. diharapkan tidak ada non verbal besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
Keluhan nyeri, dengan ·     Berikan matras/ kasur keras, bantal tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi
kriteria : kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
ü  Menunjukkan nyeri kebutuhan menurunkan tekanan pada sendi yang
hilang/ terkontrol ·     Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, terinflamasi/nyeri
ü  Terlihat rileks, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, ·     Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
dapat tidur/beristirahat brace. dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan
dan berpartisipasi dalam ·     Dorong untuk sering mengubah brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
aktivitas sesuai posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, mengurangi kerusakan pada sendi
kemampuan. sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, ·     Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
ü  Mengikuti program hindari gerakan yang menyentak. kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi
farmakologis yang ·     Anjurkan pasien untuk mandi air gerakan/ rasa sakit pada sendi
diresepkan hangat atau mandi pancuran pada waktu ·     Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
ü  Menggabungkan bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
keterampilan relaksasi waslap hangat untuk mengompres sendi- kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas
dan aktivitas hiburan ke sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
dalam program kontrol suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. disembuhkan
nyeri. ·     Meningkatkan relaksasi/ mengurangi
·     Berikan masase yang lembut nyeri
·     Ajarkan teknik non farmakologi ·     Meningkatkan realaksasi, mengurangi
(relaksasi, distraksi, relaksasi progresif) tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut
·     Beri obat sebelum aktivitas/ latihan serta dalam terapi
yang direncanakan sesuai petunjuk. ·     Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik
·     Kolaborasi: Berikan obat-obatan ringan dalam mengurangi kekakuan dan
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) meningkatkan mobilitas.
·
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan ·     Evaluasi/ lanjutkan pemantauan ·     Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
fisik berhubungan tindakan keperawatan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
dengan nyeri, selama 3x24 jam ·     Pertahankan istirahat tirah baring/ ·     Istirahat sistemik dianjurkan selama
penurunan kekuatan diharapkan mobilitas duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
otot. fisik baik dengan memberikan periode istirahat yang terus penting untuk mencegah kelelahan
kriteria : menerus dan tidur malam hari yang tidak mempertahankan kekuatan
ü  Mempertahankan terganmggu. ·     Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
fungsi posisi dengan ·     Bantu dengan rentang gerak sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan :
tidak hadirnya/ aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan
pembatasan kontraktur. dan isometris jika memungkinkan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
ü  Mempertahankan ·     Ubah posisi dengan sering dengan merusak sendi
ataupun meningkatkan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ ·     Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
kekuatan dan fungsi dari bantu tehnik pemindahan dan penggunaan meningkatkan sirkulasi.
dan/ atau kompensasi bantuan mobilitas, mis, trapeze ·     Mempermudah perawatan diri dan
bagian tubuh ·     Posisikan dengan bantal, kantung kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
ü Mendemonstrasikan pasir, gulungan trokanter, bebat, brace tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit
tehnik/ perilaku yang ·     Gunakan bantal kecil/tipis di bawah ·     Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
memungkinkan leher. resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi
melakukan aktivitas ·     Dorong pasien mempertahankan yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan mengurangi kontraktor
berjalan ·     Mencegah fleksi leher
·     Berikan lingkungan yang aman, ·     Memaksimalkan fungsi sendi dan
misalnya menaikkan kursi, menggunakan mempertahankan mobilitas
pegangan tangga pada toilet, penggunaan ·     Menghindari cidera akibat kecelakaan/
kursi roda. jatuh
·     Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. ·     Berguna dalam memformulasikan
·     Kolaborasi: Berikan matras busa/ program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
pengubah tekanan. kebutuhan individual dan dalam
·     Kolaborasi: berikan obat-obatan mengidentifikasikan alat
sesuai indikasi (steroid). ·     Menurunkan tekanan pada jaringan yang
mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
·     Mungkin dibutuhkan untuk menekan
sistem inflamasi akut

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukung tidur Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawatan
nyeri. selama 1 x 24 jam Observasi: 1.mengetahui pola tidur klien yang kurang baik
diharapkan gangguan 1.identivikasi pola aktifitas tidur 2. mengetahui faktor pengganggu tidur untuk
ctidur berkurang dengan 2. identifikasi faktor pengganggu tidur dapat tindakan yang tepat
criteria: Terapeutik : Terapeutik :
=  keluhan sulit tidur 1. modifikasi lingkungan (pencahayaan, 1.faktor lingkunan sangant mempengaruhi pola
menurun kebisingan, suhu, tempat tidur ) tidur
=  keluhan sering 2. batasi waktu tidur siang 2. jam tidur malam akan lebih banyak
terjaga menurun 3. tingkatkan kenyamana ( pijat, pengaturan 3. kenyamanan dan relaksasi akan meningkatkan
= keluhan istirahat posisi) kwalitas tidur
tidak cukup menurun Edukasi : Edukasi :
1.jelaskan pentingnya tidur cukup 1.motifasi agar tudur cukup
2. anjurkan menghindari makanan / minuman 2. lebih cepat dapat tidur dan meningkatkan
yang mengganggu tidur kwalitas tidur
3. ajarkan relaksasi otot 3. rasa nyaman akan meningkatkan kwalitas tidur
Kolaborasi : Kolaborasi :
= pemberian anti inflamasi dan analgetik Dengan berkurangnya radang dan rasanyari akan
1. lebih mudah untuk tidur
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih
bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds):
Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut
2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam
Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai